• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Evaluasi Program yang Dipilih

Pada awal bab I bagian B telah dijelaskan 8 (delapan) model evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli, yaitu: (1) model evaluasi berorientasi tujuan, (2) evaluasi bebas tujuan, (3) evaluasi formatif- sumatif, (4) evaluasi countenance, (5) evaluasi CSE-UCLA, (6) evaluasi discrepancy, (7) evaluasi CIPP, dan (8) evaluasi CIPPO. Selaras dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, untuk mengevaluasi Program Peningkatan Kualifikasi S1 PGMI dan PAI melalui DMS di LPTK IAIN Mataram secara komprehensif, baik pada komponen konteks, input, proses, produk maupun dampak/pengaruhnya, maka dalam penelitian ini model evaluasi program yang dipilih adalah model CIPPO.

Adapun konsep dan tahapannya sebagai berikut:

1. Evaluasi Konteks (Context)

Pada prinsipnya, evaluasi konteks (context) dimaknai sebagaimana istilah Sax (sebagaimana dikutip Widoyoko): ―…the delineation and specification of project‘s environment, it‘s unmet, the population and sample individual to be served, and the project objectives. Contect evaluation provides a rationale for justifying a particular type of program

intervention‖.63 Evaluasi konteks merupakan penggambaran dan spesifikasi tentang lingkungan program, kebutuhan yang belum dipenuhi, karakteristik populasi dan sampel dari individu yang dilayani dan tujuan program. Evaluasi konteks membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program.

Lebih lanjut menurut Daniel Stufflebeam, sebagaimana dikutip Wirawan, evaluasi konteks untuk menjawab pertanyaan: Apa yang perlu dilakukan? (What needs to be done?). Evaluasi ini mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-kebutuhan yang mendasari disusunnya suatu program.

Dalam hal ini, ada 3 hal yang berkaitan erat, yaitu (a) berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan: apa yang perlu dilakukan?, (b) waktu pelaksanaan: sebelum program diterima, dan (c) keputusan: perencanaan program.64

Evaluasi konteks (context evaluation), orientasi utamanya adalah untuk mengidentifikasi, menilai kebutuhan, masalah yang terjadi, aset atau sumber daya yang tersedia, dan peluang yang dimiliki, guna membantu para pengambil kebijakan untuk menentukan tujuan dan skala prioritas, membantu pengguna program dalam menetapkan tujuan, skala prioritas dan hasil yang hendak dicapai.

Evaluasi konteks berupaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang

63 Widoyoko, op.cit., h. 181-182.

64 Wirawan, op.cit., h. 92.

dilayani, dan tujuan proyek. Dengan kata lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan kelemahan dari obyek tertentu yang akan atau sedang berjalan. Selain itu, konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu program. Analisis ini akan membantu dalam merencanakan keputusan, menetapkan kebutuhan dan merumuskan tujuan program secara lebih terarah dan demokratis.

Selanjutnya, evaluasi konteks dalam penyelenggaraan Program DMS dilakukan dengan tujuan ingin mengetahui apakah tujuan-tujuan program telah sesuai dengan kebijakan pemerintah, kebutuhan masyarakat, ataupun kondisi lingkungan.

2. Evaluasi Masukan (Input)

Evaluasi masukan (input), orientasinya adalah mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur sebagai strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi masukan merupakan evaluasi yang bertujuan menyediakan informasi untuk menentukan bagaimana menggunakan sumber daya yang tersedia dalam mencapai tujuan program.

Menurut Tayibnapis, evaluasi input merupakan evaluasi yang dapat menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan serta bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.65

65 Tayibnapis, op. cit., h. 14.

Lebih lanjut, evaluasi masukan (input) untuk mencari jawaban atas pertanyaan: apa yang harus dilakukan? (What should be done?). Evaluasi ini mengidentifikasi problem, aset, dan peluang untuk membantu para pengambil keputusan mengidentifikasi tujuan, prioritas-prioritas, dan membantu kelompok-kelompok lebih luas pemakai untuk menilai tujuan, prioritas, dan manfaat-manfaat dari program, menilai pendekatan alternatif, rencana tindakan, rencana staf, dan anggaran untuk feasibilitas dan potensi cost efffectiveness untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang ditargetkan. Para pengambil keputusan memakai evaluasi masukan dalam memilih di antara rencana-rencana yang ada, menyusun proposal pendanaan, alokasi sumber-sumber, menempatkan staf, menskedul pekerjaan, menilai rencana-rencana aktivitas, dan penganggaran.66

Dengan demikian evaluasi masukan (input) terhadap program DMS dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui cara bagaimana tujuan- tujuan dari program dapat dicapai. Dalam penelitian ini evaluasi dilakukan pada aspek-aspek yang meliputi: proses rekrutmen peserta didik, tenaga pendidik, kurikulum, ketersediaan sarana prasarana, administrasi dan tata kelola, serta partisipasi masyarakat atau stake holder penyelenggaraan program DMS di LPTK Rayon 10 IAIN Mataram.

3. Evaluasi Proses (Process)

Evaluasi proses menunjuk pada apa (what) kegiatan yang dilakukan dalam program, siapa (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung

66 Wirawan, op. cit., h. 93.

jawab program, kapan (when) kegiatan akan selesai. Menurut Suharsimi Arikunto evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di dalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana.67

Lebih lanjut Widoyoko mengemukakan, evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sekaligus sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Begitu juga evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program. Ringkasnya, evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki.68

Evaluasi proses (process), orientasinya untuk mengidentifikasi, memprediksi kelemahan dalam prosedural atau pelaksanaannya, memberikan informasi keputusan terhadap program, perekaman, prosedur dan aktivitasnya.69 Setiap aktivitas dimonitor dan dicatat dengan cermat dan jujur, mencatat segala perubahan yang terjadi amat penting karena setiap data yang diperoleh akan berguna bagi pengambil kebijakan untuk keberlangsungan program, di samping catatan tersebut akan berguna untuk mengukur kekuatan dan kelemahan proses program tersebut.

Evaluasi proses (process) dalam penelitian ini adalah evaluasi pada proses perkuliahan yang diawali dari tahap proses perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan

67 Arikunto dan Cepi, op. cit., h. 47.

68 Widoyoko, op. cit., h. 182-183.

69 Stufflebeam dan Shinkfield, op. cit., h. 335.

pengawasan pembelajaran (MONEV) pada program DMS LPTK Rayon 10 IAIN Mataram.

4. Evaluasi Hasil (Product)

Evaluasi hasil atau produk (product), merupakan kumpulan gambaran dan hasil dari penilaian yang terkait dengan tujuan, konteks, input, dan proses yang kemudian ditafsirkan, dinilai, dimaknai dengan jujur. Tujuan evaluasi hasil untuk mengukur, menafsirkan, dan menilai prestasi program. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan sejauh mana evaluand memenuhi kebutuhan program yang sebenarnya. Umpan balik mengenai pencapaian penting baik selama siklus kegiatan hingga pada kesimpulan. Evaluasi produk harus menilai tujuan dan hasil yang diinginkan baik hasil positif maupun negatif.70

Fungsi utama evaluasi produk/hasil seperti dirumuskan oleh Sax, sebagaimana yang dikutip oleh Widoyoko, adalah ―to allow the project director (or teacher) to make decision regarding continuation, termination, or modification of program.‖ Dari hasil evalusi proses diharapkan dapat membantu pimpinan proyek atau guru untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir, maupun modifikasi program.71

Evaluasi produk berkaitan dengan hasil dari sebuah program.

Evaluasi ini merupakan catatan pencapaian hasil dan keputusan-keputusan untuk perbaikan, pelaksanaan atau aktualisasi. Aktivitas evaluasi produk

70 Ibid., hh. 344-345.

71 Widoyoko, op.cit., h. 183.

adalah upaya mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai.

Pengukuran dikembangkan dan diadministrasikan secara cermat dan teliti.

Keakuratan analisis akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan pengajuan saran sejauhmana produk dapat dicapai sesuai dengan standar kelayakan.

Komponen evaluasi hasil dalam penelitian ini membatasi pada output dari bagian-bagian yang dapat dijangkau khususnya pada hasil belajar mahasiswa program DMS di LPTK Rayon 10 IAIN Mataram, apakah sudah dapat menyelesaikan studinya tepat waktu sesuai target yang telah ditetapkan atau tidak. Di samping itu, evaluasi produk dalam penelitian ini juga ditujukan untuk mengevaluasi kompetensi yang dimiliki mahasiswa sebagai hasil bentukkan dari proses pembelajaran, baik kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial maupun kompetensi profesional.

5. Evaluasi Outcome

Sejatinya, outcome dapat diartikan sebagai hasil atau output dari suatu kegiatan. Namun, outcome berbeda dengan output. Untuk lembaga tertentu, output ditunjukkan dengan kuantifikasi terhadap barang atau jasa yang diberikan tanpa memandang dampak sosial yang lebih luas. Dengan demikian, umumnya output dapat diukur tanpa kesulitan yang berarti, dan

indikator-indikatornya tersedia secara fisik. Namun, penilaian outcome adalah konsekuensi dari hasil yang tidak berwujud dari suatu program.72

Dapat dikatakan bahwa penilaian outcome tergantung pada nilai- nilai yang ada pada output. Hal ini untuk membedakan antara output (yang sering dikuantifikasikan dan dilihat secara obyektif), dengan kualitas output yang tergantung pada persepsi dan penilaian individu terhadap output. Pandangan seperti ini menyiratkan adanya identitas dari suatu bentuk.

Evaluasi outcome adalah evaluasi yang difokuskan pada dampak jangka panjang dari hasil belajar yang diperoleh peserta didik. Evaluasi ini baru diketahui setelah peserta didik memanfaatkan hasil belajar yang diperolehnya dalam berbagai aktifitas dan konteks.73 Outcome bukan aktivitas, atau program itu sendiri, melainkan dampak langsung yang dirasakan peserta didik (siswa) baik berupa perubahan tingkat pemikiran, perbuatan, kebiasaan, sikap, prestasi sosial, maupun prestasi di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Dengan demikian maka evaluasi dampak (outcome) dalam penelitian ini membatasi pada dampak terhadap mahasiswa DMS yang telah diwisuda, yakni adanya kemampuan mereka dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan keahlian mengajar sesuai

72 Peter Smith, Measuring Outcome in the Public Sector (London: Tayor & Francis Ltd, 1996), pp. 1-2

73 Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplik si Pendidik an: Bagian 1 Ilmu Pendidik an Teoretis (Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama, 2007), h. 106.

dengan instrumen PLPG serta maksimalisasi tingkat pemberdayaan mereka pada institusi/madrasah/sekolah tempat bertugas.

Dokumen terkait