• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Informan Penelitian

31 BAB III

METODE PENELITIAN

Hendarso dalam Suyanto (2009:172) mengemukakan ada tiga macam sumber informasi yaitu sebagai berikut :

1. Informan kunci (key information) yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang di perlukan dalam penelitian. Dalam hal ini adalah orang tua yang berada di Kampung Savana.

2. Informan ahli yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang di teliti dalam hal ini adalah orang tua yang berada di Kampung Savana.

3. Informan tambahan yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang di teliti. Dalam hal ini masyarakat lingkungan sekitar,

Adapun Krteria yang dijadikan sebagai informan penelitian yaitu :

1. Masyarakat yang tinggal di Kamspung Savana Kelurahan Banggkala Kecamatan Manggala Kota Makassar

2. Merupakan orang tua yang bertempat tinggal di Kampung Savana

3. Merupakan salah satu masyarakat yang memiliki anak yang berada di Kampung Savana.

Jadi, jumlah informan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang, diantaranya yaitu 3 orang yang berstatus orang tua,1 orang anak-anak dan 1 orang masyarakat sekitar.

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini di fokuskan pada sebuah perkampungan kumuh di kota Makassar, tepatnya di kampung Savana Kelurahan Bangkala Kecamatan

33

Manggala Kota Makassar tentang perspektif orang tua terhadap pendidikan anak- anak mereka yang dia anggap mampu mengurangi angka kemiskinan dan

meningkatkan angka kesejahteraan keluarga. Dalam penelitian yang di harapkan agar pendidikan di jadikan hal penting dalam kehidupan masyarakat karena dengan pendidikan masyarakat dapat mengubah pola piker mereka bahwa anak- anak tidak mesti bersekolah untuk bisa menghasilkan uang.

E. Instrumen Penelitian

Instrument peneltian adalah adalah alat-alat yang akan di gunakan untuk mengumpulkan data atau informasi untuk keperluan penelitian key instrument atau peneliti sendiri dan di bantu dengan alat sebagai berikut :

1. Kamera, suatu alat yang di gunakan untuk mengabdikan atau merekam sebuah kejadian atau gambar.

2. Lembar observasi, alat yang berfungsi sebagai lembaran daftar kegiatan- kegiaan yang akan di amati

3. Lembar wawancara, alat yang di gunakan untuk mengumpulkan data yang berupa serangkaian pertanyaan yang akan di ajukan kepada informan penelitian untuk mendapatkan jawaban.

F. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Data yang di perlukan dalam penelitian bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer di peroleh secara langsung dari responden melalui hasil wawancara atau pengamatan. Sedangkan data sekunder di peroleh secara tidak

langsung melalui pihak ke dua (instansi terkait), dengan melakukan studi dokumentasi atau literature Sugiyono (2018).

Penjelasan di atas apa bila di jabarkan pengertian data primer adalah data yang dapat di peroleh langsung dari lapangan atau tempat lokasi penelitian. Dalam hal ini sumber data utama (data primer) di peroleh langsung dari setiap informan yang di wawancarai secara langsung di lokasi peneltian. Data sekunder adalah data-data yang dapat di peroleh dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya terdiri dari buku-buku, hasil study, tesis hasil survey dan sebagainya.

Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah di kumpulkan melalui wawancara langsung.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, dimana peneltii berusaha memberikan gambaran atau uraian yang bersifat deskriptif mengenai kedaan objek yang di teliti secara sistematis dan actual mengenai fakta- fakta yang ada. Dasar peneltian yang di gunakandalam penelitian ini adalah pengamatan pola perilaku individu (Etnografi) yaitu di lakukan dengan terjun langsung di lapangan dengan melakukan wawancara dan observasi.

G. Teknik Pengumpulan Data

Tehknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sebab bagi penelitian kualitatif deskriptif dapat dimengerti maknanya secara baik apabila dilakukan interaksi dengan subjek melalui penelitian wawancar mendalam, observasi, dan dokumentasi dimana fenomena tersebut berlangsung dan disamping itu untuk melengkapi data diperlukan dokumentasi. Didalam mencari data dalam menyusun penulisan ini

35

digunakan beberapa teknik. Adapun teknik pengumpulan data yang dimaksud yakni:

1. Tehnik Observasi

Penelitian ini mengadakan observasi peneltian secara partisipan yaitu dengan observasi yang tidak hanya melihat langsung tetapi juga melakukan tindakan yang sama seperti objek peneltian. Observasi ini juga di lakukan dengan cara melihat langsung keadaan di sekitar dan semua hal yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperlukan akan lebih lengkap dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Observasi partisipan dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu observasi pasif, moderat, aktif, dan kompleks (Sugiyono, 2018 : 226). Namun yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi pasif, moderat, dan aktif. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Observasi partisipasi pasif, peneliti datang dilokasi penelitian tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang telah dilaksanakan namun hanya melakukan pengamatan dari jauh.

b. Observasi pastisipasi moderat, observasi ini meneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.

c. Observasi partisipasi aktif, dalam observasi ini peneliti ikut melaksanakan apa yang dilakukan informan peneliti, tetapi belum menyeluruh.

2. Tehnik Wawancara

Wawacara merupakan salah satu cara mengumpulkan data dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan kepada subjek penelitian.

Instrumen ini di gunakan mendapatkan inforrmasi mengenai fakta, keyakinan, perasaan, niat dan sebagainya. Wawancara memiliki sifat yang lues, pertanyaan yang di berikan dapat sesuaikan dengan subyek sehingga sengala sesuatu yang ingin di ungkapkan dapat di gali dengan baik. Wawancara terbagi atas dua jenis yaitu wawancara tidak berstruktur. Menurut Estemberg dalam Sugiyono (2017) mengemukakan dua jenis wawancara, yaitu wawancara struktur, dan tidak terstruktur.

a. Wawacara terstruktur (strukter interview), digunakan sebagai teknik pengumpulan bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan di peroleh (terarah). Oleh karna itu, dalam melakukan wawacara, pewacara telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan b. Wawancara tidak bertsruktur (instrutured interview), merupakan wawancara yang bebas dan peneliti tidak pedoman wawancara, yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara di gunakan berupa garis-garis merupa yang akan di tanyakan.

Penjelasan tersebut di atas dapat juga ditarik kesimpulan bahwa dari kedua jenis wawancara di atas terkait dengan teknik wawancara maka peneliti akan dapat melakukan wawancara sesui dengan apa yang menjadi tujuan dari wawancara. Karna dari kedua jenis wawancara tersebut bisa memberikan hasil dan tidak akan membingungkan peneliti maka ketika akan turun kelapangan dan

37

itulah yang akan menjadi pedoman yang di pengang oleh peneliti.

3. Teknik Dokumentasi

Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Pendekatan Penelitian Kuantitati, Kualitatif, dan R&I menyatakan bahwa kata dokumen sering kali digunakan para ahli dalam dua pengertian, yang pertama adalah sumber tertulis bagi informasi sejarah sebagai kebalikan dari pada kesaksian lisan, atefak, peninggalan terlukis, dan pertilasan-pertilasan arkeologis.Dari beberapa pengulasan teknik di atas maka maka dapat ditarik kesimpulan dokumentasi merupakan sumber data yang digunakan yang dilengkapi,baik berupa sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya monumental,yang semua itu memberikan informasi bagi proses penelitian.

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data

No Teknik Pengumpulan Data Klasifikasi

1 Wawancara 1. Pemahaman orang tua terhadap pendidikan

2. Pengaruh pendidikan terhadap kehidupan masyarakat

3. Implikasi pendidikan terhadap masyarakat

4. Dampak positif dan negative terhadap anak-anak yang melanjutkan dan tidak melanjutkan pendidikan

5. Upaya yang di lakukan masyarakat agar anak-anak mereka tidak putus sekolah

2 Observasi 1. Proses pendidikan di kampung Savana

2. Lingkungan masyarakat

3. Perilaku anak-anak yang melanjutkan dan tidak melanjutkan pendidikan.

3 Dokumentasi 1. Proses pendidikan di kampung Savana 2. Keadaan lingkungan rumah dan

sekolah

3. Aktivitas masyarakat kampung Savana

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah mengacu pada Sugiyono (2017) yaitu interactive model yang mengklasifikasikan analisis data menjadi tiga bagia yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data), semua data yang diperoleh dilapangan akan ditulis dalam bentuk uraian secara lengkap dan banyak. Kemudian data tersebut direduksi yaitu data dirangkum, membuat kategori, memilih hal-hal yang pokok dan penting yang berkaitan dengan masalah. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dari hasil wawancara dan observasi.

2. Data Display (penyajian Data), setelah melakukan reduksi data, peneliti selanjutnya melakukan tahap ke dua yakni penyajian data dimana data dan informasi yang sudah diperoleh dilapangan dimasukkan ke dalam suatu bentuk table.

39

3. Condusion drawing/verification (menarik kesimpulan/verifikasi) setelah penyajian data, peneliti kemudian menginterpretasi atau menyimpulkan datadata atau informasi yang telah diperoleh dan disajikan. Penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari analisis data untuk menganalisis hal-hal yang masih perlu diketahui mengenai data-data yang telah diperoleh di lapangan, informasi yang perlu dicari dan kesalahan yang harus diperbaiki.

I. Teknik Keabsahan Data

Penelitian kualitatif harus mengungkapkan kebenaran yang objektif.

Karena itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting.

Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai.

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan tringulasi. Adapun tringulasi adalah teknik pemeriksa keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembandingan terhadap dat itu

1. Tringulasi Sumber, untuk mengkaji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang telah dianaliisis sihingga menghasilkan kesimpulan kemudian dimintakan kesepakatan dengan sumber data.

2. Tringulasi Teknik, menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk memastikan kebenaran data, bila data yang dihasilkan

berbeda, peneliti kemudian melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data.

3. Tringulasi Waktu, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara melakukan telaah wawancara, observasi atau teknik lain kepada sumber data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya

Hasil pengulasan diatas menunjukkan bahwa keabsahan data ini perlu diterapkan dalam rangka membuktikan kebenaran temuan hasil penelitian, dengan kata lain dilakukan pengecekan melalui wawancara terhadap objek penelitian.

41 BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Lokasi Penelitian

Kelurahan Bangkala mempunyai arti nama “Tua atau Kampung Tua”. Adapun hal yang melatar belakangi sehingga diberi nama Bangkala atau Kampung Tua adalah karena kampung tersebut telah ada sejak zaman Kerajaan Gowa. Hal ini dibuktikan dengan sebutan Sombaya yang menempati kampung tersebut hingga sekarang ini. Sehingga ketika kelurahan Tamangapa dimekarkan pada tahun 1994, maka Kampung Bangkala dijadikan sebuah kelurahan yaitu Kelurahan Bangkala.

Bahwa di Kelurahan Bangkala terdapat beberapa kampung diantaranya : Kampung Biring Romang yang memiliki wilayah RW 02 dan RW 03.

Dinamakan Biring Romang karena letaknya yang berada dipinggir hutan. Biring Romang ini merupakan suatu perkampungan yang dahulunya tidak duhini oleh masyarakat karena dikelilingi oleh hutan. Kemudian masyarakat membuka hutan tersebut dan menjadikkannya sebuah perkampungan yang dikenal dengan nama Biring Romang

Kampung Lette yang meiputi wilayah RW 06. Lette artinya pindahan. Disebut kampung Lette karena warga yang menempati kampung Lette sekarang adalah warga pindahan dari Kelurahan Maccini Kec. Tamalate. Tanah atau lahan yang mereka tempati merupakan pengganti pembebasan tanah kanal. Oleh karena :

1. mereka masyarakat pindahan maka dikenallah kampung tersebut sebagai Kampung lette

2. Kampung Dampang Bira yang meliputi wilayah RW 01. Dampang Bira artinya kampung tua. Dinamakan Dampang Bira karena dahulu ada salah seorang pendatang berasal dari Bira Kabupaten Bulukumba yang tinggal diwilayah Kampung Bangkala dan diberi lahan oleh Gallarang Bangkala untuk bercocok tanam. Selain itu juga diberikan kekuasaan atau kewenangan untuk mengatur warga yang ada di wilayah tersebut.

3. Kampung Bangkala yang meliputi wilayah RW 01. Bangkala artinya tua atau kampung tua. Dinamakan kampung tua karena didaerah tersebut banyak di huni oleh keturunan Raja Gowa (Sombaya) dan disana juga terdapat Kuburan atau makan Gallarang Bangkala.

B. Letak Geografis

Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala yang memiliki kode wilayah 73.71.12.002 terletak antara 5°10’1,43” LS s.d 5°11’6,43’ LS dan 119°27’47,37”

BT s.d 119° 29’12,48” BT memiliki luas ± 2,720 km dengan batas-batas wilayah administrasi pemerintahan sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kel. Antang b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kab. Gowa

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kel. Biring Romang dan Kel.

Tamangapa

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kel. Borong dan Kel. Minasaupa Kec.

Rappocini

43

C. Administrasi

Wilayah administrasi Kecamatan Manggala terdiri dari 6 kelurahan dengan luas wilayah 24,14 km. dengan wilayah terbesar yaitu Kelurahan Tamangapa dengan luas 7,62 km terluas kedua adalah Kelurahan Manggala dengan luas wilayah 4,44 km sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kelurahan Borong dan Kelurahan Batua luas masing-masing 1,92 km.

Kelurahan Bangkala terdiri atas 55 RT dan 10 Rw dengan jumlah penduduk 5.718 jiwa dan pada tahun 2015 Kelurahan Bangkala dimekarkan menjadi dua kelurahan yaitu Kelurahan Bangkala dan Kelurahan Biring Romang. Dengan jumlah penduduk laki-laki 14.832, perempuan 14.810 dan rasio jenis kelamin 100.

D. Kondisi Topografi

Kecamatan Manggala merupakan daerah bukan pantai dengan topografi ketinggian wilayah sampai dengan 46 mdpl. Kecamatan Manggala yang bukan merupakan daerah pantai memungkinkan di bangunnya prasarana yang lebih baik dibanding Kecamatan kondisi Topografi daerah pantai.

E. Kondisi Hidrologi

Sumber mata air masyarakat Kecamatan Manggala untuk keperluan sehari- hari bersumber dari air PDAM dan air sumur. Berdasarkan hasil observasi lapangan, kondisi Hidrologi di Kecamatan Manggala berupa genangan temporer yaitu sungai dank anal yang berda di beberapa titik.

F. Klimatologi

Setiap wilayah pasti tidak lepas dari yang namanya aspek klimatologi begitupun juga dengan wilayah Kecamatan Manggala sendiri mempunyai iklim tropis, yakni musim kemarau dan musim hujan dimana selalu terjadi persilangan antara dua musim tersebut yang mempunya kelembaban udara sekitar 82,7%

temperature udara 26,5-28,5° dan rata-rata kecepatan angina di Kecamatan ini sampai pada kecepatan 4,0 knot.

G. Penggunaan Lahan

Tata guna lahan adalah penggunaan tanah yang meliputi persediaan, peruntukan dan penggunaan tanah serta pemeliharaannya. Perencanaan tata ruang mencakup perencanaan struktur dan pola pemanfaaatan ruang yang meliputi tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata guna sumber daya alam lainnya.

Dari total luas wilayah Kecamatan Manggala maka dapat diperincikan atas jenis-jenis penggunaannya lahannya sebagaimana letak geografisnya di dataran rendah dan merupakan kawasan perkotaan. Jenis penggunaan lahan yang mayoritas di wilayah ini adalah area permukiman.

45

H. Struktur Pemerintahan Kelurahan Bangkala

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN KELUARAHAN BANGKALA KECAMATAN MANGGALA

Tabel : 4.1 Struktur organisasi tata kerja pemerintahan Kelurahan Bangkala

LURAH

SYAHRUDDIN, S.Sos,M.si Pangkat : Pembina

KEPALA SEKSI PEREKONOMIAN,PEMBA

NGUNAN, SOSIAL DAN PENERAPAN GERAKAN

SENTUH HATI Nirwana, S.Sos

KELOMPOK FUNGSIONAL

BABINKAMTIBMAS BABINSA

SEKRETARIS LURAH

Drs. Muhammad Djufri Pangkat : Penata Muda

KEPALA SEKSI KEBERSIHAN DAN

PENGELOLAAN PERTMANAN Hendra, S.Sos KEPALA SEKSI

PEMERINTAHAN,PENGELO LAAN JARINGAN DAN

PEMBERDAYAAN Hasirah, S.Sos

I. Kependudukan

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 2015, jumlah penduduk Kecamatan Manggala adalah sebesar 135.049 jiwa. Adapun kepadatan penduduk di kecamatan ini sebesar 5.594 jiwa per 1 km. secara keseluruhan, penduduk laki- laki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. Hal ini dapat dilihat dari nilai sex rasio nya diatas 100.

Jika dilihat pada tiap-tiap rumah tangga, sebagian besar kelurahan di Kecamatan Manggala memiliki jumlah penduduk perempuan yang lebih besar dibandingkan penduduk laki-laki.

J. Ketenagakerjaan

Melalui konsep Badan Pusat Statistik, usia kerja dapat digolongkan penduduk yang berumur 15 tahun ke atas, baik mereka yang termasuk angkatan kerja, maupun bukan angkatan kerja.

Pada tahun 2015, jumlah penduduk bukan usia kerja di Kecamatan Manggala yaitu 34.837 jiwa yang terdiri dari 17.837 jiwa adalah laki-laki dan 16.626 jiwa adalah perempuan. Untuk penduduk yang termasuk usia kerja pada kecamatan ini adalah mencapai 100.585 jiwa. Jumlah penduduk perempuan usia kerja lebih besar dibandingkan laki-laki yaitu 50.743 jiwa. Adapun jumlah penduduk laki- laki usia kerja berjumlah 49.43 jiwa.

K. Pendidikan

47

Kemampuan membaca dan menulis merupakan suatu kebutuhan yang sangta mendasar. Kemampuan ini erat kaitannya dengan pendidikan. Keberhasilan pendidikan ini di tunjang dengan adanya sarana pendidikan, guru, dan murid.

Salah satu gambaran perkembangan pendidikan di Kecamatan Manggala dapat dilihat dari nilai rasio murid terhadap guru.

Jumlah Sekolah Di Kelurahan Bangkala tahun 2018

No Tingkat Jumlah

1. TK 10

2. SD 5

3. SMP 1

4. SMU 1

Tabel : 4.2 Jumlah Fasilitas Pendidikan dKelurahan Bangkala L. Kesehatan

Fasilitias kesehatan Kelurahan Bangkala tahun 2018

No Fasilitas Jumlah

1. Rumah sakit 0

2. Puskesmas 1

3. Puskesmas Pembantu 1

4. Praktek Bidan 0

5. Posyandu 9

6. Dokter praktek 2

7. Pengobatan alternatif 0

8. Bidan 3

9. Mantra kesehatan 1

Tabel : 4.3 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kelurahan Bangkala M. Perumahan

Sebanyak 25.051 dari 29.550 rumah tangga di kecamatan Manggala menggunakan listrik PLN sebagai sumber penerangan utama. Dari jumlah rumah tangga yang menggunakanlistrik PLN ini, sekitar 86,5 persennya menggunakan PLN dengan meteran, sedangkan 13,5 persen rumah tangga lainnya menggunakan PLN tanpa meteran.

Adapun sumber air minum, 10.883 rumah tangga di Kecamatan Manggala memilih ledeng sampai rumah, sebanyak 8.884 rumah tangga menggunakan air kemasan, 284 rumah tangga memnggunakan pompa dan sisanya sebanyak 3.295 rumah tangga menggunakan sumber air minum lainnya.

N. Keagamaan

Disetiap kelurahan yang ada di Kecamatan Manggala dapat di jumpai tempat- tempat ibadah, dan gereja hanya terdapat di Kelurahan Antang dan Batua. Pada

49

tahun 2015, di Kecamatan Manggala terdapat 111 masjid, 3 gereja. Kelurahan Antang dan Bangkala memiliki masing-masing 23 tempat ibadah.

O. Transportasi dan Komunikasi

Adapun pada tahun 2015, kondisi jalanutama di Kecamatan Manggala berada dalam kondisi yang baik pada setiap kelurahan. Dengan kata lain, jalan utama pada masing-masing kelurahan ini tidak di temukan adanya kerusakan jalan yang sangat parah.

Fasilitas telekomunikasi sangat diperlukan untuk memperlancar arus informasi dalam rangka memcau kegiatan ekonomi yang semakin baik. Sarana komunikasi yang ada di kecamatan ini sudah banyak telepon kabel dan telepon seluler.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini, seperti yang dipaparkan sebelumnya bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan fenomena pendidikan pada masyarakat miskin kota. Kampung Savana menjadi salah satu objek penelitian ini dikarenakan masyarakatnya hidup dubawah garis kemiskinan. Kelanjutan pendidikan dikalangan masyarakat yang berprofesi pemulung dianggap sangat penting agar tidak menambah jumlah kemiskinan di Indonesia. Kampung Savana yang terletak di Kecamatan Manggala Kelurahan Bangkala Kota Makassar, menjadi focus lokasi penelitian karena daerah ini dianggap banyak sumber daya manusia yang tidak terpenuhi haknya dalam memperoleh pendidikan karena factor kekurangan biaya.

1. Potret Pendidikan Masyarakat Miskin Kota (Perspektif Orangtua terhadap Pendidikan Anak di Kota Makassar

Pendidikan dalam masyarakat dianggap mampu memberikan perubahan social, yang mana perubahan social tersebut adalah transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu. (Piotr Sztompka : 2004).

Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara keadaan system tertentu dalam jangka waktu berlainan. Berbicara tentang perubahan, kita membayangkan sesuatu yang

51

terjadi setelah jangka waktu tertentu, kita berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu (Piotr Sztompka : 2004).

Hasil wawancara dengan sekretaris Kelurahan Bangkala Bapak Drs. Muhammad Djufri

Saya sebagai lurah disini sangat menyarankan kepada orang tua mereka untuk menyekolah kan anak-anaknya. Karna zaman sekarang kalau tidak ada sekolahnya orang pasti tidak dianggap apa apa mi lagi. Bersyukur sekalika nak karna banyak yang peduli dengan adek adek yang rata rata orang tuanya Cuma bekerja sebagai pemulung, biasa itu banyak mahasiswa datang disini mengajar untuk tambahkan ilmu ke adek adeknya. Kalau menurut ku nak mending dikasih sekolah dulu itu anak anak baru disuruh pergi bekerja karna tujuannya supya kehidupannya bisa lebih baik dari orang yang besarkan mereka (18 November 2019)

Untuk itulah pendidikan harus mampu melakukan analisis kebutuhan nilai, pengetahuan dan teknologi yang paling mendesak dapat mengantisipasi kesiapan masyarakat dalam menghadapi perubahan.

a. Pengaruh pentingnya pendidikan dalam mengatasi kemiskinan pada masyarakat miskin kota

Dalam hal ini, pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah secara menyeluruh. Keluarga merupakan penanggung jawab utama dalam terpenuhinya hak pendidikan yang di peroleh oleh seorang anak. Sebagaimana diketahui bahwa keluarga memiliki fungsi pendidikan. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam pendidikannya. Dari keluarga inilah anak mulai belajar berbagai macam hal, terutama nilai-nilai, keyakinan, akhlak, belajar berbicara, dan bersosialisasi (Helmawati : 2016).

Maka dari itu untuk meninjau bagaimana persepsi orang tua terhadap pendidikan anak di Kampung Savana dapat diketahui dari beberapa sumber informan yang menjadi sampel penelitian.

Orang tua selalu mengutamakan pendidikan anak-anaknya agar bisa merubah nasib mereka (observasi/08 November 2019).

Berdasarkan hasil observasi memperlihatkan bahwa persepsi orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya sangat tinggi karena menganggap bahwa pendidikan dapat memberikan perubahan social dalam kehidupan mereka.

Hasil wawancara dengan Hasna (31th) yaitu :

Saya itu dek orang tidak punyaka orang miskin ka jadi kalau tidak kukasih sekolah anakku kodong mau jadi apa dia nanti, kalau saya miskin anakku itu harus jadi s tapi yah beginilah nak biarpun ka kodong mau kasih sekolah anakku tapi selalunya terhalang biaya, biar mamo saya makan nasi garam asalkan anakku bisa ji lebih baik dari saya karna iniji bisa ku wariskan ke anakku kodong dek (13 November 2019).

Adapun pendapat yang sama diutarakan oleh daeng Fatnah (65 th)

Karena saya orang miskin dek jadi anak-anakku haruspi sekolah supaya hidupnya tidak kayak saya, biar tidak ada uangku tapi akan ku usahakan ji kodong (13 November 2019)

Dari hasil wawancara diatas pihak kelurahan dan masyarakat merespon positif tentang pendidikan dikalangan anak-anak. Pendidikan dianggap mampu merubah system yang rusak dalam kehidupan masyarakat seperti kemiskinan dan pekerjaan yang tidak layak. Pendidikan di Kampung Savana di fasilitasi oleh beberapa LSM (Lembaga Swadaya Masyarkat) dan beberapa komunitas yang ada di Makassar dengan membuat suatu sekolah yang bernama skolah impian.

Dalam upaya menignkatkan SDM yang berkualitas, bidang pendidikan memegang peran penting. Dengan pendidikan diharapkan kemampuan, mutu

Dokumen terkait