• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi pendidikan karakter religius pada kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah

Dalam dokumen implementasi pendidikan karakter islami (Halaman 87-92)

B. Penyajian Data dan Analisis

1. Implementasi pendidikan karakter religius pada kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan di Madrasah Aliyah Muhammadiyah

1 Jember tahun pelajaran 2018/2019

Dalam meningkatkan dan membentuk karakter religius kepada Sang Pencipta bukan saja diterapkan pada pendidikan formal, namun pendidikan non formal yang tidak kalah pula memprioritaskan penerapan karakter religius. Di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Jember tepatnya pada pendidikan non formal kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan, membentuk karakter religius merupakan poin penting.

Dalam rangka mengimplementasi pendidikan karakter religius pada kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan di MA Muhammadiyah 1 Jember melaksanakan kegiatan-kegiatan yang merupakan penerapan dari Janji Pandu Hizbul Wathan butir pertama yaitu Setia Mengerjakan Kewajiban Saya Terhadap Allah, Undang-Undang Dan Tanah Air. Kegiatan tersebut antara lain sholat berberjamaah, membiasakan membaca Al-Quran dan berdoa sebelum dan sesudah latihan. Dengan wawancara dan observasi yang dilakukan, menghasilkan data dan informasi sebagai berikut :

a. Sholat Berjamaah

Menurut Bapak Bejo Sukamto selaku Kepala Sekolah MA Muhammadiyah 1 Jember menyatakan Sholat berjamaah merupakan suatu kegiatan keharusan yang harus diikuti oleh semua siswa berikut hasill wawancara dengan kepala Sekolah MAMUSA:

“di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 1 Jember ini memang dari dulu sudah ada progam untuk melaksanakan sholat berjamaah.

Karakter religius yang dilakukan melalui beberapa kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan di MAMUSA antara lain sholat berjamaah, membiasakan membaca al-qur’an dan berdoa sebelum dan sesudah kegiatan HW itu tidak beda jauh dari visi dan misi sekolah yaitu memiliki akhlak mulia, dengan siswa mengikuti beberapa kegiatan tersebut akan tumbuh karakter religius di dalam siswa dan Hizbul Wathan juga termasuk dari salah satu wadah yang dituntut untuk melakukan penanaman karakter religius pada peserta didik dan saya yakin bahwa melalui kegiatan Hizbul Wathan dapat merubah karakter siswa terutama dalam bidang religius akan tetapi dalam merubah karakter tersebut membutuhkan waktu yang lumayan cukup lama”71

Hal tersebut senada dengan pernyataan Bapak Agus Hargianto selaku pembina Hizbul Wathan bahwa implementasi pendidikan karakter religius akan dibentuk ketika dalam kegiatan perkemahan berikut pernyataanya:

“Kalau di HW membentuk karakter religius itu kelihatan pada saat mengadaka perkemahan. Jadi perkemahan yang dibentuk ditingkat penghela mereka kan sudah diajari beribadah tapi kan jarang dipraktekkan. Di praktekkan mudah di hizbul wathan melalui perkemahan. Minimal perkemahan satu malam (persami) nanti malam itu kita lihat, siapa yang rajin sholat dan siapa yang ndak rajin sholat. Kalau untuk penghela(MA) kita tidak ngoprak- ngoprak kesadaran mereka sendiri, tapi kalau untuk yang pengenal itu masih di oyak-oyak. Mereka mendirikan jamaah sendiri jadi kelompok yang paham, yang ngerti itu pasti yang ngerti mereka akan membentuk jamaah. Laa saya pembina itu hanya ngikut jadi makmum saja dibelakangnya. Mereka latihan jadi imam, latihan jadi makmum, itu nanti akan terbentuk dan bisa diketahui siapa yang rajin sholat dan yang nggk rajin sholat nanti kita kumpulkan kita brifing sendiri kita ajari sendiri, begitu.

Sehingga nanti hasil perkemahan sudah bisa mengerti, sudah bisa prakteknya bagaimana.”72

Sholat berjamaah memang selalu dilaksanakan ketika berada disekolah mulai masuk waktu sholat dhuha, sholat duhur dan setiap kali akan memulai latihan atau sholat ashar. Hal tersebut menjadi

71 Bejo Sukamto, Wawancara, Watukebo, 12 Juli 2018

72 Agus Hargianto, Wawancara, Watukebo, 28 Juli 2018

kebiasaan yang dilakukan oleh siswa-siswi MA Muhammadiyah 1 Jember sekaligus anggota Hizbul Wathan Penghela MA Muhammdiyah 1 Jember.

Ambar, selaku penuntun (pembantu pembina) dan sebagai alumni Hizbul Wathan di MAMUSA juga memaparkan mengenai kegiatan tersebut sebagai berikut:

“biasanya saya dulu juga melaksankan Sholat Ashar berjamaah sebelum Latihan HW dimulai. Setiap harinya kegiatan belajar- mengajar selesai pada pukul 14.00 WIB. Maka pada hari sabtu para anggota HW setelah pulang pukul 15.00 segera sholat ashar berjamaah dan langsung lanjut kelapangan belakang karna latihan rutin HW dilaksanakan pukul 15.15 WIB. Dalam pelaksanaanya terdapat beberapa kendala lain yakni jarak rumah yang jauh dari sekolah jadi ada yg sholat dirumah, tapi untuk yang dekat rumahnya berjamaah disekolah.”73

Hal tersebut senada dengan pernyataan salah satu guru di MA Muhammadiayah 1 Jember, yang menyatakan bahwa:

“Kegiatan HW itu tidak hanya murni kepanduan, murni keterampilan, tapi juga ada kegiatan yang dilakukan di indoor maupun outdoor. Salah satunya adalah kegiatan keagamaan dalam hal ini ibadah, maka ketika Hizbul Wathan melakukan kegiatan dalam waktu-waktu peribadatan baik yang wajib (sholat lima waktu) ataupun yang sunnah juga pasti dilakukan. Bisa berjamaah itu yang sering, bisa jadi sendiri-sendiri karena ada beberapa hal. Selain itu juga beberapa yang sunnah juga dilakukan.”74

Selain Ambar dan haikal, teman-teman anggota HW yang lain juga menyatakan bahwa sholat berjamaah menjadi hal yang paling utama berikut pernyataannya:

73 Ambar, Wawancara, Watukebo, 26 September 2018

74 Suyanto, Wawancara, Watukebo, 12 September 2018

“memang mbak di HW itu kita bukan hanya diajarkan tentang materi kepanduan saja akan tetapi harus tau kewajiban kita sebagai muslim untuk menjalankan kewajiban kita yaitu sholat.

Jadi setiap mau kegiatan apapun kita selalu ditanyakan dulu apakah sudah sholat berjamaah apa blum. Kalau ada yang belum sholat langsung disuruh untuk sholat dulu. Jadi selalu dipantau kalau mengenai ibadah. Tapi terkadang ya ketika ada sesuata halangan untuk melakukan sholat berjamaah karna ada hujan atau apa, ya tidak apa-apa jadi sholat di dalam tenda masing-masing.75 b. Membiasakan membaca Al-Qur’an

Hizbul Wathan adalah kepanduan islami, artinya dalam melaksanakan metode kepanduan adalah menanamkan aqidah islam dan membentuk peserta didik berakhlak mulia maka dalam mengimplentasikan karakter religius salah satunya adalah membiasakan membaca Al-Qur’an yang menggunakan beberapa metode. Berdasarkan wawancara dengan pembina Hizbul Wathan berikut ini:

“Untuk kegiatan pembiasaan membaca al-qur’an menggunakan metode baca Simak jadi ada salah satu guru yang membaca dan beberapa siswa menyimak. Memang kalau untuk tingkat Penghela lebih kearah memaknai ayat jadi tidak membaca khatam 1 juz, kalau itu kan untuk tingkat SMP dilatih lancar membaca Al- Qur’an walaupun masih belum tau artinya. Kalau tingkat SLTA apalagi Aliyah sudah mengarah ke makna ayat Al-Qur’an dan Asbabul Nuzulnya bagaimana latar belakang turunnya ayat itu . biasanya itu dilakukan setelah sholat Maghrib untuk menunggu sholat Isyak, dibuat seperti itu untuk mengkaji dan setelah sholat shubuh sampai jam 06.00 pagi. Untuk pematerinya kita mendatangkan para ahlinya orang-orang dari majelis Tarjih

75 Haikal, Wawancara, Watukebo, 29 September 2018

Muhammadiyah kita jemput untuk mengawal kegiatan tersebut.”76

Hal ini senada dengan pernyataan Bapak Fibri selaku guru di MA Muhammadiyah 1 Jember:

“Dalam kegiatan Hizbul Wathan itu kan ada indoor atau outdorr.

Untuk indoor pembiasaan membaca Al-Qur’an itu insyaallah sering dilakukan ketika disela-sela kegiatan berlangsung tetapi kalau outdoor memang tidak mesti. Karna sifatnya kegiatan lapangan. Tetapi kalau disekolah alhamdulillah tiap pagi itu diawali dengan pembiasaan membaca Al-Qur’an bersama baik tartil ataupun tahsin Al-Qur’an atau juga tahfidz (hafalan)”77 Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan oleh bapak Heri selaku Pengurus Kwarcab Watukebo bahwa:

“Memang pembiasaan membaca al-qur’an dilakukan setelah sholat berjamaah dengan dibimbing pembina atau pelatih dalam hal itu guru membaca Al-Qur’an dengan metode sorogan dan individu kemudian pembina memperintahkan salah satu anggota pandu penghela untuk memulai pertama membaca al-qur’an dan memahami maknanya.78

c. Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan

Berdoa merupakan kewajiban bagi seluruh umat manusia.

Dengan berdoa kita berharap segala hal yamg kita laksanakan mendapat kemudahan. Di Ekstrakurikuler Hizbul wathan pembiasaan berdoa dilaksanakan secara rutin yaitu sebelum dan sesudah kegiatan.

Bapak Fibri selaku guru sekaligus alumni HW di MA Muhammadiyah 1 Jember menguraikan:

76 Agus Hargianto, wawancara, Watukebo, 15 September 2019

77 Fahrozi, Fibri Arisandi, Wawancara, Watukebo, 05 Oktober 2018

78 Heri, Wawancara, Watukebo, 06 Oktober 2018

“Nah kalau berdoa insyaallah itu mesti dilakukan baik berdo’a sebelum melakukan kegiatan atau setelah melakukan kegiatan.

Karna itu bagian dari implementasi pembentukan karakter religius kepada anak-anak.79

Selain itu, Bapak Agus Selaku pembina mengatakan doa-doa yang sering mereka baca yaitu:

“kalau sebelum dan sesudah kegiatan yang pasti akan ada mbak.

Dan juga ada Doa-doa yang diterapkan itu doa yang umum seperti doa dijauhkan dari gangguan jin setan. Karna HW kan kegiatan perkemahan itu di alam terbuka, jauh dari perkampungan. Juga doa untuk keselamatan, doa makan, doa untuk memulai suatu kegiatan dan lain-lain. Setelah itu kita beri penegasan bahwa doa yang mereka ucapkan itu mengandung makna banyak. Dan manfaatnya banyak di pahamkan seperti itu.”80

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat dianalisis bahwa upaya implementasi pendidikan karakter religius pada kegiatan ekstrakurikuler Hizbul Wathan dilakukan dengan cara membiasakan sholat berjamaah tepat waktu, membiasakan membaca alqur’an, serta berdo’a sebelum dan sesudah kegiatan.

2. Implementasi pendidikan karakter mandiri pada kegiatan

Dalam dokumen implementasi pendidikan karakter islami (Halaman 87-92)