BAB I PENDAHULUAN
F. Kerangka Teoretik
4. Hikmah Infaq
25 3. Infaq mubah
Infaq mubah ini sangat sering dilakukan. Contohnya seperti memberikan harta untuk kegiatan bercocak tanam, atau bisa juga untuk berbisnis.
4. Infaq haram
Infaq haram adalah infaq yang dilarang oleh agama, misalnya berinfaq yang tidak ikhlas karena allah. Contohnya adalah berinfaq untuk menghalangi syiar islam dan infaq nya orang islam pada fakir miskin tapi tidak karena Allah Swt.40
26
pembina ke husu‟an terdapat Allah, maka infaq berfungsi sebagai pembina kelembutan hati seseorang terhadap sesama.
c. Sarana untuk meraih pertolongan social, Allah Swt hanya akan memberikan pertolongan kepada hamba-Nya, manakala hamba-Nya mematuhi ajarannya dan diantara ajaran Allah yang harus ditaati adalah menunaikan infaq.
d. Ungkapan rasa syukur kepada Allah, menunaikan infaq merupakan ungkapan syukur atas nikmat yang diberikan Allah kepada kita.
e. Salah satu aksiomatika dalam Islam, infaq adalah salah satu rukun Islam yang diketahui oleh setiap muslim, sebagaimana mereka mngetahui shalat dan rukun-rukun Islam lainnya.
f. Melipat Gandakan Rezeki, dalam infaq tidak mengurangi harta tetapi malah sebaliknya, sedekah akan melipat gandaan rezeki sepuluh kali sebagamana al-qur‟an dalam surat Al-An‟am ayat 160:
Artinya: “Barang siapa yang berbuat kebaikan mendapatkan sepuluh kali lipat amalnya dan barang siapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”.42
42 QS Al-An‟am ayat 160.
27
g. Mengikis Sifat Bakhil, salah satu sifat tercela yang biasa melekat pada diri manusia adalah bakhil atau kikir. Infak dapat mengkikis sifat tersebut. Melalui infak dan sedekah islam mengajarkan umatnya agar memiliki kepekaan dan kepedulian sosial.
h. Membersihkan Harta, Manusia tidak luput dari kesalahan.
Mungkin saja tanpa disadari dalam harta kita tercampur dengan sesuatu yang haram atau syubhat. Hal ini harus segera dibersihkan, diantaranya dengan berinfaq ini akan membersihkan harta kita yang mungkin diperoleh dari jalan yang tidak halal.
i. Menolak Musibah, hendaknya kita selalu bersedekah sebesar apapun harta yang kita sedekahkan. Allah yang menetapkan takir musibah, kecuali dia pula yang mengangkatnya.
j. Membantu Mustadh‟afin memenuhi kebutuhan yang mendesak, jika waktu zakat bersifat periodik (haul), maka infak dan sedekah bersifat insidental. Artinya kapan saja dan dimana saja orang bisa berinfak dan bersedekah. Hal ini dapat membantu kaum lemah untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak lewat pemberian infaq dan sedekah.43
43 M. Syafe‟i El Bantanie, Zakat Infaq & Sedekah (Gaptek), (Bandung: Salamadani Pustaka Semesta, 2009) hlm. 56-57.
28
Selain penyaluran diatas hendaklah infaq tetap harus dilakukan untuk diniatkan kejalan Allah dan untuk kepentingan masyarakat atau kepentingan bersama, dapat dipaparkan bahwa mengeluarkan harta untuk kepentingan masyarakat/negara dan kelompok. Untuk itulah terdapat syarat yang penting, apabila terdapat bahaya-bahaya yang mengancam kepentingan umum dan agama, Islam memberikan perintah bahwa siapa saja memiliki kelebihan harta maka hendaknya (harta tersebut) diambil supaya bisa untuk menghindarkan bahaya tersebut, karena hal ini merupakan kewajiban semua orang sehingga apapun yang dimiliki maka hendaknya dipersembahkan untuk pengorbanan. Infaq membantu kaum fakir, miskin dan membangun masjid atau untuk kepentingan umum dalam pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat dan memungkinkan mereka untuk menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab. Nabi Muhammad Saw mengambil langkah langkah untuk memberantas kemiskinan dan pembangunan untuk kepentingan umum44
5. Golangan yang Berhak Menerima Infaq
Pandangan Imam Abu ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari dalam karyanya Tafsir At-Tobari,45 menjelaskan bahwa tentang kebaikan yang sesungguhnya ialah membeli harta kepada kerabat atau
44 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah Jillid I,,,,,hlm.180.
45 Abu Ja‟far Muhammad Bin Jarir ath-Thabari , Tafsir Ath-Thabari Juz 3 (Bairut: Dar Al-Fikr, 1989), hlm. 345.
29
keluarga, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta dan (memerdekakan) hamba sahaya berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Basyar ibn Muad dari qatasah bertanya tentang Ibnu Sabil atau orang yang musafir yang dikategorikan sebagai tamu Rasulallah yang dihormati serta dapat pelayanan baik sehingga perbuatan tersebut tergolong sedekah. Berikut orang yang berhak menerima infaq:
a) Orang Tua (Walidain), menafkahi orang tua yang kurang mampu termasuk hal perbuatan terpuji/kebajikan yang dititahkan oleh Allah.
b) Fakir, adalah orang yang sangat kekurangan, kondisinya sangat miskin. Tidak ada penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. 46 Selain itu fakir juga dapat diartikan sebagai orang yang tidak cukup harta untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan keluarganya, seperti makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal.
c) Miskin, adalah orang yang tidak mempunyai harta benda, serba kekurangan. Kalaupun punya penghasilan tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Orang yang mempunyai mata pencaharian dan penghasilannya mencapai separuh atau lebih dari yang dibutuhkan namun belum mencukupinya.
46 Mursyidi, Akutansi Zakat Kontemporer, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm.
173.
30
d) Amil infaq, adalah orang yang bertugas mengelola zakat.
Baik masjid, yayasan, atau instansi yang mempunyai wewenang
e) Hamba sahaya, adalah tidak merdeka dalam artian masih hak majikannya, hamba sahaya ini terjadi hanya pada zaman Nabi.
f) Orang yang mempunyai utang, adalah seseorang yang terjerat dalam hurang, baik ia bangkrut dalam perdagangan atau mempunyai utang karena untuk memenuhi kebutuhan sehar-hari.
g) Anak yatim, adalah anak yang membutuhkan kasih sayang, kepedulian, dan perhatian lebih adalah anak yatim karena mereka ditinggal orang tuanya sehingga membutuhkan biaya hidup terutama yang bersekolah.47 h) Muallaf, adalah orang yang baru beberapa saat masuk
agama Islam atau orang yang diharapkan masuk Islam.
i) Fi sabilillah, adalah orang yang sedang berjuang untuk menegakkan agama Allah.
j) Ibnu sabil adalah orang yang sedang safar (perjalanan), sedang bekalnya tidak cukup selama dalam perjalan.
47 Fahrur, Zakat A-Z, Panduan Mudah, Lengkap, dan Praktis Tentang Zakat, (Solo, Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2011), hlm. 43-44.
31
k) Sahabat atau keluarga terdekat, adalah orang yang terdekat dengan kita, baik orang yang mempunyai hubungan darah atau hubungan pernikahan.
l) Pembangunan kepentingan umum, adalah suatu pembangunan digunakan untuk kepentingan umum, baik untuk masjid, sekolah, rumah sakit dll.
6. Rukun dan Syarat Infaq
Dalam setiap perbuatan hukum terdapat unsur-unsur yang harus dipenuhi agar perbuatan tersebut bisa dikatakan sah. Begitu pula dengan infaq unsur-unsur tersebut harus dipenuhi. Unsur-unsur tersebut yaitu disebut rukun, yang mana infaq dapat dikatakan sah apabila terpenuhi rukun-rukunnya, dan masing-masing rukun tersebut memerlukan syarat yang harus terpenuhi juga. Dalam infaq yaitu memiliki 4 (empat) rukun:48
1. Penginfaq
yaitu orang yang berinfaq, penginfaq tersebut harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a) Penginfaq memiliki apa yang diinfaqkan;
b) Penginfaq bukan orang yang dibatasi haknya karena suatu alasan:
48 Abd Al-Rahman Al-Jazairi, Al-Fiqh „Ala Al-Madzahib Al-„Arba‟ah, (Bairut: Dar Al- Kutub Al-Ilmiyah, 2003), Juz. II, hlm. 140.
32
c) Penginfaq itu oarang dewasa, bukan anak yang kurang kemampuannya;
d) Penginfaq itu tidak dipaksa, sebab infaq itu akad yang mensyaratkan keridhaan dalam keabsahannya.
2. Orang yang diberi infaq
yaitu orang yang menerima infaq dari penginfaq, harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a) Benar-benar ada waktu diberi infaq. Bila benar-benar tidak ada, atau diperkirakan adanya, misalnya dalam bentuk janin maka infaq tidak ada.
b) Dewasa atau baligh maksudnya apabila orang yang diberi infaq itu ada di waktu pemberian infaq, akan tetapi ia masih kecil atau gila, maka infaq itu diambil walinya, pemeliharaannya, atau orang yang mendidiknya, sekalipun dia orang asing.
3. Sesuatu yang diinfaqkan
Maksudnya orang yang diberi infaq oleh penginfaq harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Benar-benar ada.
b) Harta yang bernilai.
c) Dapat dimiliki zatnya, yakni bahwa yang diinfaqkan adalah apa yang biasanya dimiliki, diterima peredarannya, dan
33
pemilikannya dapat berpindah tangan. Maka tidak sah menginfaqkan air di sungai, ikan di laut, burung di udara.
d) Tidak berhubungan dengan tempat milik penginfaq, seperti menginfaqkan tanaman, pohon atau bangunan tanpa tanahnya. Akan tetapi yang diinfaqkan itu wajib dipisahkan dan diserahkan kepada yang diberi infaq sehingga menjadi milik baginya.49
4. Ijab dan Qabul
Infaq itu sah melalui ijab dan qabul, bagaimana pun bentuk ijab qabul yang ditunjukkan oleh pemberian harta tanpa imbalan.
Misalnya penginfaq berkata: Aku infaqkan kepadamu; aku berikan kepadamu; atau yang serupa itu; sedang yang lain berkata: Ya aku terima. Imam Malik dan Asy-Syafi‟i berpendapat dipegangnya qabul di dalam infaq. Orang-orang Hanafi berpendapat bahwa ijab saja sudah cukup, dan itulah yang paling shahih. Sedangkan orang orang Hambali berpendapat: Infaq itu sah dengan pemberian yang menunjukkan kepadanya karena Nabi saw. diberi dan memberikan hadiah. Begitu pula dilakukan para sahabat serta tidak dinukil dari mereka bahwa mereka mansyaratkan ijab qabul yang serupa.50
49 Qurratul Aini Wara Hastuti, “Infaq Tidak Dapat Dikategorikan Sebagai Pungutan Liar,” ZISWAF, Vol. 3, No.1, Juni 2016, hlm. 50.
50 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 14, (Bandung: PT Alma‟arif, 1987), hlm.178.
34 7. Batasan Kebolehan Infaq
1. Larangan
a) Tidak boleh berlebihan dalam mengeluarkan infaq.
b) Memperhatikan agar hak-hak yang lebih penting tidak terabaikan.
c) Keluarga.
Tidak ada dalil atau ketentuan lain yang menyatakan berapa besarnya infaq yang harus dikeluarkan oleh seseorang. Firman Allah swt (Qs. Al- Baqarah : 286):
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebanka kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.
Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.
Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".51
51 QS. Al- Baqarah ayat 286.
35
Ibnu Asyur berkata, “Tujuan syariat dalam berinfaq adalah membangun kemaslahatan kaum lemah dari kalangan orang- orang beriman, dan infaq tersebut tidak akan menghasilkan manfaat yang signifikan kecuali dengan membaginya secara merata dan berkesinambungan, sehingga kegitan berinfaq itu terus berlangsung dengan jumlah yang serupa dari waktu-kewaktu.
Pemerataan dan kesinambungan infaq tersebut tidak dapat di peroleh kecuali dari orang-orang yang berlebihan harta, sehingga tidak memberatkan orang-orang yang berinfaq dan tidak seharipun seseorang dari mereka absen untuk berinfaq.52
2. Dibolehkannya
Tidak ada dalil atau ketentuan yang menyatakan berapa besaran infaq yang harus dikeluarkan seseorang dengan jumlah yang ditentukan, namun para ulam berlesilih pendapat atas dua pendapat:
a. Seseorang boleh berinfaq dengan seluruh harta bendanya, hanya saja jumhur ulama dari mazhab empat, menentukan beberapa syarat. Bila syarat itu tidak terpenuhi, maka sedekah itu tidak boleh dilaksanakan. Namun, Imam Al- Auza‟i dan Imam Makhul berpendapat, bila syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi maka yang di serahkan hanya sepertiganya saja. Syarat yang dikemukakan oleh jumhur
52 Abdullah Lam bin Ibrahim, Fiqih Finansial, (Jakarta: Gema Insani, 2009), hlm. 145.
36
ulama tersebut adalah: yang pertama pemberi sedekah harus dalam kondisi sehat, kedua pemberi sedekah tidak memiliki hutang, ketiga pemberi sedekah harus bisa bersabar atas kefakiran yang dialaminya dan ke empat pemberi sedekah harus memiliki usaha dan penghasilan yang tetap.
b. Seseorang tidak boleh bersedekah dengan seluruh hartanya, bila dia telah menyedekahkan seluruh hartanya, maka harus dikembalikan seluruhnya dan sedikitpun dari harta itu tidak boleh disedekahkan.53
G. Metode Penelitian 1. Pendekatan Kualitatif
Dalam proses pencarian atau pengumpulan data penelitian, peneliti melakukannya dengan cara terjun langsung ke lokasi penelitian, hal tersebut dilakukan untuk mempermudah data yang diperoleh serta data yang didapatkan bersifat jelas atau relevan. Sasaran dalam pendekatan penalitian ini adalah para pihak yang terlibat dalam kasus yang diangkat oleh peneliti.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrument sekaligus sebagai pengumpul data dan informasi yang ada sehingga keberadaan dilokasi sangat mutlak diperlukan kehadiran peneliti
53 Ibid 147.
37
dilapangan penelitian perlu digambarkan secara eksplisit dalam laporan penelitian54
Untuk meperoleh hasil penelitian yang akurat peneliti mencoba menggali sumber-sumber data terbaru dari berbagai dokumen aotentik yang mendukung perolehan data yang relavan dengan permasalahan yang sedang dikaji serta partisipasi langsung peneliti dalam proses penelitian ini.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di masjid Al-munawwarah Desa Golo Sepang Kecamatan Boleng Kabupaten Manggarai Barat.
4. Sumber Data
Untuk mendapatkan data yang valit serta objektif terhadap apa yang diteliti, maka peneliti akan merumuskan beberapa langka yang menjadi target dalam pengumpulan data serta informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
Dalam melakukan suatu penelitian biasanya dibedakan antara data perimer dan data sekunder. Data perimer adalah data yang diperoleh langsung peneliti dari sumber pertamanya 55 Sedangkan data sekunder yaitu sumber data tambahan yang menurut peneliti menunjang data
54 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian :Tesis,Disertasi,Karya Ilmiah, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup ,2013), hlm. 34.
55 Suryabrata Sumandi, Metode Penelitian, Cet. Ke II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), hlm.10.
38
pokok.56 Adapun yang menjadi data primer dalam penelitian ini obyeknya bersumber pada tokoh agama, tokoh masyarakat, dan para pelaku masyarakat berkompeten tentang fokus penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data yang bersumber dari buku lain sebagai dukungan pendukung lain berupa surat kabar, majalah atau literatur yang berupa pendapat-pendapat serjana, pemuka agama, tokoh adat dan pelaku praktek penetapan nominal dana infaq yang terkait dengan masalah yang akan diteliti dengan pokok bahasan dalam penelitian ini dan dapat juga sebagai penjelas dari data primer.
5. Teknik Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah tehnik yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Adapun tehnik yang dipergunakan diantaranya sebagai berikut yaitu:
a) Metode Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung kepada objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.57 Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, dua diantaranya yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.58
56 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hlm. 152.
57 Sudaryono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group,2016) hlm.
87.
58 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2018), hlm. 145.
39
Dari segi proses pengumpulan data, observasi ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Observasi Non Partisipan
Observasi non partisipan adalah observasi dimana pengamat berada diluar subjek yang diteliti tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan
2) Observasi Partisipan
Observasi partisipan adalah observasi dimana pengamat ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau diamati seolah-olah bagian dari mereka yang ingin diteliti.59
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi non partisipan, artinya peneliti hadir dilokasi penelitian tetapi tidak ikut berperan dalam praktik penetapan dana infaq.
Adapun data yang peneliti peroleh dari kegiatan observasi ini adalah pertaman Keadaan lokasi penelitian kedua Kegiatan praktik penetapan dana infaq .
b) Metode Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
59 Ibid, hlm. 145-146.
40
keterangan yang ada pada tempat penelitian tersebut.60 Wawancara bisa dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur.
Wawancara terstruktur adalah teknik wawancara yang sudah di atur terlabih dahulu daftar pertanyaannya oleh peneliti sehingga proses akan terarah dengan baik. Sedangkan wawancara non terstruktur adalah wawancara yang tidak berpedoman pada daftar pertanyaan.61
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur untuk mendapatkan data mengenai pertanyaan yang diajukan secara bebas kepada sumber data atauinforman dan tentunya pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan yang terkait dengan penelitian yang akan diteliti.
Dalam proses wawancara, peneliti lebih dahulu menyusun daftar pertanyaan yang telah diajukan kepada informan untuk menggali informasi terkait penetapan dana infaq. Adapun informan yang telah diwawancarai adalah (1) Pengurus masjid Al- Munawwarah Desa Golo Sepang (2) Beberapa tokoh masyarakat terkait (3) Pemerintah desa (4) Warga warga Desa.
c) Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik
60 Cholid Narbuko, Achmadi. Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2015), hlm.
83.
61 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2018), hlm. 137-140.
41
dokumen tertulis, gambar, hasil karya maupun elektronik.62 Penggunaan metode dokumentasi dalam tujuan ini bertujuan untuk mengumpulkan keterangan atau data dengan menggunakan bahan data tertulis, video atau foto yang memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikan sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan atau masalah yang ingin dijawab.63 teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah triangulasi, dan kecukupan referensi.
a. Triangulasi
Triangulasi dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data yang bersifat membandingkan dari berbagai teknik pengumpulan data yang telah ada. Penelitian ini akan mengunkan traingulasi sumber dan triangulasi metode. Pengertian dari triangulasi sumber yatitu peneliti akan membandingkan hasil wawancara dengan sumber lainya. Sedangkan dari triangulasi metode yaitu membandingkan hasil wawancara dengan obsevasi, hasil observasi dengan dokumentasi atau hasil dokumentasi dengan wawancara.
62 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hlm. 183.
63Ibid, hlm. 209.
42 b. Kecukupan Refrensi
Kecukupan referensi digunakan sebagai alat untuk menampung dan menyelesaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi. Dalam penelitain ini hasil wawancara dan pengumpulan data melalui dokumentasi ataupun data yang diperoleh dari sumber lainya akan dibandingkan dengan tingkat kesesuaianya refrensi yang telah ada.
Refrensi atau bahan bacaan yang lengkap dalam suatu penelitian merupakan bahan pembanding terhadap cara dan temuan dilokasi penelitian. Kemampuan peneliti didalam membandingkan temuan-temuan di lapangan dengan referensi merupakan suatu upaya untuk mewujudkan keabsahan data.
Semakin banyak refresi yang dimiliki maka semakin cepat memperoleh bahan pembanding dalam mengkonsultasikan data temuan di lapangan.
Kecukupan refrensi dimana merupakan sebuah keharusan yang dipandang sangat perlu bagi kesempurnaan hasil penelitian ini. Oleh karena itu dianggap sangat penting, peneliti berupaya untuk memperbanyak refrensi agar nantinya data dan informasi yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan.
43 c. Pengecekan Keabsahan Data
Tahapan yang dilakukan untuk memperoleh keabsahan data dalam penelitian, yaitu a. memperpanjang kehadiran peleliti, b.
observasi mendalam, c. pembahasan teman sejawat, dan d.
kecukupan referensi.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis, maka penulis perlu menyusun sistematika sedemikian rupa sehinga davit menunjukan hasil penelitian yang baik dan mudah dipahami. Adapun sistematika tersebut sebagai berikut:
BAB I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, sistematika pembahasan.
BAB II berisikan paparan dan temuan data yang berisi mengenai pemaparan lokasi umum penelitian dan temuan hasil penelitian, seperti letak geografis, jumlah penduduk, pendidikan, kondisi perekonomian serta proses penetapan nominal dana infaq pembangunan masjid al- munawwarah desa golo sepang.
BAB III merupakan pembahasan, yang mengkaji pada tinjauan hukum Islam dalam penetapan nominal dana infaq pembangunan masjid
44
Al-Muanawarah Desa Golo Sepang Kecematan Boleng Kabupaten Manggarai Barat.
BAB IV adalah penutup, dalam skripsi ini penulis memberikan simpulan terhadap permasalahan yang telah dibahas dalam uraian sebelumnya dan dikemukakan saran yang dirasa perlu.
45 BAB II
PENETAPAN NOMINAL DANA INFAQ PEMBANGUNAN MASJID AL- MUNAWWARAH DESA GOLO SEPANG
A. Gambaran Umum Desa Golo Sepang 1. Sejarah Desa Golo Sepang
Desa Golo Sepang berdiri pada tahun 1970, Desa golo sepang merupakan wilayah pesisir dengan ketinggian wilayah kurang dari 100 mdpl, luas desa mencapai 57,88 km2 atau 19,05% dari luas kecematan sebagian besar penduduk desa bermata pencarian sebagai nelayan, petani dan peternak. Penduduk desa golo sepang berasal dari suku Flores/Manggarai, Bima dan Makassar.
2. Kondisi geografis
Desa Golo Sepang terbagi atas 4 wilayah dusun yaitu: Terang, Rosok, Satar Terang, Hento. dan 18 rukun tetangga, dengan batasan wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : laut
Sebelah Selatan : Desa Sepang/kecamatan Boleng Sebelah Timur : Desa Nanga Kantor Barat/Kecamatan
Macam Pacar
Sebelah Barat :Desa Tanjung Boleng/Kecamatan Boleng64
64 Dokumentasi, Profil Desa Golo Sepang, Dikutip Tanggal 17 September 2021. hlm. 5.
46 Gambar 2.1 Peta Desa Golo Sepang
Sumber: Data skunder, dokimentasi diolah ada tanggal 5 september 2021 3. Demografi
Desa Golo Sepang memiliki jumlah penduduk keseluruhan 4.392 jiwa dengan jumlah penduduk laki laki 2.258 jiwa, jumlah penduduk perempuan sebanyak 2.134 jiwa serta jumlah kepala keluarga 829 kepala keluarga 65
Keadan ekonomi
Desa golo sepang merupakan desa pertanian dan nelayan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, nelayan, dan lainnya, selengkapnya sebagai berikut:
65 Dokumentasi, Profil Desa Golo Sepang, dikutip tanggal 6 September 2021, hlm. 7.