BAB II KAJIAN PUSTAKA
D. Penelitian yang Relevan
1. Sri Endarwati (2014) Jurusan Pendidikan Guru-Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dengan judul “Peningkatan Kemampuan Sosial Melalui Permainan Tradisional Pada Kelompok B di Tk Aisyiyah 1 Sambirejo Sragen Tahun Ajaran 2014/2015”. Dalam penelitian tersebut mengatakan bahwa terjadi peningkatan kemampuan anak dalam bersosialisasi ditandai dengan banyaknya anak yang memperoleh nilai BSH dan BSB dengan presentase rata-rata jumlah anak, yakni kondisi awal 48%, pada siklus I meningkat sebesar 75,1% dan pada siklus II meningkat sebesar 83,6%.
2. Masrianti (2017) Jurusan Pendidikan Guru-Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo Kendari.
Dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Anak Melalui Permainan Tradisional di TK Islam Kemaraya Kota Kendari”. Dalam penelitian tersebut terjadi peningkatan kemapuan sosial emosional anak yang ditandai dengan presentase pada kondisi awal 40%, pada siklus I meningkat sebesar 66.67% dan pada siklus II meningkat sebesar 86,67%.
3. Esti Kurniawati Mahardika (2014) Jurusan PAUD pps, Universitas Negeri Jakarta.penerapan permainan tradisional dalam meningkatkan perilaku sosial anak dikelompok A TK DWP Putra Harapan Bojonegoro terdiri dari beberapa permainan yaitu cublak-cublak suweng, ular naga, balon jepit, jamuran, boi- boian, pasaran dan balap bakiak. Pada siklus 1 terdapat 7 permainan yang dilakukan yang terdiri dari 4 permainan yang dilakukan didalam kelas dan 3 permainan yang dilakukan diluar kelas. Sedangkan dalam siklus II terdapat 5 permainan yang dilakukan semua permainan tersebut dilakukan diluar kelas.
Permainan tradisional jawa dapat meningkatkan perilaku sosial anak kelompok A TK DWP putra harapan bojonegoro. Peningkatan dapat dilihat dari hasil sebelum dilakukan tindakan atau para intervensi, siklus I dan siklus II. Hal ini dapat dilihat dari hasil pra intervensi dimana sebelum dilakukan tindakan prilaku sosial yang dimiliki anak kelompok A adalah sebesar 139 dengan rerata 41,3%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 279 dengan rerata kelas 83,01% dan pada siklus II sebesar 335 dengan rerata sebesar 99,7% berdasarkan data tersebut menjelaskan bahwa permainan tradisional jawa dapat meningkatkan prilaku sosial anak kelompok A TK DWP putra harapan bojonegoro.
Relevansi penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah sama-sama penelitian yang akan meningkatkan kemampuan interaksi sosial pada anak usia dini. Adapun perbedaannya pada metode yang digunakan beberapa permainan tradisional. Sedangkan dalam penelitian ini penulis lebih focus pada satu permainan saja. Dari beberapa penelitian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa kemampuan interaksi sosial anak dapat meningkatkan kemampuan anak.
E. Kerangka Berpikir
Kerangka pikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori di dalam penelitian yang sudah dideskripsikan tersebut. Selanjutnya dianalisa secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antara variabel yang telah diteliti (Sugiyono,2010:91).
Permainan tradisional kabente merupakan salah satu cara untuk membantu anak mengembangkan kemampuan anak dalam hal berinteraksi sosial maupun dengan teman sebayanya. Perencanaan penerapan permainan tradisonal kabente yang akan dilakukan oleh guru hasil akan memberikan manfaat apabila guru dapat menyiapkan dan memilih tepat yang sesuai dengan anak agar tujuan penerapan pemainan tradisonal kabente hendak dicapai. Dalam hal ini penerapan permainan tradisional kabente akan lebih menarik untuk meningkatkan kemampuan anak dalam hal berinteraksi, karena dengan penerapan permainan tradisional kabente anak dapat berinteraksi dengan lingkungan maupun teman sebayanya.
Adapun langkah- langkah yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan anak dalam hal berinteraksi meliputi: guru menyampaikan tujuan dan peraturan permainan kabente secara jelas, guru melaksanakan kegiatan pembukaan, inti, dan penutup. Guru menciptakan suasana akrab dan menyenangkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir sebagai berikut:
Berikut skema kerangka berpikir dapat dilihat pada bagan 2.1
Bagan 2.1 Kerangka berpikir.
PEMBELAJARAN DI TK GURU
Kemampuan Interaksi sosial Anak masih rendah
Ditingkatkan melalui permainan tradisional
kabente
Langkah-Langkah Melakukan Permainan Kabente
a. Persiapan awal mula permainan kabente ini ialah anak-anak yang akan ikut bermain berkumpul dilapangan atau tanah kosong yang cukup luas.
b. Peralatan para pemain tidak
menggunakan alat-alat khusus, cukup lahan kosong untuk menjadi pijakan dan batas antara kedua kubu kelompok masing-masing.
c. Peraturan dimana setiap personil pada kedua kubu harus menyentuh
benteng.hal ini menandakan bahwa status personil tersebut adalah baru.
d. Permainan ini dimulai dengan majunya atau menyerangnya dari satu personil tiap kubu salah satu benteng untuk menantang musuhnya
e. Akhir permainan satu kelompok dapat memenangkan permainan jika salah satu personil mereka dapat menyentuh benteng lawan tanpa disentuh oleh lawan main.
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah jika menerapkan permainan tradisional Kabente maka kemampuan interaksi sosial anak dapat meningkat di TK Purnama Desa Liwulompona Kabupaten Buton Tengah.
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu proses pengkajian masalah dalam kelas melalui refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaborasi antara guru, siswa dan peneliti dalam satu kelas dengan cara merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan proses pembelajaran dikelas.(Sanjaya 2013:160)
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat
Penelitian ini Rencana dilakukan pada usia 5-6 tahun di TK Purnama Desa Liwulompona Kabupaten Buton Tengah
2. Waktu
Adapun waktu penelitian ini direncanakan berlangsung pada bulan Oktober
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa usia 5-6 tahun di TK purnama. Dengan jumlah 13 orang anak yang terdiri dari 8 anak laki-laki dan 5 anak perempuan.
D. Faktor yang Diteliti
1. Faktor anak, mengamati aktivitas anak dalam kemampuan berinteraksi dengan teman sebayanya maupun dengan lingkungan disekitarnya serta mampu bersosialisasi dengan baik melalui permainan tradisional yaitu kabente (benteng).
2. Faktor Guru, mengamati aktivitas guru dalam proses meningkatkan interaksi sosial melalui permaian tradisional, serta memberikan penilaian pada anak.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini rencana dilakukan dalam dua siklus dimana kedua siklus tersebut terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Model dari kedua siklus tersebut adalah :
Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Gambar 3.1 Diagram Alur PTK Model Krul Lewin Perencanaan
SIKLUS I Refleksi I
Refleksi II
Pengamatan
SIKLUS II
Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan Pengamatan
Perencanaan
Beberapa para ahli menjelaskan bahwa prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (refkecting). Kegiatan pada siklus kedua merupakan kelanjutan dari keberhasilan pada siklus pertama, namun kegiatan pada siklus kedua mempunyai berbagai hambatan untuk perbaikan dari hambatan dan kesulitan yang ditemukan dalam tindakan pada siklus pertama. Arikunto ( 2006: 16-20). Menjelaskan tentang rincian prosedur penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan yaitu : 1. Perencanaan
Adapun kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini meliputi :
a) Membuat lembar observasi untuk anak dan melihat bagaimana kondisi dan proses interaksi anak di kelas khususnya anak usia 5-6 tahun di TK Purnama b) Memperkenalkan permainan tradisional pada anak.
c) Mendesain RPPH untuk melihat apakah proses interaksi sosial melalui permainan tradisional dapat meningkatkan kemampuan anak.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan kegiatan yang dilakukan pada tahap ini melalui pelaksanaan perencanaan pembelajaran yang telah dibuat.
3. Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan dengan pelaksanaan tindakan yaitu berkolaborasi atau bekerja sama dengan guru TK Purnama
4. Refleksi
Hal-hal yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis untuk mengetahui kelemahan atau keterangan yang terjadi pada setiap pertemuan
dalam satu siklus yang akan diperbaiki pada pertemuan siklus berikutnya. Pada siklus kedua, perencanaan dilakukan dengan melihat hasil refleksi pada siklus pertama. Kemudian merencanakan kembali pembelajaran untuk siklus kedua dan memperbaiki kesalahan yang terdapat dalam siklus pertama.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Lembar observasi ( Checklist)
Lembar observasi (Checklist) digunakan agar peneliti lebih terarah dalam melakukan observasi sehingga hasil data yang didapatkan mudah diolah. Lembar observasi tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan interaksi anak melalui permainan tradisonal kabente.
2. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2010) menjelaskan Dokumentasi merupakan barang- barang yang tertulis. Peneliti menggunakan checklist dokumentasi sebagai alat dalam mengkaji dokumen yang digunakan untuk mendukung data penilai.”
Dokumen merupakan sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan dokumen- dokumen dengan menggunakan buku yang akurat dari pencatatan sumber-sumber informasi khusus dari karangan/tulisan, buku,undang- undang dan sebagainya.
Berikut kisi-kisi lembar observasi anak dan guru ( Cheklist) Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Observasi Anak( Cheklist)
No Aspek yang diamati Indikator kemampuan
Interaksi Sosial 1 Bermain dengan teman sebaya Anak mampu bermain dan
berinteraksi bersama teman sebayanya
2 Mentaati aturan kelas( kegiatan, aturan) Anak dapat mentaati peraturan saat berlangsung kegiatan bermain
3 Anak mampu memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi
Anak mampu memperlihatkan kemampuan diri untuk
menyesuaikan dengan situasi pada saat kegiatan bermain
Tabel 3.2 kisi-kisi lembar observasi guru ( Cheklist)
No Langkah –Langkah Kegiatan
1 Guru menyiapkan persiapan dan menentukan lokasi kegiatan permainan 2 Guru menyampaikan syarat dan ketentuan dalam permainan
3 Guru mempraktekan atau mencontohkan kegiatan yang akan dilaksanakan 4 Selama kegiatan berlangsung, guru membimbing anak dan memberi motivasi
kepada anak agar mampu memenangkan permainan
5 Guru menghargai kerja sama masing-masing kelompok dengan memberikan hadiah( reward) sehingga anak akan lebih bersemangat
G. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:
1. Observasi
Teknik observasi adalah cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi melalui pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak.
Pengamatan ini dapat dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan (format, daftar cek), catatan lapangan, alat perekam elektronik, atau pemetaan kelas.
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dokemen penilian terkait hasil pembelajaran yang meyangkut kemampuan sosial emosional anak. Selain itu, peneliti juga akan mengambil data berupa foto dan video yang menggambarkan secara nyata ketika anak melakukan kegiatan interaksi sosial melalui permainan tradisional. Selain itu, foto yang diperoleh dapat menjadi pelengkap data, guna menyempurnakan penelitian yang dilakukan.
H. Teknik Analisis Data
Data adalah catatan penilaian, baik yang berupa fakta maupun angka – angka. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dianalisis terlebih dahulu dengan maksud untuk membuktikan ada tidaknya perbaikan yang dihasilkan setelah dilakukan tindakan. Dengan adanya analisis data ini, maka dapat diketahui seberapa besar peningkatan kemampuan interaksi setelah diberikan tindakan melalui permainan kabente. Dalam penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang dapat digunakan yaitu:
1. Data kualitatif
Data kulitatif yaitu informasi yang terbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang tingkat pemahaman terhadap sesuatu, pandangan atau sikap anak terhadap metode belajar yang baru dapat dianalisis secara kualitatif.
2. Data kuantitatif
Data kuantitatif yaitu data yang dapat dianalisis secara deskriptif menggunakan analisis statistic deskriptif ( menghitung rata-rata perkembangan anak berdasarkan skor yang diperoleh dari lembar observasi). Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu mencoba menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan dideskriptifkan dalam bentuk narasi sesuai hasil pengamatan. Data juga dianalisis menggunakan deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dari perlakuan guru.
Tujuannya yaitu untuk mengetahui peningkatan interaksi sosial setelah diberikan tindakan melalui permainan tradisional kabente. Rumus yang digunakan dalam analisis data deskriptif kuantitatif sederhana untuk mencari presentase, mengacu pada pendapat Sujianto(2006:43), yaitu sebagai berikut:
P =
P= Angka presentase
F= Frekuensi yang sedang dicari presentasenya n= Jumlah presentase/ banyak individu /indikator.
Menurut Arikunto (2010:192) data tersebut akan diinterpretasikan kedalam empat tingkatan, yaitu:
a) Kesesuaian kriteria (0%) : 0-25% : Belum berkembang b) Kesesuaian kriteria (0%) : 26-50 :Mulai berkembang
c) Kesesuaian kriteria (0%) : 51-75 : Berkembang sesuai harapan d) Kesesuaian kriteria (0%) : 76-100 : Berkembang sangat baik
I. Indikator Keberhasilan
Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, dalam penelitian ini dinyatakan berhasil apabila ada perubahan atau peningkatan terhadap kegiatan yang telah diperoleh anak setelah melakukan permainan kabente. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila 70% anak berada pada tingkat kemampuan berkembang sesuai harapan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan di Taman Kanak-Kanak Purnama beralamat di Desa Liwulompona, Kecamatan Talaga Raya, Kabupaten Buton Tengah. Lembaga ini memiliki 5 tenaga pendidik yang terdiri kepala sekolah, 2 guru kelompok A dan 2 guru keleompok B. Program kegiatannya mengacu pada kurikulum 2013 yang dipadukan dengan materi yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak usia dini. Adapun peroses pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran mingguan ( RPPM) dan pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) yang mengacuh pada tema-tema yang terlaksana di Tk Purnama. Kondisi ruangan di TK Purnama cukup memadai yakni terdiri dari 3 ruangan yaitu, 1 ruangan kepala sekolah dan guru, 2 ruangan kelas belajar yakni kelompok A dan B. Lokasi anak untuk bermain diluar dilengkapi dengan beberapa alat permainan yakni ayunan, panjatan, seluncuran.
B. Deskripsi hasil penelituan
1. Data Hasil Pra Tindakan Peningkatan Interaksi anak dengan menerapkan permainan tradisional kabente
Untuk mengetahui kondisi awal untuk menigkatkan kemampuan interaksi dengan menerapkan permainan tradisional kabente dilakukan penelitian. Peneliti melakukan pengamatan terlebih dahulu terhadap kemampuan interaksi sosial anak pada kelompok B anak usia 5-6 tahun di TK Purnama desa liwulompona
kabupaten buton tengah. untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak dengan menerapkan permainan tradisional kabente. Yang diamati dari 3 kemampuan yakni anak mampu bermain dan berinteraksi bersama teman sebaya, anak dapat menaati peraturan saat berlangsung kegiatan bermain, anak mampu memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi.
Proses pembelajaran meningkatkan kemampuan interaksi anak dikelompok B anak usia 5-6 tahun di TK Purnama Desa Liwulompona Kabupaten Buton Tengah.pembelajaran tersebut disusun oleh guru kelompok B dengan alokasi waktu 120 menit. Langkah pertama anak-anak berbaris didepan kelas setelah bel berbunyi, dilanjutkan dengan kegiatan bernyanyi (lagu berbunyi dan ayo berbaris) pada tahap awal pelaksanaan kegiatan pembelajaran didahului dengan mencucapkan salam terlebih dahulu dan berdoa bersama (berdoa sebelum belajar), kemudian guru mengajak mengajak peserta didik menbaca surah-suarah pendek (surah Al-Fatihah, Al-Ikhlas, An-Naas). Selanjutnya guru mengajak peserta didik untuk bernyanyi lagu, guru mengomunikasikan tema yaitu”
lingkungan”
Guru melakukan proses tanya jawab tentang “lingkungan” pada sub tema keluargaku kemudian guru menjelaskan atau bercakap-cakap tentang keluarga.
Langkah kedua guru menjelaskan kembali dan membagi anak beberapa kelompok untuk mewarnai anggota keluarga dan setiap kelompok menyebutkan nama-nama anggota keluarga yang telah diwarnai, langkah ketiga guru membimbing masing- masing kelompok pelaksanaan kegiatan menyebutkan nama-nama anggota keluarga dan mewarnai gambar anggota keluarga, proses pembelajaran kurang
konduktif, karena salah satu penyebab kondisi tersebut adalah pada proses pembelajaran, anak masih kurang menarik dan monoton. selain itu tidak dalam melakukan pendekatan pembelajaran sehingga kemampuan interaksi sosial anak belum berkembang secara maksimal. Langkah keempat anak istrahat dan bermain pada kegiatan penutup guru mengajak anak untuk berdiskusi tentang pembelajaran hari ini dan menanyakan bagaimana perasaannya saat melakukan kegiatan. Selanjutnya guru mengajak anak bernyanyi membaca doa sebelum pulang, salam dan pulang.
Hasil observasi dan evaluasi anak didik peningkatan kemampuan interaksi sosial anak pada pra tindakan disajikan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.1 Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial Anak Pada Pra Tindakan.
No Nama anak didik
Indikator Kemampuan Interaksi Sosial
Skor Presentase Kriteria
Anak mampu bermain dan
berinteraksi bersam teman sebaya
Anak dapat menaati peraturan saat kegiatan bermain
Anak mampu memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi
1
2
3
4
1 2 3 4
1
2
3
4
1 MF 1 1 1 3 25% Belum
berkembang(BB)
2 EL 2 1 2 5 42% Mulai
berkembang(MB)
3 AA 1 1 1 3 25% Belum
berkembang ( BB)
4 AM 1 1 1 3 25% Belum
berkembang (BB)
5 FL 2 1 2 5 42% Mulai
berkembang(MB)
6 MH 1 1 1 3 25% Belum
berkembang(BB)
7 HN 1 1 1 3 25% Belum
berkembang(BB)
8 SN 1 1 1 3 25% Belum
berkembang(BB)
9 NA 1 1 1 3 25% Belum
berkembang(BB)
10 NI 1 1 1 3 25% Belum
berkembang(BB)
11 AN 1 1 1 3 25% Belum
berkembang(BB)
12 ML 1 1 1 3 25% Belum
berkembang(BB)
13 MN 2 1 2 5 42% Belum
berkembang(BB) Rata-Rata Presentase Aktivitas anak didik peningkatan
kemampuan interaksi social
28% Belum
berkembang (BB)
Keterangan :
1. Anak mampu bermain dan berinteraksi dengan teman sebayanya
1= BB (Anak belum mampu bermain dan berinteraksi dengan teman sebayanya dan lingkungan sekitar)
2= MB (Anak mulai mampu bermain dan berinteraksi dengan teman sebayanya)
3=BSH (Anak sudah mampu bermain dan berinteraksi dengan teman sebayanya)
4= BSB (Anak sudah mampu mengajak temannya untuk bermain dengan teman sebayanya tanpa diarahkan oleh gurunya)
2. Menaati aturan kelas kegiatan, aturan anak dapat menaati peraturan saat berlangsung kegiatan
1= BB (Anak belum mampu manaati aturan kegiatan yang telah ditentukan oleh guru)
2= MB (Anak mulai menaati aturan yang ditentukan oleh guru)
3=BSH (Anak mampu menaati aturan kelas dan kegiatan bermain yang telah ditentukan guru)
4= BSB (Anak sudah mampu menaati aturan kelas dan kegiatan bermain yang telah ditentukan tanpa diingatkan oleh guru)
3. Memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi.
1= BB (anak belum mampu memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi lingkungan sekolah)
2=MB (Anak mulai memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi lingkungan sekolah dan sekitar)
3= BSH (Anak sudah mampu memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi lingkungan sekolah dan sekitar)
4= BSB (Anak sudah mampu memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi lingkungan sekolah dan sekitar).
Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa pencapaian peningkatan kemampuan interaksi sosial belum berkembang karena dilihat dari hasil Rata- ratanya yaitu 28% dengan menunjukan kriteria tidak baik. Dari 13 anak didik 3
anak yang memiliki kriteria mulai berkembang (MB) ada 10 anak yang memiliki kriteria atau belum berkembang (BB).
Tabel hasil aktivitas anak didik peningkatan kemampuan interaksi sosial anak pada pratindakan diatas dapat disajikan melalui tabel rekapitulasi dibawah ini:
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial Pada Pra Tindakan
No Kriteria Jumlah anak didik
Presentase 1 Tidak baik/belum berkembang (BB) 10 19%
2 Kurang/mulai berkembang(MB) 3 9%
3 Cukup/berkembang sesuai harapan(BSH) 4 Baik/ berkembang sangat baik (BSB) Rata-Rata Presentase Aktivitas Anak Didik
Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial 13
28%
Adapun hasil dari sekapitulasi hasil observasi dan evaluasi aktivitas anak didik untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak sebelum tindakan yaitu 28% masih banyak peserta didik belum mencapai nilai kriteria yang ditentukan kriteria berkembang sesuai harapan (BSH). Dengan begituh perlu adanya tindakan selanjutnya yang akan meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak yang akan dilaksanakan pada siklus 1.
Berdasarkan data diatas keadaan tersebut menjadi landasan peneliti untuk melakukan tindakan untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak dengan menerapkan permainan tradisional kabente oleh peneliti. Dengan menerapkan permainan tradisional kabente diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan interaksi sosial anak di kelompok B anak usia 5-6 tahun Tk Purnama Desa Liwulompona Kabupaten Buton Tengah.
1. Data Hasil Tindakan Siklus 1 Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial Anak Dengan Menerapkan Permainan Tradisional Kabente di TK Purnama Desa Liwulompona Kabupaten Buton Tengah.
Penelitian dalam siklus 1 terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan pelaksanaan tindakan, pengamatan, pengamatan (observasi) dan refleksi, dimana pada siklus 1 ini dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan yang pertama dilaksanakan pada hari selasa tanggal 23 november 2021 dan pertemuan yang kedua dilaksanakan pada hari senin tanggal 29 november 2021. Berikut merupakan deskripsi pelaksanaan penelitian siklus 1.
a. Siklus 1 Pertemuan Pertama 1. Tahap Perencanaan
a) Membuat lembar observasi untuk anak dan melihat bagaimana kondisi dan proses interaksi sosial anak dikelas khususnya anak usia 5-6 tahun di Tk purnama
b) Memperkenalkan permainan tradisional kabente
c) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) untuk melihat proses interaksi sosial melalui permainan tradisional dapat meningkatkan kemampuan anak. Sebelum melakukan penelitian peneliti dan guru menentukan tempat.
d) Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu guru dan peneliti menentukan tempat titik lokasi permainan.
2. Pelaksanaan Tindakan a. Kagiatan Awal
Proses Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan I dilaksanakan pada hari selasa 23 November 2021 pada pukul 07.15 - 10.30 WITA di kelompok B dengan jumlah anak sebanyak 13 orang. Telah menjadi kebiasaan setiap pagi melakukan apel pagi di halaman sekolah, guru mengatur anak didik berbaris dengan rapi sesuai dengan kelas masing-masing. Selanjutnya guru memasukan anak didik kedalam kelas, anak-anak duduk dikursi belajar masing-masing dengan rapi. Guru mengucapkan salam, berdoa kemudian mengucapkan syair dikelas.
b. Kegiatan Inti
Pada siklus I pertemuan I dalam meningkatkan interaksi sosial, diawali dengan penjelasan dari guru tentang permainan tradisional kabente dan aturan- aturan dalam permainan tradisional Kabente. Setelah itu guru memastikan kembali apakah anak sudah mengerti dengan cara-cara dan aturan dalam permainan tradisional kabente yang telah dijelaskan sebelumnya. Setelah itu, anak diberi kesempatan untuk menyebutkan peraturan-peraturan dalam permainan tradisional kabente. Kemudian anak diberi waktu selama 30 menit dalam melakukan permainan tradisional kabente.
Kegiatan permainan tradisional Kabente terlebih dahulu anak dibagi menjadi beberapa kelompok guru langsung yang menentukan kelompok