• Tidak ada hasil yang ditemukan

terhadap kedua belah pihak, baik keluarga mempelai perempuan maupun keluarga mempelai laki-laki.

tradisi atau adat yang membuat uang panai (uang belanja) dijadikan sebagai sesuatu yang setiap tahunnya semakin tinggi jumlahnya. Dikarenakan tingkat pendidikan dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat sekarang semakin mahal.

Uang panai (uang belanja) sebagai sebuah nilai martabat seorang manusia terkadang mengalami pergeseran makna bahkan sedang mengarah kepada prose kematiaanya. Dalam hal ini kita dapat lihat ada banyak pasangan yang menempuh jalan pintas. Dari beberapa kejadian yang terjadi, terungkap bahwa uang panai pada hakikatnya masih menyimpan keluhuran nilai. Uang panai yang sejatinya adalah bentuk penghargaan terhadap seorang perempuan dan juga terhadap kekeluargaan, serta keluhuran nilai perkawinan.

Nyata dalam cara pandang dan berfikir masyarakat Dusun Bontoloe. Uang panai (uang belanja) telah diubah menjadi ajang yang menunjukkan keberadaan seseorang. Uang panai (uang belanja) tidak lagi mengandung arti sebagai pengikat dan pengukuh hubungan antara pemuda dan pemudi, serta kedua belah pihak, melainkan telah dijadikan sebagai lambang status sosial.

Pengajaran serta makna yang terkandung dalam uang panai (uang belanja) jika ditinjau dari sudut pandang budaya memberikan pemahaman arti kerja keras dan bentuk penghormatan atau penghargaan seorang laki-laki serta dapat dijadikan sebagai motivasi dalam mewujudkan keinginan dan memperoleh apa yang diinginkan, apalagi hal ini berkaitan dengan calon pendamping hidup.

Uang panai (uang belanja) merupakan suatu kewajiban dalam pernikahan begitupun dengan mahar yang tidak kalah pentingnya dalam sebuah pernikahan.

Keduanya sama-sama memiliki kepentingan dalam pernikahan dimana uang panai sebagai uang belanja selama proses pernikahan berlangsung dirumah mempelai wanita sementara mahar merupakan hak calon mempelai wanita yang diberikan langsung oleh calon mempelai suami terhadap calon mempelai istri. Selain itu, mahar juga merupakan masa depan untuk sang istri yang tidak dapat diganggu gugat.

Uang panai (uang belanja) dan mahar (sunrang) dalam perkawinan di Dusun Bontoloe Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan pernikahan itu sendiri. Karena dalam prakteknya kedua hal tersebut memiliki posisi yang sama dalam hal kewajiban yang harus dipenuhi. Akan tetapi uang panai (uang belanja) lebih mendapatkan perhatian dan dianggap sebagai suatu hal yang sangat menentukan kelancaran jalannya proses perkawinan. Sehingga jumlah uang panai (uang belanja) yang ditentukan pihak keluarga perempuan biasanya lebih banyak dari pada jumlah mahar yang diminta.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya uang panai (uang belanja) dalam pernikahan di Desa Bontoloe Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa.

Strata sosial di Dusun Bontoloe Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa sangat berpengaruh pada prosesi pernikahan, bahkan dalam penentuan uang panai (uang belanja), strata sosial yang saat ini menjadi tolak ukur pertama yang nantinya akan mempengaruhi tinggi dan rendahnya uang panai (uang

belanja) yang akan diberikan pada keluarga pihak calon mempelai wanita.

Tingginya uang panai (uang belanja) yang ditetapkan dijadikan sebagian masyarakat sebagai ajang gengsi dan ajang menunjukan status sosial.

Strata sosial atau disebut sistem stratifikasi adalah perbedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat, yang diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas rendah. Maksudnya adalah sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.

Berdasarkan data yang diperoleh terkait penyebab tinggi rendahnya uang panai (uang belanja) dalam pernikahan di Dusun Bontoloe yaitu :

1) Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor tingginya uang panai (uang belanja) dalam pernikahan masyarakat di Dusun Bontoloe Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa Sulawesi-Selatan. Semakin tinggi jenjang pendidikan perempuan yang akan dilamar maka semakin tinggi pula uang panai (uang belanja) yang harus dipersiapkan oleh keluarga calon mempelai laki-laki.

Pengaruh pendidikan yang begitu besar sangat mempengaruhi berbagai macam kehidupan masyarakat Bontoloe termasuk didalamnya adalah masalah pernikahan. Tinggi rendahnya uang panai (uang belanja) di Dusun Bontoloe Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa sangatlah berpengaruh oleh faktor pendidikan. Semakin tinggi jenjang pendidikan seorang perempuan maka uang panainya (uang belanjanya) juga akan semakin tinggi, dengan alasan

bahwa pendidikan atau ilmu yang diperoleh wanita itu sangatlah susah dan membutuhkan biaya yang cukup banyak, jadi untuk melamar wanita yang berpendidikan tinggi tidak cukup hanya dengan modal cinta dan kasih sayang saja akan tetapi juga harus bermodalkan akan materi yang cukup banyak.

Seorang laki-laki yang akan mencari pasangan hidup tentunya akan melihat dan menilai keluarga mempelai perempuan sebelum melakukan suatu lamaran, baik dari berbagai aspek, termasuk pendidikannya.

2) Status ekonomi

Selain dari pendidikan status ekonomi juga tidak lepas dari penentuan tinggi rendahnya uang panai (uang belanja) yang akan diberikan kepada calon mempelai perempuan. Masyarakat Dusun Bontoloe sangat memperhatikan sebelum datang meminang seorang wanita. Semakin mampu dan berada wanita yang akan dilamar maka semakin banyak pula uang panai (uang belanja) yang harus diberikan oleh calon suami kepada pihak keluarga calon istri.

Pengaruh harta dan kekayaan sangat begitu besar sehingga mampu mempengaruhi berbagai kehidupan manusia. Kekayaan bukan hanya sebagai penopang hidup untuk kelangsungan hidup yang lebih baik melainkan juga mampu mengangkat derajat harkat dan martabat serta status sosial masyarakat.

Tinggi rendahnya uang panai (uang belanja) sangat menentukan jumlah biaya pernikahan dan kemeriahan pesta yang akan dilaksanakan. Harta kekayaan perempuan ataupun laki-laki sangat mempengaruhi tinggi dan rendahnya uang panai (uang belanja). Semakin tinggi status ekonomi

perempuan yang akan dinikahi, maka semakin tinggi pula uang panai (uang belanja) yang harus dipersiapkan dan diberikan oleh calon suami kepada pihak keluarga calon istri.

Dan begitu juga sebaliknya, jika mempelai calon istri tersebut dari keluarga menengah kebawah maka terkadang jumlah uang panai (uang belanja) yang dipatok juga terkadang relative rendah. Oleh karena itu status ekonomi seseorang sangat mempengaruhi strata sosialnya dikalangan masyarakatnya.

3) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu aktifitas seseorang yang dilakukan setiap hari dan mendapatkan gaji atau upah, suatu pekerjaan yang dimiliki oleh seorang perempuan sangat memberikan pengaruh terhadap tinggi dan rendahnya uang panai (uang belanja). Semakin bagus pekerjaan perempuan maka semakin tinggi pula uang panainya ketika akan menikah, dibandingkan dengan perempuan yang tidak memiliki pekerjaan.

Tinggi rendahnya uang panai (uang belanja) perempuan juga dipengaruhi oleh pekerjaan. Perempuan yang memiliki pekerjaan akan mendapatkan uang panai yang tinggi dibandingkan dengan perempuan yang tidak memiliki pekerjaan.

Perempuan yang sudah memiliki pekerjaan kemudian akan dilamar maka sudah dipastikan uang panai (uang belanja) yang dipatok relative tinggi.

Seorang laki-laki yang akan melamar perempuan yang sudah memiliki

pekerjaan akan beraggapan bahwa masa depannya sudah bagus dan tidak berpikir lama ketikan akan melamarnya.

3. Pandangan terkait jumlah uang panai (Uang Belanja) yang semakin tinggi dalam pernikahan masyarakat Bontoloe

Di Dusun Bontoloe memang menuai banyak persepsi terkait uang panai (uang belanja) yang tergolong cukup tinggi. Akan tetapi itu bukan lagi hal bagi masyarakat Bontoloe karena uang panai memang merupakan keharusan serta kewajiban menurut masyarakat tertentu. Tradisi uang panai (uang belanja) merupakan salah satu persyaratan utama yang wajib dilakukan sebelum keluarga kedua belah pihak melanjutkan pembicaraan lebih jauh mengenai pernikahan.

Uang panai (uang belanja) yang semakin tinggi merupakan hal yang sangat wajar dalam sebuah pernikahan dikarenakan pengaruh perkembangan zaman, uang panai adalah uang belanja yang digunakan dalam memenuhi keperluan dan kebutuhan selama acara berlangsung di rumah mempelai perempuan.

Uang panai (uang belanja) yang semakin hari semakin meningkat bukanlah suatu masalah yang harus dipermasalahkan, karena pada umumnya dalam sebuah pernikahan sudah pasti banyak keperluan dan kebutuhan yang harus dipenuhi dan tidak bisa ditiadakan, baik untuk kebutuhan pribadi calon mempelai pengantin perempuan maupun yang menjadi kebutuhan keluarga dalam mengatasi acara atau pernikahan yang akan berlangsung.

4. Nilai tersendiri bagi masyarakat Bontoloe yang menikah dengan uang panai yang tinggi

Terdapat beberapa nilai-nilai yang terkandung dalam uang panai (uang belanja) yang memberikan manfaat tersendiri kepada masyarakat dan keluarga mempelai wanita begitupun keluarga mempelai laki-laki dalam memutuskan sebuah pernikahan. Berikut ini hasil dari wawancara peneliti dan informan terkait nilai dalam pernikahan :

1) Nilai Sosial

Uang panai (uang belanja) mengandung nilai sosial yang sangat memperhatikan derajat sosial atau strata sosial seseorang, sebagai tolak ukur dari uang panai (uang belanja). Nilai derajat sosial seseorang sangat mempengaruhi tinggi rendahnya uang panai (uang belanja). Karena nilai sosial tersebut maka hubungan antara keluarga pihak laki-laki dengan pihak perempuan menciptakan keluarga yang bervariasi dan kaya akan perbedaan, namun sama akan tujuan.

2) Nilai Kepribadian

Uang panai (uang belanja) memiliki nilai atau pandangan pribadi masyarakat yang menurut sebagian besar masyarakat adalah sebagai bentuk bersatunya dua insan dalam pernikahan yang mewah. Ada kepuasan tersendiri dalam diri masyarakat yang mempunyai uang panai (uang belanja) tinggi, seperti bagi pihak laki-laki tidak akan menjadi beban sebab semuanya dapat terpenuhi, dan bagi pihak perempuan tidak akan mengalami kesusahan dalam pernikahan

semuanya berjalan lancar serta dapat mengundang keluarga besar jika uang panai (uang belanja) mencukupi persiapan pernikahan tersebut.

3) Nilai Religi

Uang panai (uang belanja) bukan merupakan bagian yang ada dalam ajaran agama, tetapi merupakan sebuah budaya. Sebagai sebuah budaya, uang panai (uang belanja) memiliki dampak yang ditimbulkan, dilihat dari segi positif adanya uang panai (uang belanja) yaitu berjalan lancarnya suatu pernikahan. Selain itu dengan adanya uang panai (uang belanja) pihak-pihak dapat berbagi satu sama lain, sehingga salah satu sunnah Rasulullah dapat dilaksanakan karena bernilai ibadah.

4) Nilai Pengetahuan

Pengetahuan dari uang panai (uang belanja) tersebut dapat menambah wawasan masyarakat dalam memaknai dan menjadi pelajaran bagi perempuan, serta motivasi bagi laki-laki sebab makna sesungguhnya dari uang panai (uang belanja) adalah bentuk penghargaan pihak laki-laki terhadap pihak perempuan dengan usaha dan kerja keras. Sebagai pelajaran dalam mengambil keputusan yang tidak hanya memandang dari strata sosial masyarakat namun dari usaha dan kerja keras laki-laki tersebut. Hal tersebut juga dapat dijadikan sebagai pelajaran dimasa sekolah sebagai bentuk pengenalan budaya yang memiliki sudut pandang dan nilai-nilai yang sangat beragam

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Uang panai memang suatu kewajiban dalam pernikahan menurut masyarakat tertentu. Uang panai (uang belanja) sangat penting dalam suatu pernikahan, uang panai bukan hanya sebagai syarat dalam pernikahan tetapi sebagai uang belanja yang berfungsi meningkatkan status sosial, gengsi sosial dan kelancaran atau keberhasilan suatu acara pernikahan.

Uang panai dalam masyarakat Bontoloe menilai sebagai tolak ukur dari derajat suatu keluarga, sehingga status sosial perempuan sangat mempengaruhi tinggi dan rendahnya uang panai (uang belanja) dalam pernikahan masyarakat Dusun Bontoloe Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa. Salah satunya adalah pendidikan dan status ekonomi, yang menjadi penentu tinggi tendahnya uang panai (uang belanja). Nilai yang terkandung dalam uang panai yaitu nilai sosial, nilai kepribadian, nilai religi dan nilai pengetahuan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis menyarankan :

Agar masyarakat tidak lagi keliru dalam menanggapi tingginya uang panai (uang belanja) dalam pernikahan. Uang panai (uang belanja) merupakan suatu keharusan yang tidak dapat dipisahkan dengan pernikahan terkait mencari pendamping hidup.

73

Uang panai (uang belanja) tidak seharusnya dijadikan sebagai ajang gengsi atau bahkan dijadikan sebagai alasan untuk membatalkan suatu pernikahan. Uang panai (uang belanja) janganlah pula dijadikan faktor penghambat ketika akan melangsungkan acara lamaran. Dan sebaik-baiknya pernikahan adalah pernikahan yang tidak memberatkan kedua belah pihak, baik pihak keluarga laki-laki maupun keluarga pihak perempuan.

DAFTAR PUSTAKA

Adriani. 2014. Persepsi Masyarakat Terhadap Mahar dan Uang Belanja pada Adat Perkawinan Masyarakat Desa Bontolempangan Kec. Bontolempangan Kab.

Gowa: Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar.

Ahsani. Uang Panai dan Tantangan Bagi Pemuda Bugis di Perantauan (studi di desa wunggoloko kecamatan ladongi kabupaten kolaka timur). Issn: 2503- 359x; hal. 541-546

Afandi, Ali,1997. Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian. Jakarta.

Rineka Cipta

Abu, Hamid, 2003.Siri’ dan Pesse’. Pustaka Refleksi. Makassar

Dimas, Prawiro, 2013. Implementasi Penetapan Uang Hantaran Nikah. (diakses pada tanggal

Djamali, R. Abdul, 2000. Hukum Islam. Bandung. Mandar Maju.

Erlangga, Sari Fauziyyah. 2016. Makna Uang Panai’. Studi Indigenous Pada Masyarakat Bugis Makassar. S1 thesis, Universitas Negeri Makassar.

Hadikusuma, Hilman. 2007. Hukum Perkawinan Indonesia. Bandung. Mandar Maju.

Hajra, Yansa. Uang panai’ dan status sosial perempuan dalam perspektif budaya siri’ pada perkawinan suku bugis makassar sulawesi selatan. Volume 3|nomor 2|ISSN 2355-3766|524

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. PT Rineka Cipta Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia

Press, 16

Pabittei, St. Aminah. 2011. “Adat Dan Upacara Perkawinan Daerah Sulawesi Selatan”,Dinas Kebudayaan

Pranomo, Bambang. 2013. Sosiologi Sebuah Pengantar. Jakarta. Laboratorium Sosiologi Agama.

Prodjodikoro, Wirjono. 1984. Hukum Perkawinan Di Indonesia. Jakarta: Bandung Sumur.

Prof. Dr. Soekanto. 1983. Hukum Adat Indonesia. Jakarta. Grafindo Persada.

Rofiq, M.A Ahmad. 1998. Hukum Islam Di Indonesia. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Ramuly, Mohd. Idris. 1996. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta. PT Bumi Aksara.

Samsuni, “Budaya Mahar di Sulawesi Selatan”, dalamwww.melayuonline.com/(26 september 2019)

Syarifuddin, Amir.2006. Hukum Perkawinan Islam diindonesia. Jakarta. Kencana.

Subekti. 2003. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta. PT Intermasa.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung.

Penerbit Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif dan R&D. Bandung.

Penerbit Alfabeta.

Soimun, Soedharyo, 2004. Hukum Orang dan Keluarga. Jakarta. Sinar Grafika.

Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo. Jakarta.

Shomad, 2010.Hukum Islam Penormaan Prinsip Syari’ah Dalam Hukum Indonesia. Jakarta. Kencana.

Thalib, Sayuti, 1986. Hukum Kekeluargaan Indonesia. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Bandung. Citra Umbara.

L A M

P

I

R

A

N

PEDOMAN OBSERVASI Oleh : Rismawati

Judul : Eksistensi Uang Panai (Uang Belanja) Dalam Pernikahan Di Masyarakat (Studi Kasus Di Masyarakat Bontoloe Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa).

1. Kondisi masyarakat Dusun Bontoloe Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa.

2. Pandangan masyarakat terhadap uang panai dalam pernikahan di masyarakat Bontoloe Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa.

PEDOMAN WAWANCARA Oleh : Rismawati

Judul : Eksistensi Uang Panai (Uang Belanja) Dalam Pernikahan Di Masyarakat (Studi Kasus Di Masyarakat Bontoloe Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa).

Nama : Alamat : Umur : Pendidikan : Pekerjaan :

1. Bagaimana pandangan anda mengenai budaya uang panai dalam pernikahan bagi masyarakat Bontoloe?

2. Menurut anda apa saja faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah uang panai bagi masyarakat Bontoloe?

3. Bagaimana pendapat anda terkait jumlah uang panai yang semakin tinggi dalam penikahan masyarakat Bontoloe?

4. Apakah ada nilai tersendiri bagi masyarakat Bontoloe yang menikah dengan jumlah uang panai yang cukup tinggi?

INFORMAN

1. Bagaimana pandangan anda mengenai budaya uang panai dalam pernikahan bagi masyarakat Bontoloe?

No. Nama Umur Pekerjaan Hasil Wawancara

1 Baharuddin Tayang (BT)

43 Kepala desa Uang panai (uang belanja) merupakan uang belanja yang dipakai oleh keluarga pengantin perempuan untuk mengadakan suatu acara atau pesta keluarga.

2 Muhammad Saleh (MS)

45 Dusun Bontoloe Uang panai merupakan uang persyaratan dalam pernikahan, yang diberikan oleh keluarga laki-laki kepada kaum perempuan sebelum mengadakan pesta pernikahan.

3 Hasan Suaib (HS)

53 Iman Desa Uang panai ialah uang pemberian, yaitu uang yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan yang dipakai sebagai biaya untuk pesta pernikahan

4 Lahuddin Tayang (LT)

40 Sekertaris desa Uang panai (uang belanja) itu adalah faktor pendorong dari acara pernikahan, uang panai juga tidak bisa terlepas dari sebuah pernikahan, kalau tidak ada uang panai sudah pasti tidak ada juga pernikahan.

5 Adeamy Febrianti (AF)

26 Bidan Uang panai itu sebuah keharusan karena uang panai sangatlah penting dalam pernikahan, tidak ada uang panai maka tidak ada pula yang namanya pernikahan.

6 Dian Nurul Utamiy (DN)

24 Bidan Uang panai sangat penting dalam pernikahan, uang panai adalah kebiasaan yang sudah menjadi turun temurun uang panai adalah sebuah kewajiban dalam sebuah pernikahan.

7 Hj. Endang 38 IRT uang panai itu salah satu persyaratan

Awal yang harus diperbincangkan

(ED) oleh pihak mempelai laki-laki terhadap keluarga perempuan ketika akan melangsungkan perkawinan yang ditentukan setelah proses lamaran diterima.

8 Hj. Sitti

(ST)

47 IRT Uang panai itu adalah uang

pemberian dari keluarga laki-laki untuk keluarga perempuan yang akan mengadakan suatu pesta pernikahan, yang jumlahnya sesuai kesepakatan keduanya.

2. Menurut anda apa saja faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya jumlah uang panai bagi masyarakat Bontoloe?

No. Nama Umur Pekerjaan Hasil Wawancara

1 Lahuddin Tayang (LT)

40 Sekertaris desa Tinggi rendahnya dari uang panai yang akan diberikan terkadang harus juga dilihat dari tingkatan ekonominya, kalau calon mempelai perempuan dari keluarga yang berada maka biasanya keluarganya meminta uang panai yang cukup banyak dan begitu juga sebaliknya.

2 Hasan Suaib (HS)

53 Iman Desa Kalau tinggi rendahnya uang panai, salah satunya dilihat apakah dari pihak keluarganya si perempuan itu dari keluarga yang mampu atau orang yang berada, kalau dari keluarga mampu maka berarti uang panainya banyak akan tetapi jikalau keluarga yang sederhana atau dari keluarga biasa-biasa saja bisa saja keluarganya meminta uang panai (uang belanja) yang sewajarnya atau yang standar-standar.

3 Dian Nurul Utamiy (DN)

24 Bidan Pendidikan itu mahal harganya, tidaklah cukup dengan biaya yang sedikit dengan kata lain membutuhkan biaya yang cukup banyak, jadi ketika seorang laki-laki melamar perempuan yang bagus pendidikannya sudah pasti tinggi uang panainya.

4 Baharuddin Tayang (BT)

43 Kepala Desa Uang panai itu biasanya ditinjau salah satunya dari tingkatan pendidikan perempuan, seorang perempuan yang berpendidikan bagus akan berpengaruh juga pada uang panainya karena itu jadi tolak ukur .

5 Muhammad Saleh 45 Dusun Bontoloe Hal itu sangatlah wajar karena perkembangan zaman, dimana uang

(MS) panai itu adalah uang belanja yang digunakan dalam hal kebutuhan acara pernikahan, apalagi untuk saat ini biaya kehidupan semakin tinggi.

6 Adeamy Febrianti (AF)

26 Bidan Pendidikan itu mahal harganya, tidaklah cukup dengan biaya yang sedikit dengan kata lain membutuhkan biaya yang cukup banyak, jadi ketika seorang laki-laki melamar perempuan yang bagus pendidikannya sudah pasti tinggi uang panainya.

7 Hj. Endang

(ED)

38 IRT Salah satu yang mempengaruhi

tingginya uang panai dalam pernikahan seseorang adalah pekerjaan, wanita yang sudah memiliki pekerjaan akan pasti tinggi uang panainya, laki-laki yang melamarnya tidak akan berpikir panjang karena wanita yang dilamar sudah jelas masa depannya.

8 Hj. Sitti

(ST)

47 IRT Faktor yang mempengaruhi uang

panai (uang belanja) seseorang perempuan yang akan dilamar dapat dilihat dari pekerjaannya, perempuan yang sudah memiliki pekerjaan tetap akan sangat mempengaruhi tinggi dan rendahnya uang panai (uang belanja) ketika akan dilamar oleh seorang laki-laki.

3. Bagaimana pendapat anda terkait jumlah uang panai yang semakin tinggi dalam penikahan masyarakat Bontoloe?

No. Nama Umur Pekerjaan Hasil Wawancara

1 Hj. Endang

(ED)

38 IRT Uang panai (uang belanja) dalam pernikahan di daerah Bontoloe memang cukup tinggi, tapi itu bukan suatu permasalahan karena uang panai bukan suatu paksaan bagi pihak laki-laki, tapi itu adalah penghargaan laki-laki terhadap perempuan yang akan dinikahinya.

2 Adeamy Febrianti (AF)

26 Bidan Tingginya uang panai (uang belanja) itu disebabkan karena gengsinya masyarakat, uang panai juga semakin tinggi karena kebutuhan dalam melangsungkan pesta pernikahan juga semakin meningkat.

3 Hj. Sitti

(ST)

47 IRT Pernikahan itu adalah suatu

rangkaian acara yang meriah dan unik, yang tidak terlepas dari biaya yang cukup banyak, saat ini segala sesuatu yang ada kaitannya dengan acara pasti butuh biaya baik sedikit maupun banyak, apalagi yang namanya pesta pernikahan sudah pasti membutuhkan biaya yang cukup banyak.

4 Baharuddin Tayang (BT)

43 Kepala Desa Dengan uang panai yang tinggi maka semakin tinggi juga perjuangan seorang laki-laki untuk mendapatkan calon mempelai perempuan, artinya uang panai adalah simbol ketulusan dan kesungguhan dalam meminang perempuan yang dicintainya.

5 Lahuddin Tayang (LT)

40 Sekertaris desa Uang panai (uang belanja) yang semakin tinggi dalam pernikahan itu dikarenakan dalam melangsungkan suatu pesta keluarga sangat membutuhkan biaya yang cukup banyak, jadi sangat wajar uang panai semakin tinggi.

6 Muhammad Saleh (MS)

45 Dusun Bontoloe Hal itu sangatlah wajar karena perkembangan zaman, dimana uang panai itu adalah uang belanja yang digunakan dalam hal kebutuhan acara pernikahan, apalagi untuk saat ini biaya kehidupan semakin tinggi.

7 Hasan Suaib (HS)

53 Iman Desa Uang panai (uang belanja) yang semakin tinggi dikarenakan dari faktor gengsinya suatu masyarakat, kalau semakin tinggi uang panainya maka semakin tinggi juga strata sosialnya di kalangan masyarakat.

8 Dian Nurul Utamiy (DN)

24 Bidan Uang panai (uang belanja) yang semakin tahun semakin meningkat itu adalah sesuatu yang tidak semestinya dijadikan beban, karena memang dalam pernikahan kita memiliki banyak kebutuhan, baik kebutuhan sebagai calon pengantin perempuan maupun kebutuhan keluarga.

Dokumen terkait