1. Pandangan masyarakat terhadap uang panai (uang belanja) dalam pernikahan di Desa Bontoloe Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa
Berdasarkan hasil penelitian setelah melaksanakan wawancara diberbagai kalangan masyarakat Bontoloe khususnya di Dusun Bontoloe Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa. Maka terdapat beberapa hasil wawancara yang telah diperoleh peneliti, yaitu :
Hasil wawancara oleh BT selaku Kepala Desa:
“uang panai merupakan uang belanja yang dipakai oleh keluarga pengantin perempuan untuk mengadakan suatu acara atau pesta pernikahan”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka uang panai (uang belanja) merupakan uang atau biaya yang yang dipakai oleh keluarga pihak perempuan untuk mengadakan suatu pesta pernikahan dan pesta keluarga.
Berikut tuturan dari MS selaku Dusun Bontoloe :
“uang panai itu adalah suatu persyaratan dalam pernikahan, yang diberikan oleh keluarga laki-laki kepada kaum perempuan sebelum mengadakan pesta pernikahan”
Berdasarkan hasil wawancara dari MS tersebut, maka dapat dikatakan bahwa uang panai (uang belanja) merupakan suatu persyaratan dalam sebuah pernikahan, yang diberikan oleh keluarga laki-laki kepada calon pengantin perempuan sebelum kedua belah pihak mengadakan acara pesta pernikahan.
Hal serupa dari HS selaku iman Desa bahwa:
“uangpanai ialah uang pemberian, yaitu uang yang diberikan oleh pihak laki- laki kepada pihak perempuan yang dipakai sebagai biaya untuk pesta pernikahan yang berlangsung di rumah mempelai perempuan”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat dikatakan bahwa pengertian uang panai (uang belanja) merupakan uang pemberian dari keluarga pihak laki-laki kepada pihak keluarga perempuan, yang digunakan sebagai biaya dalam acara pernikahan.
Kemudian tuturan dari LT selaku Sekretaris Desa :
“uang panai itu adalah faktor pendorong dari acara pernikahan, uang panai juga tidak bisa terlepas dari pernikahan itu sendiri, kalau tidak ada uang panai sudah pasti tidak ada juga pernikahan”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka uang panai (uang belanja) merupakan suatu faktor penting dalam pendorong lancarnya suatu acara pernikahan, uang panai adalah sesuatu yang tidak dapat terlepas dari pernikahan itu sendiri, jika tidak ada uang panai maka sudah pasti tidak ada juga yang namanya pernikahan.
Hasil wawancara AF masyarakat yang tinggi uang panainya:
“uang panai itu sebuah keharusan karena uang panai sangatlah penting dalam sebuah pernikahan, tidak ada uang panai maka tidak ada pula yang namanya pernikahan”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka uang panai (uang belanja) merupakan suatu keharusan dalam sebuah pernikahan dikarenakan uang panai sangat berperan penting dalam pernikahan baik sebelum resepsi maupun ketika berlangsungnya suatu acara. Dengan kata lain, tidak ada uang panai (uang belanja) maka tidak ada juga pernikahan.
Hal serupa dituturkan oleh DN selaku yang tinggi uang panainya:
“uang panai sangat penting dalam pernikahan, uang panai adalah kebiasaan yang sudah menjadi turun temurun uang panai adalah sebuah kewajiban dalam sebuah pernikahan”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka uang panai (uang belanja) adalah suatu kepentingan dalam pernikahan, uang panai merupakan suatu
kebiasaan dalam masyarakat yang sudah turun temurun, uang panai juga sebagai kewajiban dalam pernikahan.
Hasil wawancara dari ED selaku masyarakat :
“uang panai itu salah satu persyaratan awal yang harus diperbincangkan oleh pihak mempelai laki-laki terhadap keluarga perempuan ketika akan melangsungkan perkawinan yang ditentukan setelah proseslamaran diterima”
Berdasarkan hasil wawancara dari salah satu masyarakat diatas, maka dapat dikatakan uang panai (uang belanja) merupakan persyaratan utama yang harus dibicarakan terlebih dahulu oleh keluarga mempelai laki-laki dan keluarga perempuan ketika akan melangsungkan suatu pernikahan yang ditentukan setalah lamaran diterima oleh keluarga pihak perempuan.
Hal yang sama dituturksn oleh ST selaku masyarakat :
“uangpanai itu adalah uang pemberian dari keluarga laki-laki untuk keluarga perempuan yang akan mengadakan suatu pesta pernikahan, yang jumlahnya sesuai kesepakatan keduanya”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka uang panai (uang belanja) merupakan suatu biaya yang diberikan dari pihak keluarga laki-laki terhadap keluarga perempuan yang akan melangsungkan suatu acara pernikahan, uang panai dalam pernikahan tidak lepas dari kesepakatan kedua belah pihak.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya uang panai (uang belanja) dalam pernikahan di Desa Bontoloe Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan terkait faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya uang panai (uang belanja) di
masyarakat khususnya Dusun Bontoloe, dan terdapat beberapa faktor yang menjadi pengaruh tingginya uang panai dalam pernikahan, diantaranya adalah sebagai berikut :
Berikut penuturan dari LT selaku Sekretaris Desa :
“tinggi rendahnya dari uang panai yang akan diberikan terkadang harus juga dilihat dari tingkatan ekonominya, kalau calon mempelai perempuan dari keluarga yang berada maka biasanya keluarganya meminta uang panai yang cukup banyak dan begitu juga sebaliknya”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat dilihat bahwa tinggi dan rendahnya uang panai juga dipengaruhi oleh status ekonomi keluarga perempuan yang akan dilamar, misalnya calon mempelai perempuan dari keluarga kaya dan mampu sudah dipastikan pihak keluarganya akan meminta uang belanja yang cukup tinggi. Tidak berbeda jauh dengan calon mempelai laki-laki, jika pihak laki-laki yang melamar dari keluarga mampu maka uang panai yang disiapkan pasti relative tinggi.
Hasil penuturan HS selaku iman Desa :
“kalau tinggi rendahnya uang panai, salah satunya dilihat apakah dari pihak keluarganya si perempuan itu dari keluarga yang mampu atau orang yang berada, kalau dari keluarga mampu maka berarti uang panainya banyak akan tetapi jikalau keluarga yang sederhana atau dari keluarga biasa-biasa saja bisa saja keluarganya meminta uang panai (uang belanja) yang sewajarnya atau yang standar-standar”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka tingginya uang panai (uang belanja) dapat dilihat dari keluarga pihak perempuan, jika calon mempelai perempuan berasal dari keluarga yang memiliki kekayaan dan mampu maka uang panainya juga akan banyak. Akan tetapi jika dari keluarga yang menengah
kebawah atau masyarakat biasa terkadang keluarga pihak perempuan meminta uang panai (uang belanja) yang tidak memberatkan.
Hal yang sama dari DN masyarakat yang tinggi uang panainya :
“biasanyaorang disini melihat harta dan kekayaan keluarga pihak perempuan sangat besar pengaruhnya dengan tinggi rendahnya uang panai, kalau laki-laki melamar perempuan yang dari keluarga kaya maka sudah pasti uang panainya tinggi, dan begitupun sebaliknya”
Berdasarkan hasil wawancara dari masyarakat yang termasuk memiliki uang panai yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa uang panai (uang belanja) sangat dipengaruhi oleh status ekonomi dari pihak keluarga mempelai perempuan, semakin tinggi status ekonomi wanita yang akan dilamar maka semakin tinggi pula uang panai (uang belanja) yang harus dipersiapkan oleh keluarga mempelai laki-laki.
Hal wawancara dariBT selaku Kepala Desa :
“uang panai itu biasanya ditinjau salah satunya dari tingkatan pendidikan perempuan, seorang perempuan yang berpendidikan bagus akan berpengaruh juga pada uang panainya karena itu jadi tolak ukur”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapat kita nyatakan bahwa tingginya uang panai (uang belanja) sangat ditinjau dari bagus atau tidaknya pendidikan seorang perempuan yang akan dilamar, seorang perempuan yang berpendidikan tinggi sangat mempengaruhi juga uang panainya, pendidikan saat ini sangat menjadi tolak ukur terkait uang panai dalam pernikahan.
Hasil wawancara dari MS selaku Dusun Bontoloe :
“saat ini yang menjadi tolak ukur utama terkait tinggi rendahnya pemberian uang panai itu juga dilihat dari tingkat pendidikannya perempuan, kalau calon mempelai perempuan lulusan SMA, maka uang panainya standar tapi kalau pendidikannya tinggi, maka uang pananya juga semakin tinggi”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa suatu pendidikan juga sangat mempengaruhi tinggi rendahnya uang panai (uang belanja), semakin tinggi tingkat pendidikannnya maka semakin tinggi juga uang panainya. Begitupun sebaliknya jika perempuan yang dilamar lulusan SMA maka uang panai yang dipatok relative rendah.
Hasil wawancara AF masyarakat yang tinggi uang panainya :
“pendidikan itu mahal harganya, tidaklah cukup dengan biaya yang sedikit dengan kata lain membutuhkan biaya yang cukup banyak, jadi ketika seorang laki-laki melamar perempuan yang bagus pendidikannya sudah pasti tinggi uang panainya”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka uang panai (uang belanja) yang tinggi juga disebabkan oleh pendidikan perempuan karena pendidikan itu sangat mahal harganya, dalam menempuh pendidikan tidaklah mudah dan membutuhkan biaya yang banyak, dan ketika seorang laki-laki melamar seorang perempuan yang jenjang pendidikannya tinggi maka sudah dipastikan uang panai yang akan dipatok juga relative tinggi.
Tuturan dari ED selaku masyarakat :
“salah satu yang mempengaruhi tingginya uang panai dalam pernikahan seseorang adalah pekerjaan, wanita yang sudah memiliki pekerjaan akan pasti tinggi uang panainya, laki-laki yang melamarnya tidak akan berpikir panjang karena wanita yang dilamar sudah jelas masa depannya”
Berdasarkan hasil wawancara dari informan, maka dapat dikatakan bahwa pekerjaan seorang perempuan juga sangat mempengaruhi tingginya uang panai dalam pernikahan, perempuan yang memiliki pekerjaan akan mendapatkan uang panai (uang belanja) yang tinggi dibandingkan dengan perempuan yang tidak memiliki pekerjaan. Laki-laki yang melamar akan menilai perempuan yang memiliki pekerjaan akan mengurangi beban perekonomiannya sehingga tidak lagi berpikir panjang untuk meminangnya.
Hal serupa yang dituturkan oleh ST selaku masyarakat :
“faktor yang mempengaruhi uang panai (uang belanja) seseorang perempuan yang akan dilamar dapat dilihat dari pekerjaannya, perempuan yang sudah memiliki pekerjaan tetap akan sangat mempengaruhi tinggi dan rendahnya uang panai (uang belanja) ketika akan dilamar oleh seorang laki-laki”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapat kita ketahui bahwa ketika seorang laki-laki yang berniat melamar seorang perempuan maka terlebih dahulu yang dilihat adalah pekerjaannya, tingginya uang panai (uang belanja) sangat dipengaruhi oleh pekerjaan perempuan, perempuan yang sudah memiliki pekerjaan tetap akan lebih tinggi uang panainya daripada yang tidak memiliki pekerjaan.
Dalam sebuah pernikahan tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi tinggi dan rendahnya uang panai (uang belanja), baik itu faktor dari keluarga mempelai perempan maupun faktor dari keluarga mempelai laki-laki.
3. Pandangan terkait jumlah uang panai (uang belanja) yang semakin tinggi dalam pernikahan masyarakat Bontoloe
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan masyarakat Dusun Bontoloe, maka peneliti telah memperoleh beberapa informasi mengenai pandangan masyarakat terkait jumlah uang panai yang semakin hari semakin meningkat dalam pernikahan, hasil wawancara tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
Hasil wawancara ED selaku nasyarakat :
“uang panai (uang belanja) dalam pernikahan di daerah Bontoloe memang cukup tinggi, tapi itu bukan suatu permasalahan karena uang panai bukan suatu paksaan bagi pihak laki-laki, tapi itu adalah penghargaan laki-laki terhadap perempuan yang akan dinikahinya”
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat diatas, maka dapat dikatakan bahwa uang panai (uang belanja) di daerah Bontoloe pada dasarnya memang tergolong cukup tinggi dan menuai banyak persepsi dikalangan masyarakat, akan tetapi tingginya uang panai bukanlah paksaan bagi pihak keluarga mempelai laki-laki namun sebaliknya adalah penghargaan terhadap keluarga mempelai perempuan yang akan dilamar.
Hal serupa dari AF masyarakat yang tinggi uang panainya :
“tingginya uang panai (uang belanja) itu disebabkan karena gengsinya masyarakat, uang panai juga semakin tinggi karena kebutuhan dalam melangsungkan pesta pernikahan juga semakin meningkat”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapat kita lihat bahwa tingginya uang panai itu disebabkan karena rasa gengsinya masyarakat, semakin
tingginya uang panai (uang belanja) juga disebabkan oleh kebutuhan, dimana kebutuhan pada saat akan mengadakan sebuah acara atau pesta pernikahan juga semakin meningkat.
Berikut tuturkan dari ST masyarakat :
“pernikahan itu adalah suatu rangkaian acara yang meriah dan unik, yang tidak terlepas dari biaya yang cukup banyak, saat ini segala sesuatu yang ada kaitannya dengan acara pasti butuh biaya baik sedikit maupun banyak, apalagi yang namanya pesta pernikahan sudah pasti membutuhkan biaya yang cukup banyak”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat dikatakan bahwa sebuah pernikahan yang meriah sudah pasti tidak jauh dari yang namanya uang sebagai biaya, baik itu pesta kecil-kecilan maupun pesta besar-besaran, segala yang berkaitan dengan acara atau pesta itu tidak lepas dari biaya, apalagi pesta pernikahan yang tidak bisa terlepas dari uang panai itu sendiri.
Kemudian tuturan dari BT selaku Kepala Desa :
“denganuang panai yang tinggi maka semakin tinggi juga perjuangan seorang laki-laki untuk mendapatkan calon mempelai perempuan, artinya uang panai adalah simbol ketulusan dan kesungguhan dalam meminang perempuan yang dicintainya”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapat kita ketahui bahwa dengan uang panai (uang belanja) yang tinggi maka dapat juga dilihat dari usaha dan perjuangan seorang laki-laki dalam meminang perempuan yang akan dinikahinya. Tingginya uang panai juga merupakan simbol dari ketulusan dan kesungguhan seorang laki-laki sebelum melaksanakan lamaran.
Hal yang sama ditituturkan oleh LT selaku sekretaria Desa :
“uang panai (uang belanja) yang semakin tinggi dalam pernikahan itu dikarenakan dalam melangsungkan suatu pesta keluarga sangat membutuhkan biaya yang cukup banyak, jadi sangat wajar uang panai semakin tinggi”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka tingginya uang panai (uang belanja) merupakan suatu kewajaran dalam pernikahan, karena dalam mengadakan pesta keluarga akan membutuhkan biaya yang cukup banyak, sehingga uang panai juga semakin meningkat.
Hasil wawancara oleh MS selaku dusun Bontoloe :
“hal itu sangatlah wajar karena perkembangan zaman, dimana uang panai itu adalah uang belanja yang digunakan dalam hal kebutuhan acara pernikahan, apalagi untuk saat ini biaya kehidupan semakin tinggi”
Berdasarkan hasil wawancara dari tersebut, dapat kita ketahui bahwa uang panai (uang belanja) yang semakin tinggi merupakan hal yang sangat wajar dikarenakan pengaruh perkembangan zaman, uang panai adalah uang belanja yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan selama acara berlangsung di rumah mempelai perempuan.
Berikut hasil wawancara dari HS selaku iman Desa :
“uang panai (uang belanja) yang semakin tinggi dikarenakan dari faktor gengsinya suatu masyarakat, kalau semakin tinggi uang panainya maka semakin tinggi juga strata sosialnya di kalangan masyarakat”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapat dikatakan bahwa terkait tingginya uang panai dalam pernikahan masyarakat dikarenakan faktor gengsi yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri, dimana semakin tinggi uang panai yang
dibawakan oleh pihak laki-laki maka semakin tinggi juga strata sosialnya di masyarakat sekitarnya.
Sama halnya dari DN masyarakat yang tinggi uang panainya:
“uangpanai (uang belanja) yang semakin tahun semakin meningkat itu adalah sesuatu yang tidak semestinya dijadikan beban, karena memang dalam pernikahan kita memiliki banyak kebutuhan, baik kebutuhan sebagai calon pengantin perempuan maupun kebutuhan keluarga”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka uang panai (uang belanja) yang kian hari semakin meningkat bukanlah suatu masalah atau dipermasalahkan, karena pada dasarnya dalam sebuah pernikahan sudah pasti banyak keperluan yang tidak bisa ditiadakan, baik itu kebutuhan pribadi calon mempelai pengantin perempuan maupun yang menjadi kebutuhan keluarga dalam mengatasi acara yang akan berlangsung.
4. Nilai tersendiri bagi masyarakat Bontoloe yang menikah dengan uang panai yang tinggi.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap informan, maka terdapat beberapa nilai bagi masyarakat yang menikah dengan jumlah uang panai yang tinggi, penilaian serta penghargaan bagi kedua belah pihak baik penghargaan bagi keluarga laki-laki maupun keluarga mempelai perempuan. Hasil wawancara dari informan penelitian adalah sebagai berikut : Hasil wawancara dengan HS selaku iman Desa :
“mengenai nilai dalam uang panai (uang belanja) yang tinggi sudah pastinya ada yaitu nilai pengetahuan, saling tau keluarga satu sama lain,baik itu nilai bagi mempelai perempuannya maupun bagi keluarga mempelai perempuan”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat diketahui bahwa nilai uang panai (uang belanja) bagi masyarakat itu pasti ada slah satunya adalah nilai pengetahuan, artinya kita saling mengenal keluarga satu sama lain, baik keluarga laki-laki maupun keluarga perempuan.
Penuturan dari ST selaku masyarakat :
“terdapat nilai tersendiri bagi keluarga mempelai perempuan, yang apabila anaknya menikah dan jumlah uang panainya itu tinggi, begitupun sebaliknya keluarga mempelai laki-laki”
Berdasarkan hasil wawancara dtersebut, maka dapat dikatakan bahwa tingginya uang panai (uang belanja) seseorang akan mendapatkan nillai tersendiri bagi keluarganya karena dengan anaknya menikah dan uang panainya tinggi maka itu merupakan suatu kebanggan dan dapat meningkatkan strata bagi keluarganya begitupun keluarga pihak laki-laki.
Hal serupa dari ED selaku masyarakat :
“menikah dengan uang panai yang tinggi itu merupakan suatu penghargaan bagi calon pengantin mempelai wanita dan juga pihak keluarganya, tidak hanya keluarga perempuan tapi juga bagi keluarga pihak laki-laki”
Berdasarkan hasil wawancara dari informan tersebut, maka dapat kita lihat bahwa menikah dengan uang panai (uang belanja) yang tinggi sangat memberikan penghargaan bagi mempelai perempuan dan mempelai laki-laki, dan juga penghargaan bagi keluarga kedua belah pihak.
Hasil wawancara dari DN masyarakat yang tinggi uang panainya :
“dengan jumlah uang panai yang tinggi maka itu artinya nilai penghargaan akan calon mempelai perempuan tinggi juga”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapat kita ketahui bahwa semakin tinggi uang panai seorang perempuan yang dilamar maka semakin tinggi juga nilai penghargaan calon pengantin mempelai perempuan dan calon pengantin mempelai laki-laki.
Berikut hasil wawancara dari BT selaku Kepala Desa :
“nilai dalam uang panai (uang belanja) yang tinggi adalah nilai kebersamaan, artinya telah bersatu antara kedua mempelai maka sudah pasti akan menyatukan semua keluarga, baik keluarga perempuan dan keluarga laki-laki”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat dikatakan bahwa dalam pernikahan terdapat nilai kebersamaan atau dengan kata lain nilai persatuan, dimana setelah kedua mempelai bersatu maka akan menyatukan masing-masing keluarga, baik keluarga mempelai laki-laki maupun keluarga mempelai perempuan.
Hal wawancara oleh AF masyarakat yang tinggi uang panainya:
“bagi saya tingginya uang panai itu adalah sesuatu yang sangat bernilai, semakin tinggi uang panai maka semakin kita dihargai dan juga sebagai kebanggaan bagi keluarga”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapat dilihat bahwa uang panai (uang belanja) yang tinggi merupakan sesuatu yang sangat bernilai, karena semakin tinggi uang panai (uang belanja) seseorang maka semakin dihargai pula oleh masyarakat sekitarnya, selain itu, juga merupakan kebanggan bagi keluarganya.
Hasil yang sama dari MS selaku dusun Bontoloe :
“salah satu yang menjadi nilai uang panai (uang belanja) yang tinggi dalam pernikahan itu adalah nilai agama, dengan uang panai yang tinggi maka kita dapat mengundang berbagai keluarga dan berbagi antara sesamamanusia”
Berdasarkan hasil wawancara oleh informan, maka dapat dikatakan bahwa tingginya uang panai (uang belanja) kita dapat mengundang semua keluarga yang jauh dan dapat berbagi antara sesama manusia, uang panai memang bukan ajaran dalam agama akan tetapi sebagai budaya, namun dengan tingginya uang panai (uang belanja) pihak-pihak dapat berbagi satu sama lain sehingga salah satu sunnah Rasulullah dapat dilaksanakan karena bernilai ibadah.
Hasil tuturan dari LT selaku sekretaris Desa :
“terdapat nilai atau pandangan masyarakat, tingginya uang panai akan ada kepuasan tersendiri bagi keluarga, uang panai yang tinggi juga sehingga segala sesuatunya dapat terpenuhi dan tidak menjadi beban bagi kedua belah pihak”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapat kita ketahui bahwa pandangan dan nilai oleh tingginya uang panai akan memberikan kepuasan terhadap keluarga, dikarenakan segala sesuatu dapat terpenuhi tanpa harus memberi beban kepada kedua bela pihak, baik pihak perempuan maupun pihak laki-laki.
Sebagaimana hasil wawancara peneliti dan informan, maka terdapat beberapa nilai dan pandangan bagi keluarga yang menikah dengan jumlah uang panai (uang belanja) yang cukup tinggi, adanya kebanggaan dan penghargaan
terhadap kedua belah pihak, baik keluarga mempelai perempuan maupun keluarga mempelai laki-laki.