• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi pendidikan karakter mandiri pada kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah

Dalam dokumen implementasi pendidikan karakter islami (Halaman 92-98)

B. Penyajian Data dan Analisis

2. Implementasi pendidikan karakter mandiri pada kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah

“Nah kalau berdoa insyaallah itu mesti dilakukan baik berdo’a sebelum melakukan kegiatan atau setelah melakukan kegiatan.

Karna itu bagian dari implementasi pembentukan karakter religius kepada anak-anak.79

Selain itu, Bapak Agus Selaku pembina mengatakan doa-doa yang sering mereka baca yaitu:

“kalau sebelum dan sesudah kegiatan yang pasti akan ada mbak.

Dan juga ada Doa-doa yang diterapkan itu doa yang umum seperti doa dijauhkan dari gangguan jin setan. Karna HW kan kegiatan perkemahan itu di alam terbuka, jauh dari perkampungan. Juga doa untuk keselamatan, doa makan, doa untuk memulai suatu kegiatan dan lain-lain. Setelah itu kita beri penegasan bahwa doa yang mereka ucapkan itu mengandung makna banyak. Dan manfaatnya banyak di pahamkan seperti itu.”80

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat dianalisis bahwa upaya implementasi pendidikan karakter religius pada kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan dilakukan dengan cara membiasakan sholat berjamaah tepat waktu, membiasakan membaca alqur’an, serta berdo’a sebelum dan sesudah kegiatan.

2. Implementasi pendidikan karakter mandiri pada kegiatan

diluar sekolah. Hizbul Wathan salah satu kepanduan yang dapat membentuk karakter mandiri bagi peserta didik.

Dalam rangka membentuk karakter mandiri siswa ekstrakurikeler Hizbul Wathan melaksanakan beberapa kegiatan antara lain:

a. Perkemahan sabtu-minggu (Persami)

Kegiatan Persami di ektrakurikuler HW dilakukan setiap 1 bulam sekali. Di kegiatan persami itu mereka dilatih untuk melakukan segala hal dengan mandiri misalnya seperti mendirikan tenda, memasak, dan lain-lain.

Bapak Joni Kurniawan selaku salah satu guru MAMUSA menyatakan bahwa:

“Dikegiatan persami itu mbak saya juga selaku guru iku memantau, anak-anak melakukan semuanya sendiri, misalkan mendirikan tenda mereka itu tidak boleh dibantu kakak kelasnya.

Trus kalau makan juga mereka harus memasak sendri yang biasanya dirumah dimasakkan ibunya kalau disini mereka harus tau caranya menanak nasi, mengolah sayuran dan lain-lain. Saya itu terkadang melihat adek-adek kemah itu sangat seneng, kenapa

? ya karena mandirinya itu orang tua pasti seneng kalau melihat anaknya sudah bisa mandiri mbk.”81

Hal ini senada dengan pernyataan Kepala Sekolah MAMUSA yang menyatakan bahwa:

“Yaa memang kegiatan persami itu tujuannya untuk membentuk karakter mandiri mbak, ya diharapkan setelah ikut kegiatan ini mereka jadi lebih mandiri dirumah yang biasanya mereka tidak melakukan pekerjaan rumah seperti cuci baju, cuci piring yaa nantinya mereka mau. Karna kalau kemah kan mereka harus cuci baju mereka sendiri, masak sendiri dan sebagainya.Kegiatan ini akan bisa memaksimalkan potensi yang dimiliki siswa-siswi untuk menyalurkan semangat mereka

81 Joni Kurniawan, Wawancara, Watukebo, 05 Oktober 2018

yang membara serta memupuk kemandirian dirinya sejak dini.”82

b. Menabung

Menabung merupakan kegiatan mengumpulkan uang untuk dipergunakan diwaktu tertentu. Eksktrakurikuler Hizbul Wathan menerapkan progam menabung.

Menurut Pembina Hizbul Wathan mengatakan:

“Kalau karakter mandiri itu hemat cermat sudah jelas di Undang-Undang HW ke 9 tentang hemat. kita membiasakan mereka untuk menabung di Kas HW, dengan menabung mereka akan mendapatkan simpanan uang sendiri untuk kepentingan mereka sendri tidak boleh minta-minta harus kepunyaan mereka sendiri.83

Menurut beberapa anggota dari Hizbul Wathan mereka memberikan pernyataan bahwa terkadang jika melaksanakan kegiatan hasil dari iuran mereka pribadi:

“Ya menabungnya kita setiap latihan rutin hari sabtu itu mbak, membayar uang kas 2000 di bendahara jadi kalau ada kegiatan uang itu bisa dipakai. Biasanya juga uang kasnya kita pakai untuk mengikuti kegiatan lomba atau uangnya kita pakai untuk inventaris hizbul wathan seperti, bendera semaphore, tongkat, tandu. Dan lain-lain.84

c. Melaksanakan tugas tanpa disuruh

Implementasi pendidikan karakter mandiri di dalam kepanduan Hizbul Wathan menurut pembina hizbul wathan salah satunya adalah melaksanakan tugas tanpa disuruh, berikut yang disampaikan oleh Bapak Joni Kurniawan:

82 Bejo, Sukatman, Wawancara, Watukebo, 12 September 2018

83 Agus Hargianto, Wawancara, Watukebo, 06 Oktober 2018

84 Haikal, dkk, Wawancara, Watukebo, 06 Oktober 2018

“Adek-adek Hizbul Wathan itu tingkat idealismenya tinggi akhirnya ketika terjun di aplikasi kerja dan tugas sekolah mereka berpegang pada idealismenya itu. Maka kita simpulkan anak Hizbul Wathan itu semangat-semangat, sangat ideal dan etos kerjanya sangat tinggi. Prinsip dari kegiatannya sangat sesuai dengan motto HW yaitu sedikit bicara banyak bekerja. Selain itu anak HW juga kalau diberi tugas cepat selesai, bahkan mereka tanpa disuruhpun akan melaksanakan tugasnya dengan baik.”85

Selain itu, Bapak Fibri selaku alumni juga menyatakan hal yang senada. Berikut pernyataannya:

“karakter mandiri dalam kepanduan HW itu kebanyakan bisa merubah moralitas para pandu itu sendiri. Contohnya pada saat saya dulu menjadi Penghela di Aliyah. Anggota hizbul wathan itu kebanyakan berasal dari kalangan2 yang suka berhura-hura.

Mereka itu kepribadiannya banyak yang suka minum-minuman keras dan banyak yang . ketika mereka masuk di HW dan di gabungkan dengan semua anggota yang mayoritas punya kepribadian yang berbeda-beda. Kita mengajarkan untuk tidak membeda bedakan teman, pintar atau tidak, miskin atau kaya, sekolah ataupun tidak sekolah. Dengan berbeda itu HW bisa mengajarkan kpribadian yang awalnya kebiasaan remaja disini cangkrukan diwarung, kita ajak untuk melakukan kegiatan bersama-sama’ alhamdulillah ada sisi positifnya dari kegiatan itu bisa merubah dalam hal-hal baik tanpa disuruh mereka langsung ikut bergabung disetiap kegiatan. Jadi tugas yang awalnya sulit karna dilakukan bersama-sama jadi mudah.86

Bapak suyanto juga menyampaikan pendapatnya tentang hal yang sama, yaitu sebagai berikut:

“kredibilitas anak HW itu sudah diakui oleh kalangan Muhmmadiyah terbukti segala kegiatan yang dilakukan mereka slalu melibatkan atau meminta bantuan kepada anak HW. Dan anak HW sangat cekatan dalam bekerja mereka melaksanakan tugas tanpa disuruh. Itu artinya timgkat kemandirian mereka tinggi. Sehingga HW sangat dipercaya oleh masyarakat, Muhammadiyah khususnya.”87

85 Joni, Kurniawan, Wawancara, Watukebo, 05 Oktober 2018

86 Heri, Wawancara, Watukebo, 09 Oktober 2018

87 Agus Hargianto, Wawancara, Watukebo, 06 Oktober 2018

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat dianalisis bahwa upaya implementasi pendidikan karakter mandiri pada kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan dilakukan melalui kegiatan perkemahan sabtu-minggu (persami), mebiasakan menabung, dan melaksanakan tugas tanpa disuruh.

3. Implementasi pendidikan karakter tanggung jawab pada kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Jember tahun pelajaran 2018/2019

Pelaksanaan pendidikan di dalam kepanduan Hizbul Wathan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Jember dapat membentuk karakter tanggung jawab. Perlu kita ketahui bahwa di dalam kepanduan HW tingkat Madrasah Aliyah (SMA) dinamakan Penghela berumur 16 sampai 20 Tahun. Bentuk kegiatan Tingkat Penghela tidak akan sama dengan Tingkat Pengenal dan Tingkat Athfal yang mana jika pada tingkat athfal dan pengenal mereka masih dituntun dan bimbing oleh pembina. Jika pada tingkatan Penghela mereka akan mempunyai suatu tanggung jawab untuk membina adek-adek di athfal dan pengenal.

a. Membina di Tingkat Athfal dan Pengenal

Sebagaimana wawancara dengan pembina Hizbul Wathan yang mengungkapkan bahwa:

“salah satu bentuk kegiatan ditingkat penghela yaitu mereka memiliki tanggung jawab mengonsep latihan untuk adek- adeknya ditingkat athfal atau penghela. Disini sudah menjadi tradisi mbak kalau yang membina tingkat athfal dan pengenal di watukebo ini ya anak-anak penghela HW MA Muhammadiyah 1 Jember. Sebelum mereka terjun ke lapangan untuk melatih

biasanya pembina membrifing terlebih dahulu mengenai materi yang akan disampaikan agar tidak terjadi kesalahan. Terserah mereka nanti menyampaikannya melalui games atau kepanduan.”88

Hal itu diperkuat dengan pernyatan anggota penghela Mamusa yang menyatakan bahwa:

b. Menjadi Panitia suatu kegiatan

Menurut pembina Hizbul Wathan menyatakan bahwa:

“Karakter tanggung jawab seorang anak kepanduan HW dapat dilihat juga dari beberapa tugas yang dilakukan dengan sedikit bicara banyak bekerja. Anak-anak itu kalau di mintai tolong oleh lembaga ataupun masyarakat itu mereka tanpa banyak ngomong segera laksanakan semampunya. nah, itu kan karakter yang kita tanamkan sejak anak-anak itu terlibat dengan kita.

Cara menanamkan karakter tanggung jawab gimana ? apabila kita diberi amanah oleh muhammadiyah menjadi bagian dari kepanitiaan misalnya ya saya selaku pimpinan berpesan “kalian kalau bekerja harus tuntas, begitu. Ndak boleh meninggalkan masalah permasalahn sekecil apapun jangan sampai ada. Karna apa ? itu nanti akan merusak citra. Citra muhammadiyah secara umum, atau citra kita selaku kepanduan HW kita yang menangani masalah seperti ini nggak becus. Jadi anak-anak itu ketika kegiatan di mulai awal acara misalnya mengadakan pengajian akbar. Selesai ya kayak seperti tidak ada acara apa- apa lagi disitu. nggk ada sampah secuil pun nggk ada hutang apapun. Harus beres. Urusan dana beres, perlengkapan barang yang pinjam meminjam beres. Dan sudah nggk ada masalah pokoknya harus segera diganti. Pokoknya semua hal kecil apapun dipertanggung jawabkan.”89

Hal senada juga pernyataan dari Bapak Fibri Selaku salah satu guru dan alumni HW Mamusa menyatakan bahwa:

“Menurut saya tentang tanggung jawab itu selama ini ketika Hizbul Wathan baik pimpinan ataupun anggotanya diberikan tugas baik tugas koorganisasian maupun yang lain alhamdulillah dilaksanakan dengan baik, dengan teratur, dengan kebersamaan

88 Agus Hargianto, Wawancara, Watukebo, 08 Oktober 2018

89 Agus Hargianto, Wawancara, Watukebo, 08 Januari 2019

sesuai dengan kemampuan mereka memang tentunya masih ada bebrapa hal kekurangan atau kekeliruan dan hal itu menurut saya wajar dengan itu dalam sebuah organisasi menjadi evaluasi bersama sehingga kedepannya ketika diberi tanggung jawab lagi baik sama atau serupa bisa lebih baik lagi. Nah, di HW insyaallah begitu mereka melaksanakan dengan sungguh- sungguh, dengan baik, dengan teratur dan bertanggung jawab sesuai dengan yang diamanahkan kepada mereka.”90

Bapak Joni Kurniawan selaku guru serta alumni HW MAMUSA menyatakan:

“Menurut saya dalam HW kepanduan di Hizbul Wathan apabila diberi tugas yang berkaitan dengan keorganisasian ya se tau saya mereka selalu taat perintah, selalu patuh apa yang diperinthkannya, dikerjakan dengan baik, tanpa banyak bicara tetapi justru langsung bekerja. Tetapi memang itu kemudian disama ratakan artinya dalam hal-hal tertentu semua begitu dalam hal lain juga beda. Ada yang giat melakukan kepanduan kadang-kadang juga ada yang asal-asalan atau ikut ikutan saja sehingga itu mempengaruhi karakter mereka. Bagi yang sungguh-sungguh ya ketika diberi tugas apapun akan dikerjakan dengan sungguh-sungguh.”91

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat dianalisis bahwa upaya implementasi pendidikan karakter tanggung jawab pada kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan dilakukan melalui kegiatan Membina di Tingkat Athfal dan tingkat Pengenal dan menjadi panitia suatu kegiatan.

Dalam dokumen implementasi pendidikan karakter islami (Halaman 92-98)