• Tidak ada hasil yang ditemukan

HIV/AIDS DISEASE

Dalam dokumen welcome notes (Halaman 183-193)

177

KNOWLEDGE LEVEL OF PRODUCTIVE-AGE-PATIENT IN DENTAL

178 PENDAHULUAN

Dunia telah menghadapi AIDS (Aquired Immuno Defficiency Syndrome), mengerikan dan penyebaran virus HIV (Human Immunodefficiency Virus) yang menyebabkan AIDS terus berlanjut, lebih cepat, lebih memiliki efek membinasakan, dibanding wabah/bencana lain yang terjadi dalam sejarah umat manusia. Karena itu memenangkan peperangan melawan AIDS adalah satu prasyarat untuk mewujudkan cita-cita hak asasi manusia yang amat berharga tersebut. Menurut UNAIDS (United Nations Programme on HIV/AIDS) sampai desember 2007 telah ditemukan sejumlah 33,2 juta orang penderita HIV/AIDS dan telah menewaskan 2,1 juta orang, sehingga setiap hari ada 6800 orang terinfeksi HIV dan 5700 orang meninggal karena AIDS. Prevalensi HIV /AIDS pada tahun 2007 tertinggi terdapat di kawasan Asia Tenggara dengan jumlah kasus HIV sebanyak kurang lebih 440 ribu orang dan sebanyak 300 ribu orang telah meninggal karena AIDS 1

Sampai dengan desember 2012 ditemukan sejumlah 51,8 juta orang penderita HIV/AIDS dan telah menewaskan 6 juta orang. Sehingga setiap hari ada 12600 orang terinfeksi HIV dan 10235 orang meninggal karena AIDS. Prevaleni HIV/AIDS pada tahun 2012 tertinggi masih terdapat di kawasan Asia Tenggara dengan jumlah kasus HIV kurang lebih 685 ribu orang dan sebanyak 550 ribu orang meninggal karena AIDS 2

Kasus HIV/AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1987 di Bali yaitu seorang penderita AIDS warga negara Belanda. Pada tahun berikutnya HIV/AIDS ditemukan di Jakarta dan Surabaya, dan semakin banyak provinsi yang melaporkan adanya kasus HIV/AIDS. Jumlah penderita HIV/AIDS terus meningkat dan daerah yang terinfeksi pun cenderung meluas. Penyebaran di Indonesia terutama sangat dipengaruhi oleh perilaku seksual berisiko dan penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza) 3

Menurut Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen P2M & PL) Depkes RI (2005), potensi ancaman epidemi AIDS di Indonesia semakin berat.

Pada tahun 2010 jumlah orang yang mengidap HIV/AIDS di Indonesia diperkirakan sebanyak 90.000-130.000 orang. Jumlah orang yang diperkirakan rawan tertular HIV sebanyak 13 juta sampai 20 juta orang 4

Indonesia, secara kumulatif, pengidap HIV dan kasus AIDS pada Maret 2008 terdiri dari 11.868 orang. Dari jumlah tersebut laki-laki sebanyak 9.337 orang dan perempuan 2446 orang. Kebanyakan pengidap HIV adalah dari rentang usia 20-29 tahun sebanyak 6.364 orang. Diserangnya usia produktif ini suatu tantangan yang perlu segera diatasi mengingat usia produktif adalah aset pembangunan bangsa 4

179 Data Subdit AIDS dan IMS Dit P2ML Depkes RI 2008, menunjukkan kasus AIDS di Jawa Timur mencapai 1046 kasus dan 779 orang meninggal, sehingga menduduki peringkat kedua bila dibandingkan dengan 33 provinsi lain di Indonesia, yakni setelah DKI Jakarta 4

Penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS telah cukup lama disadari sebagai masalah kesehatan reproduksi. Virus HIV/AIDS meningkat dengan pesat seperti bom waktu bagi dunia dan menjadi epidemic sejalan dengan semakin longgarnya nilai-nilai dalam masyarakat. Nilai ini erat kaitanya dengan tingkat pengetahuan individu dan lingkungan baik itu lingkungan sekolah, lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat 5

Dibidang kedokteran gigi HIV memiliki manifestasi yang dapat dilihat di rongga mulut.

Manifestasi tersebut seringkali merupakan tanda awal infeksi HIV. Manifestasinya dapat berupa kandidiasis, gingivitis/periodontitis, necrotizing stomatitis, virus herpes simplex, sitomeglovirus, virus varicellazoster, leuokplakia dan lain-lain 6

Berdasarkan paparan diatas, seiring dengan banyaknya jumlah penderita HIV/AIDS yang meningkat dari tahun ke tahun peneliti tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya tentang penyakit HIV/AIDS di kota Surabaya pada tahun 2011. Tingkat pengetahuan pasien usia produktif tentang penyakit HIV/AIDS ini belum pernah diteliti.

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif karena penelitian ini bersifat menggambarkan atau mendeskripsikan yang pengambilan datanya dilakukan secara cross sectional yaitu pengumpulan data dilakukan sekaligus, artinya tiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah Nonprobability Sampling. Yaitu dengan menggunakan metode purposive,yang pengambilan sampelnya berdasarkan kriteria / tujuan penelitian. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang tentang HIV / AIDS, ada beberapa indikator yang dapat digunakan dan dikelompokkan menjadi :

a. Definisi HIV : Human Immunodeficiency Virus

b. Definisi AIDS : Aquired Immuno Deficiency Syndrome c. HIV/AIDS adalah jenis penyakit menular seksual

d. Cara penularan HIV/AIDS dapat melalui jarum suntik yang dipakai bergantian

180 e. Ciri-ciri orang yang terkena HIV/AIDS adalah berat badan turun drastis disertai diare yang

berkepanjangan

f. Orang yang berada disekitar ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) belum tentu tertular HIV/AIDS

g. Manifestasi di rongga mulut pada orang yang tertular HIV/AIDS adalah bercak putih yang tidak bisa hilang pada samping lidah.

h. HIV/AIDS menyerang sistem imun / kekebalan tubuh.

i. Virus HIV/AIDS tidak dapat terdeteksi 3-6 bulan sejak tertular.

j. ELISA adalah salah satu tes yang dapat digunakan untuk mendeteksi bahwa seseorang terjangkit HIV/AIDS

k. Terapi yang dibutuhkan oleh penderita HIV/AIDS adalah Anti Retro Virus

l. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi penyebaran HIV/AIDS adalah tidak menggunakan NARKOBA dan seks bebas.

Indikator tersebut kemudian dibuat pertanyaan dalam bentuk “multiple choice”.

Apabila responden berhasil menjawab dengan benar akan diberi skor 1, apabila salah maka diberi skor 0. Kemudian seluruh jawaban responden yang benar dijumlah untuk kemudian dikategorikan menjadi 4 kategori yaitu:

1. Sangat mengetahui : 9-12 pertanyaan benar 2. Mengetahui : 6-8 pertanyaan benar

3. Tidak Mengetahui : 3-5 pertanyaan benar 4. Sangat tidak mengetahui : 0-2 pertanyaan benar

HASIL

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus Tahun 2012 dengan memberikan kuisioner tentang pengetahuan pasien terhadap penyakit HIV/AIDS pada 49 orang usia produktif ( 15-64 tahun). Sampel penelitian diambil secara nonprobability sampling. Hasil pengumpulan data yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) FKG UHT Surabaya

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 22 44.9%

Perempuan 27 55.1%

Total 49 100%

Sumber : Data Primer 2012

181 Tabel di atas menunjukkan bahwa responden sebagian besar (55,1%) berjenis kelamin perempuan.

Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) FKG UHT Surabaya

Pendidikan Jumlah %

SMU atau Sederajat 11 22.4%

Diploma 23 46.9%

Sarjana 15 30.6%

Total 49 100%

Sumber : Data Primer 2012

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden sebagian besar (46,9%) berpendidikan diploma.

Tabel 3. Tabulasi Silang antara jenis kelamin dan pengetahuan pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) FKG UHT Surabaya

Pengetahuan pasien

Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan Total Sangat rendah

%

2 9.1%

0 0%

2 4.1%

Rendah

%

4 18.2%

1 3.7%

5 10.2%

Tinggi

%

2 9.1%

2 7.4%

4 8.2%

Sangat Tinggi

%

14 63.6%

24 88.9%

38 77.6%

Total

%

22 100%

27 100%

49 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden sebagian kecil yang berjenis kelamin

perempuan (0%) sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki sebesar (9.1%) sangat tidak mengetahui tentang penyakit HIV/AIDS, sedangkan responden dalam jumlah besar dari jenis kelamin laki-laki sebesar 63.6% dan berjenis kelamin perempuan 88.9% sangat mengetahui apa itu penyakit HIV/AIDS.

Pada tabel 4. menunjukkan bahwa responden sebagian kecil yang berpendidikan diploma (0%) sangat tidak mengetahui tentang penyakit HIV/AIDS, sedangkan responden dalam jumlah besar dari pendidikan Sarjana sebesar 86.7% yang sangat mengetahui apa itu penyakit HIV/AIDS.

182 Tabel 4. Tabulasi Silang antara pendidikan dan pengetahuan pasien di Rumah Sakit

Gigi dan Mulut (RSGM) FKG UHT Surabaya

Pengetahuan pasien

Pendidikan SMU atau

sederajat Diploma Sarjana Total Sangat rendah

%

1 9.1%

0 0%

1 6.7%

2 4.1%

Rendah

%

3 27.3%

1 4.3%

1 6.7%

5 10.2%

Tinggi

%

0 0%

4 17.4%

0 0%

4 8.2%

Sangat tingggi

%

7 63.6%

18 78.3%

13 86.7%

38 77.6%

Total

%

11 100%

23 100%

7 100%

49 100%

Tabel 5. Distribusi frekuensi pengetahuan pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) FKG UHT Surabaya

Pengetahuan Pasien Jumlah %

Sangat rendah 2 4.1%

Rendah 5 10.2%

Tinggi 4 8.2%

Sangat Tinggi 38 77.6%

Total 49 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden sebagian besar (77,6%) sangat mengetahui pada kategori pengetahuan pasien.

PEMBAHASAN

Penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pasien usia produktif di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya tentang penyakit HIV/AIDS, dilakukan dengan menggunakan instrument berupa kuesioner dan diisi oleh responden sebanyak 49 pasien. Dari 49 pasien yang datang dan mengisi kuesioner, memiliki tingkat pendidikan yang bervariasi dan jenis kelamin yang lebih banyak didominasi oleh perempuan (dapat dilihat pada table 4.1 dan 4.2). Hal ini disebabkan karena perempuan lebih berperan dalam masalah kesehatan dan perempuan lebih berperan di dalam keluarga dimana saat menjadi ibu rumah tangga, dia akan memberikan informasi kepada

183 anaknya sehingga anaknya akan memperoleh pengetahuan terutama pengetahuan tentang HIV/AIDS 8

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jenis kelamin perempuan memiliki tingkat pengetahuan sangat tinggi, lebih tinggi dari pada laki-laki, hal tersebut sangat bertentangan dengan pendapat dari Oktarina (2013) yang menyebutkan bahwa laki-laki memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini didukung oleh data dari Depkes RI pada tahun 2006, yang menyatakan bahwa Indonesia secara kumulatif pengidap HIV kasus AIDS terdiri 11.868 orang pengidap HIV/AIDS. Dari jumlah tersebut laki-laki sebanyak 9337 orang dan perempuan 2446 orang dengan pengidap HIV/AIDS adalah dari rentang usia 20-29 tahun yaitu sebanyak 6364 orang. Hal ini disebabkan kecenderungan laki-laki yang terbiasa melakukan seks bebas dibandingkan dengan perempuan 7

Dari tabel 4.4 yaitu tabulasi silang antara tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Hang Tuah Surabaya didapatkan tingkat pengetahuan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima informasi yang akan menjadikan pengetahuan 8

Pada table 4.5 yaitu distribusi frekuensi seluruh pengetahuan pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Hang Tuah didapatkan data pengetahuan sebanyak 2 responden memiliki tingkat pengetahuan sangat rendah, 5 responden memiliki tingkat pengetahuan rendah, 4 responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan 38 responden memiliki tingkat pengetahuan sangat tinggi. Hal tersebut terjadi karena tingkat pendidikan yang cenderung tinggi. Menurut Mubarak (2007) menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang 8

Pada kuisioner ini juga didapatkan bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi daripada laki-laki, hal tersebut menyababkan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh responden perempuan lebih tinggi daripada laki-laki

8. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pengembangan kesehatan, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah untuk menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan yang kurang seperti SD/MI, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Mubarak dkk, (2007) tidak dapat dipungkiri, bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula seseorang menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula

184 pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai baru yang diperkenalkan. Walaupun pendidikan tidak tinggi akan tetapi mempunyai pengalaman yang banyak akan mempengaruhi pengetahuan itu sendiri, jadi pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan, akan tetapi pengalaman juga berperan penting untuk mendapatkan pengetahuan 8

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari keinginan tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang 9

Pengetahuan terjadi dalam manusia pada tingkat pengetahuan indrawi dan pengetahuan intelektual. Dalam pengetahuan indrawi, kesan yang diterima alat indra dari dunia sekitar diasimilasikan lebih lanjut. Kesan-kesan itu diterima (species impressa) oleh kekuatan indra dengan penyederhanaan yang didukung secara biologis dan kemudian dibawa kepada kesadaran yang aktif 9

Pada penelitian ini didapatkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang sangat tinggi tentang definisi HIV/AIDS. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang sangat tinggi tentang cara penularan dan cara pencegahan HIV/AIDS, demikian juga mengenai ciri orang yang tertular HIV/AIDS dan tanda yang terlihat di dalam rongga mulut sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang tinggi. Hal tersebut terjadi karena HIV/AIDS sudah merupakan hal yang umum di masyarakat. Banyak poster yang menjelaskan mengenai definisi dari HIV/AIDS yang bisa dilihat di berbagai tempat yang umum dan banyak dikunjungi oleh masyarakat seperti puskesmas, klinik, rumah sakit, surat kabar, internet, iklan televisi dan lain-lain 8

Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang sangat rendah tentang berapa lama virus HIV/AIDS dapat terdeteksi sejak tertular, tes yang harus digunakan untuk mendeteksi bahwa orang tersebut terjangkit HIV/AIDS, dan terapi yang diperlukan untuk penderita HIV/AIDS. Pengetahuan yang sangat rendah mengenai hal tersebut terjadi karena memang kurangnya informasi di Indonesia yang menjelaskan tentang pendetektesian HIV/AIDS, tes yang digunakan untuk mendeteksi HIV/AIDS dan terapi yang digunakan pada penderita HIV/AIDS di masyarakat. Kesadaran masyarakat Indonesia untuk memiliki pengetahuan lebih terutama pengetahuan tentang cara

185 mendeteksi HIV/AIDS masih sangat kurang. Tes tersebut yang digunakan antara lain ELISA yaitu memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah infeksi dengan sensitifitas tinggi antara 98,1%-100%. Tes ELISA menggunakan recombinant antigen, yang sangat spesifik terhadap envelope dan core. Western blot memiliki sensitifitas tinggi antara 99,6%-100%, namun pemeriksaannya cukup sulit, mahal membutuhkan waktu skitar 24 jam. PCR (Polymerase Chain Reaction), tidak dianjurkan untuk diagnosis HIV di Indonesia karena tingkat keakuratannya rendah dan membutuhkan biaya yang besar 10

Terapi yang digunakan untuk penderita HIV/AIDS adalah ARV (Anti Retro Virus) merupakan dasar penatalaksanaan pemberian antivirus terhadap ODHA; karena dapat mengurangi resistensi, menekan replikasi HIV secara efektif sehingga kejadian penularan/komplikasi lainnya dapat dihindari, dan meningkatkan kualitas serta harapan hidup ODHA. Dua golongan ARV yang diakui Food and Drug Administration (FDA) dan World Health Organization (WHO) adalah penghambat reverse transcriptase (PRT), yang terdiri dari analog nukleosida dan non-analog nukleosida, serta penghambat protease (PP) HIV 11.

Masa inkubasi ini penderita disebut penderita HIV. Pada fase ini terdapat masa dimana virus HIV tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3-6 bulan sejak tertular virus HIV yang dikenal dengan masa window period” 12

Oleh karena itu peran pemerintah sangatlah penting dalam memberikan informasi mengenai hal tersebut, seperti memberikan penyuluhan dan menambah jumlah informasi berupa poster maupun iklan yang menjelaskan tentang HIV/AIDS. Umumnya informasi yang diterima masyarakat lebih banyak tentang narkoba dan bukan HIV/AIDS. Informasi tentang HIV/AIDS masih dirasakan sangat menakutkan karena pada umumnya mereka tidak mengetahui tentang HIV/AIDS. Selain informasi dari sekolah, informasi berasal dari televisi (berita kriminal, talk show, film, dan sinetron) juga dirasakan belum maksimal, karena kesadaran masyarakat Indonesia yang kurang. Informasi tersebut juga tidak selamanya tepat, terutama yang bersumber dari berita kriminal lebih banyak mengedepankan peredaran narkoba. Semua masyarakat menyatakan bahwa teman merupakan orang yang tepat untuk berbagi informasi tentang narkoba. Selain itu, masyarakat mendapatkan informasi dari ibu, ayah, saudara kandung, atau anggota keluarga lain 8

Hampir keseluruhan masyarakat tidak mendapat informasi mengenai HIV/AIDS yang seharusnya mereka dapatkan. Peran pemerintah dalam memberikan informasi tersebut di Indonesia masih belum maksimal. Hal tersebut mengakibatkan kesadaran masyarakan untuk terhindar dari penyakit HIV/AIDS menjadi sangat kurang. Kurangnya informasi yang

186 diterima masyarakat tentang HIV/AIDS di Indonesia menyebabkan penderita HIV/AIDS meningkat secara signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Global Summary of The AIDS Epidemic, December 2007. http://www.unaids.org/data. 24 Januari 2008. Accesed at September 2011

2. Global Summary of The AIDS Epidemic, December 2012. http://www.unaids.org/data. 24 Januari 2012. Accesed at may 2013

3. Nasution, Rizali, dkk, 2000. AIDS Kita Bisa Kena, Kita Bisa Cegah (10 Esai Terbaik Kelompok Perguruan Tinggi dan SMU/Kejuruan). Manora, Jakarta.

4. Departemen Kesehatan RI, 2006. Statistik Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia.

Jakarta.

5. BKKBN. 2007. Keluarga Berencana, Kesehatan Maternal, HIV/AIDS Dan Kesehatan Reproduksi Remaja Perpektif Stakeholder.

6. Dr. Hendarmin Ulia.(1994). Pencegahan HIV/AIDS melalui Promosi Kesehatan.

Bandung : ITB Bandung

7. Departemen Kesehatan RI, 2008. Statistik Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia.

Jakarta.

8. Mubarak, Chayatin N, Supradi, 2007. Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu., h 30

9. Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.

Jakarta : Bhineka Cipta 118-127.

10. Duarsa NW. Infeksi HIV dan AIDS. Dalam : Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J, editor. Infeksi Menular Seksual. Edisi ke-3. Jakarta : BP-FKUI ; 2005. H. 132-44 11. Fauci AS, Lane HC. Human Immunodeficiency Syndrome (HIV): AIDS and Related

Disorder. In : Braunwald E, Fauci AS, Kasoer DL, et al (Eds). Harrison's Principles Of Internal Medicine. 15th ed. New York: McGraw-Hill; 2001; p.1852-908.

12. Siregar, 2004. Pengenalan Dan Pencegahan AIDS.

http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-fazidah4.pdf. Accesed at September 2011.

187

THE MANAGEMENT OF CHRONIC ULCERS ON BOTH

Dalam dokumen welcome notes (Halaman 183-193)