• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

1. Rata-rata tekanan darah siastolik dan diastolik sebelum diberikan terapi relaksasi otot progresif dan terapi musik klasik

Hasil pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan terapi relaksasi otot progresif dan terapi musik pada lansia hipertensi dijadikan sebagai data awal untuk dibandingkan dengan hasil sesudah diberikan intervensi. Pada tabel 1 tekanan darah sistolik sebelum dilakukan intervensi terdapat tekanan darah 140-159 mmHg sebanyak 13 responden (76,5%), >160 mmHg sebanyak 4 responden (23,5%) dari total keseluruhan 17 responden. Sedangkan pada tekanan darah diastolik sebelum dilakukan intervensi terdapat 90-99 mmHg sebanyak 8 responden (47,1%), >100 mmHg sebanyak 9 responden (52,9%) dari total keseluruhan 17 responden.

Hasil penelitian ini menunjukan adanya penurunan rerata tekanan darah diastolik sebesar 16,2 mmHg. Penurunan tekanan darah pada penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan hasil penelitian dari Jose dan Almeida (2014) dimana relaksasi otot progresif yang dilakukan kepada 40 orang responden yang berusia 60> tahun selama 20 menit selama 8 sesi dalam 4 hari baik pagi

58

maupun sore dapat menurunkan tekanan darah diastolik sebesar 0,8 mmHg (Astuti, 2017).

Peneliti berpendapat bahwa rata-rata pada tekanan darah sebelum diberikan terapi lebih tinggi, diketahui dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti tekanan darah pada lansia rata- rata berada ditekanan darah 150,59/96,47 mmHg yaitu dengan jumlah 13 orang. Adapun dari hasil penelitian dari Jose dan Almaeda dimana memberikan terapi yang sama yaitu terapi otot progresif dan terapi music pada pasien lansia dengan hipertensi bahwa sesudah diberikan terapi ini ada penurunan tekanan darah dari sebelum diberikan terapi.

2. Rata-rata tekanan darah siastolik dan diastolik sesudah diberikan terapi relaksasi otot progresif dan terapi musik klasik

Berdasarkan hasil dari pengukuran tekanan darah sesudah diberikan intervensi terapi relaksasi otot progresif dan terapi musik pada lansia hipertensi di dapatkan hasil Pada tabel 2 tekanan darah sistolik setelah dilakukan intervensi terdapat tekanan darah 120-139 mmHg sebanyak 2 responden (11,8%), tekanan darah 140-159 mmHg sebanyak 14 responden (82,4%), tekanan darah >160 mmHg sebanyak 1 responden (5.9%) dari total keseluruhan 17 responden. Sedangkan pada diastolik setelah diberikan intervensi di dapatkan hasil tekanan

darah diastolik setelah dilakukan intervensi terdapat tekanan darah 80- 89 mmHg sebanyak 3 responden (17,6%), tekanan darah 90-99 mmHg sebanyak 12 responden (70,6%), tekanan darah >100 sebanyak 2 responden (11,8%) dari total keseluruhan 17 responden.

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan (Rusnoto &

Alviana, 2017) yang mengatakan bahwa ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada peserta prolanis dengan p-value 0,001 (sistol) dan 0.002 (diastol)< α (0,05) yang berarti terdapat pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Riza dkk, bahwa relaksaksi otot progresif lebih optimal jika di kombinasikan dengan terapi musik, menyimpulkan bahwa antara tekanan darah sebelum dan setelah diberikan perlakuan relaksaksi otot progresif dan terapi musik pada kelompok intervensi lebih optimal dibandingkan dengan tekanan darah di hari pertama pada kelompok tidak terkontrol (Azzam et al., 2018).

Peneliti berpendapat bahwa rata-rata hasil penelitian menunjukkan terjadinya penurunan yang sebelumnya 150,59/96,47 mmHg menjadi 142,94/89,41 mmHg atau terjadi penurunana sebanyak 10 mmHg, selain itu setelah dilakukan relaksasi otot progresif ada lansia yang berada dalam rentang nilai tekanan darah

≥160/100 mmHg. Dikarenakan lansia tersebut sering mudah stress, akan tetapi lansia tersebut mengalami penurunan sebanyak 10

60

mmHg dari awal tekanan darahnya 170/110 mmHg menjadi 160/mmHg.

.

3. Pengaruh terapi non farmakologi relaksasi otot progresif dan terapi musik klasik

Berdasarkan tabel 3 menggunakan uji Shapiro Wilk yaitu tekanan darah sistolik pretest p – value 0,011 (<0,05) dan tekanan darah sistolik posttest p – value 0,015 (< 0,05). Sedangkan pada tekanan darah diastolik pretest p – value 0,001 (<0,05) dan tekanan darah diastolik posttest p – value 0,001 (<0,05) maka Ho ditolak dan Ha di terima. Artinya ada pengaruh dari terapi relaksasi otot progresif dan terapi musik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di posbindu mawar dengan tekanan darah sistol yang turun setelah diberikan intervensi sebanyak 11 orang, 6 orang dengan tekanan darah sistol tetap dan tidak ada yang naik. Sedangkan diastol yang tutun sebanyak 10 orang, 7 orang tetap dan tidak ada yang naik.

Penurunan tekanan darah ini di pengaruhi oleh Terapi Relaksasi otot progresif dan terapi music (RESIK) ini harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan untuk mendapatkan pengaruh terapi yang lebih optimal. Tercapainya kondisi rileks akan membantu dalam menurunkan tekanan darah (Astuti, kusuma, et al., 2017).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Astuti et al., 2017), dimana peneliti tersebutmenyatakan bahwa terjadi penurunan tekanan darah setelah responden 40 orang responden deiberikan terapi otot progresif dan terapi musik yang berusia 40-70 tahun selama 20 menit selama 8 sesi dalam 4 hari baik pagi maupun sore dapat menurunkan tekanan darah diastolik sebesar 0,8 mmHg.

Lansia adalah proses kehidupan yang sering terjadi adanya penurunan dan perubahan fisik, psikologi, dan sosial. Sehingga lansia berpotensi dapat menimbulkan pada masalah kesehatan fisik.

Lansia juga akan mengalami penurunan biologis dan fisik secara keseluruhan seperti penurunan sendi, otot yang bisa menyebabkan lansia mengalami penurunan keseimbangan akan berisiko terjadinya jatuh pada lansia akibat dari salah satu penyakit yaitu hipertensi (Santoso & Soehadi, 2019).

Oleh sebab itu peneliti berpendapat terkait kedua terapi ini dapat menurunkan tekanan darah, terapi ini mudah dilakukan dikarenakan tidak ada gerakan loncat-loncat dan terapi ini juga bisa dilakukan dalam posisi duduk atau berbaring. Pada penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti bahwa pemberian terapi ini ada penuruan tekanan darah sebelum dan sesudah yaitu sebanyak 10 mmHg.

4. Keterbatasan penelitian

62

Dalam proses melakukan penelitian terdapat keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu :

a. Adanya ketidaktepatan datang responden yang tidak sesuai jam nya, dan juga pemantauan peneliti pada sesi sore peneliti memantau hanya melalui kader tidak langsung

b. Adanya keterbatasan waktu penelitian, tenaga dan kemampuan peneliti

63 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

1. Rata-rata tekanan darah pada lansia sebelum diberikan terapi relaksasi otot progresif dan terapi musik di RW 04 Desa Sindangjaya Wilayah Puskesmas Ciranjang Kabupaten Cianjur yaitu 150,59/96,47 mmHg.

2. Rata-rata tekanan darah pada lansia sesudah diberikan terapi relaksasi otot progresif dan terapi musik di Posyandu lansia Desa Sindangjaya RW 04 Wilayah Kerja Puskesmas Ciranjang yaitu 142,94/89,41 mmHg.

3. Ada pengaruh terapi relaksasi otot progresif dan terapi musik yaitu sistolik pretest p – value 0,011 (<0,05) dan tekanan darah sistolik posttest p – value 0,015 (< 0,05). Sedangkan pada tekanan darah diastolik pretest p – value 0,001 (<0,05) dan tekanan darah diastolik posttest p – value 0,001 (<0,05).

64

B. SARAN

1. Bagi Masyarakat (Lansia)

Bagi lansia penderita hipertensi melakukan terapi relaksasi otot progresif dan terapi musik dapat diterapkan sebagai terapi non farmakologi untuk menurunkan tekanan darah, terapi ini tidak hanya bermanfaat bagi yang mengalami hipertensi bagi yang tidak memiliki hipertensi juga boleh melakukan terapi relaksasi otot progresif dan terapi musik yang dapat membua totot lebih rileks sehingga otot-otot tidak tegang dan membuat sirkulasi darah menjadi lancar.

2. Bagi Puskesmas

Bagi perawat perlu mengembangkan program pelatihan tentang relaksasi otot progresif dan terapi musik agar dilakukan secara mandiri bagi lansia melalui posbindu atau program yang ada di puskesmas.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu informasi terkait bagaimana pengaruh terapi relaksasi otot progresif dan terapi musik klasik terhadap penurunan tekana darah pada lansia dengan hipertensi .

65

DAFTAR PUSTAKA

Apriyani puji hastuti. (2022). Hipertensi (apriyani puji hastuti, ed.). Anggota ikapi no181.

Arisandi. (2023). Buku keperawatan gerontik. Pt nasya expanding management.

Aspiani. (2020). Penerapan relaksasi otot progresif dalam menurunkan tekanan darah pada keluarga dengan hipertensi : literature review. In serambi saintia jurnal sains dan aplikasi: vol. Viii (issue 2).

Aspiani, y. R. (2014). Buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan kardiovaskular aplikasi nic & noc. Egc.

Astuti, kusuma, & rekawati. (2017). Penurunan tekanan darah diastolik pada lanjut usia melalui intervensi relaksasi otot progresif dan terapi musik (resik). 12.

Astuti, n. F. (2017). Penurunan tekanan darah diastolik pada lanjut usia melalui intervensi relaksasi otot progresif dan terapi musik (resik). Jurnal

keperawatan soedirman, 12(1), 21.

Https://doi.org/10.20884/1.jks.2017.12.1.703

Azzam, r., riza, & waluyo, a. (2018). Pengaruh teknik kombinasi relaksasi otot progresif dan terapi musik terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di sasana tresna wedha (stw) pembangunan cibubur. Lentera:

jurnal ilmiah kesehatan dan keperawatan, 3(1), 63–70.

Cahyanti, l., hirmawati, e. R., keperawatan, d. A., husada, k., & keperawatan, m. A. (2021). Terapi musik instrumental dalam menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Jurnal profesi keperawatan, 8(2).

Http://jurnal.akperkridahusada.ac.id

Firdaus, ulfah, & fauzi. (2016). Panduan praktik klinis (ppk) dan clinical pathway (cp) penyakit jantung dan pembuluh darah (fidaus, ulfah, &

fauzi, eds.; 1st ed.).

Intan hayati, n., & lantika asih fakultas keperawatan, s. (2020). Sri mulyati rahayu: pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah lansia pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi (vol. 3).

Kaunang, v. D., buanasari, a., kallo, v., studi, p., keperawatan, i., & kedokteran, f. (2019a). Gambaran tingkat stres pada lansia (vol. 7, issue 2).

66

Kaunang, v. D., buanasari, a., kallo, v., studi, p., keperawatan, i., & kedokteran, f. (2019b). Gambaran tingkat stres pada lansia (vol. 7, issue 2).

Kemenkes ri. (2017). Panduan peringatan hari kesehatan sedunia 7 april 2013 (blood pressure take control). Jakarta: kemenkes ri. ______.

(2014). Hipertensi. Pusat data dan informasi kementerian kesehatan ri- infodatin. Jakarta: kemenkes ri.

Krismiyati, m., putrianti, b., & iswantiningsih, e. (2019). Peningkatan kualitas hidup lansia melalui penerapan pola hidup sehat di dusun gondang dan dusun donoasih donokerto turi sleman. Jurnal pengabdian masyarakat karya husada, 1(2).

Kusuma dharma. (2017). Metode penelitian keperawatan panduan melaksanakan dan menerpakan hasil penelitian (kusuma kelana metode penelitian dharma, ed.; 11th, 13th, 14th, 15th ed.). Cv trans info media.

Martini, s., roshifanni, s., & marzela, f. (2018). Pola tidur yang buruk meningkatkan risiko hipertensi. Media kesehatan masyarakat indonesia, 14(3), 297. Https://doi.org/10.30597/mkmi.v14i3.4181

Mulyati rahayu, s., & intan hayati. (2020). Sri mulyati rahayu: pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah lansia pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi (vol. 3).

Nahariani, p., septian mubarrok, a., & study, p. S. (2016). Pengaruh terapi musik klasik jawa terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di upt panti werdha mojopahit mojokerto the effect of java classical music therapy to the decrease of blood pressure for hypertensive elderly people at upt panti werdha mojopahit , mojokerto.

Notoadmojo, s. (2018). Metodologi penelitian kesehatan. Rineka cipta.

Nur rahmawati, a., & apriliyani, i. (2021). Gambaran kesejahteraan psikologis dengan derajat hipertensi lansia. Jurnal keperawatan notokusuma , 9.

Oktaviani, i., dwi anggraeni, y., hidayah, n., & yarsi pontianak, stik. (2022).

Hubungan tingkat pengetahuan masyarakat dan penerapan pre-hospital safety management pada penderita hipertensi di desa olak-olak kubu kecamatan kubu. Borneo nursing journal (bnj), 4(2).

Https://akperyarsismd.e-journal.id/bnj

Purwanto. (2018). Pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di rsu imelda. Jurnal keperawatan priority, 1.

Putri handayani. (2022). Hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada lansia di desa gunungsari ciranjang tahun 2021.

Rania yulastari, p., & betriana, f. (2019). Terapi musik untuk pasien hipertensi : a literatur review. In nursing journal (rnj).

Https://ojs.fdk.ac.id/index.php/nursing/index

Santoso, y., & soehadi, r. D. (2019). Dukungan sosial meningkatkan kualitas hidup lansia : review article.

Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d (sugiyono, ed.; cet.26). Alfabeta.

Theodorin agnes karang. (2017). Efektifitas terapi relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.

Utomo. (2015). Efektifitas relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi esensial.

Wayan widana, i., & putu lia muliani, mp. (2020). Uji persyaratan analisis.

Who. (2017). World health statistic 2017: monitoring health for the sdgs(sustainable development goals). Geneva: world health organization. .

Wiyani, c., widayati, r. W., dewi, n. K. R. N. S., & fadlilah, s. (2021).

Kombinasi relaksasi otot progresif dan terapi musik tradisional bali efektif menurunkan stres kerja petani. Jurnal kebidanan dan

keperawatan aisyiyah, 17(2), 245–253.

Https://doi.org/10.31101/jkk.2339

Yuniar dwi prastika, f., & siyam, n. (2021). Indonesian journal of public health and nutrition article info. Ijphn, 1(3), 407–419.

Https://doi.org/10.15294/ijphn.v1i3.47984

67

LAMPIRAN

SOP RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN TERAPI MUSIK KLASIK

Pengertian Adalah suatu cara yang efektif untuk meneg angka n otot- otot tertentu kemudian mengendurkannya, kemudian diberikan terapi musik agar tubuh menjadi rilek. Adapun tujuan lain dari terapi musik adalah terapi kesehatan menggunakan musik untuk memperbaiki atau meningkatkan kondisi fisik, emosi, kognitif, dan juga sosial dari berbagai kalangan terutama dikalangan lansia dengan penderita hipertensi.

Tujuan Digunakan untuk mengurangi berbagai keluhan yang berhubungan dengan stress, seperti kecemasan, asma, nyeri lambung, hipertensi dan insomnia. Memperbaiki kondisi fisik, emosional, kesehatan spiritual pasien, serta membuat klien rileks sehingga dapat menurunkan rasa sakit.

Indikasi dan Kontra indikasi Indikasi :

1. Untuk pasien penderita gangguan tidur.

2. Untuk pasien yang sering di bawah tekanan.

3. Kecemasan pasien.

4. Penderita depresi.

5. Untuk pasien penderita hipertensi.

Kontra Indikasi :

1. Pasien dengan mobilitas terbatas, misalnya, tidak dapat menggerakkan tubuhnya.

2. Pasien dalam perawatan.

Prosedur, Persiapan, dan

Pelaksanaan A. Klien

1. Jelaskan tujuan latihan dan tahapan

2. Klien memungkinkan untuk dilakukan latihan

3. Gunakan pakaian yang nyaman

4. Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di kursi dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri.

5. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu.

6. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya mengikat.

B. Lingkungan dan alat

1. Ruangan yang tenang dan nyaman

2. Kursi, bantal atau tempat tidur yang nyaman

3. Siapkan sound musik.

C. Pelaksanaan

70

Gerakan 1

Mengepalkan kedua telapak tangan sampai merasakan ketegangan. dan rasakan ketegangan yang terjadi kemudian dilepaskan selama 10 detik. Melakukan Gerakan sebanyak 2 kali.

Gerakan 2:

Tekuk tangan klien ke depan di pergelangan tangan sehingga otot di punggung tangan dan lengan klien menjadi kencang,.

Gerakan tersebut umtuk melatih otot tangan bagian depan dan belakang

Gerakan 3:

Kepalkan kedua tangan tangan kanan dan kiri, kemudian angkat kedua kepalan tangan ke bahu, agar otot bisep terentang.

Gerakan 4:

Angkat bahu klien setinggi mungkin hingga menyentuh telinga klien, fokus pada tubuh bagian atas dan leher.

Gerakan 5

Latihan otot kening dengan cara mengernyutkan kening dan alis hingga otot kening terasa sampai kulit kening berkeriput.

Gerakan 6:

Pejamkan mata rapat-rapat untuk merasakannya di sekitar mata dan di sekitar otot yang mengontrol gerakan mata.

Gerakan 7: Tujuannya untuk mengendurkan ketegangan pada otot rahang, mengencangkan rahang dan gigit gigi agar ada ketegangan di sekitar otot rahang.

Gerakan 8: Untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut, Bibir dikerutkan sekeras mungkin sehingga klien merasakan ketegangan di sekitar mulut.

Gerakan 9:

Gerakan dimulai dengan otot leher bagian belakang kemudian otot leher bagian depan, turunkan kepala untuk beristirahat, tekan kepala klien ke permukaan kursi yang empuk sehingga klien dapat merasakan ketegangan di leher dan punggung atas.

Gerakan 10:

Gerakan mengangkat kepala ke depan, letakkan dagu klien di dada sehingga klien merasakan ketegangan di area leher dan wajah.

Gerakan 11:

Angkat tubuh klien dari sandaran kursi, bagian belakang melengkung, dorong dada klien kedepan, tahan ketegangan selama 10 detik sambal merasakan rileks. Setelah klien merasa relaks, letakkan kembali tubuh Anda di kursi dan biarkan otot-otot klien rileks.

72

Gerakan 12:

Ambil napas dalam-dalam untuk mengisi paru-paru klien dengan udara sebanyak mungkin. tahan beberapa saat sampai terasa ketegangan di dada turun ke perut, lalu hembuskan nafas. Setelah ketegangan dilepaskan, bernapaslah secara normal dengan lega, ulangi lagi untuk merasakan perbedaan antara keadaan tegang dan rileks.

.

Gerakan 13:

Tarik perut klien kedalam dengan kencang, tegang erat-erat selama 10 detik, lalu lepaskan dengan bebas, ulangi lagi seperti gerakan perut pertama ini.

Gerakan 14-15 :

Meluruskan kedua kaki ke depan agar paha belakang terasa kencang, lanjutkan mengunci lutut agar ketegangan berpindah ke otot betis, tahan posisi kencang selama 10 detik lalu lepaskan.

Ulangi setiap gerakan dua kali

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin : P / L

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Alamat :

Setelah mendengarkan penjelasan penelitian yang disampaikan oleh peneliti.

Saya memahami tujuan dan manfaat dari penelitian, serta memahami bahwa data dan informasi yang saya berikan akan dijaga kerahasiaannya. Saya berhak untuk memutuskan ikut atau menolak berpartisipasi dalam penelitian ini jika saya merasa tidak nyaman.

Dengan menandatangani lembar persetujuan ini, saya menyatakan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden/partisipan secara sukarela dan tanpa paksaan dari siapapun.

Bandung, Juni 2023 Yang membuat pernyataan,

(……….)

74

DAFTAR CEKLIS

No Nama responden Umur Tekanan darah

sebelum diberikan intervensi

Tekanan darah sesudah diberikan intervensi

1 Bp. Raennir 73 tahun 140/100 mmHg 130/90 mmHg

2 Ibu supiah 62 tahun 150/90 mmHg 140/90 mmHg

3 Ibu Sri Rahayu 61 tahun 150/90 mmHg 140/80 mmHg

4 Bp. Candra 64 tahun 150/90 mmHg 130/90 mmHg

5 Bp. Sunardi 60 tahun 150/100 mmHg 150/90 mmHg

6 Bp. Bisman 60 tahnu 160/100 mmHg 140/90 mmHg

7 Bp. Oskar 71 tahun 150/90 mmHg 150/80 mmHg

8 Ibu Epon 65 tahun 140/90 mmHg 140/90 mmHg

9 Ibu Sri yanti 67 tahun 160/100mmHg 150/90 mmHg

10 Ibu Yonenta 62 tahun 140/90mmHg 140/90 mmHg

11 Ibu Sri eliyani 65 tahun 150/90 mmHg 140/90 mmHg

12 Ibu Elih 66 tahun 150/100 mmHg 140/90 mmHg

13 Ibu Nina 69 tahun 170/110 mmHg 160/100 mmHg

14 Bp. Arheli 63 tahun 150/90 mmHg 140/90 mmHg

15 Bp. Abraham 70 tahun 150/100 mmHg 150/90 mmHg 16 Bp. Eleazar 60 tahun 140/100 mmHg 140/90 mmHg

17 Bp. Mosha 61 tahun 160/110 mmHg 150/90 mmHg

76

78

80

82

84

Dokumen terkait