dengan instrumen PLPG serta maksimalisasi tingkat pemberdayaan mereka pada institusi/madrasah/sekolah tempat bertugas.
sudah mencapai ketentuan standar ideal, baik pada tahapan konteks, masukan, proses, dan produk. Penelitian tersebut benar-benar bersifat evaluatif yang secara khusus dilakukan untuk kepentingan evaluasi dengan melihat hasil skor tes dan angket yang diuji secara kuantitatif.
Penelitian dengan penggunaan model CIPPO di dalam lingkup Pondok Pesantren dilakukan oleh Muhammad Nur. Tajuk penelitiannya adalah ―Evaluasi Program Pelaksanaan Pondok Pesantren Modern Madrasah Ulumul Qur‘an (MUQ) Langsa (Penelitian Evaluatif Berdasarkan Model CIPPO)‖.75 Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang objektif dan untuk menyelidiki seberapa efektif pengelolaan Pondok Pesantren MUQ Modern Langsa. Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif yang menggunakan model CIPPO yang terdiri dari 5 (lima) komponen evaluasi, yaitu: (1) evaluasi konteks, (2) evaluasi input, (3) evaluasi proses, (4) evaluasi produk, dan (5) evaluasi outcome. Temuan dalam konteks evaluasi mengungkapkan bahwa Pondok Pesantren MUQ modern yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk menanamkan pendidikan yang baik bagi generasi muda Islam. Penelitian ini juga merekomendasikan bahwa MUQ harus meningkatkan semua program dengan kriteria yang telah ditetapkan.
75Muhammad Nur. ―Evaluasi Program Pelaksanaan Pondok Pesantren Modern Madrasah Ulumul Qur‘an (MUQ) Langsa (Penelitian Evaluatif Berdasarkan Model CIPPO)‖ (Tesis, Universitas Negeri Jakarta, 2011).
Selanjutnya, Muhammad Hayun menggunakan model CIPO dalam penelitian tesisnya.76 Penelitian evaluatif Hayun tersebut bertujuan untuk melihat kesesuaian antara kondisi realitas sekolah dengan kriteria standar penyelenggaraan berdasarkan pedoman penyelenggaraan RSBI tingkat SMA dan berdasarkan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 78 Tahun 2009 tentang Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), dengan melihat beberapa indikator yang ada. Pendekatan penelitian evaluasi yang digunakan adalah model CIPO, yaitu context, input, procces dan output.
Hasil temuan penelitian pada masing-masing komponen tahapan evaluasi menunjukkan penyelenggaraan program RSBI pada SMAN 1 Mataram sudah sesuai dengan standar penyelenggaraan atau berkategori aktualitas tinggi. Hanya saja pada pemenuhan kualifikasi pendidikan tenaga pendidik dan kependidikan yang mengamanatkan bahwa jumlah tenaga pendidik pada sekolah penyelenggara RSBI pada tingkat SMA 30% berpendidikan magister (S2) atau doktor (S3), dan SMAN 1 Mataram baru mempunyai 8 orang guru atau sekitar 15% dari ketentuan yang ada. Selain itu, pada komponen output, penelitian Hayun menunjukkan masih rendahnya perolehan prestasi siswa pada ajang olimpiade tingkat nasional dan internasional pada bidang akademik dan non akademik, sehingga perlu memacu semua stakeholder yang ada dalam meningkatkan kelemahan yang ada.
76Muhammad Hayun. ―Evaluasi Pelaksanaan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMAN 1 Kota Mataram (Penerapan Evaluasi Program Model CIPO)‖ (Tesis, Universitas Negeri Jakarta, 2012), h. 257-266.
Begitu juga Rusyadi menggunakan model CIPP dalam penelitiannya yang bertajuk ―Evaluasi Program Kelas Astra Cooperation (AC) pada SMK Negeri 5 Makassar (Studi Evaluasi Model CIPP terhadap program kerjasama antara SMK Negeri 5 Makassar dan PT Astra Internasional)‖.77 Penelitian tersebut menampakkan hasil bahwa dari komponen konteks memiliki nilai tinggi (landasan program, kebutuhan masyarakat dan kelayakan sekolah), input sedang (rekruitmen siswa, keadaan guru, kurikulum dan fasilitas belajar), proses tinggi (pembelajaran di sekolah, pembelajaran praktik kerja industri, pembelajaran praktik di laboratorium/ bengkel) dan produk tinggi (hasil ujian nasional, hasil ujian kompetensi, tanggapan dunia usaha industri). Menurut penulis, penelitian dengan menggunakan model CIPP tersebut telah memberikan hasil yang akurat, sehingga dapat memberikan informasi berharga terkait pelaksanaan program kerjasama, apalagi dengan pihak dunia industri (dalam hal ini PT Astra Internasional).
Selanjutnya, Henry Singarasa melakukan penelitian dengan penggunaan model CIPPO (Context, Input, Proccess, Product, dan Outcome) dari Gilbert Sax terhadap program sertifikasi dosen di Universitas Palangkaraya Kalimantan Tengah.78 Penelitian Singarasa tersebut secara spesifik mengkaji tentang tujuan, perencanaan, proses
77Rusyadi. ―Evaluasi Program Kelas Astra Cooperation (AC) pada SMK Negeri 5 Makassar (Studi Evaluasi Model CIPP terhadap program kerjasama antara SMK Negeri 5 Makassar dan PT Astra Internasional)‖ (Disertasi, Universitas Negeri Jakarta, 2012).
78 Henry Singarasa. ―Evaluasi Program Sertifikasi Dosen di Universitas Palangkaraya‖ (Disertasi, Universitas Negeri Jakarta, 2012).
kompetensi dosen dan kinerja dosen yang secara linier dikaitkan dengan setiap komponen CIPPO tersebut. Terkhusus komponen outcome, dikaji secara lebih mendalam erat terkait dengan kinerja dosen setelah mengikuti proses sertifikasi sehingga sangat beralasan jika Singarasa menggunakan model CIPPO dalam penelitiannya.
Metode CIPP selanjutnya digunakan juga oleh Giri Saptoaji dalam penelitiannya berjudul ―Evaluasi Program Diklat Teknis Kementerian Kesehatan: Studi Kasus Pelatihan Pengarusutamaan Gender Bidang Kesehatan‖.79 Penelitian serius Saptoaji tersebut menunjukkan hasil bahwa dari aspek konteks, kondisi lingkungan strategis memerlukan Diklat Pengarusutamaan Gender Bidang Kesehatan (PUG BK), namun perlu dilengkapi dengan analisis kebutuhan diklat yang lengkap. Meskipun program telah didukung oleh sumberdaya dan kebijakan yang memadai, namun masih kurang dalam program prioritas dan perlu analisis instruksional serta dukungan keuangan. Untuk aspek input, perencanaan program secara umum memadai, namun perlu peningkatan khususnya pada legitimasi peraturan, persyaratan khusus bagi penyelenggara dan peserta, prosedur kerja dan peningkatan kualitas bahan ajar cetak serta dukungan anggaran yang kontinu. Selanjutnya, untuk aspek proses, pelaksanaan program cukup baik, namun perlu peningkatan terhadap kompetensi penyelenggara dan pengajar, operasionalisasi jadwal dan penggunaan fasilitas serta pemahaman latar belakang peserta.
79 Giri Saptoaji. ―Evaluasi Program Diklat Teknis Kementerian Kesehatan: Studi Kasus Pelatihan Pengarusutamaan Gender Bidang Kesehatan‖ (Disertasi, Universitas Negeri Jakarta, 2015).
Melalui penelusuran penelitian yang relevan tersebut patut ditegaskan bahwa penelitian ini merupakan penelitian pertama dalam bentuk disertasi dengan model CIPPO, yang secara khusus berkaitan dengan evaluasi program Peningkatan Kualifikasi S1 melalui DMS yang diselenggarakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Bali, khususnya melalui LPTK Rayon 10 IAIN Mataram.