• Tidak ada hasil yang ditemukan

siklus II pada pokok bahasan aritmatika sosial, proses belajar mengajar sudah sesuai dengan skenario pembelajaran dan hasil evaluasi belajar sudah tercapai, suasana dalam kelas sudah menunjukkan keaktifan, siswa yang pada siklus I yang pasif sudah mulai aktif dalam membuat soal dan menyelesaikan soal yang dikirim, siswa sudah mulai aktif bertanya kepada guru atau anggota kelompoknya jika ada materi yang dibahas yang belum siswa pahami. Pada siklus II ini juga siswa sudah berani memberikan tanggapan terhadap temanya jika temannya dalam menyelesaikan soal belum sempurna.

Keunggulan metode pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan saoal ini terlihat jelas dapat melatih siswa untuk berani mengeluarkan ide-idenya dan siswa dapat memahami materi yang dibahas Karena dalam metode ini siswa dituntut untuk membuat soal dari materi yang dipelajari dan soal tersebut diselesaikan oleh siswa juga. Jadi metode ini tidak tergantung pada gurunya tapi siswa yang berperan aktif, dalam anggota kelompoknya siswa sama-sama dihargai tidak memandang dari kemampuan siswa, mereka bekerjasama untuk mendapatkan yang terbaik dan dapat menyemangati siswa dengan adanya salam karena siswa yang merasa bosan dalam belajar tiba-tiba bersemangat dan kompak menjawab salam yang dikirim oleh kelompok lain.

dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal pada pokok bahasan aritmatika sosial. Sebelum melaksanakan pembelajaran pada siklus I terlebih dulu telah disusun perencanaan pelaksanaan yaitu membuat skenario pembelajaran, skenario pembelajaran disusun sebagai langkah yang akan dilakukan peneliti dalam kegiatan belajar mengajar, selain membuat skenario pembelajaran peneliti juga menyiapkan lembar observasi aktivitas guru dan siswa untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi aritmatika sosial, peneliti juga menyiapkan alat evaluasi berupa soal sebanyak 5 nomor.

Siklus I proses pembelajaran di kelas VII-D pada siklus I sesuai dengan yang diamati, siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan materi aritmatika sosial yang disampaikan oleh gurunya, keadaan guru saat menjelaskan siswa membuka materi atau otline yang dijelaskan, sebagian siswa ada yang ribut dan mengacaukan keadaan kelas. Setelah itu guru membacakan kelompok yang telah dibagikan sebelumnya, dalam satu kelompok ada yang 4 sampai 5 orang, setelah itu siswa menyesuaikan dan pindah duduk sesuai dengan kelompok yang dibagikan, keadaan siswa duduk saat pindah duduk sangat ribut karena mereka mencari teman kelompoknya, dalam keadaan ini guru melakukan bimbingan kepada siswan-siswanya agar mereka bisa tenang dan tidak ribut, guru berusaha menenangkan siswanya, kemudian masing-kelompok membuat soal yang akan di kirim ke kelompok lain, keadaan siswa saat membuat soal

siswanya ada yang ribut, dalam keompok masih ada yang mengganggu teman kelompoknya, bahkan ada seorang siswa yang suka jahil dan mengganggu kelompok lain. Dalam hal ini guru berusaha memberikan bimbingan tapi siswa tersebut tetap bandel, walaupun kadang-kadang diam tapi diamnya Cuma sebentar, suasana kelas sangat kacau ada sebagian siswa yang saling menegur untuk diam, hal ini yang menyebabkan keadaan atau suasana kelas ribut.

Guru memilih salah satu soal yang cocok untuk dikirim ke kelompok lain dengan cara guru mendatangi satu persatu pada tiap kelompok, membacakan soal yang telah dibuat oleh kelompok tertentu kemudian memilih soal yang cocok. Masing-masing kelompok mempersiapkan satu anggota kelompok sebagai perwakilan untuk menyampaikan salam dan soal. Perwakilan kelompok I membacakan salam yang berupa sorak-sorakan atau yel-yel. Salam kelompok I “ kami kelompok I paling manis” kemudian kelompok 2,3,4,5,6, dan 7 menjawab salam dengan serempak “ ya!! Kelompok I paling manis”. setelah itu mengirimkan salam yang telah dibuat dengan cara membacakan soal tersebut.perwakilan kelompoknya bernama kurnia, kurnia kemudian membacakan soalnnya “ ibu Salmah membeli sebuah HP dengan harga Rp.700.000, kemudian ibu tersebut menjual kembali dengan hargaRp.650.000, berapa kerugian yang dialami ibu salmah ? “. Kelompok lain menuliskan soal yang telah dibacakan sebagi tanda kelompok tersebut

sudah menerima soal yang di kirim. Kegiatan ini akan berlanjut sampai kelompok 7, kegiatan yang dilakukakan seperti yang dilakukan oleh kelompok I. masing-masing kelompok mengerjakan soal yang telah diterima, setelah semua kelompok mendapatkan jawaban dari soal yang di kirim tersebut, masing-masing kelompok mencocokan jawaban dengan jawaban yang membuat soal, dengan cara satu perwakilan kelompok menuliskan jawaban soal yang di kirim di papan tulis dan kelompok lain mencocokan jawabanya. Dari 7 kelompok ada tiga kelompok yang dalam menyelesaikan soal kurang sempurna, hal ini di sebabkan karena kuranngnya sikap kerjasama antar anggota kelompok, kurang teliti dalam menyelesaikan soal dan saat guru menjelaskan sebagian anggota kelompoknya melakukan pekerjaan lain, setelah itu jawaban tiap kelompok dikumpulkan.

Dari kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dapat di simpulkan hasil pengamatan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal masih belum sempurna ditandai dengan masih adanya siswa ataupun siswi yang melakukan pekerjaan lain, mengganggu temannya yang sedang melakukan diskusi, belum adanya kejasama diantara anggota kelompok dan kejasama dalam berdiskusi seperti yang diharapkan pada pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal. Dalam hal ini guru melakukan bimbingan secara individual dan kelompok pada anggota kalompok yang

masih melakukan kegiatan lain yang menyebabkan pembelajaran kooperafatif model berkirim salam dan soal tidak tercapai.

Berdasarkan data hasil evaluasi siklus I pada pokok bahasan aritmatika sosial menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas sebesar 67,65 dengan persentase ketuntasan 72,5 % . Ini berarti indikator penelitian belum mencapai standar kentutasan klasikal . hal ini dilihat dari kriteria kentutasan minimal (KKM) di SMP Negeri I woja dompu dengan kentutasan individunya adalah 65 dan kentutasn klasikal adalah 85 %.

Hasil observasi hasil pembelajaran masih menunjukan kekurangan dan kelemahan, ini di sebabkan karena suasana kelas masih kurang kondusif dimana sebagian siswa pada saat membuat soal masih ada siswa yang mengganggu temannya, melakukan pekerjan lain bahkan mengganggu kelompok lain yang sedang berdiskusi sedangkan saat menjawab soal sebagian siswa masih ada yang melakukan pekerjaan lain seperti masih adanya siswa yang mengganggu temanya, ada yang duduk diam tidak mau bergabunng dengan temanya yang sedang melakukan didskusi dan tidak adanya kerjasama antar anggota kelompok sehingga untuk pertemuan berikutnya guru harus bisa menciptakan suasana kelas yang kondusif dan membimbing siswa dalam menyimpulkan materi. Dalam hal ini belum sejalan dengan pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal, dimana dalam “pembelajaran kooperatif madel berkirim salam dan soal memberi kesempaan kepada siswa untuk melatih pengetahuan dan

keterampilan merka untuk bekerjasama dalam membuat pertanyaan sendiri dan menjawab pertanyaan yang dibuat teman sekelasnya.” Ibrahim(2000) dalam isjoni(2007) “dalam penerapan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan nilai akademik siswa atau dapat meningkatkan hasil belajar siswa, selain itu juga tidak memandang siswa dari ras, budaya, kelas, kemampuan, tetapi menerima siswa apa adanya dan dapat mengembangkan keterampilan bekerjasama siswa dan berkaloboratif dengan anggota kelompoknya.”

Pada metode ini juga dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal.

”Faktor eksternal dikelompokan menjadi tiga yaitu faktor keluarga, Masyarakat dan sekolah, faktor sekolah yang terdiri dari metode pembelajaran, kurikulum, relasi antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa.” Belum tuntasnya hasil belajar pada siklus I sub pokok bahasan aritmatika sosial disebabkan relasi antara guru dan siswa kurang. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil observasi yang menunjukkan kurangnya interaksi antara guru dan siswa. Kurang interaksi antara guru dengan siswa secara akrab menyebabkan proses belajar itu kurang lancar. Masih ada sebagian siswa yang tidak mengerti terhadap materi yang didiskusikan dan malu untuk bertanya pada guru, sehingga hasil yang diperoleh kurang maksimal. Dalam hal ini juga terjadi gejala matematika phobia (ketakutan anak terhadap matematika) yang melanda sebagian siswa sebagai akibat tak kenal maka tak sayang.

Hasil refleksi siklus I mengisyaratkan dan perlu adanya perbaikan tindakan, antara lain: Guru harus dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif, guru harus berupaya merebut siswanya dan berani bertanya apabila siswa kurang mengerti dengan materi yang didiskusikan.

Disamping itu guru harus memiliki keterampilan atau tehnik mengajar agar siswa terlihat lebih aktif dalam menerapkan pembelajaran kooperatif model berkirim salam dan soal, sebelum menyampaikan pelajaran guru harus menyampaikan kepada siswanya agar siswa dapat memahami apa yang ingin didiskusikan dan guru juga harus memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar dengan serius agar siswa tersebut bersemangat dalam belajar.

Dalam hal ini juga guru harus memberikan penghargaan terhadap siswa yang berhasil dalam belajar dengan kata-kata pujian atau sesuatu benda yang dapat membuat mereka selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam kelompoknya, guru juga harus memberikan bimbingan kepada siswa yang kurang pemahamanya baik secara individual maupun kelompok, selain itu juga guru harus memberikan motivasi kepada tiap kelompok agar aktif dalam kerja kelompok karena berhasilnya penerapan pembelajaran ini adalah adanya kerja sama dalam kelompok. Adapun

”tujuan utama penerapan pembelajaran kooperatif/cooperatif learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman – temanya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan

kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasanya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.”

Guru harus berusaha melakukan pendekatan individual misalnya berusaha memahami anak didik sebagai mahluk individual dengan segala persamaan dan perbedaanya. Disamping itu hendaknya menggunakan pendekatan kelompok yakni berusaha memahami anak didiknya sebagai mahluk sosial ketika menyampaikan materinya. Guru hendaknya berusaha memberikan bimbingan dan mengarahkan anak didik agar menjadi manusia yang berilmu pengetahuan dimasa depan.

Berdasarkan data hasil evaluasi siklus II pada pokok bahasan aritmatika sosial menunjukan peningkatan dari siklus sebelumnya yaitu terdapat nilai rata-rata kelas sebesar 73,90 dengan ketuntasan belajar klasikal 88,37 %. Ini berarti hasil penelitian sudah mencapai standar ketuntasan klasikal. Hal ini dilihat dari kriteria ketutasan minimal (KKM) di SMP Negeri I woja dompu dengan kentutasan individunya adalah 65 dan kentutasan klasikal adalah 85 %.

Proses pembelajaran pada siklus II terlaksana lebih baik dari sebelumnya, hasil observasi pembelajaran siklus II menunjukkan kegiatan belajar mengajar sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan karena siswa-siswa yang kurang aktif pada siklus I mulai aktif pada siklus II, siswa mulai bekerja sama antara anggota kelompoknya dan mulai menyadari bahwa anggota kelompok mempunyai tanggung jawab masing-

masing. ”Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan- keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas.

Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas anggota kelompok selama kegiatan.”

Dengan memperhatikan proses pembelajaran dan hasil evaluasi yang diperoleh, diketahui bahwa penerapan pembelajaran kooperatif berkirim salam dan soal yang dilakukan secara berkelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan aritmatika sosial kelas VII-D semester I SMPN I woja Dompu tahun ajaran 2009/2010.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait