• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator Keberhasilan

BAB III METODE PENELITIAN

H. Teknik Analisis Data

I. Indikator Keberhasilan

Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, dalam penelitian ini dinyatakan berhasil apabila ada perubahan atau peningkatan terhadap kegiatan yang telah diperoleh anak setelah melakukan permainan kabente. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila 70% anak berada pada tingkat kemampuan berkembang sesuai harapan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan di Taman Kanak-Kanak Purnama beralamat di Desa Liwulompona, Kecamatan Talaga Raya, Kabupaten Buton Tengah. Lembaga ini memiliki 5 tenaga pendidik yang terdiri kepala sekolah, 2 guru kelompok A dan 2 guru keleompok B. Program kegiatannya mengacu pada kurikulum 2013 yang dipadukan dengan materi yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak usia dini. Adapun peroses pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran mingguan ( RPPM) dan pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) yang mengacuh pada tema-tema yang terlaksana di Tk Purnama. Kondisi ruangan di TK Purnama cukup memadai yakni terdiri dari 3 ruangan yaitu, 1 ruangan kepala sekolah dan guru, 2 ruangan kelas belajar yakni kelompok A dan B. Lokasi anak untuk bermain diluar dilengkapi dengan beberapa alat permainan yakni ayunan, panjatan, seluncuran.

B. Deskripsi hasil penelituan

1. Data Hasil Pra Tindakan Peningkatan Interaksi anak dengan menerapkan permainan tradisional kabente

Untuk mengetahui kondisi awal untuk menigkatkan kemampuan interaksi dengan menerapkan permainan tradisional kabente dilakukan penelitian. Peneliti melakukan pengamatan terlebih dahulu terhadap kemampuan interaksi sosial anak pada kelompok B anak usia 5-6 tahun di TK Purnama desa liwulompona

kabupaten buton tengah. untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak dengan menerapkan permainan tradisional kabente. Yang diamati dari 3 kemampuan yakni anak mampu bermain dan berinteraksi bersama teman sebaya, anak dapat menaati peraturan saat berlangsung kegiatan bermain, anak mampu memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi.

Proses pembelajaran meningkatkan kemampuan interaksi anak dikelompok B anak usia 5-6 tahun di TK Purnama Desa Liwulompona Kabupaten Buton Tengah.pembelajaran tersebut disusun oleh guru kelompok B dengan alokasi waktu 120 menit. Langkah pertama anak-anak berbaris didepan kelas setelah bel berbunyi, dilanjutkan dengan kegiatan bernyanyi (lagu berbunyi dan ayo berbaris) pada tahap awal pelaksanaan kegiatan pembelajaran didahului dengan mencucapkan salam terlebih dahulu dan berdoa bersama (berdoa sebelum belajar), kemudian guru mengajak mengajak peserta didik menbaca surah-suarah pendek (surah Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-Naas). Selanjutnya guru mengajak peserta didik untuk bernyanyi lagu, guru mengomunikasikan tema yaitu”

lingkungan”

Guru melakukan proses tanya jawab tentang “lingkungan” pada sub tema keluargaku kemudian guru menjelaskan atau bercakap-cakap tentang keluarga.

Langkah kedua guru menjelaskan kembali dan membagi anak beberapa kelompok untuk mewarnai anggota keluarga dan setiap kelompok menyebutkan nama-nama anggota keluarga yang telah diwarnai, langkah ketiga guru membimbing masing- masing kelompok pelaksanaan kegiatan menyebutkan nama-nama anggota keluarga dan mewarnai gambar anggota keluarga, proses pembelajaran kurang

konduktif, karena salah satu penyebab kondisi tersebut adalah pada proses pembelajaran, anak masih kurang menarik dan monoton. selain itu tidak dalam melakukan pendekatan pembelajaran sehingga kemampuan interaksi sosial anak belum berkembang secara maksimal. Langkah keempat anak istrahat dan bermain pada kegiatan penutup guru mengajak anak untuk berdiskusi tentang pembelajaran hari ini dan menanyakan bagaimana perasaannya saat melakukan kegiatan. Selanjutnya guru mengajak anak bernyanyi membaca doa sebelum pulang, salam dan pulang.

Hasil observasi dan evaluasi anak didik peningkatan kemampuan interaksi sosial anak pada pra tindakan disajikan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 4.1 Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial Anak Pada Pra Tindakan.

No Nama anak didik

Indikator Kemampuan Interaksi Sosial

Skor Presentase Kriteria

Anak mampu bermain dan

berinteraksi bersam teman sebaya

Anak dapat menaati peraturan saat kegiatan bermain

Anak mampu memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi

1

2

3

4

1 2 3 4

1

2

3

4

1 MF 1 1 1 3 25% Belum

berkembang(BB)

2 EL 2 1 2 5 42% Mulai

berkembang(MB)

3 AA 1 1 1 3 25% Belum

berkembang ( BB)

4 AM 1 1 1 3 25% Belum

berkembang (BB)

5 FL 2 1 2 5 42% Mulai

berkembang(MB)

6 MH 1 1 1 3 25% Belum

berkembang(BB)

7 HN 1 1 1 3 25% Belum

berkembang(BB)

8 SN 1 1 1 3 25% Belum

berkembang(BB)

9 NA 1 1 1 3 25% Belum

berkembang(BB)

10 NI 1 1 1 3 25% Belum

berkembang(BB)

11 AN 1 1 1 3 25% Belum

berkembang(BB)

12 ML 1 1 1 3 25% Belum

berkembang(BB)

13 MN 2 1 2 5 42% Belum

berkembang(BB) Rata-Rata Presentase Aktivitas anak didik peningkatan

kemampuan interaksi social

28% Belum

berkembang (BB)

Keterangan :

1. Anak mampu bermain dan berinteraksi dengan teman sebayanya

1= BB (Anak belum mampu bermain dan berinteraksi dengan teman sebayanya dan lingkungan sekitar)

2= MB (Anak mulai mampu bermain dan berinteraksi dengan teman sebayanya)

3=BSH (Anak sudah mampu bermain dan berinteraksi dengan teman sebayanya)

4= BSB (Anak sudah mampu mengajak temannya untuk bermain dengan teman sebayanya tanpa diarahkan oleh gurunya)

2. Menaati aturan kelas kegiatan, aturan anak dapat menaati peraturan saat berlangsung kegiatan

1= BB (Anak belum mampu manaati aturan kegiatan yang telah ditentukan oleh guru)

2= MB (Anak mulai menaati aturan yang ditentukan oleh guru)

3=BSH (Anak mampu menaati aturan kelas dan kegiatan bermain yang telah ditentukan guru)

4= BSB (Anak sudah mampu menaati aturan kelas dan kegiatan bermain yang telah ditentukan tanpa diingatkan oleh guru)

3. Memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi.

1= BB (anak belum mampu memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi lingkungan sekolah)

2=MB (Anak mulai memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi lingkungan sekolah dan sekitar)

3= BSH (Anak sudah mampu memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi lingkungan sekolah dan sekitar)

4= BSB (Anak sudah mampu memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi lingkungan sekolah dan sekitar).

Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa pencapaian peningkatan kemampuan interaksi sosial belum berkembang karena dilihat dari hasil Rata- ratanya yaitu 28% dengan menunjukan kriteria tidak baik. Dari 13 anak didik 3

anak yang memiliki kriteria mulai berkembang (MB) ada 10 anak yang memiliki kriteria atau belum berkembang (BB).

Tabel hasil aktivitas anak didik peningkatan kemampuan interaksi sosial anak pada pratindakan diatas dapat disajikan melalui tabel rekapitulasi dibawah ini:

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial Pada Pra Tindakan

No Kriteria Jumlah anak didik

Presentase 1 Tidak baik/belum berkembang (BB) 10 19%

2 Kurang/mulai berkembang(MB) 3 9%

3 Cukup/berkembang sesuai harapan(BSH) 4 Baik/ berkembang sangat baik (BSB) Rata-Rata Presentase Aktivitas Anak Didik

Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial 13

28%

Adapun hasil dari sekapitulasi hasil observasi dan evaluasi aktivitas anak didik untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak sebelum tindakan yaitu 28% masih banyak peserta didik belum mencapai nilai kriteria yang ditentukan kriteria berkembang sesuai harapan (BSH). Dengan begituh perlu adanya tindakan selanjutnya yang akan meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak yang akan dilaksanakan pada siklus 1.

Berdasarkan data diatas keadaan tersebut menjadi landasan peneliti untuk melakukan tindakan untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak dengan menerapkan permainan tradisional kabente oleh peneliti. Dengan menerapkan permainan tradisional kabente diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan interaksi sosial anak di kelompok B anak usia 5-6 tahun Tk Purnama Desa Liwulompona Kabupaten Buton Tengah.

1. Data Hasil Tindakan Siklus 1 Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial Anak Dengan Menerapkan Permainan Tradisional Kabente di TK Purnama Desa Liwulompona Kabupaten Buton Tengah.

Penelitian dalam siklus 1 terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan pelaksanaan tindakan, pengamatan, pengamatan (observasi) dan refleksi, dimana pada siklus 1 ini dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan yang pertama dilaksanakan pada hari selasa tanggal 23 november 2021 dan pertemuan yang kedua dilaksanakan pada hari senin tanggal 29 november 2021. Berikut merupakan deskripsi pelaksanaan penelitian siklus 1.

a. Siklus 1 Pertemuan Pertama 1. Tahap Perencanaan

a) Membuat lembar observasi untuk anak dan melihat bagaimana kondisi dan proses interaksi sosial anak dikelas khususnya anak usia 5-6 tahun di Tk purnama

b) Memperkenalkan permainan tradisional kabente

c) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) untuk melihat proses interaksi sosial melalui permainan tradisional dapat meningkatkan kemampuan anak. Sebelum melakukan penelitian peneliti dan guru menentukan tempat.

d) Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu guru dan peneliti menentukan tempat titik lokasi permainan.

2. Pelaksanaan Tindakan a. Kagiatan Awal

Proses Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan I dilaksanakan pada hari selasa 23 November 2021 pada pukul 07.15 - 10.30 WITA di kelompok B dengan jumlah anak sebanyak 13 orang. Telah menjadi kebiasaan setiap pagi melakukan apel pagi di halaman sekolah, guru mengatur anak didik berbaris dengan rapi sesuai dengan kelas masing-masing. Selanjutnya guru memasukan anak didik kedalam kelas, anak-anak duduk dikursi belajar masing-masing dengan rapi. Guru mengucapkan salam, berdoa kemudian mengucapkan syair dikelas.

b. Kegiatan Inti

Pada siklus I pertemuan I dalam meningkatkan interaksi sosial, diawali dengan penjelasan dari guru tentang permainan tradisional kabente dan aturan- aturan dalam permainan tradisional Kabente. Setelah itu guru memastikan kembali apakah anak sudah mengerti dengan cara-cara dan aturan dalam permainan tradisional kabente yang telah dijelaskan sebelumnya. Setelah itu, anak diberi kesempatan untuk menyebutkan peraturan-peraturan dalam permainan tradisional kabente. Kemudian anak diberi waktu selama 30 menit dalam melakukan permainan tradisional kabente.

Kegiatan permainan tradisional Kabente terlebih dahulu anak dibagi menjadi beberapa kelompok guru langsung yang menentukan kelompok

masing-masing. Setelah itu guru menunjuk salah satu kelompok sebagai ketua kelompok kemudian melakukan suit untuk menentukan kelompok yang akan saling berlawanan melakukan kegiatan permainan kabente. Setelah melakukan suit kelompok yang menang akan memulai permainan tradisional kabente tersebut sedangkan kelompok yang kalah suit menunggu giliran untuk bermain. Kemudian anak diberi waktu selama 30 menit dalam melakukan permainan tradisional kabente.

Awal mulai permainan ini dimulai dengan majunya atau menyerang dari salah satu personil masing-masing kelompok untuk menantang lawan kelompoknya personil dari lawannya, kemudian balik menyerang dari sana para pemain yang maju saling mengejar dan menghindar satu sama lain. Jika seseorang maju kemudian ditangkap atau disentuh oleh lawan mainnya maka dia menjadi tawanan lawan kelompoknya. Jika seseorang berusaha mengejar dan menghindar dari lawan mainnya supaya tidak menjadi tawanan lawannya dan para personil yang ada dalam kelompok dapat bergantian secara bergiliran untuk maju menyerang lawannya, demikian seterusnya sehingga terjadi saling kejar mengejar antar kelompok. Satu kelompok dapat memenangkan permainan jika salah satu personil kelompok mereka dapat menyentuh benteng lawan tanpa disentuh oleh lawan yang mempertahankan bentengnya. Setelah ada yang menang dan kalah maka permainan selesai dan dapat dimulai kembali permainan benteng tersebut dari awal.

c. Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru mempersilahkan anak untuk duduk kembali istrahat dan mengarahkan anak untuk minum. Setelah anak –anak istrahat dan minum, kemudian anak-anak diarahkan kembali masuk dirungan kelas dan duduk dikursi masing-masing dengan rapi, kemudian guru memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan besok. Lalu guru mempersiapkan anak untuk pulang dan guru membimbing anak untuk mengucapkan doa keselamatan dan doa pulang sekolah serta syair pulang sekolah dan di akhiri dengan ucapan salam.

3. Tahap Pengamatan( Observasi) a. Observasi Anak

Tahap ini merupakan tahap dimana peneliti dapat menilai tujuan pembelajaran yang telah dicapai. Pengamatan dilakukan oleh peneliti didalam kelas, yakni saat penyelenggaraan proses pembelajaran oleh guru. Pada saat guru menjelaskan beberapa anak berusaha memahami yang disampaikan oleh guru dan terdapat anak kurang memahami yang telah disampaikan oleh guru hal ini terbukti ada beberapa anak melanggar peraturan-peraturan dalam bermain. Oleh karena itu ada 8 anak belum berkembang, dan ada 5 anak mulai berkembang, dalam hal ini pendidik lebih menekankan untuk memberikan pengarahan tentang peraturan dalam melaksanakan kegiatan dengan menerapkan permainan tradisional kabente. Anak mulai saling berinteraksi mengingatkan peraturan permainan meskipun belum seluruhnya optimal.

Adapun hasil observasi aktivitas anak peningkatan kemampuan interaksi sosial anak pada siklus 1 pertemuan pertama disajikan dalam tabel dibawa ini:

Tabel 4.3 Hasil Observasi dan Evaluasi Aktifitas Anak Didik Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial Pada Siklus 1 Pertemuan Pertama

No Nama anak didik

Indikator Kemampuan Interaksi Sosial

Skor Presentase Kriteria

Anak mampu bermain dan berinteraksi bersama teman sebaya

Anak dapat menaati peraturan saat kegiatan bermain

Anak mampu memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi

1

2

3

4

1 2 3 4

1

2

3

4

1 MF 1 1 1 3 25% Belum

berkembang (BB)

2 EL 3 1 2 6 50% Mulai

berkembang(MB)

3 AA 1 1 1 3 25% Belum

berkembang ( BB)

4 AM 1 1 2 5 42% Mulai

berkembang (MB)

5 FL 3 1 2 6 50% Mulai

berkembang(MB)

6 MH 1 1 1 3 25% Belum

berkembang(BB)

7 HN 1 1 1 3 25% Belum

berkembang(BB)

8 SN 1 1 1 3 25% Belum

berkembang(BB)

9 NA 1 1 1 3 25% Belum

berkembang(BB)

10 NI 1 1 1 3 25% Belum

berkembang(BB)

11 AN 2 1 2 5 42% Belum

berkembang(MB)

12 ML 1 1 1 3 25% Belum

berkembang(BB)

13 MN 3 1 2 6 50% Mulai

berkembang(MB) Rata-Rata Presentase Aktivitas anak didik peningkatan

kemampuan interaksi social

33% Belum

berkembang (MB)

Dapat diketahui pencapaian peningkatan kemampuan interaksi sosial anak kelompok B anak usia 5-6 tahun pada pertemuan pertama menggambarkan bahwa dari 13 anak ada 8 anak yang memiliki kriteria belum berkembang, karena pada saat kegiatan permainan tradisional kabente masih ada beberapa anak yang masih belum mampu berinteraksi dengan teman kelompok masing-masing dan ada beberapa anak yang belum mampu menaati peraturan-peraturan dalam permainan. Kemudian ada 5 anak memiliki kriteria mulai berkembang karena pada saat kegiatan pembelajaran dalam bermain kabente, anak mulai mampu berinteraksi dengan teman sebaya kemudian mulai mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan mulai mampu menaati peraturan-peraturan dalam permainan walaupun masih dibantu diingatkan oleh guru.

Dari hasil tabel observasi dan evaluasi aktivitas anak didik peningkatan kemampuan interaksi sosial anak pada siklus 1 pertemuan pertama diatas dapat disajikan melalui tabel dibawah ini:

Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Observasi dan Evaluasi Aktifitas Anak Didik Peningkatan Kemampuan Interaksi sosial Anak Pada Siklus 1 Pertemuan Pertama.

No Kriteria Jumlah anak didik

Presentase

1 belum berkembang (BB) 8 15%

2 mulai berkembang(MB) 5 18%

3 berkembang sesuai harapan(BSH) 4 berkembang sangat baik (BSB)

Rata-Rata Presentase Aktivitas Anak Didik Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial

13

33%

Berdasarkan tabel rekapitulasi data hasil aktivitas dan evaluasi anak didik untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak pada siklus 1 pada pertemuan pertama belum mengalami peningkatan. Dari 13 anak 8 anak yang memiliki kriteria belum berkembang karena pada saat kegiatan permainan tradisional kabente masih ada beberapa anak yang masih belum mampu berinteraksi dengan teman kelompok masing-masing dan ada beberapa anak yang belum mampu menaati peraturan-peraturan dalam permainan. Ada 5 anak memiliki kriteria mulai berkembang karena pada saat kegiatan pembelajaran dalam bermain kabente anak mulai mampu berinteraksi dengan teman sebaya kemudian anak mulai mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan mulai mampu menaati peraturan-peraturan dalam permainan walaupun masih dibantu diingatkan oleh guru.

b. Observasi Guru

Hasil observasi terhadap kegiatan guru merupakan suatu gambaran keterampilan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi guru, bentuk penilaian yang digunakan yaitu ceklist dengan kriteria penilai Ya/Tidak. Diberi ceklist Ya apabila guru melakukan tindakan, diberi ceklist Tidak apabila guru tidak melakukan tindakan . Hasil observasi terhadap aktivitas guru pada siklus 1 pertemuan pertama ada pada lampiran.

b. Siklus 1 Pertemuan Kedua

1. Tahap Perencanaan

a) Membuat lembar observasi untuk anak dan melihat bagaimana kondisi dan proses interaksi sosial anak dikelas khususnya anak usia 5-6 tahun di Tk purnama

b) Memperkenalkan permainan tradisional kabente

c) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) untuk melihat proses interaksi sosial melalui permainan tradisional dapat meningkatkan kemampuan anak.

d) Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu guru dan peneliti menentukan tempat titik lokasi permainan.

2. Pelaksanaan Tindakan a) Kagiatan Awal

Proses pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan II dilaksanakan pada hari senin, 29 November 2021 pada pukul 07.15 - 10.30 WITA pada kelompok B dengan jumlah anak sebanyak 13 orang. Telah menjadi kebiasaan setiap pagi melakukan apel pagi di halaman sekolah, guru mengatur anak didik berbaris dengan rapi sesuai dengan kelas masing-masing. Selanjutnya guru memasukan anak didik kedalam kelas, anak-anak duduk dikursi belajar masing-masing dengan rapi. Guru mengucapkan salam, berdoa kemudian mengucapkan syair dikelas.

b) Kegiatan Inti

Pada siklus I pertemuan II dalam meningkatkan interaksi sosial, diawali dengan penjelasan dari guru tentang permainan tradisional kabente dan aturan- aturan dalam permainan tradisional kabente. Setelah itu guru memastikan kembali apakah anak sudah mengerti dengan cara-cara dan aturan dalam permainan tradisional kabente yang telah dijelaskan sebelumnya. Setelah itu, anak diberi kesempatan untuk menyebutkan peraturan-peraturan dalam permainan tradisional kabente. Kemudian anak diberi waktu selama 30 menit dalam melakukan permainan tradisional kabente.

Kegiatan permainan tradisional Kabente terlebih dahulu anak dibagi menjadi beberapa kelompok guru langsung yang menentukan kelompok masing-masing. Setelah itu guru menunjuk salah satu kelompok sebagai ketua

kelompok kemudian melakukan suit untuk menentukan kelompok yang akan saling berlawanan melakukan kegiatan permainan kabente. Setelah melakukan suit kelompok yang menang akan memulai permainan tradisional kabente tersebut. Sedangkan kelompok yang kalah suit menunggu giliran untuk bermain. Awal mulai permainan ini dimulai dengan majunya atau menyerang dari salah satu personil masing-masing kelompok untuk menantang lawan kelompoknya personil dari lawannya kemudian balik menyerang dari sana para pemain yang maju saling mengejar dan menghindar satu sama lain.

Jika seseorang maju kemudian ditangkap atau disentuh oleh lawan mainnya maka dia menjadi tawanan lawan kelompoknya. Jika seseorang berusaha mengejar dan menghindar dari lawan mainnya supaya tidak menjadi tawanan lawannya dan para personil yang ada dalam kelompok dapat bergantian secara bergiliran untuk maju menyerang lawannya demikian seterusnya sehingga terjadi saling kejar mengejar antar Kelompok. Satu kelompok dapat memenangkan permainan jika salah satu personil kelompok mereka dapat menyentuh benteng lawan tanpa disentuh oleh lawan yang mempertahankan bentengnya. Setelah ada yang menang dan kalah maka permainan selesai dan dapat dimulai kembali permainan benteng tersebut dari awal.

c) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir, guru mempersilahkan anak untuk duduk kembali istrahat dan mengarahkan anak untuk minum. Setelah anak –anak istrahat dan

minum. Kemudian anak-anak diarahkan kembali masuk dirungan kelas dan duduk dikursi masing-masing dengan rapi, kemudian guru memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan besok. Lalu guru mempersiapkan anak untuk pulang dan guru membimbing anak untuk mengucapkan doa keselamatan dan doa pulang sekolah serta syair pulang sekolah dan di akhiri dengan ucapan salam.

3. Tahap Pengamatan (Observasi) a) Observasi Anak

Tahap ini merupakan tahap dimana peneliti dapat menilai ada beberapa anak yang sudah mulai berinteraksi dengan teman sebayanya seperti anak mengarahkan temannya untuk menjaga benteng kelompok dan ada beberapa anak saling bercakap- cakap tentang permainan kabente. Kemudian ada juga beberapa anak sudah mulai mengingat dan menaati peraturan-peraturan dalam pelaksanaan kegiatan dan ada juga beberapa anak belum menaati peraturan dalam permainan tradisional kabente, hal ini pada saat guru menyampaikan aturan dalam kegiatan bermain lalu anak menyimak tapi ada juga anak yang belum fokus menyimak.

Kemudian pada saat kegiatan bermain berlangsung ada beberapa anak mulai mampu memperlihatkan kemampuan dirinya seperti anak berusaha menyelamatkan diri agar tidak disentuh oleh lawan mainnya. Tetapi ada juga beberapa anak yang masih belum mampu memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan diri dengan situasi sehingga disentuh dan menjadi tawanan oleh lawan mainnya. Oleh karena itu, ada 6 anak yang belum

berkembang, ada 5 anak mulai berkembang dan ada 2 anak berkembang sesuai harapan. Oleh karena itu, guru lebih menekan untuk memberikan pengarahan tentang peraturan-peraturan dalam melaksanakan kegiatan permainan tradisional kabente agar anak mulai paham setiap aturan pelaksanaan kegiatan.

Lalu guru memberikan semangat kepada anak agar anak dapat memperlihatkan kemampuan diri masing-masing dalam permainan tradisional kabente meskipun belum seluruhnya optimal.

Adapun hasil observasi aktivitas anak didik peningkatan kemampuan interaksi sosial anak pada siklus 1 pertemuan kedua yang disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4.5 Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial Pada Siklus 1 Pertemuan Kedua

No

Nama anak didik

Indikator Kemampuan Interaksi Sosial

Skor Presentase Kriteria

Anak mampu bermain dan berinteraksi bersama teman sebaya

Anak dapat menaati peraturan saat kegiatan bermain

Anak mampu memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi

1

2

3

4

1

2 3

4

1

2

3

4

1 MF 2 2 1 5 42% Mulai

berkembang (MB)

2 EL 3 2 3 8 66% Berkembang

sesuai

harapan(BSH)

3 AA 2 1 2 5 42% Mulai

berkembang ( MB)

4 AM 2 2 2 6 50% Mulai

berkembang (MB)

5 FL 3 2 3 8 66% Berkembang

sesuai

harapan/(BSH)

6 MH 1 1 1 3 25% Belum

berkembang(BB)

7 HN 1 1 1 3 25% Belum

berkembang(BB)

8 SN 1 1 1 3 25% Belum

berkembang(BB)

9 NA 1 1 1 3 25% Belum

berkembang(BB) 10

NI 1 1 1 3 25% Belum

berkembang(BB)

11 AN 2 2 2 6 50% Mulai

berkembang(MB)

12 ML 1 1 1 3 25% Belum

berkembang(BB)

13 MN 3 2 2 7 58% Mulai

berkembang(MB) Rata-Rata Presentase Aktivitas anak didik peningkatan

kemampuan interaksi social

41% Mulai

berkembang (MB)

Dapat diketahui pencapaian peningkatan kemampuan interaksi sosial anak dikelompok B Anak usia 5-6 tahun pada siklus 1 pertemuan kedua menggambarkan bahwa dari 13 anak ada 6 anak yang memiliki kriteria belum berkembang, kerena pada saat kegiatan permainan tradisional kabente masih ada beberapa anak yang masih belum mampu berinteraksi dengan teman kelompok masing-masing dan ada beberapa anak yang belum mampu menaati peraturan-

Dokumen terkait