• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keefektifan pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal dan kentutasan prestasi belajar siswa kelas VII khususnya pada kelas VII-D SMP Negeri I woja Dompu pada pokok bahasan aritmatika sosial dengan menggunakan metode pembelajaan kooperatif model berkirim salam dan soal.

Dari hasil penelitian diperoleh data dalam dua bentuk yakni:

1. Kuantitatif dari hasil evaluasi belajar siswa.

2. Data kualitatif dari hasil observasi selama kegiatan belajar mengajar di kelas.

Data-data kuantitatif dianalisa dengan menggunakan rumus kentutasan, dan data kualitatif pada tiap siklus di deskripsikan semua yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar di kelas, yang akan di paparkan sebagai berikut:

SIKLUS I

Pada tahap perencanaan dilakukan kegiatan membuat skenario pembelajaran (lampiran 5), instrumen observasi kegiatan guru dan siswa (lampiran 7), outline materi atau foto kopian materi (lampiran 9). Skenario pembelajaran disusun sebagai langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan belajar mengajar.

Dalam skenario pembelajaran peneliti menyiapkan bahan pelajaran berupa skenario pembelajaran, instrumen untuk mengetahui tingkat keefektifan siswa dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal selama kegiatan belajar mengajar serta soal evaluasi sebanyak 5 nomor yang diperlukan untuk mengetahui kentutasan belajar siswa pada pokok bahasan aritmatika sosial dengan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal.

Pelaksanaan tindakan siklus I mulai tanggal 27 juli sampai tanggal

30 juli 2009 yang terdiri dari dua kali pertamuan. Pertemuan pertama untuk pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal dan pertemuan kedua dilakukan evaluasi.

Dalam siklus I diikuti 40 orang siswa, 21 orang siswa perempuan dan 19 orang siswa laki-laki. yang tidak hadir 5 orang siswa, dua orang sakit, seorang tanpa alasan, dan dua orang izin. Guru telah menyiapkan outline (fotokopi) pembelajaran, skenario pembelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran, instrumen observasi kegiatan guru dan siswa serta alat evaluasi untuk mengetahui kentutasan balajar siswa.

Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan sudah disiapkan sebelum masuk kelas. Pertama guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa, tujuan guru menjelaskan tujuan pembelajaran yaitu agar siswa bisa mengetahui batasan-batasan yang harus dipelajari dan dipahami siswa.

Siswa menyimak dan memperhatikan yang dijelaskan gurunya . setelah itu guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal kepada siswa. Langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal yaitu pertama guru membagi siswa dalam kelompok yang heterogen, kemudian setiap kelompok ditugaskan untuk membuat soal yang akan di kirim ke kelompok lain, kemudian masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan menyampaikan salam dan soal dari kelompoknya (salam kelompok berupa salam biasa atau sorakan ), setiap kelompok

megerjakan soal kiriman dari kelompok lain, setelah selesai jawaban masing-masing kelompok dicocokkan dengan jawaban kelompok yang membuat soal.

Pada saat guru menjelaskan langkah pambelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal siswa mendengarkan dan berusaha memahami yang dijelaskan gurunya, siswa juga disuruh bertanya jika tidak memahami yang dijelaskan gurunya, tapi siswa tidak berani bertanya, kemudian guru membacakan kelompok dan siswa mendengarkan kelompoknya dan ketua kelompok mencatat nama anggota kelompoknya, setelah itu siswa mendengarkan penjelasan materi aritmatika sosial dari gurunya sambil membuka kopian materi, guru membagikan kopian materi karena siswa belum mempunyai buku pegangan. Siswa memperhatikan yang dijelaskan gurunya dan sebagian siswa ada yang bertanya. Setelah materi selesai guru menyuruh siswanya duduk sesuai dengan kelompok yang dibagikan, saat pindah duduk sesuai dengan kelompoknya keadaan kelas sangat ribut karena mereka mencari teman kelompoknya, dalam hal ini guru berusaha menenangkan siswanya, kemudian siswa disuruh membuat soal dari materi aritmatika sosial yang dijelaskan, saat membuat soal ada siswa yang mengganggu temanya dan melakukan pekerjaan lain bahkan mengganggu kelompok lain, disini geru melakukan pendekatan tapi masih ada siswa yang ribut.

Tiap kelompok disuruh membuat tiga soal. Setelah itu guru

memeriksa soal yang dibuat pada masing-masing kelompok di pilih satu soal yang dikatakan sempurna untuk di kirim ke kelompok lain. Setelah semua kelompok selesai membuat soal, siswa disuruh menyiapkan satu perwakilan tiap kelompok untuk disuruh mengirimkan salam dan soal.

Cara mengirimkan salam dan soal yaitu satu perwakilan kelompok membacakan salam dan soal, sedangkan kelompok lain menjawab salam dengan serentak dan mencatat soal yang diterima, cara ini akan dilakukan sampai kelompok yang dibagikan selesai mengirimkan salam dan soal.

Reaksi siswa saat diminta untuk duduk sesuai dengan kelompok yang dibagikan, keadaan kelas sangat ribut karena siswa mencari tempat duduk sesuai dengan kelompoknya dan menyusaikan diri dengan anggota kelompoknya. Saat membuat soal ada siswa yang mengganggu temannya, melakukan pekerjaan lain bahkan mengganggu kelompok lain yang sedang berdiskusi, sedangkan saat menjawab salam dari temanya begitu serempak dan semangat, hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal yakni mengaktifkan siswa. Siswa bersemangat ditandai dengan adanya siswa yang tidak hanya duduk mendengarkan dan memperhatikan yang dilakukan gurunya tetapi dalam hal ini mereka aktif dan tidak pasif, kemudian masing-masing kelompok menjawab soal yang telah diterima, reaksi siswa saat menjawab soal ada yang berdiskusi sesama anggota kelompoknya dan sebagianya masih ada yang melakukan pekerjaan lain, seperti masih adanya siswa yang mengganggu temannya,

ada yang duduk diam tidak mau bergabung dengan temannya yang sedang melakukan diskusi. Setelah jawaban ditemukan, masing-masing perwakilan kelompok yang mengirimkan soal menuliskan jawaban soal yang dikirim dipapan tulis dan kelompok yang menerima soal mencocokkan hasil jawaban dengan hasil jawaban yang dikirim, masih ada sebagian kelompok yang belum sempurna menjawab soal yang dikirim.

Dari tujuh kelompok ada tiga kelompok yang belum sempurna dalam menjawab soal yang dikirim, hal ini disebabkan karena dalam anggota kelompok tersebut kurang memahami yang dijelaskan gurunya, saat guru menjelaskan siswa melakukan pekerjaan lain dan tidak ada kerjasama antar anggota kelompok, dalam hal ini guru harus selalu mengawasi siswa- siswa tersebut dan berusaha melakkukan pendekatan secara individual atau kelompok. Setelah itu guru dan siswa menyimpulkan materi yang dibahas, siswa belum begitu berani untuk mengeluarkan pendapatnya menyimpulkan materi, siswa masih malu-malu. Kemudian guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa dan memberitahukan bahwa pertemuan pada hari kamis akan diadakan tes.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar pada siklus I dengan penerapan pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal dapat ditemukan kelemahan atau kekurangan yang menyebabkan kondisi tidak sesuai dengan metode pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal, adapun kelemahan-kelemahannya yaitu dalam kelompok siswa tidak

saling membantu dalam memahami pelajaran karena siswa masih berusaha beradaptasi dengan anggota kelompokya, dalam hal ini guru harus memberi pengertian kepada siswa untuk saling bekerjasama dalam anggota kelompoknya. Siswa belum berani bertanya jika ada sesuatu yang belum siswa pahami, dalam hal ini guru harus melakukan pendekatan individual kepada siswa untuk berani bertanya dan tidak ragu-ragu untuk mengeluarkan ide-idenya. Tidak semua siswa dapat menerapkan metode pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal, dalam hal ini sebagai seorang guru harus selalu mengawasi dan membimbing siswanya jika ada siswa yang belum memahami penerapan pembelajar kooperatif model berkirim salam dan soal. Tidak adanya kerjasama antar anggota kelompok, disini seorang guru harus melakukan pendekatan kelompok sekaligus memberikan motivasi kepada kelompok dengan pujian yang dapat membuat siswa semangat. Masih ada anggota kelompok yang melakukan pekerjaan lain misalnya mengganggu temanya yang sedang berdiskusi bahkan anggota kelompoknya dan membuka buku yang lain selain buku matematika, dalam hal ini guru harus mengawasi dan membimbing siswa tersebut agar mengikuti kegitan belajar mengajar dan meninggalkan kegiatan lain.

Dapat disimpulkan dalam proses belajar mengajar pada sisklus I dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model barkirim salam dan soal sebagian siswa masih ada yang melakukan pekerjaan lain misalnya

mengganggu temanya yang sedang berdiskusi bahkan anggota kelompoknya dan membuka buku yang lain selain buku matematika, pada siklus I juga sudah ada sebagian kelompok yang kerjasama, serempak menjawab salam, bersemangat dalam belajar dan sebagian siswa sudah mulai aktif menerapakan pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal, tetapi walaupun sebagian siswa sudah mulai aktif tapi masih ada kelemahan atau kekurangan yang telah dipaparkan diatas, kelemahan atau kekurangan diatas akan diperbaiki pada siklus II.

Dalam kegiatan observasi pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal yang diikuti oleh 45 orang siswa diperoleh hasil observasi kegiatan guru yang tertera pada lampiran 7 dan telah dilakasanakan bersamaan dengan observasi kegiatan siswa. Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru pada lampiran 7 yang terdiri dari 13 item masih terdapat deskriptor yaan belum nampak, adapun deskriptor yang belum nampak tersebut antara lain:

1. Guru belum menyampaikan tujuan pelajaran karena guru terlalu tergesa-gesa dalam proses pembelajaran.

2. Guru kurang memberikan motivasi siswa untuk belajar.

3. Guru belum memberikan penghargaan terhadap usaha belajar siswa baik kelompok maupun individu.

4. Guru kurang memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kerja

kelompok.

5. Guru belum membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah disampaikan.

Sedangkan aktivitas siswa berdasrkan hasil observasi lampiran 7 yang terdiri dari 19 item pada siklus I masih terdapat deskriptor yang belum nampak. Adapun deskriptor yang belum terlaksana tersebut adalah:

1. Siswa tidak saling membantu dalam memahami pelajaran karena siswa masih sibuk dengan pekejaan masing-masing.

2. Siswa masih sibuk dengan pekerjaan lain karena kurangnya komunikasi guru dan siswa.

3. Siswa masih ragu merespon apa yang dijelaskan guru karena siswa tersebut masih beradaptasi dengan gurunya.

4. Siswa belum berani mengajukan pertanyaan terkait dengan materi aritmatika sosial yang dijalaskan gurunya.

5. Tidak semua siswa dapat menerapkan metode pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal karena siswa tersebut belum terbiasa dengan metode yang diterapkan.

Aktivitas siswa dan guru yang telah dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung atau deskriptor yang telah dilakasanakan pada saat proses pembelajaran pada siklus I yaitu:

1. Dalam hal materi guru telah menjelaskan materi aritmatika sosial pada siswa dan siswa berusaha memahami materi yang dijelaskan.

2. Guru mebimbing siswa untuk membuat kelompok, dimana dalam satu kelompok anggotanya harus heterogen, heterogen yaitu kemampuan siswa dalam satu kelompok harus beragam dalam artian dalam satu kelompok ada yang pintar, setengah pintar dan ada yang bodoh agar mereka dalam proses belajar mengajar dapat saling membantu.

3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat beberapa soal, siklus I dalam proses pembelajaran guru terlibat membimbing siswa untuk berdiskusi menyelesaikan soal yang diterima.

4. Setiap kelompok di utus satu orang anggota kelompok untuk membawa salam dan soal.

5. Guru membimbing siswa untuk menyelesaikan soal yang diterima, guru didalam hal ini harus menekankan untu bekerjasama dalam menyelesaikan soal yang diterima.

6. Siswa menyelesaikan soal yang diterima dengan berdiskusi walaupun, pada saat dilaksanakan prses pembelajaran siklus I kerja sama kelompok masih kurang.

7. Guru mebimbing siswa untuk mencocokkan jawaban kelompok yang menerima soal dengan jawaban kelompok yang mengrim soal.

8. Dalam mencocokkan jawaban tersebut masih terdapat jawaban yang mereka kerjakan tidak sesuai dengan jawaban yang mengirim

soal, dalam hal ini siswa-siswa tersebut mencoba memperbaiki kesalahannya dalam menyelesaikan soal.

Setelah selesai proses pembelajaran sesuai skenario pembelajaran pada lampiran 5 yang telah direncanakan pada siklus I, dan setelah dilakukan evaluasi diperoleh data, data evaluasi dapat dilihat pada lampiran 11, kemudian data diolah dan diperoleh data sebagai berikut:

Data hasil evalusi belajar siswa siklus I

- Jumlah siswa seluruhnya : 45 orang - Jumlah siswa yang ikut tes : 40 orang - Jumlah siwa yang tuntas : 29 orang - Jumlah siswa yang tidak tuntas : 11 orang - Nilai rata-rata kelas : 67,5 - Persentase ketuntasan : 72,5 %

Dari data tersebut terlihat bahwa sebanyak 40 siswa yang ikut tes evaluasi, terdapat 29 orang siswa yang tuntas dan 11 orang yang tidak tuntas, sehingga kentutasan belajar siswa siklus I adalah 72,5 %. Ini berati indikator penelitian belum mencapai standar kentutasan klasikal, hal ini dilihat dari kriteria kentutasan minimal(KKM) di SMP negeri I woja dompu dengan kentutasan individunya adalah 65 dan kentutasan klasikal adalah 85 %. Dari data tersebut terdapat 11 siswa yang tidak tuntas karena memiliki nilai kurang dari 65.

Refleksi dilakukan pada akhir siklus, pada tahap ini peneliti bersama guru

bertindak sebagai observer mengkaji pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus I, sebagai acuan dalam tahap refleksi ini di gunakan sebagai dasar untuk memperbaiki serta menyempurnakan proses belajar mengajar pada siklus selanjutnya.

Berdasrkan refleksi terhadap proses belajar mengajar yang telah dilaksana kan pada siklus I, maka perlu dilakukan perbaikan terhadap hambatan atau kendala yang terjadi pada siklus I, adapun perbaikan yang harus dilakukan antara lain:

1. Guru harus memiliki keterampilan atau tehnik mengajar agar siswa terlihat lebih aktif dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal.

2. Guru harus menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa sejelas-jelasnya agar siswa dapat memahami apa yang disampaikan dan tidak terlalu tergesa-gesa dalam pembelajaran karena hal itu dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa.

3. Sebelum menyampaikan palajaran guru harus memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar dengan serius agar siswa- siswa tersebut bersemangat dalam balajar.

4. Guru harus memberikan penghargaan terhadap siswa yang berhasil dalam belajar dengan kata-kata pujian atau sesuatu benda yang dapat membuat mereka selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam kelompoknya.

5. Guru harus memberikan motivasi kepada tiap kelompok agar aktif dalam kerja kelompok karena berhasilnya penerapan pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal ini adalah adanya kerja sama kelompok.

6. Diakhir pembelajaran guru harus membimbing siswa untuk merangkum materi.

7. Guru harus menggunakan waktu seefisien mungkin.

Suasana kelas saat diterapkan metode pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal pertama siswa mengikuti proses pembelajaran begitu antusias dan sedikit merasa kebingungan karena mereka baru mengetahui metode pembelajaran tersebut. Sebagian siswa masih ribut dan sebagianya memperhatikan apa yang dijelaskan oleh guru. Setelah mengetahui metode tersebut siswa duduk sesuai dengan kelompok yang telah dibagikan sebelumnya, dalam satu kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa, siswa duduk melingkar sesuai dengan kelompoknya. Guru di depan menjelaskan tentang materi aritmatiaka sosial dan siswa membuka materi yang telah dibagikan terlebih dulu sambil memperhatikan guru yang sedang menjelaskan di depan. Sebagian siswa berusaha memahami yang dijelaskan gurunya walaupun sebagian siswa ada yang melakukan pekerjaan lain.

Setelah itu siswa berdiskusi untuk membuat soal dan menyelesaikan soal. Pada saat membuat soal ada siswa yang kerja sama dan ada sebagian

siswa yang tidak mau bekerja sama dengan kelompoknya, siswa begitu bersemangat saat menjawab salam yang di bawakan temanya, siswa yang merasa bosan dan tidak mau mengikuti diskusi mulai menyukai dan bergabung sama temannya untuk menjawab salam, di sini mereka termotivasi dan bersemangat. Setelah itu perwakilaln kelompok menuliskan jawaban dari soal yang dikirim dan siswa yang menerima soal mencocokkan jawabanya, masih terdapat kelompok yang dalam menyelesaikan soal masih belum sempurna. Kondisi-kondisi tersebut yang akan ditekankan pada siklus II, pada siklus II guru berusaha memperbaiki kesalahan pada siklus I.

SIKLUS II

Proses belajar mengajar pada siklus II sama dengan siklus I yaitu mempersiapkan segala perangkat pelajaran yang dibutuhkan antara lain skenario pembelajaran (lampiran 6), outline (fotokopi) materi pelajaran (lampiran 10), instrument observasi kegiatan guru dan siswa (lampiran 8) dan soal evaluasi (lampiran 3). Pelaksanaan tindakan siklus II mulai tanggal 3 agustus sampai tanggal 6 agustus 2009 yang terdiri dari dua kali pertemuan. Pertemuan pertama untuk pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran berkirim salam dan soal dan pertemuan kedua dilakukan evaluasi.

Dalam siklus II diikuti 43 orang siswa, 20 orang siswa perempuan dan 23 orang siswa laki-laki. Disamping itu guru telah menyiapkan outline

(fotokopi) pembelajaran, skenario pembelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi kegiatan guru dan siswa serta alat evaluasi untuk mengetahui kentutasan balajar siswa. Sebelum pelaksanaan siklus II guru dan peneliti bediskusi menemukan kesalahan-kasalahan yang membuat siswa pada siklus I kurang aktif selama kegiatan belajar mengajar dan hasil evaluasi belum mencapai hasil maksimal sesuai kentutasan klasikal yang telah ditentukan, selain itu berusaha mencari solusi agar dalam kegiatan belajar mengajar siswa semuanya aktif dengn kondisi kelas yang nyaman dan tertib.

Siklus II kegiatan belajar mengajarnya dilakuakan sepeti siklus I, tapi yang membedakan siklus I dan siklusII yaitu guru lebih menekankan kepada siswa yang pada siklus I masih kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya masih mengganggu temannya, belum berani bertanya dan mengacaukan kondisi kelas. Dalam hal ini guru melakukan pendekatan secara individual kepada anggota kelompok yang kurang aktif atau mengganggu temanya selama kegiatan belajar mengajar dan pendekatan kelompok, akibat dilakukan hal tersebut siswa bisa menyesuaikan diri dan berani bertanya jika tidak mengerti atau memahami materi yang dijelaskan. Pada siklus II juga dilakukan evaluasi seperti pada siklus I. Kondisi siswa pada siklus II dalam kegiatan belajar mengajar sudah mulai aktif, berani mengeluarkan pendapatnya, misalnya siswa bertanya dan tidak ragu-ragu lagi kepada gurunya, tiap kelompok sudah

mulai bekerjasama, saling membantu jika salah satu anggota kelompoknya belum mengerti dengan penyelesaian materi aritmatika sosial dan sudah mulai mengerti bahwa masing-masing anggota dalam kelompokya mempunyai tanggung jawab.

Setelah selesai proses pembelajaran maka dilakukan evaluasi. Data evaluasi siklus II dapat dilihat pada lampiran 12 dan setelah data diolah diperoleh data sebagai berikut:

Data hasil evalusi belajar siswa siklus II - Jumlah siswa seluruhnya : 45 orang - Jumlah siswa yang ikut tes : 43 orang - Jumlah siwa yang tuntas : 38 orang - Jumlah siswa yang tidak tuntas : 5 orang - Nilai rata-rata kelas : 73,90 - Persentase ketuntasan : 88,37 %

Dari data tersebut terlihat bahwa sebanyak 43 siswa yang ikut tes evaluasi, terdapat 38 orang siswa yang tuntas, sehingga kentutasan belajar siswa pada siklus II adalah 88,37 %. Ini berati ini berarti hasil penelitian sudah mencapai standar ketuntasan klasikal, hal ini dapat dilihat dari kriteria kentutasan minimal (KKM) di SMP negegri I woja Dompu dengan kentutasan individunya adalah 65 dan kentutasan klasikal adalah 85 %.

Dari data tersebut terdapat 11 siswa yang tidak tuntas karena memiliki nilai kurang dari 65. dari data tersebut diatas terdapat 5 0rang siswa yang

tidak tuntas karena memiliki nilai kurang dari atau sama dengan 65.

Berdasarkan hasil observasi pada siklus II secara umum proses pembelajaran berjalan dengan baik, interaksi antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa sudah aktif. Berdasrkan pengalaman pembelajaran siklus I, guru terkesan lebih siap baik dalam menyampaikan materi, menciptakan suasana kelas yang kondusif, guru lebih aktif memberikan bimbingan pada siswa dalam diskusi dan guru sudah bisa mengatur waktu sesuai dengan alokasi waktu, sedangkan siswa sudah mulai aktif mengikuti proses belajar yang ditandai dengan adanya siswa yang sudah aktif dalam mengikuti diskusi kelompok, interaksi antara siswa dan guru mulai Nampak dengan adanya siswa yang mulai betanya kepada guru jika ada materi yang belum dipahami.

Pada siklus II ini siswa mulai aktif untuk berdiskusi dibandingkan dengan keadaan siswa pada siklus I, siswa dituntut untuk benar-benar memahami materi, kerja sama yang kurang Nampak pada siklus I, mulai Nampak pada siklus II, siswa yang tidak mau berdiskusi dengan anggotanya pada siklus I sudah mulai bekerja sama dengan anggota kelompoknya untuk membuat soal dan menyelesaikan soal yang diterima atau soal yang dikirim, pada siklus II dapat disimpulkan siswa sudah mulai aktif dalam berdiskusi sesuai dengan hasil observasi yang terdapat pada lampiran 8.

Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh selama pelaksanaan

siklus II pada pokok bahasan aritmatika sosial, proses belajar mengajar sudah sesuai dengan skenario pembelajaran dan hasil evaluasi belajar sudah tercapai, suasana dalam kelas sudah menunjukkan keaktifan, siswa yang pada siklus I yang pasif sudah mulai aktif dalam membuat soal dan menyelesaikan soal yang dikirim, siswa sudah mulai aktif bertanya kepada guru atau anggota kelompoknya jika ada materi yang dibahas yang belum siswa pahami. Pada siklus II ini juga siswa sudah berani memberikan tanggapan terhadap temanya jika temannya dalam menyelesaikan soal belum sempurna.

Keunggulan metode pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan saoal ini terlihat jelas dapat melatih siswa untuk berani mengeluarkan ide-idenya dan siswa dapat memahami materi yang dibahas Karena dalam metode ini siswa dituntut untuk membuat soal dari materi yang dipelajari dan soal tersebut diselesaikan oleh siswa juga. Jadi metode ini tidak tergantung pada gurunya tapi siswa yang berperan aktif, dalam anggota kelompoknya siswa sama-sama dihargai tidak memandang dari kemampuan siswa, mereka bekerjasama untuk mendapatkan yang terbaik dan dapat menyemangati siswa dengan adanya salam karena siswa yang merasa bosan dalam belajar tiba-tiba bersemangat dan kompak menjawab salam yang dikirim oleh kelompok lain.

Dokumen terkait