LAPORAN TETAP PRAKTIKUM TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE
DISUSUN OLEH :
NAMA : ETI RAHMAT ILAHI
NIM : J1B022042
CO. ASSISTEN : LALU FEMI IHSAN SOPIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MATARAM
2024
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah wasyukurillah, segala puji dan syukur terpanjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta atas izinnya saya dapat menyelesaikan laporan tetap ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Adapun tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk lebih memahami lagi tentang Teknik Irigasi dan Drainase. Laporan ini dibuat berdasarkan hasil praktikum mingguan, saya menyadari bahwa dalam laporan praktikum ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karna itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Dalam penulisan laporan ini, saya telah mendapat banyak bantuan, masukan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing dan yang telah turut membantu dan mendukung dalam praktikum terutama asisten praktikum sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik dalam waktu yang tepat.
Saya sangat menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna karena banyak kekurangan dan kesalahan-kesalahan, maka dari itu penulis sangat mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca supaya penulis dapat memperbaiki laporan ini.
Mataram, 18 november 2024
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PENGESAHAN ...
KATA PENGANTAR ...
DAFTAR ISI ...
DAFTAR GAMBAR ...
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR LAMPIRAN ...
ACARA I PENGENALAN BANGUNAN IRIGASI ...
BAB I PENDAHULUAN ...
1.1 Latar Belakang ...
1.2 Tujuan Praktikum
1.3 Manfaat Praktikum ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ...
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ...
3.2 Alat dan Bahan ...
3.3 Prosedur Kerja ...
3.3.1 Diagram Alir ...
3.3.2 Langkah Kerja ...
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ...
4.1 Hasil Pengamatan ...
4.2 Pembahasan ...
BAB V PENUTUP ...
5.1 Kesimpulan ...
5.2 Saran ...
ACARA II KEBUTUHAN AIR IRIGASI UNTUK TANAMAN PADI ...
BAB I PENDAHULUAN ...
1.1 Latar Belakang ...
1.2 Tujuan Praktikum ...
1.3 Manfaat Praktikum ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ...
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ...
3.2 Alat dan Bahan ...
3.3 Prosedur Kerja ...
3.3.1 Diagram Alir ...
3.3.2 Langkah Kerja ...
3.4 Analisis Data ...
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ...
4.1 Hasil Pengamatan ...
4.2 Pembahasan ...
BAB V PENUTUP ...
5.1 Kesimpulan ...
5.2 Saran ...
ACARA III EVALUASI KEHILANGAN AIR DI SALURAN IRIGASI ...
BAB I PENDAHULUAN ...
1.1 Latar Belakang ...
1.2 Tujuan Praktikum ...
1.3 Manfaat Praktikum ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ...
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ...
3.2 Alat dan Bahan ...
3.3 Prosedur Kerja ...
3.3.1 Diagram Alir ...
3.3.2 Langkah Kerja ...
3.4 Analisis Data ...
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ...
4.1 Hasil Pengamatan ...
4.2 Pembahasan ...
BAB V PENUTUP ...
5.1 Kesimpulan ...
5.2 Saran ...
ACARA IV SISTEM IRIGASI CURAH (SPRINKLER) ...
BAB I PENDAHULUAN ...
1.1 Latar Belakang ...
1.2 Tujuan Praktikum ...
1.3 Manfaat Praktikum ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ...
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ...
3.2 Alat dan Bahan ...
3.3 Prosedur Kerja ...
3.3.1 Diagram Alir ...
3.3.2 Langkah Kerja ...
3.4 Analisis Data ...
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ...
4.1 Hasil Pengamatan ...
4.2 Pembahasan ...
BAB V PENUTUP ...
5.1 Kesimpulan ...
5.2 Saran ...
ACARA V SISTEM IRIGASI TETES ...
BAB I PENDAHULUAN ...
1.1 Latar Belakang ...
1.2 Tujuan Praktikum ...
1.3 Manfaat Praktikum ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ...
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ...
3.2 Alat dan Bahan ...
3.3 Prosedur Kerja ...
3.3.1 Diagram Alir ...
3.3.2 Langkah Kerja ...
3.4 Analisis Data ...
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ...
4.1 Hasil Pengamatan ...
4.2 Pembahasan ...
BAB V PENUTUP ...
5.1 Kesimpulan ...
5.2 Saran ...
ACARA IV PENGENALAN BANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDROLIK ...
BAB I PENDAHULUAN ...
1.1 Latar Belakang ...
1.2 Tujuan Praktikum ...
1.3 Manfaat Praktikum ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ...
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ...
3.2 Alat dan Bahan ...
3.3 Prosedur Kerja ...
3.3.1 Diagram Alir ...
3.3.2 Langkah Kerja ...
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ...
4.1 Hasil Pengamatan ...
4.2 Pembahasan ...
BAB V PENUTUP ...
5.1 Kesimpulan ...
5.2 Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN ...
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Diagram Alir Pengenalan Bangunan Irigasi ... 18
Gambar 3.2 Diagram Alir Kebutuhan Air Irigasi untuk Tanaman Padi ... 29
Gambar 3.3 Diagram Alir Evakuasi Kehilangan Air di Saluran Irigasi ... 41
Gambar 3.4 Diagram Alir Sistem Irigasi Curah (Sprinkler) ... 51
Gambar 3.5 Diagram Alir Sistem Irigasi Tetes ... 60
Gambar 3.6 Diagram Alir Pengenalan Bangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidrolik ... 70
DAFTAR LAMPIRAN
ACARA I
PENGENALAN BANGUNAN IRIGASI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang penting untuk kebutuhan manusia salah satunya di bidang pertanian. Masyarakat di indonesia sebagian besar adalah petani yang menggunakan sungai, danau, waduk dan sumur sebagai sumber air utama. Dalam sebuah kegiatan pertanian, kebutuhan air sudah menjadi hal mutlak yang diperlukan dan tidak bisa dielakkan lagi, karena air meruparan faktor penting dalam usaha penanian. Tanaman yang dibudidayakan dalam pertanian membutuhkan air yang cukup agar tumbuh dan berkembang dengan baik hingga menghasilkan produksi yang maksimal. Pemberian air pada tanaman harus sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut. Pemberian air yang berlebihan atau yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman juga akan mengganggu pertumbuhan tanaman.
Kebutuhan akan sumber daya air yang cenderung meningkat akibat pertambahan jumlah penduduk menyebabkan semakin terbatasnya sumber daya air, terutama bagi tanaman budidaya seperti sayuran dan buah-buahan yang rentan terhadap kebutuhan air.
Oleh sebab itu, persediaan sumber daya air harus dimanfaatkan secara efisien dan efektif.
Guna memanfaatkan jumlah air yang terbatas diperlukan teknologi irigasi yang tepat dan memiliki nilai efisiensi irigasi yang tinggi. Irigasi adalah istilah yang berkaitan dengan penyaluran air dari sumber ke tanaman. Sistem irigasi yang banyak digunakan adalah aistem irigasi curah dipermukaan tanah.
Bangunan irigasi adalah infrastruktur yang dirancang untuk mengelola distribusi air guna mendukung pertanian dan kebutuhan lainnya. Fungsinya meliputi pengaturan aliran, pengangkutan, serta penyimpanan air dari sumber seperti sungai, waduk, atau danau ke lahan pertanian. Bangunan irigasi ini dapat berupa bendungan, saluran, terowongan, maupun pintu air yang membantu petani mengontrol pasokan air secara tepat.
Pengelolaan yang baik dari bangunan irigasi membantu mengoptimalkan penggunaan air, mencegah kekeringan, dan mendukung peningkatan hasil pertanian. Selain itu bangunan irigasi juga berperan dalam mengurangi risiko banjir dengan mengalirkan air berlebih ke tempat yang lebih aman.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Mengenal bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi
2. Mengenal macam fungsi, kegunaan serta cara pengoperasian bangunan irigasi
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu:
1. Agar mahasiswa dapat mengenal bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi 2. Agar mahasiswa dapat mengenal macam fungsi, kegunaan serta cara pengoperasian
bangunan irigasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Irigasi adalah suatu usaha untuk memperbaiki air guna keperluan pertanian yang dilakukan dengan tertib dan teratur untuk daerah pertanian yang dilakukan yang membutuhkannya dan kemudian air itu digunakan secara tertib dan teratur dibuang ke saluran pembuang. Istilahnya irigasi diartikan suatu pembinaan atas air dari sumber-sumber air, termasuk kekayaan alami hewani yang terkandung di dalamnya, baik yang alami maupun yang diusahakan manusia. Irigasi sebagai salah satu faktor penting dalam produksi bahan pangan. Sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang tersusun sebagai komponen, menyangkut upaya persediaan, pembagian, pengelolaan dan pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksi pertanian. Jaringan irigasi primer (saluran induk) yaitu saluran yang langsung berhubungan dengan saluran bendungan yang fungsinya untuk mensalurkan air dari waduk saluran yang lebih kecil. Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung air dari saluran primer (Ali, dkk., 2019).
Bangunan irigasi digolongkan dalam beberapa bagian yang diantaranya adalah bangunan utama, bangunan bagi dan sadap, bangunan pengukur dan pengatur, bangunan pembawa, dan bangunan pelindung, dimana bangunan-bangunan tersebut memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing. Diantara bangunan-bangunan irigasi yang ada, bangunan pembawa memiliki peran penting untuk mengalirkan air irigasi melewati bagian atas atau bagian bawah dan saluran lainnya. Bangunan pembawa tersebut adalah talang dan siphon, dimana talang berfungsi untuk mengalirkan air di atas saluran air baik lembah maupun sungai, sedangkan siphon mengalirkan air melalui bagian bawah saluran atau lembah maupun sungai.
Di maluku utara sendiri khususnya di kabupaten Halmahera Timur kecamatan Wasile, pemerintah telah membangun bangunan irigasi yang kompleks dan memadai, dari bangunan utama, bangunan bagi sadap, bangunan pengukur dan pengatur, bangunan pembawa, dan bangunan pelindung. Bangunan-bangunan tersebut dibangun untuk memenuhi kebutuhan air pada daerah-daerah pertanian dan perikanan milik masyarakat (Sultan, dkk., 2022).
Pengaliran air dari sumber air berupa sungai atau danau ke saringan irigasi untuk keperluan irigasi pertanian, pasokan air baku dan keperluan lainnya yang memerlukan suatu bangunan utama. Untuk kepentingan keseimbangan lingkungan dan kebutuhan daerah di hilir bangunan utama, maka aliran air sungai tidak diperbolehkan disadap seluruhnya. Akan tetapi, harus tetap dialirkan sejumlah 5% dari debit yang ada. Salah satu bangunan utama yang mempunyai fungsi membelokkan air dan menampung air disebut bendung. Ada enam
bangunan utama yang sudah atau sering dibangun di indonesia, antara lain bendung tetap.
bendung gerak vertikal, bendung karet. bendung saringan bawah, pompa dan pengambilan bebas (Jokowinarno, dkk., 2020).
Pengairan atau irigasi merupakan faktor penting dalam industri pertanian dan perkebunan. Irigasi dapat mempengaruhi hasil dari pertanian dan perkebunan apakah produknya baik atau tidak. Beberapa ancaman serius yang dihadapi industri tersebut salah satunya adalah semakin menurunnya ketersediaan air. untuk itu dibutuhkan upaya untuk menggunakan air secara tepat. Teknologi Pengairan yang masih konvensional belum mampu mengelola air secara tepat. (Syamsiar, dkk., 2021).
Penyediaan air untuk kebutuhan irigasi merupakan salah satu usaha untuk menyukseskan program ketahanan pangan nasional. Kebutuhan irigasi akan sangat mendukung rantai produksi tanaman dari mulai tumbuh sampai berproduksinya tanaman.
Kebutuhan pokok pangan masyarakat setiap saat semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Peningkatan kebutuhan ini merupakan tantangan pemerintah untuk menyediakan ketahanan kebutuhan air baru. Menjaga tetersediaan air dan terwujudnya kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk kemakmuran rakyat merupakan visi yang harus diterapkan oleh pemerintah (Surmono, dkk., 2021).
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu, 05 oktober 2024 pada pukul 09.00 WITA-selesai di Bendungan Pengga, desa Pelambik, kecamatan Praya Barat daya, kabupaten Lombok Barat.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat tulis, peta jaringan, roll meter (50 m) dan selang plastik.
3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Diagram Alir
Mulai
Ditetapkan jaringan irigasi yang akan ditinjau
Ditelusuri jaringan dari penyadap utama sampai ke petak tersier
Dicatat nomor kode bangunan, nama bangunan, kondisi dan fungsi bangunan tersebut
Selesa i
Gambar 3.1 Diagram Alir Pengenalan Bangunan Irigasi
3.3.2 Langkah Kerja
Adapun langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu:
1. Ditetapkan jaringan irigasi yang akan ditinjau
2. Ditelusuri jaringan dari penyadap utama sampai ke petak tersier
3. Dicatat nomor kode bangunan, nama bangunan, kondisi dan fungsi bangunan, gambar bangunan tersebut
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan (Terlampir)
4.2 Pembahasan
Bendung dan bendungan memiliki fungsi yang serupa dalam mengelola air, namun ada perbedaan utama antara keduanya. Bendung biasanya digunakan untuk mengatur aliran air di sungai dengan cara menaikkan permukaan air, tanpa menyimpan air dalam jumlah besar. Di sisi lain, bendungan dirancang untuk menahan air dalam volume yang besar, membentuk waduk yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pembangkit listrik, irigari, atau pengendalian banjir. Bendung lebih sederhana dan sering kali bersifat sementara, sementara bendungan bersifat permanen dengan konstruksi yang lebih besar dan kompleks. Jadi, perbedaan utamanya terletak pada fungsi penyimpanan air dan skala bangunannya.
Bendung terdiri dari beberapa bagian utama yang memiliki fungsi spesifik. Salah satu bagian penting adalah tubuh bendung, yang berfungsi untuk menahan aliran air dan menaikkan permukaannya. Kemudian ada pintu air atau spillway, yang digunakan untuk mengatur jumlah air yang disepakati sesuai kebutuhan. Selain itu, terdapat kolam olak dibagian hilir bendung yang berfungsi meredam energi air agar aliran tidar merusak struktur di sekitarnya. Terakhir, bendung juga dilengkapi dengan bangunan pengelak untuk mengalihkan aliran air sementara saat proses konservarsi atau pemeliharaaan.
Jaringan primer dibendungan merujuk pada infrastruktur utama yang mendukung fungsi pengelolaan air. Ini terjadi dari beberapa komponen penting, seperti tubuh bendungan yang menahan air, seperti spillway atau pintu air yang mengatur aliran keluar saat volume air melebihi kapasitas. Selain itu, saluran pembawa digunakan untuk mendistribusikan air ke area irigasi atau pembangkit listrik. Pintu air juga berperan dalam mengendalikan jumlah air yang dilepaskan, mencegah banjir, atau mengatur pasokan air.
Secara keseluruhan, jaringan pimer ini memastikan operasi bendungan berjalan dengan aman dan efisien sesuai dengan tujuan utamanya.
Bendung dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan fungsinya. Pertama bendung tetap, yang bersifat permanen dan tidak dapat diubah ketinggian airnya, biasanya digunakan untuk irigasi. Kedua, bendung gerak, yang memiliki pintu atau mekanisme pengatur yang memungkinkan pengontrolan debit air sesuai kebutuhan, sering dipakai di wilayah sungai besar. Ketiga, bendung karet, yang menggunakan kantong karet fleksibel yang bisa dikembangkan atau dikempiskan untuk mengatur aliran air. Selain itu, ada juga bendung pelimpah, yang dirancang khusus untuk menyalurkan kelebihan air saat permukaan sungai atau waduk melebihi kapasitas normal. Masing- masing jenis ini disesuaikan dengan tujuan pengelolaan air dan kondisi geografis lokats pembangunannya.
Penerapan bangunan irigasi dalam bidang teknik pertanian sangat penting untuk mendukung keberlanjutan produksi pertanian. Bangunan irigasi, seperti saluran primer dan sekunder, membantu mengatur distribusi air te lahan-lahan pertanian, memastikan tanaman mendapatkan suplai air yang cukup, terutama di musim kemarau. Sistem irigasi modern, seperti irigasi tetes dan irigasi sprinkler, juga diterapkan untuk efisiensi penggunaan air, mengurangi pemborosan, dan meningkatkan hasil panen. Selain itu, pengelolaan air yang tepat mengisi irigasi dapat mencegah erosi tanah dan degradasi lanan. Menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang. Dengan teknologi irigasi yang tepat, produktivitas pertanian dapat ditingkatkan secara signifikan, mendukung ketahanan pangan.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu:
1. Mengenal bangunan pada jaringan irigas bertujuan untuk mengoptimalkan pengelolaan air, meningkatkan produktivitas pertanian, dan menjaga keberlanjutan sistem irigasi
2. Mengenal fungsi, kegunaan, dan cara pengoperasian bangunan irigasi adalah untuk memastikan pengelolaan air yang efisien. Mendukung keberhasilan irigasi, serta menjaga infrastruktur agar berfungsi optimal dalam meningkatkan produktivitas pertanian.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan pada praktikum ini yaitu diharapkan praktikum dilakukan secara kondusif agar tidak terjadi kesalahan pada hasil praktikum.
ACARA II
KEBUTUHAN AIR IRIGASI UNTUK TANAMAN PADI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Irigasi merupakan salah satu aspek penting dalam budidaya tanaman padi, terutama di daerah dengan curah hujan yang tidak menentu. Tanaman padi membutuhkan pasokan air yang stabil agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Kebutuhan air untuk tanaman padi cukup tinggi dibandingkan tanaman lain karena proses pertumbuhan dan pengisian butir memerlukan ketersediaan air yang berkelanjutan. Irigasi yang memadai akan membantu mempertahankan kelembaban tanah pada tingkat optimal untuk pertumbuhan padi. Dengan manajemen air yang tepat, produktivitas tanaman padi dapat ditingkatkan dan hasil panen dapat tercapai secara maksimal.
Kebutuhan air irigasi untuk padi bervariasi tergantung pada fase pertumbuhan tanaman, jenis tanah, dan iklim. Pada tahap awal, tanaman padi memerlukan air yang cukup untuk mendukung perkembangan akar dan perkembangan tunas. Selanjutnya, pada fase pembungaan dan pengisian bulir, kebutuhan air semakin meningkat untuk menunjang penyerapan nutrisi. Tanah yang terlalu kering atau terlalu basah dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan menurunkan kualitas serta kuantitas hasil panen.
Penting untuk memastikan sistem irigasi yang mampu mensuplai air sesuai kebutuhan setiap tahap pertumbuhan.
Manajemen irigasi yang efisien membantu petani dalam mengoptimalkan penggunaan air dan mendorong keberlanjutan produksi padi. Dengan sistem irigasi yang baik, air dapat dialirkan secara teratur sehingga meminimalkan pemborosan. Di tengah tantangan perubahan iklim yang memengaruhi pola hujan, irigai menjadi solusi penting dalam menjaga stabilitas produksi. Selain mendukung pertumbuhan tanaman, irigasi yang efisien juga membantu mengurangi dampak lingkungan akibat penggunaan air berlebihan. Oleh karena itu, penerapan teknolοgi irigasi yang modern dan ramah lingkungan menjadi kunci untuk meningkatkan keberlanjutan budidaya padi.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Menghitung kebutuhan bersih air irigasi (NFR)
2. Menghitung air irigasi pada pintu pengambilan/intake (DR)
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu:
1. Agar mahasiswa dapat menghitung kebutuhan air irigasi (NFR)
2. Agar mahasiswa dapat menghitung air irigasi pada pintu pengambilan/intake (DR)
BAB II
TINJAUAN PUSTKA
Padi meruparan komoditas pertanian utama di indonesia. Pada praptik budidaya padi sawah selama ini, kondisi ketersediaan air adalah bervariasi mulai dari selalu tersedia, tersedia cukup pada musim tertentu dan terbatas sepanjang musim. Hai ini sangat tergantung pada sumber air irigasinya, pada setiap kondisi ketersediaan air tersebut, terdapat masing-masing cara pemberian dan pembagian air yang menyesuaikan dengan ketersediaan air. Ancaman serius yang dihadapi budidaya padi adalah semakin menurunnya ketersediaan air (Rahmadani, dkk., 2020).
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi keberlanjutan kehidupan di bumi. Pertanian merupakan salah satu sektor yang banyak membutuhkan air, khususnya untuk tanaman padi. Tanaman padi membutuhkan air yang cukup banyak saat tumbuh karena harus selalu tergenang air, sehingga diperlukan suplai air yang cukup melalui irigasi. Oleh karena itu untuk menunjang ketersediaan air bagi lahan pertanian harus adanya pengelolaan air secara kontinu baik dari segi kuantitas maupun kualitas sehingga menjamin tanaman padi tidak mengalami kekurangan air yang berakibat akan menurunnya hasil produksi. Irigasi merupakan usaha untuk mendatangkan air dengan membuat bangunan-bangunan dan saluran untuk mengalirkan air guna keperluan pertanian, membagikan air di sawah, atau ladang dengan cara yang teratur serta membuang air yang tidak diperlukan lagi (Wardani dan kurniati, 2023).
kebutuhan air adalah sejumlah air yang digunakan untuk berbagai peruntukan atau kegiatan masyarakat dalam wilayah tersebut. Dalam kasus ini kebutuhan air yang diperhitungkan adalah kebutuhan air irigasi. Kebutuhan air irigasi yang diperhitungkan adalah air irigasi permukaan karena rata-rata petani mengairi areal sawahnya dengan menggunakan air sungai. Oleh karena itu penggunaan saluran irigasi harus dilakukan secara optimal, karena persediaan air tidak selamanya dapat mencukupi kebutuhan dalam berbagai penggunaan, terutama untuk irigasi tanaman padi. Keberadaan dan kehilangan air sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan irigasi (Ariandi dan Kurniati, 2022).
Ketersediaan air ini merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan budidaya padi sawah. Air yang tidak cukup menyebabkan pertumbuhan padi tidak sempurna bahkan dapat menyebabkan padi mati kekeringan. Penyebab penurunan ketersediaan air sangat bervarian dan bersifat spesifik, namun umumnya terjadi penurunan kualitas dari
sumber air, tidak berfungsinya sistem irigasi dan meningkatnya kompetisi kebutuhan air misalnya untuk pertumbuhan dan industri. Hal tersebut menjadi ancaman selanjutnya bagi ketersediaan pangan yang berkelanjutan, padahal prartik pengelolaan air lahan sawah di tingkat petani indonesia umumnya dilakukan dengan penggenangan secara terus menerus.
Oleh karena itu diperlukan sistem pemberian air yang paling hemat air (Hariz, dkk., 2020).
Dalam pengelolaan sistem irigasi yang baik akan meningkatkan produksi daerah irigasi karena dalam pengoperasian suatu jaringan irigasi sebaiknya selalu diperhatikan mengenai ketersediaan air dan kebutunan air. Bagaimana cara membalagi air yang ada dengan teratur dan merata agar semua tanaman tumbuh dengan baik. Untuk menyuplai air ke areal persawahan, maka air akan dibagi ke tiap-tiap petak melalui pintu air dengan sistem buka tutup dengan pembagian secara merata. Sehingga ketersediaan air dan kebutuhan air tetap terpenuhi setiap saat (Fitriansyah, dkk., 2020).
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu, 9 oktober 2024 pada pukul 14.00 WITA-selesai di Laboratorium Teknik Konservasi Lahan Pertanian Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat tulis 3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Diagram Alir
Mulai
Disiapkan data evaporasi, curah hujan dan KC tanaman padi
Diurutkan data curah hujan 10 tahun dari nilai terkecil ke terbesar
Ditentukan tahun data curah hujan yang akan digunakan (R80)
Dihitung nilai curah hujan efektif pada setiap pertengahan bulan
Dihitung nilai M dan K
Dihitung nilai LP (penyiapan lahan)
a
3.3.2 Langkah Kerja
Adapun langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu:
1. Disiapkan data evaporasi, curah hujan, dan KC tanaman padi 2. Diurutkan data hujan 10 tahun dari nilai terkecil ke terbesar 3. Ditentukan tahun data curah hujan yang akan digunakan (R80) 4. Dihitung nilai curah hujan efektif pada sistem pertengahan bulan 5. Dihitung nilai M dan K
6. Dihitung nilai LP (penyiapan lahan)
7. Dihitung jumlah air yang dibutuhkan (ETC) 8. Dihitung nilai bersih kebutuhan air lahan (NFR) 9. Dihitung kebutuhan air ingasi (IR)
10. Dikonversi nilai kebutuhan air irigas (mm/hari) menjadi (lt/dtk/ha) a
Dihitung jumlah air yang dibutuhkan (ETC)
Dihitung nilai bersih kebutuhan air lahan (NFR)
Dikonversi nilai kebutuhan air irigasi (mm/hari) menjadi (lt/dtk/ha)
Dikonversi nilai kebutuhan air irigasi DR menjadi debit (𝑚3/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)
Dilakukan perhitungan manual untuk 1 periode tanam padi (5 bulan, bulan LP)
Selesai
Gambar 3.2 Diagram Alir Kebutuhan Air Irigasi untuk Tanaman Padi
11. Dikonversi nilai kebutuhan air irigasi DR menjadi debit (m³/dt)
12. Dilakukan perhitungan manual air irigasi untuk 1 periode tanam padi (5 bulan, 1 bulan LP)
3.4 Analisis Data a. R80
𝑀𝑛 𝑠 + 1 Keterangan : n = jumlah data
m = tahun data curah hujan yang digunakan
b. Re (curah hujan efektif)
𝑅𝑒 = 0,7 𝑥 𝑅80 Keterangan : Re = curah hujan efektif
R80 = tahun data curah hujan yang akan digunakan
c. 𝑀 = 𝐸0+ 𝑃 Keterangan :
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air 𝐸0 = nilai evaporasi
P = 2 mm/hari (nilai perkolasi)
d. 𝐼𝑅 (𝐿𝑝) = 𝑀𝑒𝑘
𝑒𝑘−1
Keterangan : e = bilangan eksponen = 2,7682
e. 𝐸𝑇𝑐 = 𝐾𝐶 𝑥 𝐸𝑇0 Keterangan :
Etc = data dari BMKG KC = Koefisien tanaman
f. 𝑀𝐹𝑅 = 𝐼𝑅 (𝐿𝑃) + 𝐸𝑇𝑐 + 𝑃 + 𝑊𝐿𝑅 + 𝑅𝑒 Keterangan :
IR (LP) = penyiapan lahan
Etc = jumlah air yang dibutuhkan WLR = pergantian lapisan air
g. 𝐼𝑅 =𝑀𝐹𝑅
𝐸𝐹𝐹
Keterangan : EFF = efisiensi saluran irigasi
h. 𝐷𝑅 = 𝐼𝑅
0,64
i. 𝐷𝑅 = 𝐷𝑅 𝑥 𝐴
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan (Terlampir)
4.2 Pembahasan
Analisis kebutuhan air adalah proses menentukan jumlan air yang diperlukan untuk mendorong pertumbunan tanaman atau memenuhi tebutuhan lain sesuai dengan kondisi lingkungan tertentu. Proses ini mempertimbangkan faktor-faktor seperti jenis tanaman, fase pertumbunan, jenis tanah, dan iklim lokasi, termasuk suhu dan curah hujan.
Tujuan dari analisis ini adalan memastikan tanaman mendapatkan air yang cukup untuk mendukung pertumbuhan optimal tanpa terjadi kecurangan atau telebihan air yang bisa merusak tanaman. Dalam irigasi pertanian, analisis kebutuhan air membantu petani merencanakan sistemi igari yang efisien dan tepat guna. Dengan demikian, analisis ini sangat penting untuk menjaga produktivitas lahan dan mendukung keberlanjutan sumber daya air.
Kebutuhan air pada periode penyiapan lahan bertujuan untuk memastikan tanah cukup lembab sehingga mudah diolah dan siap ditanami. Pada tahap ini, air digunakan untuk melunakkan tanah, memudahkan prose pembajakan, dan mempersiapkan kondisi optimal bagi benih atau bibit. Setelah penanaman, kebutunan air selama pertumbuhan tanaman menjadi lebih terfokus pada tahap perkembangan spesifik, seperti masa perkecambahan, pembentukan daun, dan pematangan buah. Pada periode ini, tanaman memerlukan jumlah air yang cukup untuk mendorong fotosintesis, pertumbuhan, dan menjaga suhu tubun tanaman. Dengan irigasi yang tepat kebutuhan air dapat dipenuhi secara efisien, mendukung pertunmbuhan optimal dan hasil panen yang maksimal tanpa menguras sumber daya air.
Penggunaan air konsumtif (ETC) pada tanaman padi merupakan istilah yang merujuk pada jumlah air yang digunakan olen tanaman padi melalui proses evapotranspirasi. Pada praktikum ini data curah hujan yang digunakan pada stasiun Pancal dan Gilimanto dari tahun 1998-2007. Data curah hujan tanaman pada stasiun Pancal berturut-turut yaitu 3494,47, 2682,47, 2119,29, 2448,46, 2110,72, 1445,52, 1795,68, 1581, 1386, 14, dan 1791,09. Hasil data curah hujan efektif pada setiap bulan dan 2 periode yang dihasilkan adalah bulan januari- desember dengan berturut-turut yaitu
14,56, 17,26, 23,21, 24,03, 92,16, 31,96, 39,2, 42, 47,18, 47,83, 51,5, 52,5, 66,5, 79,97, 70,13, 81,9, 92,16, 92,16, 94,5, 97,53, 97,53, 191,38, dan 197,17. Data evapotranspirasi standar Et0 (mm/hari) dari bulan januari-desember dengan nilai berturut-turut 3,63, 3,51, 3,52, 4,07, 3,54, 3,09, 3,54, 3,95, 4,42, 4,19, 3,77 dan 3,29. Jumlan air yang dibutuhkan tanaman padi pada bulan januari-desember, nilai WRL yaitu 1,1 nilai KC untuk tanaman padi 0,96, 0,88, 0,84 dan 9,56. Nilai Eto yang didapatkan pada data stasiun Pancal dan Gilimanto yaitu 3,48, 3,08, 2,95, 2,27, 3,39, 2,71, 2,97, 2,21, 4,24, 3,60, 2,74 dan 1,79.
Nilai NFR dari stasiun Pancal yaitu 2,86, 9,16, 18,35, 17,52, -11,91, -17,07, -26,61 -29,4, -34,2, -34,85, -38,58, -39,98 ,-52,92, -52,49, -56,49, -53,67, -65,44, -65,47, -65,47, - 66,05, -69,08, -75,61, -79,46, -83,97 dan -84,76. Pada stasiun Gilimanto yaitu 5,84 dan bisa dilihat pada tabel 7 dan nilai IR, DR2, dan DR4, dapat dilihat pada tabel 4 untuk data stasiun Pancal dan untuk tabel 8 data stasiun Gilimanto. Faktor-faktor yang mempengaruhi ETo adalah jenis tanaman, setiap jenis tanaman memiliki kebutuhan air yang berbeda-beda, tergantung dari jenis akar, ukuran daun dan adaptasi fisiologisnya terhadap lingkungan. Kondisi iklim, suhu, kelembaban, radiasi matahari dan kecepatan angin sangat mempengaruhi laju evapotranspirasi. Tahap pertumbuhan, kebutuhan air tanaman akan berbeda pada setiap fase pertumbuhan mulai dari perkecambahan, pertumbuhan vegetatif, hingga fase generatif. ETc Penting dalam irigas, dapat menentukan jumlah air yang tepat untuk mengairi tanaman, sehingga tidak terjadi kekurangan atau kelebihan air. Perencanaan tata guna lahan, dan pemodelan iklim. Pada hasil praktikum ini juga data curah hujan pada stasiun Gilimanto pada januari-februari, maret, april, mei, juni, juli, agustus, september, oktober, november, desember yaitu 2464,21, 2480,55, 1517,99, 2454,47, 2557,16, 2921,35, 1314,02, 67, 969,16 dan 2686,69. Nilai R80 pada stasiun Pancal yaitu 20,8, 24,67, 33,17, 34,33, 37,45, 67,56, 69,67, 4,68, 33,74, 75,94, 100,1 ,100,19, 11,7, 131,67, 135, 139,33, 159,33, 144,83, 144,83, 145,97. Pada stasiun Gilimanto yaitu 16,55, 20,8, 24,67, 23,17, 33,4, 34,33, 37, 37, 45,67, 46,06, 56,60, 66,15, 67,4, 68,33, 73,75, 79,03, 81,44, 100,01, 100,19, 106,67, 121,03 dan 135. Nilai 𝐸0 yang digunakan dari bulan januari-desember 4,15, 7,72, 4,14, 3,49, 3,19, 3,22, 3,62, 4,85, 6,27, 6,59, 5,81, dan 5,16. Nilai perkolasi (p) yang digunakan adalah 2. Nilai M (kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi) dari bulan januari-desember yaitu 6,75, 9,78, 6,14, 5,40, 5,10, 5,22, 5,62, 6,85, 8,59, 7,81 dan 7,16. Nilai T (waktu penyiapan lahan) 45 hari dan nilai s (air untuk menjenuhkan tanah) 300 mm.
Penerapan teknologi pertanian untuk memenuhi kebutuhan air tanaman padi semakin berkembang dengan adanya sistem irigasi modern. Salan satu teknologi yang
digunakan adalah irigari tetes dan irigasi sprinkler, yang memungkinkan pemberian air secara efisien dan tepat sasaran. Selain itu, teknologi pengaturan otomatis berbasis sensor juga diterapkan untuk memantau kebutuhan air tanaman, sehingga irigasi hanya diaktifkan saat tanaman membutuhkannya. Sistem ini tidak hanya menghemat air, tetapi juga meningkatkan hasil panen karena tanaman mendapatkan pasokan air yang optimal.
Dengan penerapan teknologi tersebut, kebutunan air untuk tanaman padi dapat dikelola dengan baik, terutama dalam menghadapi perubahan iklim dan kelangkaan sumber air.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini yaitu:
1. Perhitungan kebutuhan bersih air irigasi (NFR) menghasilkan estimasi jumlan air yang diperlukan tanaman secara efisien, sehingga meminimalkan pemborosan air dan mendukung keberlanjutan sumber daya air.
2. Perhitungan air irigasi pada pintu pengambilan (DR) penting untuk memastikan jumlah air yang tepat dapat dialirkan ke lahan pertanian sesuai kebutuhan, sehingga efisiensi irigasi dan produktivitas lahan meningkat.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan pada praktikum ini yaitu sebaiknya praktikum dilakukan secara kondusif agar lebih mudah dan cepat dipahami.
‘
ACARA III
EVALUASI KEHILANGAN AIR DI SALURAN IRIGASI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem irigasi memiliki peran penting dalam mendukung produktivitas pertanian, terutama di daerah yang bergantung pada pasokan air buatan. Namun, salah satu tantangan utama dalam pengelolaan irigasi adalah kehilangan air yang terjadi di sepanjang saluran irigasi. kehilangan air ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kebocoran, penguapan, dan infiltrasi ke dalam tanah. Kehilangan air yang tidak terkendali dapat mengurangi efisiensi irigasi dan mengakibatkan pasokan air yang tidak mencukupi untuk lahan pertanian. Oleh karena itu, evaluasi kehilangan air di saluran irigasi menjadi hal yang sangat penting untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air.
Selain faktor teknik, kondisi fisik saluran irigasi seperti keretakan pada dinding saluran dan tumpukan sedimentasi juga berkontribusi terhadap tingginya kehilangan air.
Konditi saluran yang tidak terawat atau rusak dapat mempercepat kehilangan air dan mengurangi jumlah air yang mencapai lahan pertanian. Dalam jangka panjang, hal ini dapat mempengaruhi hasil panen dan mengancam ketahanan pangan. Evaluasi terhadap kondisi saluran dan identifikasi sumber-sumber kehilangan air menjadi tantangan awal yang penting untuk menentukan solusi perbaikan yang efektif. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian menyeluruh terkait faktor-faktor penyebab kehilangan air di saluran irigasi.
Melalui evaluasi yang tepat, diharapkan dapat ditemukan solusi untuk meminimalkan kehilangan air, seperti peningkatan infrastruktur saluran irigasi atas penggunaan teknologi pengelolaan air yang efisien. Pemerintah dan masyarakat tani perlu bekerja sama dalam menjaga dan memperbaiki saluran irigasi guna memastikan distribusi air yang merata. Selain itu, pengelolaan air yang efisien juga mendukung penggunaan sumber daya air yang berkelanjutan, terutama di wilayah yang rentan terhadap kereringan. Dengan demikian, evaluasi kehilangan air di saluran irigasi bukan hanya sekedar menjaga produktivitas pertanian, tetapi juga berperan dalam mendukung keberlanjutan lingkungan dan ketahanan pangan. Oleh karena itu dilakukan praktikum mengenai evaluasi kehilangan air di saluran irigasi.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaiku:
1. Menghitung kehilangan air pada caluran irigani 2. Menganalisa kehilangan air pada saluran irigati
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu:
1. Agar manarisiwa mampu menghitung kehilangan air pada saluran irigasi 2. Agar mahasiswa mampu menganalisa rehilangan air pada savuran irigati
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan sumber daya alam yang tidak terdistribusi secara merata di muka bumi.
Kebutuhan air semakin meningkat seiring pertambahan penduduk, namun persediaan air akan semakin berkurang. Air sangat penting untuk kehidupan manusia, terutama untuk kebutuhan rumah tangga, industri, dan pertanian. Salah catu cara untuk memenuhi kebutuhan air pertanian adalah melalui sistem irigasi. Irigasi merupakan bentuk kegiatan penyediaan pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaan air untuk pertanian dengan menggunakan satu kesatuan saluran dan pembangunan berupa jaringan irigasi. Saluran irigasi merupakan salah satu infrastruktur penting dalam sistem irigasi yang berfungsi untuk mengalirkan air ke daeran-daerah yang membutuhkan. Namun dalam proses pengaliran air tersebut, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kehilangan air pada sauran irigasi (Fahrudin, 2024).
Irigasi adalah usaha untuk memperoleh air yang menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk keperluan produksi pertanian. Air irigasi didistribusikan secara merata, pada petak-perak sawah diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing petak sawah.
Pengelolahan yang baik berarti bangunan dan jaringan irigasi serta fasilitasnya perlu dikelola secara tertib dan teratur dibawah pengawasan dan pertanggungjawaban suatu organisasi atau instansi perkumpulan petani pemakai air (P3A) (Peraturan pemerintah, 2001). Irigasi merupakan usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian. Dalam pengelolaan irigasi diperlukan jaringan irigasi yang terdiri dari jaringan utama dan jaringan tersier (Hidayat, dkk., 2021).
Kehilangan air merupakan masalah yang sering terjadi pada saluran irigasi, penyaluran air irigasi dari suplay awal sampe pendistribusiannya ke petak-petak sawah terakhir, air irigasi berkurang secara signifikan. Air irigasi yang berasal dari saluran primer kemudian didistribusikan ke saluran sekunder sampai ke saluran tersier dan kwater dalam perjalanannya terjadi penurunan debit ini bisa diakibatkan oleh beberapa hal diantaranya adanya kebocoran dari saluran itu sendiri ataupun dari manusia, beberapa permasalanan yang diakibatkan oleh saluran diantaranya adanya kebocoran disepanjang saulran, tingkat permeabilitas tanah yang tinggi sehingga perkolasi besar, suhu yang tinggi seningga evaporasi besar. Kehilangan air akibat manusia diantaranya adalan adanya bukaan atau sadapan liar karena kepentingan pribadi atau kelompok sehingga air yang sadap tidar terkontrol, dan ini adalah sangat
mengganggu sistem penyaluran air irigasi ditingkatan sekunder dan tersier. Berbagai metode dan cara telah dilakukan dalam rangka mengatasi kehilangan air tersebut, diantaranya dengan perbaikan linning saluran dengan pasangan batu kali atau beton. Namun dalam analisis untuk memastikan seberapa besar kehilangan air yang terjadi pada saluran mesin perlu metode lainnnya diantaranya yaitu dengan cara pengurangan antara debit awal dan debit akhir (Sunaryo, 2020).
Air yang mengalir dari saluran primer ke saluran sekunder dan tersier menuju ke sawah sering terjadi kehilangan air sehingga dalam perencanaan selalu dianggap bahwa seperempat sampai sepertiga dari jumlah air yang diambil akan hilang sebelum air itu sampai di sawah, kehilangan air yang terjadi erat hubungannya dengan efisiensi. Besaran efisiensi dan kehilangan air berbanding terbalik. Bila angka kehilangan air naik maka efisiensi akan turun dan begitupun sebaliknya. Efisiensi air irigasi menunjukkan angka daya guna pemakaian air yaitu merupakan perbandingan antara jumlah air yang digunakan dengan jumlah air yang diberikan. Sedangkan kehilangan air adalah selisih antara jumlah air yang diberikan dengan jumlah air yang digunakan (Inarmiwati dan Nurhapisah. 2020).
Kehilangan air yang terjadi pada saluran primer, sekunder dan tersier melalui evaporasi, perkolasi, rembesan, bocoran dan eksploitasi. Evaporasi, Perkolasi, bocoran dan rembesan relatif lebih mudah untuk diperkirakan dan dikontrol secara teliti. Sedangkan kehilangan akibat eksploitasi (faktor operasional) lebih sulit diperkirakan dan kontrol tergantung pada bagaimana sikap tanggap petugas operasi dan masyarakat petani pengguna air. Kehilangan air secara berlebihan perlu dicegah dengan cara peningkatan saluran menjadi permanen dan pengontrolan operasional sehingga debit tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal bagi peningkatan produksi pertanian dan taraf hidup petani. Kehilangan air yang relatif kecil akan meningkat efisiensi jaringan irigasi sendiri merupakan tolak ukur suksesnya operasi pertanian dalam semua jaringan irigasi (Bunganaen, 2021).
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakukan pada hari sabtu, 5 Oktober 2024 pada pukul 09.00 WITA- selesai di Bendungan Pengga, Desa Pelambik, Kecamatan Praya Daya, Kabupaten Lombok Tengah.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum 3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Diagram Alir
3.3.2 Langkah Kerja
Adapun langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu:
1. Ditetapkan jaringan irigasi yang akan ditinjau Mulai
Ditetapkan jaringan irigasi yang akan ditinjau
Diletakkan panci penguapan yamg telah diisi air setinggi 10 cm disekitar saluran irigasi yang akan
diamati
Diukur ketinggian akhir air di dalam panci setiap 10 menit
Dicatat hasil pengamatan
Selesai
Gambar 3.3 Diagram Alir Evakuasi Kehilangan Air di Saluran Irigasi
2. Diletakkan panci penguapan yang telah diisi air setinggi 10 cm disekitar saluran irigasi yang akan ditinjau
3. Diukur ketinggian akhir air di dalam panci setiap 10 menit, selama 1 jam 4. Dicatat hasil pengamatan
3.4 Analaisis Data
• Evaporasi E = (𝐻1−𝐻2
2 ) × 𝐶𝑃
• A = P × L
• Eloss = 𝐸̅ × 𝐴
• Q = 𝑉̅ × 𝐴
• Hn = 𝑄𝑖𝑛− 𝑄𝑜𝑢𝑡
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan (Terlampir)
4.2 Pembahasan
Kehilangan air adalah proses hilangnya air dari lingkungan atau sistem melalui penguapan, perkolasi, atau aliran permukaan. Air dapat hilang dari tanah dan tanaman melalui transpirasi, yaitu proses penguapan air dari daun tumbuhan ke atmosfer. Faktor- faktor seperti suhu dan angin, semakin cepat air menguap. Di sektor pertanian, kehilangan air dapat mengurangi ketersediaan air untuk tanaman, yang dapat memengaruhi hasil panen dan produktivitas lahan. Untuk mengurangi kehilangan air, beberapa upaya seperti penggunaan mulsa dan irigasi yang efisien sering kali diterapkan agar air tetap tersedia bagi tanaman.
Evaporasi adalah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi uap akibat pengaruh panas, terutama dari sinar matahari. Proses ini terjadi pada permukaan air, seperti danau, sungai, lautan dan bahkan tanah yang lembab. Evaporasi merupakan bagian penting dari siklus hidrologi, karena uap air yang terbentuk akan naik ke atmosfer dan berkontribusi pada pembentukan awan. Laju evaporasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, dan luas permukaan air. Dalam konteks pertanian, evaporasi yang berlebihan bisa menyebabkab kekeringan pada lahan, sehingga upaya konservasi air sering diterapkan untuk meminimalkan kehilangan air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi dan kehilangan air di saluran irigasi meliputi suhu, kelembaban, angin dan luas permukaan air. Suhu tinggi mempercepat penguapan, sehingga air lebih cepat hilang dari saluran irigasi. Angin yang kuat juga meningkatkan evaporasi dengan membawa uap air dari permukaan, sementara kelembaban udara yang rendah memungkinkan lebih banyak air untuk menguap. Selain itu, saluran sempit atau tertutup, karena luas permukaannya lebih besar. Untuk mengurangi kehilangan air, beberapa teknik seperti penggunaan pelapis saluran dan penanaman vegetasi peneduh sering kali diterapkan di sekitar saluran irigasi.
Pada tabel 1 merupakan data evaporasi pada saluran irigasi dimana pengamatan dilakukan selama 60 menit sebanyak 7 kali pengulangan di setiap 10 menit. Pada menit
ke-0 nilai 𝐻1 5, 𝐻2 4,3, dan nilai E 0,26, menit ke-10 nilai 𝐻1 4,3, 𝐻2 4,2 dan nilai E 0,03, menit ke-20 nilai 𝐻1 4,2, 𝐻2 4,1 dan nilai E pada menit ke-20 sampai 60 sama yaitu 0,03, menit ke-30 𝐻1 4,1, 𝐻2 4, menit ke-40 𝐻1 4, 𝐻2 3,9, menit ke-50 𝐻1 3,9, 𝐻2 3,8, menit ke-60 𝐻1 3,8, 𝐻2 3,7 kemudian nilai 𝐸̅ 0,6 cm, A 42 𝑚2 dan Eloss 2,52. Data dalam tabel menunjukkan bahwa semakin lama waktu semakin banyak air yang hilang karena evaporasi, selain itu area dengan kecepatan angin lebih tinggi serta suhu juga dapat mempengaruhi evaporasi. Tabel 2 data debit pada titik hulu didapat nilai 𝑣̅ sebesar 0,19 m/s, nilai A 42 𝑚2 nilai Q 7,98 dan Hn 3,36 𝑚2/s sedangkan pada titik hilir didapatkan nilai 𝑣̅ 0,11 m/s, nilai A 42 𝑚2, nilai Q 4,62 dan Hn 3,36 𝑚2/𝑠.
Penerapan evaluasi kehilangan air di saluran irigasi dalam teknik pertanian bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air dan memastikan ketersediaan alat bagi tanaman. Evaluasi ini melibatkan pengukuran tingkat evaporasi, perembesan, dan kebocoran pada saluran untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kehilangan air yang signifikan. Data yang diperoleh dipergunakan untuk merancang perbaikan saluran, seperti melapisi saluran dengan bahan yang mengurangi rembesan, atau menerapkan teknologi irigasi tetes yang lebih efisien. Selain itu, teknik konservasi seperti penanaman vegetasi peneduh disekitar saluran juga dapat diterapkan untuk mengurangi evaporasi akibat paparan sinar matahari langsung. Dengan evaluasi yang tepat, teknik pertanian dapat meminimalkan kehilangan air, menjaga pasokan air irigasi, dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu:
1. Menghitung kehilangan air pada saluran irigasi Penting untuk mening rat tan efisiensi Penggunaan air, Mengoptimalkan sistem iriodsi, dan Mendurung keberiansuran pertanian dengan meminimalkan kehilangan alr yang tidak perlu.
2. Menganalisis kehilangan air pada saluran irigasi Penting untuk Mengidentifikasi faktor penyebabnya dan merencanakan perbaikan Serta strategi pengelolaan air yang lebih efisien darem prastir Pertanian.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya rampaikan yaitu paclel saat Praktikum dinarappan pada perarrana pratirum untuk lebih teriti lagi dian Melakukan prapulbumnya dan diperhatikan apabila terjadi seditit parardhan maka dapat berakinat fatal.
ACARA IV
SISTEM IRIGASI CURAH (SPRINKLER)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan unsur yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Air bagi tanaman merupakan sumber daya yang sangat utama karena hampir semua prores fisika, kimia dan biologi di dalam tanah dan proses fisiologis tanaman tida akan dapat berlangsung secara optimal tanpa ketersediaan air yang cukup. Pemberian air pada tanaman dapat meningkatkan jumlah produktivitas tanaman. Air yang cukup akan mendukung peningkatan produksi tanaman. Sebaliknya rendahnya jumlah air akan menyebabkan terbatasnya perkembangan akar, sehingga mengganggu penyerapan unsur hara oleh akar tanaman.
Semakin sering air diberikan, semakin cepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Namun, bila jumlah air yang diberikan semakin banyak, kelebihan air menjadi tidak bermanfaat atau tidak efisien dan tentunya akan menjadi masalah bagi tanaman.
Selain faktor air, faktor tanah juga mempengaruhi tingkat efisiensi pemberian air pada tanaman. Faktor yang mempengaruhi tanah dalam mencukupi kebutuhan air bagi tanaman adalah kapasitas tanah menahan air dari laju infiltrasi, kedua faktor tersebut sangat ditentukan oleh teksturr dan sifat fisik tanah.
Salah satu kendala yang dihadapi pada daerah lahan kering adalah terbatasnya pasokan air irigasi, dan sebagian besar mengandalkan dari air hujan. Guna mendukung program ketahanan pangan yang tengah gencar dilakukan oleh pemerintah, tentu masalah ini harus dapat ditangani. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketersediaan dir irigasi yang terbatas di lahan kering adalah menggunakan teknologi irigasi yang hemat air. Salah satu teknologi irigasi hemat air adalah sistem irigasi sprinkler atau curah. Oleh karena itu dilakukan praktikum mengenai sieten irigas sprinkler atau curah.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Mengenal sistem irigasi curah
2. Mempelajari dan memahami kinerja sistem irigasi curah
3. Menentukan indeks Coefficient Uniformity (CU) dari sistem irigasi curah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Irigasi merupakan kegiatan penting yang menentukan efisiensi keberhasilan suatu pertanian. Kegiatan irigasi meliputi pengambilan air dari sumbernya, pengangkutan air, pendistribusian dan pemberian atau penambahan air ke lahan pertanianan yang membutuhkan, untuk menunjang pertumbuhan dan hasil tanaman pertanian. Proses irigasi yang dilakukan secara manual dapat menyebabkan kurang merata serta pemborosan dalam pemakaian air dimana air sangat penting dalam proses pertanian. Pemberian air dengan sistem irigari tertentu identik dengan jenis dan kebutuhan air pada setiap tanaman. Salah satu teknologi irigasi hemat air adalah sistem irigasi sprinkler atau curah dan irigasi tetes (Purwanto, 2023).
Irigari curah (sprinkler irrigation) disebut juga overhead irrigation. Merupakan cara pemberian air dari bagian atas tanaman menyerupai curahan hujan sehingga selain untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman juga dapat menciptakan iklim mikro diseritar tanaman.
Irigasi curah atau sprinkler irrigation adalah cara pemberian air kepada tanaman yang dilakukan dari atas kanaman berupa pemencaran dimana pemencaran itu menggunakan tenaga penggerak berupa pompa air. Prinsip yang digunakan sistem ini adalah memberi tekanan pada air dalam pipa dan memancarkan ke udara sehingga menyerupai hujan selanjutnya jatuh pada permukaan tanah. Irigari ini disebut juga sebagai overhead irrigation karena pemberian air dilakukan dari bagian atas tanaman terpancar menyerupai hujan (Wahyudi, dkk., 2020).
Sistem irigasi curan (sprinkler irrigation) adalah salah satu alternative metode pemberian air lebih tinggi selain dengan irigasi permukaan (surface irrigation). Salah satu kekurangan dari sistem ini adalah mahalnya biaya investasi awal. Sistem irigasi ini menggunakan energi tekan untuk membentuk dan mendistribusikan air ke lahan. Tekanan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kinerja sprinkler. Irigasi konvesional dengan saluran terbuka merupakan irigasi yang boros air, hal ini karena banyaknya air yang terbuang akibat kebocoran dan penguapan (Suparman dan Pragito, 2020).
Sumber air irigasi berasal dari air permukaan maupun dari air tanah. Sumber air permukaan berasal dari curah hujan, aliran sungai, mata air atau air yang tersimpan dalam cekungan alami (danau). Potensi sumber air permukaan dapat diketahui melalui pengukuran langsung, atau melalui aplikasi model debit, sedangkan potensi air tanah dapat diprediksi melalui survey geolistrik. Selain sumber air permukaan, potensi dan peluang pemanfaatan air tanah untur irigasi di Nusa Tenggara secara teknis memungkinkan untuk diterapkan.
Pemanfaatan air tanah dengan menggunakan pompa memerlukan investasi modal yang relatif
bsar untuk pengembangannya, bahan bakar, untuk operasionalnyaa, serta perawatan yang intensif dan terus menerus, sehingga diperlurkan tenaga operator yang terampil, agar berkelanjutan (Heryani dan Rejekiningrum, 2019).
Teknologi irigasi curah dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi dan keseragaman irigasi yang diberikan lebih dari 80%, selain itu kehilangan lahan akibat pemasangan sarana irigasi dapat dikurangi. Sistem irigasi sprinkler dapat digunakan dalam berbagai kondisi permukaan lahan, baik datar dan bergelombang. Jadi sistem ini sangat diterapkan dalam pertanian lahan kering. Namun sistem ini memerlukan biaya investasi yang tidak sedikit untuk keperluan biaya sumber air, pompa dan tenaga penggerak, sistem perpipaan dan nozel (sprayer). Hal ini tentu akan memberatkan bagi para petani kecil dengan luas lahan yang relatif kecil dan terpisah-pisah (Tusi dan Lanya, 2020).
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 28 september 2024 pada pukul 08.00 WITA – selesai di Halaman Belakang Fakultas Teknologi Pangan Dan Agroindustri, Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat ukur panjang, botol penampung (collector), flowmeter, hygrometer, termometer, anemometer, gelas ukur, manometer tipe U, sprinkler, dan stopwatch.
3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Diagram Alir
Mulai i
Disiapkan alat dan bahan
Dioperasikan sistem irigasi curah dalam selang waktu tertentu (10 dan 5 menit) kemudian diukur:
a. Jarak pancaran
b. Volume air yang tertampung dalam kelektor c. Waktu pepmberian air
Diulangi dengan 2 variasi tekanan (tekanan full dan tekanan setengah)
a
3.3.2 Langkah Kerja
Adapun langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu:
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dioperasikan sistem irigasi curah dalam selang waktu tertentu (10 dan 5 menit) kemudian diukur:
a. Jarak pancaran
b. Volume air yang tertampung dalam kelektor c. Waktu pemberian air
3. Diulangi dengan 2 variasi tekanan (tekanan full dan tekanan setengah) 4. Dicatat hasil pengamatan yang dilakukan
3.4 Analisis Data
a. Nilai rata-rata masing-masing pengamatan 𝑥̅𝑖 𝑥̅ = 𝛴𝑥𝑖
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ b. Nilai 𝑥̅𝑖 − 𝑥𝑖
c. Nilai debit (Q) Q = 𝑣
𝑡
d. Nilai jarak tempuh Jarak tempuh = 𝐴+𝐵+𝐶+𝐷
4
e. Nilai coefisient uniformity (eu) Eu= | 𝛴𝐼 𝑥𝑖−𝑥̅𝑖
𝑋𝑛 |
Dicatat hasil pengamatan yang dilakukan a
Selesai
Gambar 3.4 Diagram Alir Sistem Irigasi Curah (Sprinkler)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan (Terlampir)
4.2 Pembahasan
Sistem irigasi bertekanan atau irigari curah (sprinkler) adalah salah satu metode pemberian air yang dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara kemudian jatuh ke permukaan tanah seperti air hujan. Sistem ini menggunakan energi tekanan untuk membentuk dan mendistribusikan air ke tanah. Tekanan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kinerja sprinkler. Sistem ini merupakan salah satu alternatif metode pemberian air dengan efisiensi pemiberian air lebih tinggi dibanding dengan irigasi permukaan. Sistem ini berbiaya mahal akan tetapi sangat mudah dalam pengoperasiannya. komponen sistem im terdiri dari pompa, saluran utama, saluran cabang, pipa lateral dan masa curah.
Praktikum ini menggunakan 4 sprinkler dengan masing-masing sprinkler diletakkan 40 gelas penampung, sehingga diperoleh data sebanyak 320 data dalam 2 kali percobaan. Dari 320 data yang diperoleh percobaan pertama dengan keran terbuka full setelah dilakukan perhitungan didapat nilai x̄, senilai 10,55, debit 0017 m³/s, jarak pancaran 360, CU (Coefficient Uniformity) 0.087, dalam waktu 600 detik, kemudian pada percobaan kedua didapat dengan keran terbuka setengah nilai x̄i 7,99, debit 0,026 m³/s.
Jarak Pancaran 230, Cu 0,16 dalam wartu 300 detik.
Jarak pancaran tejauh dan terdekat pada sistem irigasi curah dipengaruhi olen beberapa faktor penting. Pertama, tekanan air yang lebih tinggi dapat meningkatkan jarak pancaran karena air dapat dilemparkan dengan kecepatan tang lebih tinggi. Selain itu jarak antara sprinkler perlu diarus dengan sprinkler baik untuk memastikan air didistribusikan secara merata. Tinggi air sprinkler juga berperan, dimana semakin tinggi stik, semakin jauh jarak pancaran yang dicapai, meskipun perlu diperhatikan agar distribusi tetap merata. Terarkhir kecepatan angin dan diameter nozzle turut mempengaruhi jarak pancaran.
Sistem irigasi curah memiliki beberapa kelebihan seperti eficiensi pemakaian air yang tinggi, dapat digunakan untuk lahan dengan topografi bergelombang dan kedalaman tanah dangkal tanpa perlu perataan lahan, serta cocok untuk tanah berpasir dengan laju infiltrasi tinggi. Namun, kekurangan sistem ini antara lain investasi awal yang cukup tinggi dan perlu tenaga penggerak untuk menjaga tekanan air yang stabil. Selain itu kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi pola penyebaran air dan air harus bersih bebas dari pasir dan kotoran lainnya untuk mengoptimalkan kinerja sistem. Dengan demikian sistem ini merupakan pilihan yang efektif untuk pengairan tanaman.
Penerapan irigasi curah dalam bidang teknik pertanian sangat efektif untuk meningkatkan efisiensi pemakaian air dan keseragaman distribusi air dalam lahan pertanian. Sistem ini memungkinkan penyiraman tanaman dengan cara menyemprotkan air dari atas, mirip dengan curahan hujan. Teknologi ini juga mendukung praktik fertiganon, yaitu pemberian nutrisi melalui sistem irigasi yang membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Sistem ini juga dapat digunakan pada lahan yang memiliki topografi bergelombang tanpa memerlukan perataan lahan, serta dapat mengurangi resiko erosi tanah.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu:
a. Sistem irigasi curah adalah metode pengairan yang meningkatkan efisiensi penggunaan air dalam pertanian. Dengan mempelajari sistem ini, petani dapat mengelola air secara efektif, mengurangi pemborosan, dan mendukung keberlanjutan pertanian serta ketahanan pangan.
b. Mempelajari dan memahami kinerja sistem irigasi curah penting untuk mengoptimalkan penggunaan air dalam pertanian. Dengan memahami cara kerja dan efisiensi sistem ini, petani dapat meningkatkan hasil panen, mengurangi pemborosan air, dan meminimalkan dampak lingkungan. Pengetahuan ini mendukung praktik pertanian yang berkelanjutan dan membantu meningkatkan ketahanan pangan.
c. Dari praktikum ini diketahui bahwa variasi tekanan air pada sprinkles dapat mempengaruhi distribusi air tekanan yang terlalu tinggi atau rendah dapat menyebabkan distribusi yang tidak merata.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan pada praktikum ini yaitu sebaiknya praltikum dilakukan secara kondusif agar lebih mudah dan cepat dipahami.
ACARA V
SISTEM IRIGASI TETES
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pertanian, terutama bagi tanaman yang mayoritasnya memerlukan air, secara alami kebutuhan air untuk tanaman dapat dipenuhi melalui air hujan. Namun dalam kenyataannya dalam beberapa tempat dan beberapa waktu tertentu jumlah air hujan kurang mencukupi dalam memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Fungsi air bagi pertanian secara umum adalah sebagai irigasi atau pengairan, pemberian air yang ditetapkan oleh mayoritas petani di Indonesia masih belum efektif, kurang efisien, dan hasilnya kurang merata. Selain itu sarana infrastruktur yang masih dalam proses pembangunan yang belum dapat secara maksimal dalam pemenuhan sumber daya air bagi tanaman, serta sarana prasarana irigasi yang masih merupakan permasalahan yang mendasar dalam sektor pertanian.
Pengelolaan sumber daya air dan pemanfaatan yang tepat merupakon faktor yang paling penting dalam menentukan keberhasilan usaha untuk meningkatkan produksi tanaman, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kandungan air dalam tanah merupakan salah satu hal yang penting pada produksi tanaman, keberhasilan sistem penanaman akan tercapai apabila diatur jumlah dan waktu pemberian airnya, kelebihan dan kekurangan air juga akan menghambat pertumbuhan dan mempengaruhi produksi tanaman. Air di dalam pertumbuhan tanaman diperlukan sebagai media transportasi hara dari dalam tanah ke seluruh bagian tanaman.
Irigasi secara umum didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan cairan nutrisi yang dibutuhkan antuk pertumbahan tanaman. Salah satu sistem irigasi yang memungkinkan untuk mengatur jumlah air sesuai dengan kebutuhan tanaman adalah sistem irigari tetes (drip irrigation). Irigasi tetes merupakan metode pemberian air dengan debit yang rendah. Sistem irigasi tetes dapat menghemat pemakaian air karena dapat meminimumkan kehilangan air yang mungkin terjadi, seperti kehilangan karena perkolasi, evaporasi dan aliran permukaan, sehingga irigasi tetes cocok digunakan untuk tanaman yang bernilai ekonomi tinggi yang dibutuhkan pasar. Oleh karena itu dilakukan praktikum mengenai sistem irigasi tetes.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Mengenal sistem irigasi tetes
2. Mempelajari dan memahami kinerja sistem irigasi tetes
3. Menghitung nilai Emission Uniformity (EU) pada sistem irigasi tetes
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu:
1. Agar mahasiswa dapat mengenal sistem irigasi tetes
2. Agar mahasiswa dapat mempelajari dan memahami kinerja sistem irigasi tetes 3. Menghitung nilai Emission Uniformity (EU) pada sistem irigasi tetes
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dengan perkembangan teknologi pertanian yang sangat pesat menyebabkan kebutuhan air irigasi menjadi besar, keadaan dimana air irigasi menjadi besar, keadaan dimana air sangat berharga menyebabkan sistem irigasi yang efisien sangat dibutuhkan. Salah satu cara irigasi yang memungkinkan dapat mengatur jumlah air sesuai dengan kebutuhan tanaman adalah irigasi tetes (drip irrigation). Sistem irigasi tetes dapat menghemat pemakaian air karena dapat meminimumkan kehilangan air yang mungkin terjadi seperti perkolasi, evaporasi dan aliran permukaan. Sistem irigasi yang banyak digunakan adalah irigasi curah dipermukaan tanah. Irigasi ini membutuhkan air dalam jumlah banyak sedangkan tingkat efisiensi, penggunaan airnya rendah (Rezy, 2020).
Irigasi tetes merupakan irigasi bertekanan rendah dan dapat diatur secara tepat baik volume maupun seleranya. Selain itu juga penggunaan sistem irigasi tetes dapat meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman karena lahan dapat ditanami sepanjang tahun sehingga indeks penanaman meningkat dan kegiatan budidaya tidak tergantung pada musim hujan.
Rancangan irigasi tetes sudah banyak dikaji dan diterapkan oleh masyarakat, namun rancangan yang optimal sesuai dengan kondisi lahan kering di desa Batu Putir Lombok Timur belum pernah dikaji sehingga perlu perancangan yang optimal untuk pertumbuhan. Irigasi tetes merupakan pengaliran air secara perlahan dalam bentuk tetesan menggunakan emiter yang terletak pada titik tumbuh tanaman sepanjang aliran air. Melalui penerapan irigasi tetes diharapkan dapat menjadi alternatif pemenuhan kebutuhan sistem irigasi pada lahan kering (Muanah, dkk. 2020).
Sebagai suatu cabang dalam pertanian modern, aplikasi sistem irigasi tetes telah menjadi fokus utama dalam literatur pertanian. Meskipun banyak penelitian telah menyajikan informasi mengenai penerapan sistem ini pada berbagai jenis tanaman, fokus khusu pada tanaman tomat masih terbatas. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah konkret untuk mengisi celah pengetahuan ini agar dapat memberikan pondasi yang lebih spesifik dan relevan bagi para petani tomat. Keterbatasan penelitian yang spesifik pada tanaman tomat memberikan kontribusi pada urgensi perlunya analisis mendalam mengenai efektivitas sistem irigasi tetes dalam konteks budidaya tanaman ini. Dalam menganalisis kinerja sistem, aspek- aspek tertentu harus diperhatikan, seperti respon tanaman terhadap pemberian air secara
langsung pada akarnya, pengaruh terhadap perkembangan buah, dan potensi peningkatan prediksi (Nirasari & sulayman, 2023).
Teknik pengairan dengan irigasi tetes adalah pemberian air yang dibutuhkan secara terbatas dengan menggunakan suatu wadah/tempat yang dipergunakan sebagai alat penampung sementara yang disertai lubang tetes dibawannya. Air akan keluar secara perlahan-lahan dalam bentuk suatu tetesan ke tanah yang secara perlahan nantinya akan diatur dengan cara sedemikian rupa sehingga nantinya air tersebut cukup untuk memtiarahi tanah diceritar tent par sanangan itu hidup. Pada prinsipnya pemberian air dengan menggunakan irigasi tetes diperlukan sebagai efisiensi penggunaan air sehingga dapat mengurangi kehilangan air yang dirasa cepat akibat penguapan karena suhu yang tinggi. Efisiensi penggunaan air di lahan pertanian dapat dioptimalkan melalui penggunaan teknik irigasi yang tepat, selain itu irigasi tetes mampu mempertahankan kondisi air tanah pada zona perakaran tanaman pada kisaran kapasitas lapang dan titik layu permanen (Witman, 2021).
Kebutuhan air tanaman merupakan kapasitas air yang digunakan tanaman dalam menutupi evapotranspirasi agar tanaman dapat tumbuh normal, sehingga dalam pengairan tanaman harus efektif dan disesuaikan kebutuhan air tanaman (carop waater requerement).
Salah satu teknologi irigasi yang efektif untek pengairan tanaman serta berpotensi dapat menghemat air dikenal sebagai irigasi curah atau suplemen yang umumnya diaplikasikan dengan teknik tetes. Sistem irigasi tetes dapat menyebabkan air dalam bentuk butiran-butiran kecil yang dapat memaksimalkan distribusi air ke tanaman, sehinggga sistem irigasi tetes dapat mendorong pertumbuhan tanaman dengan efisiensi yang tinggi. Pengaplikasian sistem irigasi tetes pada tanaman kembang kol dapat mempengaruhi keseragaman tinggi tanaman dan jumlah daun. Juga irigasi tetes dapat mempercepat bibit tanaman untuk beradaptasi dan meningkatkan pertumbuhan tanaman (As’ari & Diram, 2023).
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu, 28 september 2024 pada pukul 08.00 WITA-selesai di Halaman Depan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu gelas ukur, manometer air, penampung air utama, penampung a