BAB V PENUTUP
4.1 Hasil Pengamatan (Terlampir)
4.2 Pembahasan
Kehilangan air adalah proses hilangnya air dari lingkungan atau sistem melalui penguapan, perkolasi, atau aliran permukaan. Air dapat hilang dari tanah dan tanaman melalui transpirasi, yaitu proses penguapan air dari daun tumbuhan ke atmosfer. Faktor- faktor seperti suhu dan angin, semakin cepat air menguap. Di sektor pertanian, kehilangan air dapat mengurangi ketersediaan air untuk tanaman, yang dapat memengaruhi hasil panen dan produktivitas lahan. Untuk mengurangi kehilangan air, beberapa upaya seperti penggunaan mulsa dan irigasi yang efisien sering kali diterapkan agar air tetap tersedia bagi tanaman.
Evaporasi adalah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi uap akibat pengaruh panas, terutama dari sinar matahari. Proses ini terjadi pada permukaan air, seperti danau, sungai, lautan dan bahkan tanah yang lembab. Evaporasi merupakan bagian penting dari siklus hidrologi, karena uap air yang terbentuk akan naik ke atmosfer dan berkontribusi pada pembentukan awan. Laju evaporasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, dan luas permukaan air. Dalam konteks pertanian, evaporasi yang berlebihan bisa menyebabkab kekeringan pada lahan, sehingga upaya konservasi air sering diterapkan untuk meminimalkan kehilangan air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi dan kehilangan air di saluran irigasi meliputi suhu, kelembaban, angin dan luas permukaan air. Suhu tinggi mempercepat penguapan, sehingga air lebih cepat hilang dari saluran irigasi. Angin yang kuat juga meningkatkan evaporasi dengan membawa uap air dari permukaan, sementara kelembaban udara yang rendah memungkinkan lebih banyak air untuk menguap. Selain itu, saluran sempit atau tertutup, karena luas permukaannya lebih besar. Untuk mengurangi kehilangan air, beberapa teknik seperti penggunaan pelapis saluran dan penanaman vegetasi peneduh sering kali diterapkan di sekitar saluran irigasi.
Pada tabel 1 merupakan data evaporasi pada saluran irigasi dimana pengamatan dilakukan selama 60 menit sebanyak 7 kali pengulangan di setiap 10 menit. Pada menit
ke-0 nilai π»1 5, π»2 4,3, dan nilai E 0,26, menit ke-10 nilai π»1 4,3, π»2 4,2 dan nilai E 0,03, menit ke-20 nilai π»1 4,2, π»2 4,1 dan nilai E pada menit ke-20 sampai 60 sama yaitu 0,03, menit ke-30 π»1 4,1, π»2 4, menit ke-40 π»1 4, π»2 3,9, menit ke-50 π»1 3,9, π»2 3,8, menit ke-60 π»1 3,8, π»2 3,7 kemudian nilai πΈΜ 0,6 cm, A 42 π2 dan Eloss 2,52. Data dalam tabel menunjukkan bahwa semakin lama waktu semakin banyak air yang hilang karena evaporasi, selain itu area dengan kecepatan angin lebih tinggi serta suhu juga dapat mempengaruhi evaporasi. Tabel 2 data debit pada titik hulu didapat nilai π£Μ sebesar 0,19 m/s, nilai A 42 π2 nilai Q 7,98 dan Hn 3,36 π2/s sedangkan pada titik hilir didapatkan nilai π£Μ 0,11 m/s, nilai A 42 π2, nilai Q 4,62 dan Hn 3,36 π2/π .
Penerapan evaluasi kehilangan air di saluran irigasi dalam teknik pertanian bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air dan memastikan ketersediaan alat bagi tanaman. Evaluasi ini melibatkan pengukuran tingkat evaporasi, perembesan, dan kebocoran pada saluran untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kehilangan air yang signifikan. Data yang diperoleh dipergunakan untuk merancang perbaikan saluran, seperti melapisi saluran dengan bahan yang mengurangi rembesan, atau menerapkan teknologi irigasi tetes yang lebih efisien. Selain itu, teknik konservasi seperti penanaman vegetasi peneduh disekitar saluran juga dapat diterapkan untuk mengurangi evaporasi akibat paparan sinar matahari langsung. Dengan evaluasi yang tepat, teknik pertanian dapat meminimalkan kehilangan air, menjaga pasokan air irigasi, dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu:
1. Menghitung kehilangan air pada saluran irigasi Penting untuk mening rat tan efisiensi Penggunaan air, Mengoptimalkan sistem iriodsi, dan Mendurung keberiansuran pertanian dengan meminimalkan kehilangan alr yang tidak perlu.
2. Menganalisis kehilangan air pada saluran irigasi Penting untuk Mengidentifikasi faktor penyebabnya dan merencanakan perbaikan Serta strategi pengelolaan air yang lebih efisien darem prastir Pertanian.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya rampaikan yaitu paclel saat Praktikum dinarappan pada perarrana pratirum untuk lebih teriti lagi dian Melakukan prapulbumnya dan diperhatikan apabila terjadi seditit parardhan maka dapat berakinat fatal.
ACARA IV
SISTEM IRIGASI CURAH (SPRINKLER)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan unsur yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Air bagi tanaman merupakan sumber daya yang sangat utama karena hampir semua prores fisika, kimia dan biologi di dalam tanah dan proses fisiologis tanaman tida akan dapat berlangsung secara optimal tanpa ketersediaan air yang cukup. Pemberian air pada tanaman dapat meningkatkan jumlah produktivitas tanaman. Air yang cukup akan mendukung peningkatan produksi tanaman. Sebaliknya rendahnya jumlah air akan menyebabkan terbatasnya perkembangan akar, sehingga mengganggu penyerapan unsur hara oleh akar tanaman.
Semakin sering air diberikan, semakin cepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Namun, bila jumlah air yang diberikan semakin banyak, kelebihan air menjadi tidak bermanfaat atau tidak efisien dan tentunya akan menjadi masalah bagi tanaman.
Selain faktor air, faktor tanah juga mempengaruhi tingkat efisiensi pemberian air pada tanaman. Faktor yang mempengaruhi tanah dalam mencukupi kebutuhan air bagi tanaman adalah kapasitas tanah menahan air dari laju infiltrasi, kedua faktor tersebut sangat ditentukan oleh teksturr dan sifat fisik tanah.
Salah satu kendala yang dihadapi pada daerah lahan kering adalah terbatasnya pasokan air irigasi, dan sebagian besar mengandalkan dari air hujan. Guna mendukung program ketahanan pangan yang tengah gencar dilakukan oleh pemerintah, tentu masalah ini harus dapat ditangani. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketersediaan dir irigasi yang terbatas di lahan kering adalah menggunakan teknologi irigasi yang hemat air. Salah satu teknologi irigasi hemat air adalah sistem irigasi sprinkler atau curah. Oleh karena itu dilakukan praktikum mengenai sieten irigas sprinkler atau curah.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Mengenal sistem irigasi curah
2. Mempelajari dan memahami kinerja sistem irigasi curah
3. Menentukan indeks Coefficient Uniformity (CU) dari sistem irigasi curah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Irigasi merupakan kegiatan penting yang menentukan efisiensi keberhasilan suatu pertanian. Kegiatan irigasi meliputi pengambilan air dari sumbernya, pengangkutan air, pendistribusian dan pemberian atau penambahan air ke lahan pertanianan yang membutuhkan, untuk menunjang pertumbuhan dan hasil tanaman pertanian. Proses irigasi yang dilakukan secara manual dapat menyebabkan kurang merata serta pemborosan dalam pemakaian air dimana air sangat penting dalam proses pertanian. Pemberian air dengan sistem irigari tertentu identik dengan jenis dan kebutuhan air pada setiap tanaman. Salah satu teknologi irigasi hemat air adalah sistem irigasi sprinkler atau curah dan irigasi tetes (Purwanto, 2023).
Irigari curah (sprinkler irrigation) disebut juga overhead irrigation. Merupakan cara pemberian air dari bagian atas tanaman menyerupai curahan hujan sehingga selain untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman juga dapat menciptakan iklim mikro diseritar tanaman.
Irigasi curah atau sprinkler irrigation adalah cara pemberian air kepada tanaman yang dilakukan dari atas kanaman berupa pemencaran dimana pemencaran itu menggunakan tenaga penggerak berupa pompa air. Prinsip yang digunakan sistem ini adalah memberi tekanan pada air dalam pipa dan memancarkan ke udara sehingga menyerupai hujan selanjutnya jatuh pada permukaan tanah. Irigari ini disebut juga sebagai overhead irrigation karena pemberian air dilakukan dari bagian atas tanaman terpancar menyerupai hujan (Wahyudi, dkk., 2020).
Sistem irigasi curan (sprinkler irrigation) adalah salah satu alternative metode pemberian air lebih tinggi selain dengan irigasi permukaan (surface irrigation). Salah satu kekurangan dari sistem ini adalah mahalnya biaya investasi awal. Sistem irigasi ini menggunakan energi tekan untuk membentuk dan mendistribusikan air ke lahan. Tekanan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kinerja sprinkler. Irigasi konvesional dengan saluran terbuka merupakan irigasi yang boros air, hal ini karena banyaknya air yang terbuang akibat kebocoran dan penguapan (Suparman dan Pragito, 2020).
Sumber air irigasi berasal dari air permukaan maupun dari air tanah. Sumber air permukaan berasal dari curah hujan, aliran sungai, mata air atau air yang tersimpan dalam cekungan alami (danau). Potensi sumber air permukaan dapat diketahui melalui pengukuran langsung, atau melalui aplikasi model debit, sedangkan potensi air tanah dapat diprediksi melalui survey geolistrik. Selain sumber air permukaan, potensi dan peluang pemanfaatan air tanah untur irigasi di Nusa Tenggara secara teknis memungkinkan untuk diterapkan.
Pemanfaatan air tanah dengan menggunakan pompa memerlukan investasi modal yang relatif
bsar untuk pengembangannya, bahan bakar, untuk operasionalnyaa, serta perawatan yang intensif dan terus menerus, sehingga diperlurkan tenaga operator yang terampil, agar berkelanjutan (Heryani dan Rejekiningrum, 2019).
Teknologi irigasi curah dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi dan keseragaman irigasi yang diberikan lebih dari 80%, selain itu kehilangan lahan akibat pemasangan sarana irigasi dapat dikurangi. Sistem irigasi sprinkler dapat digunakan dalam berbagai kondisi permukaan lahan, baik datar dan bergelombang. Jadi sistem ini sangat diterapkan dalam pertanian lahan kering. Namun sistem ini memerlukan biaya investasi yang tidak sedikit untuk keperluan biaya sumber air, pompa dan tenaga penggerak, sistem perpipaan dan nozel (sprayer). Hal ini tentu akan memberatkan bagi para petani kecil dengan luas lahan yang relatif kecil dan terpisah-pisah (Tusi dan Lanya, 2020).
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 28 september 2024 pada pukul 08.00 WITA β selesai di Halaman Belakang Fakultas Teknologi Pangan Dan Agroindustri, Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat ukur panjang, botol penampung (collector), flowmeter, hygrometer, termometer, anemometer, gelas ukur, manometer tipe U, sprinkler, dan stopwatch.
3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Diagram Alir
Mulai i
Disiapkan alat dan bahan
Dioperasikan sistem irigasi curah dalam selang waktu tertentu (10 dan 5 menit) kemudian diukur:
a. Jarak pancaran
b. Volume air yang tertampung dalam kelektor c. Waktu pepmberian air
Diulangi dengan 2 variasi tekanan (tekanan full dan tekanan setengah)
a
3.3.2 Langkah Kerja
Adapun langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu:
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dioperasikan sistem irigasi curah dalam selang waktu tertentu (10 dan 5 menit) kemudian diukur:
a. Jarak pancaran
b. Volume air yang tertampung dalam kelektor c. Waktu pemberian air
3. Diulangi dengan 2 variasi tekanan (tekanan full dan tekanan setengah) 4. Dicatat hasil pengamatan yang dilakukan