BAB 5 INTEGRASI NUMERIK
5.2 Integrasi Trapesium dengan n Partisi 137
+ [1
2[๐(๐ฅ๐โ2) + ๐(๐ฅ๐โ1)].๐ฅ๐โ๐ฅ0
๐ ] + [1
2[๐(๐ฅ๐โ1) + ๐(๐ฅ๐)].๐ฅ๐โ๐ฅ0
๐ ]
โ 1
2(๐ฅ๐โ๐ฅ0
๐ ) [[๐(๐ฅ0) + ๐(๐ฅ1)] + [๐(๐ฅ1) + ๐(๐ฅ2)] + โฏ + [๐(๐ฅ๐โ2) + ๐(๐ฅ๐โ1)] + [๐(๐ฅ๐โ1) + ๐(๐ฅ๐)]]
โ (๐ฅ๐โ๐ฅ0
2๐ ) [๐(๐ฅ0) + 2๐(๐ฅ1) + โฏ + 2๐(๐ฅ๐โ1) + ๐(๐ฅ๐)]
โ (๐ฅ๐โ๐ฅ0
2๐ ) [๐(๐ฅ0) + 2 ๐(๐ฅ1) + โฏ + ๐(๐ฅ๐โ1) + ๐(๐ฅ๐)]
โ (๐ฅ๐โ๐ฅ0
2๐ ) [๐(๐ฅ0) + (2 ๐โ1๐=1 ๐(๐ฅ๐)) + ๐(๐ฅ๐)]
Berdasarkan penjabaran, diperoleh bahwa hampiran nilai integral fungsi ๐(๐ฅ) pada [๐ฅ0, ๐ฅ๐] sama dengan jumlah n partisi trapesium:
(5.5) dimana ๐ฅ๐ = ๐ฅ0+ ๐. โ
Galat integrasi aturan trapesium dengan n partisi diperoleh dengan menjumlahkan galat dari masing- masing partisi, yakni:
๐๐ก= โ(๐ฅ๐12๐โ๐ฅ30)3 ๐๐=1๐โฒโฒ(๐๐) (5.6)
dengan ๐โฒโฒ(๐๐) adalah turunan kedua pada ๐๐ yang terletak pada partisi ke-i.
๐ฐ = โซ ๐(๐)๐๐๐
๐ ๐ ๐ โ (๐๐โ๐๐
๐๐ ) [๐(๐๐) + ๐ ๐โ๐๐=๐ ๐(๐๐) + ๐(๐๐)]
Persamaan 5.6 dapat disederhanakan dengan mengestimasi nilai rerata turunan kedua untuk seluruh interval, yakni:
๐โฒโฒ(๐๐) ๐๐=1
๐ โ ๐โฒโฒฬ ฬ ฬ โ ๐๐=1๐โฒโฒ(๐๐)โ ๐. ๐โฒโฒ(๐ฅ)ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ (5.7) Persamaan 5.7 disubtitusi ke persamaan 5.6 menjadi:
๐๐ก = โ(๐ฅ๐โ๐ฅ0)3
12๐3 ๐. ๐โฒโฒ(๐ฅ)ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ โ ๐๐ก = โ(๐ฅ๐โ๐ฅ0)3
12๐2 ๐โฒโฒ(๐ฅ)ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ
dimanaฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ =๐โฒโฒ(๐ฅ) โซ๐ฅ0๐ฅ๐๐โฒโฒ(๐ฅ)
๐ฅ๐โ๐ฅ0 adalah nilai rerata turunan kedua.
Sehingga, galat integrasi trapesium dengan n partisi adalah:
๐บ๐ = โ(๐๐โ๐๐)๐
๐๐๐๐ ๐โฒโฒ(๐)ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ
dengan ๐โฒโฒ(๐)ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ =โซ๐๐๐๐๐โฒโฒ(๐)
๐๐โ๐๐ yang merupakan nilai rerata turunan kedua.
Contoh.
1) Tentukan hasil dari โซ sin ๐ฅ02 ๐๐ฅ dengan
menggunakan integrasi aturan trapesium dengan 4 partisi!
Solusi.
Diketahui bahwa ๐(๐ฅ) = sin ๐ฅ dengan ๐ฅ0 = 0dan ๐ฅ4 = 2, sehingga interval tiap partisi adalah โ =
๐ฅ4โ๐ฅ0 4 =2โ0
4 = 1
2
Kemudian ditentukan nilai ๐ฅ๐ untuk ๐ = 1,2,3
๐ฅ1 = ๐ฅ0+ ๐. โ = 0 + 1.1
2 =1
2 โ ๐ (1
2) = 0,479 ๐ฅ2 = ๐ฅ0+ ๐. โ = 0 + 2.1
2= 1 โ ๐(1) = 0,841 ๐ฅ3 = ๐ฅ0+ ๐. โ = 0 + 3.1
2= 3
2โ ๐ (3
2) = 0,997 Maka:
๐ผ = โซ sin ๐ฅ02 ๐๐ฅ โ (๐ฅ4โ๐ฅ0
2ร4 ) [๐(๐ฅ0) + (2 3๐=1๐(๐ฅ๐)) + ๐(๐ฅ4)]
๐ผ โ (2โ0
8 ) [๐(0) + 2 (๐ (1
2) + ๐(1) + ๐ (3
2)) + ๐(2)]
๐ผ โ (1
4) [0 + 2(0,479 + 0,841 + 0,997) + 0,909]
๐ผ โ (1
4) [0 + 2(2,317) + 0,909] = 1,386
Seperti halnya pada integrasi aturan trapesium, penentuan galat integrasi trapesium dengan 4 partisi dapat dilakukan dalam beberapa kondisi, yakni:
a) Menentukan galat jika nilai eksak diketahui:
Diketahui bahwa nilai eksak:
โซ sin ๐ฅ02 ๐๐ฅ = โ cos ๐ฅ|02 = โ cos 2 + cos 0 = 1,416
Sehingga galat: ๐ = 1,416 โ 1,386 = 0,03 b) Menentukan galat jika nilai eksak tidak
diketahui:
๐๐ก = โ(2โ0)3
12(42)๐โฒโฒ(๐ฅ)ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ = โ 8
192๐โฒโฒ(๐ฅ)ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ
dimana ๐โฒโฒ(๐ฅ)ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ =โซ๐ฅ0๐ฅ๐๐โฒโฒ(๐ฅ)
๐ฅ๐โ๐ฅ0
dengan ๐โฒ(๐ฅ) = cos ๐ฅ โ ๐โฒโฒ(๐ฅ) = โ sin ๐ฅ , sehingga:
๐๐ก = โ 8
192. (โซ (โ sin ๐ฅ)02 2 )
= โ 1
24. cos ๐ฅ|02
= โ 1
24. (cos 2 โ cos 0)
= โ 1
24. (โ1,416) = 0,05
Berdasarkan perhitungan, diperoleh hampiran nilai โซ sin ๐ฅ02 ๐๐ฅ adalah 1,386 dengan galat 0,05.
Jika hasil integrasi aturan trapesium dibandingkan dengan hasil integrasi trapesium dengan n partisi, diperoleh bahwa hasil integrasi aturan trapesium dengan npartisi lebih mendekati nilai eksak.
Semakin banyak partisi yang digunakan, maka nilai hampiran integral akan semakin mendekati nilai eksak.
5.3 Integrasi Aturan Simpson
Taksiran yang lebih akurat dari suatu integral diperoleh jika polinomial derajat tinggi digunakan untuk menghubungkan titik-titik diskrit. Penggunaan polinomial derajat tinggi dalam menentukan hampiran nilai integral merupakan prinsip integrasi aturan Simpson. Aturan Simpson mirip dengan aturan
trapesium, yaitu keduanya membagi daerah yang akan diintegralkan dalam interval bagian yang kecil dan kemudian menjumlahkan semua integral dari daerah yang dibatasi oleh sumbu yang kecil tersebut. Terdapat beberapa jenis integrasi aturan Simpson bergantung dari derajat polinomial sebagai hampiran fungsi, yakni integrasi aturan 1/3 Simpson dan integrasi aturan 3/8 Simpson.
5.3.1 Integrasi Aturan 1/3 Simpson
Integrasi aturan 1/3 Simpson didasarkan pada interpolasi polinomial orde dua (interpolasi kuadrat) dari fungsi ๐(๐ฅ) pada [๐ฅ๐โ1, ๐ฅ๐] untuk setiap ๐ = 1,2, โฆ , ๐., sehingga nilai integral fungsi ๐(๐ฅ) dituliskan:
๐ผ = โซ๐ฅ๐ฅ๐ ๐(๐ฅ)
๐โ1 ๐๐ฅ โ โซ๐ฅ๐ฅ๐ ๐2(๐ฅ)
๐โ1 ๐๐ฅ (5.8)
Misalkan diketahui suatu fungsi ๐(๐ฅ) pada interval [๐ฅ0, ๐ฅ2] yang akan ditentukan integralnya digambarkan sebagai berikut.
Gambar 5.4 Fungsi ๐(๐) dengan 3 Titik Data Fungsi ๐(๐ฅ) diselesaikan dengan menggunakan fungsi hampiran yang berupa polinomial orde 2:
Gambar 5.5 Fungsi Hampiran ๐๐(๐)
Berdasarakan Gambar 5.5 terlihat bahwa fungsi ๐2(๐ฅ) adalah suatu fungsi parabola yang melalui tiga titik, yaitu ๐ฅ0, ๐(๐ฅ0) , ๐ฅ1, ๐(๐ฅ1) , dan ๐ฅ2, ๐(๐ฅ2) dimana ๐ฅ1 =
๐ฅ0+๐ฅ2
2 , sehingga berdasarkan pendekatan Taylor orde 2 disekitar titik ๐ฅ1 didapat persamaan:
๐2(๐ฅ) = ๐(๐ฅ1) + ๐โฒ(๐ฅ1) (๐ฅ โ ๐ฅ1) + ๐โฒโฒ((๐ฅโ๐ฅ1)2
2 )
(5.9)
Persamaan 5.9 disubtitusi ke persamaan 5.8, sehingga diperoleh hampiran nilai integral fungsi ๐(๐ฅ) pada [๐ฅ0, ๐ฅ2]:
๐ผ โ โซ (๐(๐ฅ1) + ๐โฒ(๐ฅ1) (๐ฅ โ ๐ฅ1) + ๐โฒโฒ((๐ฅโ๐ฅ1)2
2 ))
๐ฅ2
๐ฅ0 ๐๐ฅ
=1
3.(๐ฅ2โ๐ฅ0)
2 [๐(๐ฅ0) + 4๐(๐ฅ1) + ๐(๐ฅ2)]
Misalkan ๐ =(๐๐โ๐๐)
๐ , diperoleh:
(5.10)
Galat integrasi aturan 1/3 Simpson dirumuskan dengan:
๐บ๐ = โ๐๐
๐๐๐(๐)(๐); ๐๐โค ๐ โค ๐๐ dengan ๐(๐)(๐) =โซ ๐
(๐)(๐) ๐๐๐๐
๐๐โ๐๐
๐ฐ =๐
๐[๐(๐๐) + ๐๐(๐๐) + ๐(๐๐)]
Contoh.
1) Tentukan hasil dari โซ sin ๐ฅ02 ๐๐ฅ dengan menggunakan integrasi aturan 1/3 Simpson!
Solusi.
Diketahui bahwa ๐(๐ฅ) = sin ๐ฅ dengan ๐ฅ0 = 0dan ๐ฅ2 = 2, sehingga ๐ฅ1 =0+2
2 = 1 dan โ =(2โ0)
2 = 1 Hampiran nilai integral diperoleh berdasarkan persamaan 5.10, yaitu:
๐ผ = โซ sin ๐ฅ02 ๐๐ฅ โ 1
3[๐(0) + 4๐(1) + ๐(2)]
dimana ๐(0) = sin 0 = 0 , ๐(1) = sin 1 = 0,8415 dan ๐(2) = sin 2 = 0,909, maka diperoleh:
๐ผ โ 1
3[0 + 4(0,8415) + 0,909] = 1,425
Penentuan galat integrasi aturan 1/3 Simpson dapat dilakukan dalam beberapa kondisi, yakni:
a) Menentukan galat jika nilai eksak diketahui:
Diketahui bahwa nilai eksak:
โซ sin ๐ฅ02 ๐๐ฅ = โ cos ๐ฅ|02 = โ cos 2 + cos 0 = 1,416
Sehingga galat: ๐ = |1,416 โ 1,425| =
|โ0,009| = 0,009
b) Menentukan galat jika nilai eksak tidak diketahui:
๐๐ก = โ(๐ฅ2โ๐ฅ0)5
2880 ๐(4)(๐)
dimana ๐(4)(๐) =โซ ๐
๐ฅ2 (4)
๐ฅ0 (๐ฅ)
๐ฅ2โ๐ฅ0
Dengan ๐โฒ(๐ฅ) = cos ๐ฅ โ ๐โฒ(๐ฅ) = โ sin ๐ฅ โ ๐โฒโฒโฒ(๐ฅ) = โ cos ๐ฅ โ ๐(4)(๐ฅ) = sin ๐ฅ, sehingga:
๐๐ก = |โ(2โ0)5
2880 .โซ sin ๐ฅ
๐ฅ2
๐ฅ0 ๐๐ฅ
2โ0 |
= |โ 16
2880. โ cos ๐ฅ|02|
= |โ16
90. (โ cos 2 + cos 0)|
= |โ 16
2880. (1,416)| = |โ0,00787| = 0,00787
Bersdasarkan perhitungan, diperoleh hampiran nilai โซ sin ๐ฅ02 ๐๐ฅ adalah 1,425 dengan galat 0,00787.
5.3.2 Integrasi 1/3 Simpson dengan n Partisi Integrasi 1/3 Simpson dengan n partisi bertujuan untuk memperbaiki akurasi integrasi aturan 1/3 Simpson yang dilakukan dengan membuat partisi dengan lebar yang sama. Seperti halnya pada integrasi trapesium dengan n partisi, pada integrasi 1/3 Simpson dengan n partisi diperoleh n partisi dengan lebar yang samauntuk ๐ + 1 data, sehingga interval tiap partisi adalah ๐ =๐๐โ๐๐
๐
Ilustrasi.
Gambar 5.6 Integrasi 1/3 Simpson dengan n partisi
Hampiran nilai integral fungsi ๐(๐ฅ) pada interval [๐ฅ0, ๐ฅ๐] sama dengan integrasi total dari 1/3 Simpson, yakni:
๐ผ โ โซ ๐๐ฅ๐ฅ2 2(๐ฅ)
0 ๐๐ฅ + โซ ๐๐ฅ๐ฅ4 2(๐ฅ)
2 ๐๐ฅ + โฏ + โซ๐ฅ๐ฅ๐ ๐2(๐ฅ)
๐โ2 ๐๐ฅ ๐ผ โ (โ
3[๐(๐ฅ0) + 4๐(๐ฅ1) + ๐(๐ฅ2)]) + (โ
3[๐(๐ฅ2) + 4๐(๐ฅ3) + ๐(๐ฅ4)]) + โฏ +
(โ
3[๐(๐ฅ๐โ2) + 4๐(๐ฅ๐โ1) + ๐(๐ฅ๐)])
Diperoleh persamaan integrasi 1/3 Simpson dengan n partisi, yakni:
dimana ๐ฅ๐ = ๐ฅ0+ ๐. โ
Galat integrasi aturan 1/3 Simpson dengan n partisi diperoleh dengan menjumlahkan galat dari masing-masing partisi:
๐๐ก= โ(๐ฅ๐โ๐ฅ0)5
180๐4 ๐๐=1๐(4)(๐๐)
Hasil ini disederhanakan dengan mengestimasi nilai rerata turunan keempat untuk seluruh interval, yakni:
๐บ๐ = โ(๐๐โ๐๐)๐
๐๐๐๐๐ ๐ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ (๐)(๐) dimana ๐ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ =(๐)(๐) โซ๐๐๐๐๐๐(๐)(๐)
๐โ๐๐
Contoh.
1) Tentukan hasil dari โซ sin ๐ฅ02 ๐๐ฅ dengan menggunakan integrasi aturan 1/3 Simpson dengan 4 partisi!
Solusi.
Diketahui bahwa ๐(๐ฅ) = sin ๐ฅ dengan ๐ฅ0 = 0dan ๐ฅ4 = 2, sehingga interval tiap partisi adalah โ =
๐ฅ4โ๐ฅ0 4 = 2โ0
4 =1
2
Kemudian ditentukan nilai ๐ฅ๐ untuk ๐ = 1,2,3 ๐ฅ1= ๐ฅ0 + ๐. โ = 0 + 1.1
2= 1
2โ ๐ (1
2) = 0,479 ๐ฅ2 = ๐ฅ0+ ๐. โ = 0 + 2.1
2 = 1 โ ๐(1) = 0,841 ๐ฐ = โซ ๐(๐)๐๐๐
๐ ๐ ๐ โ (๐๐โ๐๐
๐๐ ) [๐(๐๐) + ๐ ๐โ๐๐=๐,๐,๐,โฆ๐(๐๐) + ๐ ๐โ๐๐=๐,๐,๐,โฆ๐ ๐๐ + ๐(๐๐)]
๐ฅ3 = ๐ฅ0+ ๐. โ = 0 + 3.1
2=3
2 โ ๐ (3
2) = 0,997 Maka:
๐ผ = โซ sin ๐ฅ02 ๐๐ฅ โ (๐ฅ๐โ๐ฅ0
3๐ ) [๐(๐ฅ0) + 4 ๐โ1๐=1,3,5,โฆ๐(๐ฅ๐) + 2 ๐โ2๐=2,4,6,โฆ๐ ๐ฅ๐ + ๐(๐ฅ๐)]
๐ผ โ (๐ฅ4โ๐ฅ0
3๐ ) [๐(๐ฅ0) + 4 ๐(๐ฅ1) + ๐(๐ฅ3) + 2๐(๐ฅ2) + ๐(๐ฅ4)]
๐ผ โ (2โ0
12) [๐(0) + 4 (๐ (1
2) + ๐ (3
2)) + 2๐(1) + ๐(2)]
๐ผ โ (1
6) [0 + 4(0,479 + 0,997) + (2 ร 0,841) + 0,909]
๐ผ โ (1
6) [0 + 5,904 + 1,682 + 0,909] = 1,416 Penentuan galat integrasi aturan 1/3 Simpson dapat dilakukan dalam beberapa kondisi, yakni:
a) Menentukan galat jika nilai eksak diketahui:
Diketahui bahwa nilai eksak:
โซ sin ๐ฅ02 ๐๐ฅ = โ cos ๐ฅ|02 = โ cos 2 + cos 0 = 1,416
Sehingga galat: ๐ = 1,416 โ 1,416 = 0 b) Menentukan galat jika nilai eksak tidak
diketahui:
๐๐ก = โ(๐ฅ4โ๐ฅ0)5
180๐4 ๐๐=1๐(4)(๐๐) dimana ๐ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ =(4)(๐ฅ) โซ๐ฅ0๐ฅ4๐ฅ๐(4)(๐ฅ)
4โ๐ฅ0
Dengan ๐โฒ(๐ฅ) = cos ๐ฅ โ ๐โฒโฒ(๐ฅ) = โ sin ๐ฅ โ ๐โฒโฒโฒ(๐ฅ) = โ cos ๐ฅ โ ๐(4)(๐ฅ) = sin ๐ฅ, sehingga:
๐๐ก = โ(2โ0)5
180ร44(โซ (โ sin ๐ฅ)02 2 )
= |โ 32
46080. โ cos ๐ฅ|02|
= |โ 1
1440. (โ cos 2 + cos 0)|
= |โ 1
1440. (1,416)| = 0,000983
Bersdasarkan perhitungan, diperoleh hampiran nilai โซ sin ๐ฅ02 ๐๐ฅ adalah 1,416 dengan galat 0,000983.
Jika hasil integrasi aturan trapesium dengan n partisi dibandingkan dengan hasil integrasi aturan 1/3 Simpson dengan n partisi, diperoleh bahwa hasil integrasi aturan 1/3 Simpson dengan n partisi lebih mendekati nilai eksak.
Umumnya banyak partisi pada integrasi 1/3 Simpson hanya berlaku untuk jumlah partisi genap.
Jika diinginkan jumlah partisi ganjil, maka digunakan aturan trapesium atau dengan menggabungkan integrasi 1/3 simpson dengan n partisi dan integrasi 3/8 Simpson. Berikut akan dibahas mengenai integrasi 3/8 Simpson.
5.3.3 Integrasi Aturan 3/8 Simpson
Pada integrasi aturan 3/8 Simpson, pendekatan fungsi ๐(๐ฅ) diperoleh dari interpolasi polinomial orde tiga yang melalui empat titik, sehingga nilai integral fungsi ๐(๐ฅ) dituliskan:
๐ผ = โซ๐ฅ๐ฅ๐ ๐(๐ฅ)
๐โ1 ๐๐ฅ โ โซ๐ฅ๐ฅ๐ ๐3(๐ฅ)
๐โ1 ๐๐ฅ
Fungsi ๐3(๐ฅ) adalah suatu fungsi yang melalui empat titik, yaitu:
๐ฅ0, ๐(๐ฅ0) , ๐ฅ1, ๐(๐ฅ1) , ๐ฅ2, ๐(๐ฅ2) , dan ๐ฅ3, ๐(๐ฅ3) . Hampiran nilai integral fungsi ๐(๐ฅ ) pada [๐ฅ0, ๐ฅ3] dengan ๐ =๐๐โ๐๐
๐ adalah:
Galat Integrasi Aturan 3/8 Simpson adalah:
๐บ๐ = โ(๐๐โ๐๐)๐
๐๐๐๐ ๐(๐)(๐); ๐๐โค ๐ โค ๐๐ dengan ๐(๐)(๐) =
โซ๐๐๐(๐)(๐) ๐๐
๐๐โ๐๐
Contoh.
1) Tentukan hasil dari โซ sin ๐ฅ02 ๐๐ฅ dengan menggunakan integrasi aturan 3/8 Simpson!
Solusi.
๐ฐ = โซ ๐(๐)๐๐ ๐ ๐ โ ๐๐
๐ [๐(๐๐) + ๐๐(๐๐) + ๐๐(๐๐) + ๐(๐๐)]
Diketahui bahwa ๐(๐ฅ) = sin ๐ฅ dengan ๐ฅ0 = 0dan ๐ฅ3 = 2, sehingga โ =2โ0
3 = 2
3.
Berdasarkan nilai h, diperoleh nilai ๐ฅ1dan ๐ฅ2: ๐ฅ1= ๐ฅ0 + ๐. โ = 0 + 1.2
3 =2
3โ ๐ (2
3) = 0,618 ๐ฅ2 = ๐ฅ0+ ๐. โ = 0 + 2.2
3=4
3 โ ๐ (4
3) = 0,972 Hampiran nilai integral berdasarkan integrasi aturan 3/8 Simpson, yaitu:
๐ผ = โซ sin ๐ฅ02 ๐๐ฅ โ 3(
2 3)
8 [๐(0) + 3๐ (2
3) + 3๐ (4
3) + ๐(2)]
dimana ๐(0) = sin 0 = 0, ๐ (2
3) = sin2
3 = 0,618, ๐ (4
3) = sin4
3 = 0,972, dan ๐(2) = sin 2 = 0,909, maka diperoleh:
๐ผ โ 1
4[0 + 3(0,618) + 3(0,972) + 0,909] = 1,42 Penentuan galat integrasi aturan 3/8 Simpson dapat dilakukan dalam beberapa kondisi, yakni:
a) Menentukan galat jika nilai eksak diketahui:
Diketahui bahwa nilai eksak:
โซ sin ๐ฅ02 ๐๐ฅ = โ cos ๐ฅ|02 = โ cos 2 + cos 0 = 1,416
Sehingga galat: ๐ = |1,416 โ 1,42| =
|โ0,004| = 0,004
b) Menentukan galat jika nilai eksak tidak diketahui:
๐๐ก = โ(๐ฅ3โ๐ฅ0)5
6480 ๐(4)(๐) dimana ๐(4)(๐) = โซ ๐
๐ฅ3 (4)
๐ฅ0 (๐ฅ)
๐ฅ3โ๐ฅ0
dengan ๐โฒ(๐ฅ) = cos ๐ฅ โ ๐โฒโฒ(๐ฅ) = โ sin ๐ฅ โ ๐โฒโฒโฒ(๐ฅ) = โ cos ๐ฅ โ ๐(4)(๐ฅ) = sin ๐ฅ , sehingga:
๐๐ก = |โ(2โ0)5
6480 .โซ sin ๐ฅ
2
0 ๐๐ฅ
2โ0 |
= |โ 32
6480. โ cos ๐ฅ|02|
= |โ 32
6480. (โ cos 2 + cos 0)|
= |โ 32
6480. (1,416)| = |โ0,007| = 0,007 Berdasarkan perhitungan, diperoleh hampiran nilai โซ sin ๐ฅ02 ๐๐ฅ adalah 1,42 dengan galat 0,007.
RANGKUMAN
1. Penentuan nilai integral fungsi dapat dilakukan dengan penggantian fungsi ๐(๐ฅ) dengan suatu fungsi hampiran ๐๐(๐ฅ) yang lebih mudah diintegralkan yang dituliskan dengan ๐ผ =
โซ ๐(๐ฅ)๐๐ ๐๐ฅ โ โซ ๐๐๐ ๐(๐ฅ) ๐๐ฅ dimana fungsi ๐๐(๐ฅ)adalah suatu polinomial derajat n.
2. Integrasi aturan trapesium didasarkan pada interpolasi polinomial linier. Rumus integrasi aturan trapesium adalah ๐ผ =1
2[๐(๐ฅ0) + ๐(๐ฅ1)]. (๐ฅ1โ ๐ฅ0). Galat integrasi aturan trapesium adalah |๐๐ก| =(๐ฅ1โ๐ฅ0)3
12 |๐โฒโฒ(๐)|; ๐ฅ0 โค ๐ โค ๐ฅ1 dengan ๐โฒโฒ(๐) = โซ ๐
๐ฅ1 โฒโฒ
๐ฅ0 (๐ฅ)
๐ฅ1โ๐ฅ0 yang merupakan nilai rerata turunan kedua.
3. Integrasi trapesium dengan n partisi bertujuan untuk memperbaiki akurasi integrasi aturan trapesium dengan membuat partisi pada trapesium (partisi daerah integrasi) dengan lebar yang sama. Rumus integrasi trapesium dengan n partisi adalah ๐ผ = (๐ฅ๐โ๐ฅ0
2๐ ) [๐(๐ฅ0) + (2 ๐โ1๐=1 ๐(๐ฅ๐)) + ๐(๐ฅ๐)] . Galat integrasi aturan trapesium dengan n partisi adalah ๐๐ก =
โ(๐ฅ๐โ๐ฅ0)3
12๐2 ๐โฒโฒ(๐ฅ)ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ dengan ๐โฒโฒ(๐ฅ)ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ =โซ๐ฅ0๐ฅ๐๐โฒโฒ(๐ฅ)
๐ฅ๐โ๐ฅ0 yang merupakan nilai rerata turunan kedua.
4. Integrasi aturan Simpson menggunakan polinomial derajat tinggi dalam menentukan hampiran nilai integral. Terdapat beberapa jenis integrasi aturan Simpson bergantung dari derajat polinomial sebagai hampiran fungsi, yakni:
a) Integrasi aturan 1/3 Simpson
Integrasi aturan 1/3 Simpson didasarkan pada interpolasi polinomial orde dua. Rumus integrasi aturan 1/3 Simpson adalah ๐ผ =
โ
3[๐(๐ฅ0) + 4๐(๐ฅ1) + ๐(๐ฅ2)] dengan โ =(๐ฅ2โ๐ฅ0)
2 dan ๐ฅ1 =๐ฅ0+๐ฅ2
2 . Galat integrasi aturan 1/3 Simpson dirumuskan dengan ๐๐ก = โโ5
90๐(4)(๐); ๐ฅ0 โค ๐ โค ๐ฅ2 dengan ๐(4)(๐) =โซ ๐
(4)(๐ฅ) ๐ฅ2 ๐ฅ0
๐ฅ2โ๐ฅ0
b) Integrasi 1/3 Simpson dengan n partisi Integrasi 1/3 Simpson dengan n partisi bertujuan untuk memperbaiki akurasi integrasi aturan 1/3 Simpson yang dilakukan dengan membuat partisi dengan lebar yang sama. Rumus integrasi 1/3 Simpson dengan n partisi adalah
๐ผ = (๐ฅ๐โ๐ฅ0
3๐ ) [๐(๐ฅ0) + 4 ๐โ1๐=1,3,5,โฆ๐(๐ฅ๐) + 2 ๐โ2๐=2,4,6,โฆ๐ ๐ฅ๐ + ๐(๐ฅ๐)]. Galat integrasi aturan
1/3 Simpson dengan n, yakni: ๐๐ก =
โ(๐ฅ๐โ๐ฅ0)5
180๐4 ๐ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ (4)(๐ฅ) dimana ๐ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ ฬ =(4)(๐ฅ) โซ๐ฅ0๐ฅ๐๐(4)(๐ฅ)
๐ฅ๐โ๐ฅ0
c) Integrasi aturan 3/8 Simpson
Integrasi aturan 3/8 Simpson didasarkan pada interpolasi polinomial orde tiga yang melalui empat titik. Rumus integrasi aturan 3/8 Simpson
adalah ๐ผ =3โ
8 [๐(๐ฅ0) + 3๐(๐ฅ1) + 3๐(๐ฅ2) + ๐(๐ฅ3)]dengan โ =๐ฅ3โ๐ฅ0
3 . Galat integrasi aturan 3/8 Simpson, yakni ๐๐ก = โ(๐ฅ3โ๐ฅ0)5
6480 ๐(4)(๐); ๐ฅ0 โค ๐ โค ๐ฅ3 dengan ๐(4)(๐) =โซ ๐
(4)(๐ฅ) ๐ฅ3 ๐ฅ0
๐ฅ3โ๐ฅ0
LATIHAN
1. Tentukan hasil dari โซ 1
1+๐ฅ2 1
0 ๐๐ฅ dengan menggunakan integrasi aturan trapesium dan integrasi trapesium dengan 4 partisi. Kemudian bandingkan hasilnya.
2. Tentukan hasil dari โซ 2 cos ๐ฅ01 2๐๐ฅ dengan menggunakan integrasi aturan 1/3 Simpson, integrasi 1/3 Simpson dengan 4 partisi, dan integrasi aturan 3/8 Simpson. Kemudian bandingkan hasilnya.
3. Tentukan hasil dari โซ131๐ฅ๐๐ฅ dengan menggunakan integrasi 1/3 Simpson dengan 4 partisi dan 8 partisi. Kemudian bandingkan hasilnya.
4. Apakah metode yang tepat digunakan untuk menentukan luas di bawah kuva dimana kurva dibentuk berdasarkan data pada tabel berikut.
x 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 y 23 19 14 11 12,5 16 19 20 20 Tentukan nilai hampiran dan galatnya.
BAB 6
SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL
Tujuan:
Mahasiswa mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, dan sistematis dalam memahami konsep teoretismetode
numerik yang terkait dengan penentuan solusi Persamaan Diferensial.
Mahasiswa
menunjukkan kinerja mandiri dan rasa tanggung jawab dalam menerapkan konsep teoretismetode
numerik dalam menyelesaikan soal yang terkait dengan menentukan solusi Persamaan Diferensial.
โWe all need people who will give us feedback. Thatโs how
we improve.โ
(Bill Gates-pendiri Microsoft)
Persamaan diferensial (PD) adalah suatu persamaan yang mengandung turunan fungsi dengan jumlah variabel bebas adalah satu. Bentuk baku PD orde satu dengan nilai awal, yaitu:
๐๐ฆ
๐๐ฅ = ๐(๐ฅ, ๐ฆ), dimana nilai awal ๐ฆ(๐ฅ0) = ๐ฆ0
PD orde satu yang tidak mengikuti bentuk baku harus ditulis ulang menjadi bentuk persamaan seperti di atas agar dapat diselesaikan secara numerik.
Solusi persamaan diferensial adalah suatu fungsi yang memenuhi persamaan diferensial dan juga memenuhi kondisi awal yang diberikan pada persamaan tersebut.Dalam penyelesaian persamaan diferensial secara analitik biasanya dicari solusi umum yang mengandung konstanta sebarang dan kemudian mengevaluasi konstanta tersebut sedemikian sehingga hasilnya sesuai dengan kondisi awal.Untuk mendapatkan solusi tunggal diperlukan informasi tambahan, misalnya nilai ๐ฆ(๐ฅ) dan/atau turuannya pada nilai ๐ฅ tertentu. Untuk persamaan orde n biasanya diperlukan n kondisi untuk mendapatkan solusi tunggal ๐ฆ(๐ฅ). Apabila semua n kondisi diberikan pada nilai yang sama (misalnya ๐ฅ0), maka permasalahan disebut dengan masalah nilai awal. Apabila dilibatkan lebih dari satu nilai ๐ฅ, permasalahan disebut dengan masalah nilai batas.
Solusi persamaan diferensial secara numerik adalah berupa tabel nilai-nilai numerik dari fungsi untuk berbagai variabel bebas. Penyelesaian suatu persamaan diferensial dilakukan pada titik-titik yang ditentukan secara berurutan.Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti maka jarak (interval) antara titik-titik yang berurutan tersebut dibuat semakin kecil.Solusi persamaan diferensial diperoleh dengan mencari nilai y sebagai fungsi dari x.
Untuk menentukan solusi persamaan diferensial secara numerik digunakan kemiringan kurva.
Persamaan diferensial memberikan kemiringan kurva pada setiap titik sebagai fungsi x dan y. Hitungan dimulai dari nilai awal yang diketahui, misalnya di titik (๐ฅ0, ๐ฆ0) kemudian dihitung kemiringan kurva di titik tersebut dan diteruskan dengan membuat interval kecil pada garis singgung tersebut. Apabila interval adalah โ, maka hitungan sampai pada titik baru ๐ฅ1 = ๐ฅ0+ โ dan dari kemiringann garis singgung. Secara umum, rumus menentukan nilai x adalah:
๐ ๐+๐= ๐๐ + ๐ โ ๐ง๐ข๐ฅ๐๐ข ๐๐๐ซ๐ฎ
= ๐ง๐ข๐ฅ๐๐ข ๐ฅ๐๐ฆ๐
+ (๐ค๐๐ฆ๐ข๐ซ๐ข๐ง๐ ๐๐ง ร ๐ฎ๐ค๐ฎ๐ซ๐๐ง ๐ฅ๐๐ง๐ ๐ค๐๐ก) Sehingga berdasarkan persamaan diferensial akan diperoleh nilai baru y, yaitu ๐ฆ1. Prosedur ini diulangi lagi untuk mendapatkan nilai y selanjutnya.
Berikut ini disajikan contoh penentuan solusi persamaan diferensial secara analitik.
Contoh:
Tentukan solusi persamaan diferensial berikut dengan nilai awal ๐ฆ(0) = 1
๐๐ฆ
๐๐ฅ = sin ๐ฅ Solusi.
๐๐ฆ
๐๐ฅ = sin ๐ฅ โ ๐๐ฆ = sin ๐ฅ ๐๐ฅ
โ โซ ๐๐ฆ = โซ sin ๐ฅ ๐๐ฅ
โ ๐ฆ + ๐ถ1 = โ cos ๐ฅ + ๐ถ2
โ ๐ฆ = ๐ถ โ cos ๐ฅ, dengan ๐ถ = ๐ถ2 โ ๐ถ1
Untuk ๐ฆ(0) = 0 diperoleh ๐ฆ = ๐ถ โ cos ๐ฅ โ 1 = ๐ถ โ cos 0 โ ๐ถ = 2
Sehingga diperoleh solusi unik/tunggal ๐ฆ = 2 โ cos ๐ฅ Jika ingin diketahui solusi persamaan pada 0 โค ๐ฅ โค 4, maka dapat diihat pada tabel berikut:
๐ฅ ๐ฆ = 2 โ cos ๐ฅ
0 1
1 1,459698 2 2,416147 3 2,989992 4 2,653644
Berdasarakan tabel, fungsi ๐ฆ = 2 โ cos ๐ฅ dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 6.1 Fungsi ๐ = ๐ โ ๐๐จ๐ฌ ๐ pada ๐ โค ๐ โค ๐ Berdasarkan contoh terlihat bahwa pada metode analitik nilai awal berfungsi untuk memperoleh solusi yang unik, sedangkan pada metode numerik nilai awal berfungsi untuk memulai iterasi. Berikut ini disajikan beberapa metode numerik dalam menentukan solusi persamaan diferensial.
6.1
Metode Euler
Metode Euler adalah salah satu metode numerik untuk menentukan solusi persamaan diferensial orde satu yang berbentuk ๐๐ฆ
๐๐ฅ= ๐(๐ฅ, ๐ฆ) dengan nilai awal ๐ฆ(๐ฅ0) = ๐ฆ0. Konsep metode ini didasarkan pada deret Taylor, yakni:
๐ฆ(๐ฅ๐+1) = ๐ฆ(๐ฅ๐) +(๐ฅ๐+1โ๐ฅ๐)
1! ๐ฆโฒ(๐ฅ๐)
โ ๐ฆ(๐ฅ๐+1) = ๐ฆ(๐ฅ๐) + โ๐ฆโฒ(๐ฅ๐) dimana โ = ๐ฅ๐+1โ ๐ฅ๐
(6.1)
Berdasarkan persamaan 6.1, terlihat bahwa penentuan nilai ๐ฆ(๐ฅ๐+1) didasarkan pada kemiringan garis yang merupakan turunan ๐ฆ(๐ฅ๐). Oleh karena itu pada metode Euler, turunan dalam persamaan diferensial diganti dengan suatu turunan numerik.
Metode Euler menghampiri turunan pertama di ๐ฅ = ๐ฅ๐ dengan persamaan:
๐ ๐
๐ ๐โ ๐๐+๐โ๐๐
๐ ๐+๐โ๐ ๐ =๐๐+๐โ๐๐
โ๐ โ ๐(๐๐, ๐๐) dimana ๐ฆ(๐ฅ๐) = ๐ฆ๐ adalah hampiran nilai y di ๐ฅ๐, sehingga persamaan 6.1 menjadi:
(6.2)
Persamaan 6.2 merupakan rumus metode Euler yang menghasilkan barisan numerik. Penggunaan persamaan 6.2 dilakukan setelah penentuan titik-titik dalam jarak yang sama di dalam interval [๐, ๐], yaitu dengan menerapkan ๐ฅ๐= ๐ฅ0 + ๐. โ untuk ๐ = 0,1,2, โฆ dan โ =๐ฅ๐โ๐ฅ0
๐ yang merupakan jarak antar titik (lebar).
Selanjutnya, galat metode Euler dapat ditentukan ๐(๐๐+๐) โ ๐(๐๐) + ๐. ๐(๐๐, ๐๐); ๐ = 0,1,2, โฆ
dengan rumus ๐บ๐ = ๐๐
๐ ๐โฒโฒ(๐๐) dengan ๐๐ โค ๐ โค ๐๐+๐ maupun dengan menerapkan rumus galat relatif.
Metode Euler memiliki kelemahan, yakni metode ini memberikan hampiran solusi yang kurang baik.
Namun metode ini cukup membantu untuk memahami gagasan dasar metode penyelesaian PD dengan orde yang lebih tinggi.
Contoh:
1) Gunakan metode Euler untuk menentukan solusi numerik dari PD orde satu
๐๐ฆ
๐๐ฅ= sin ๐ฅ
dimana 0 โค ๐ฅ โค 4; ๐ฆ(0) = 1 dengan โ = 0,5 dan โ = 0,25
Solusi Numerik 1.
๏ผ Diketahui: ๐๐ฆ
๐๐ฅ= sin ๐ฅ โ ๐(๐ฅ๐, ๐ฆ๐)
๏ผ Lebar tiap titik data: โ = 0,5
๏ผ Titik-titik iterasi:
๐ฅ๐ = ๐ฅ0 + ๐. โ โ ๐ฅ0 = 0
โ ๐ฅ1 = ๐ฅ0 + (1 ร 0,5) = 0 + 0,5 = 0,5
โ ๐ฅ2 = ๐ฅ0 + (2 ร 0,5) = 0 + 1 = 1
โ ๐ฅ3 = ๐ฅ0 + (3 ร 0,5) = 0 +
3
2 = 1,5
โ ๐ฅ4 = ๐ฅ0 + (4 ร 0,5) = 0 + 2 = 2
โ ๐ฅ5 = ๐ฅ0 + (5 ร 0,5) = 0 +
5
2= 2,5
โ ๐ฅ6 = ๐ฅ0 + (6 ร 0,5) = 0 + 3 = 3
โ ๐ฅ7 = ๐ฅ0 + (7 ร 0,5) = 0 +
7
2= 3,5
โ ๐ฅ8 = ๐ฅ0 + (8 ร 0,5) = 0 + 4 = 4
๏ผ Solusi numerik: ๐ฆ(๐ฅ๐+1) โ ๐ฆ(๐ฅ๐) + โ. ๐(๐ฅ๐, ๐ฆ๐) Untuk ๐ = ๐ diperoleh:
๐ฆ(๐ฅ1) โ ๐ฆ(๐ฅ0) + โ. ๐(๐ฅ0, ๐ฆ0)
โ ๐ฆ(0,5) โ ๐ฆ(0) + โ. ๐(0,1) dimana ๐๐ฆ
๐๐ฅ โ ๐(๐ฅ๐, ๐ฆ๐) = ๐(๐ฅ0, ๐ฆ0) = ๐(0,1) = sin 0 = 0, maka:
โ ๐ฆ(0,5) โ 1 + (0,5.0) = 1 Sehingga ๐ฆ(0,5) = ๐ฆ1 = ๐ฆ(๐ฅ1) = 1 Untuk ๐ = ๐ diperoleh:
๐ฆ(๐ฅ2) โ ๐ฆ(๐ฅ1) + โ. ๐(๐ฅ1, ๐ฆ1)
โ ๐ฆ(1) โ ๐ฆ(0,5) + โ. ๐(0,5,1)
dimana ๐(๐ฅ1, ๐ฆ1) = ๐(0,5,1) = sin 0,5 = 0,48 , maka:
โ ๐ฆ(1) โ 1 + (0,5.0,48) = 1,24 Sehingga ๐ฆ(1) = ๐ฆ(๐ฅ2) = ๐ฆ2 = 1,24 Untuk ๐ = ๐ diperoleh:
๐ฆ(๐ฅ3) โ ๐ฆ(๐ฅ2) + โ. ๐(๐ฅ2, ๐ฆ2)
โ ๐ฆ(1,5) โ ๐ฆ(1) + โ. ๐(1,1,24)
dimana ๐(๐ฅ2, ๐ฆ2) = ๐(1,1,24) = sin 1 = 0,84 , maka:
โ ๐ฆ(1,5) โ 1,24 + (0,5.0,84) = 1,66 Sehingga ๐ฆ(1,5) = ๐ฆ(๐ฅ3) = ๐ฆ3 = 1,6 Solusi Numerik 2.
๏ผ Diketahui: ๐๐ฆ
๐๐ฅ= sin ๐ฅ โ ๐(๐ฅ๐, ๐ฆ๐)
๏ผ Lebar tiap titik data: โ = 0,25
๏ผ Titik-titik iterasi:
๐ฅ๐ = ๐ฅ0 + ๐. โ โ ๐ฅ0 = 0
โ ๐ฅ1 = ๐ฅ0 + (1 ร 0,25) = 0 + 0,25 = 0,25
โ ๐ฅ2 = ๐ฅ0 + (2 ร 0,25) = 0 + 0,5 = 0,5
โ ๐ฅ3 = ๐ฅ0 + (3 ร 0,25) = 0 + 0,75 = 0,75
โฎ
โ ๐ฅ16= ๐ฅ0 + (16 ร 0,25) = 0 + 4 = 4
๏ผ Solusi numerik: ๐ฆ(๐ฅ๐+1) โ ๐ฆ(๐ฅ๐) + โ. ๐(๐ฅ๐, ๐ฆ๐) Untuk ๐ = ๐ diperoleh:
๐ฆ(๐ฅ1) โ ๐ฆ(๐ฅ0) + โ. ๐(๐ฅ0, ๐ฆ0)
โ ๐ฆ (1
4) โ ๐ฆ(0) + โ. ๐(0,1)
dimana ๐๐ฆ
๐๐ฅ โ ๐(๐ฅ๐, ๐ฆ๐) = ๐(๐ฅ0, ๐ฆ0) = ๐(0,1) = sin 0 = 0, maka:
โ ๐ฆ(0,25) โ 1 + (0,25.0) = 1 Sehingga ๐ฆ(0,25) = ๐ฆ1= ๐ฆ(๐ฅ1) = 1 Untuk ๐ = ๐ diperoleh:
๐ฆ(๐ฅ2) โ ๐ฆ(๐ฅ1) + โ. ๐(๐ฅ1, ๐ฆ1)
โ ๐ฆ(0,5) โ ๐ฆ(0,25) + โ. ๐(0,25,1)
dimana ๐(๐ฅ1, ๐ฆ1) = ๐(0,25,1) = sin 0,25 = 0,25
โ ๐ฆ(0,5) โ 1 + (0,25.0,25) = 1,06 Sehingga ๐ฆ(0,5) = ๐ฆ(๐ฅ2) = ๐ฆ2 = 1,06 Untuk ๐ = ๐ diperoleh:
๐ฆ(๐ฅ3) โ ๐ฆ(๐ฅ2) + โ. ๐(๐ฅ2, ๐ฆ2)
โ ๐ฆ(0,75) โ ๐ฆ(0,5) + โ. ๐(0,5,1,06)
dimana ๐(๐ฅ2, ๐ฆ2) = ๐(0,5,1,06) = sin 0,5 = 0,48, maka:
โ ๐ฆ(0,75) โ 1,06 + (0,25.0,48) = 1,18 Sehingga ๐ฆ(0,75) = ๐ฆ(๐ฅ3) = ๐ฆ3 = 1,18
Penghitungan galat untuk โ = 0,5 dan โ = 0,25 dilakukan dengan menggunakan rumus galat relatif |๐๐ก| = |nilai eksakโnilai hampiran
nilai eksak | ร 100%
Proses perhitungan pada solusi 1 dan solusi 2 diteruskan sehingga diperoleh hasil berikut:
x yeksak
โ = 0,5 โ = 0,25
yeuler Galat (%) yeuler Galat (%)
0 1 1 1
0,25 1,03 1 3,02
0,5 1,12 1 10,91 1,06 5,40
0,75 1,27 1,18 6,83
1 1,46 1,24 15,07 1,35 7,37
1,25 1,68 1,56 7,25
1,5 1,93 1,66 13,93 1,80 6,71
1,75 2,18 2,05 5,93
2 2,42 2,16 10,63 2,30 5,01
2,25 2,63 2,52 4,02
2,5 2,80 2,61 6,69 2,72 3,01
2,75 2,92 2,87 1,97
3 2,99 2,91 2,57 2,96 0,94
3,25 2,99 3,00 0,10
3,5 2,94 2,98 1,61 2,97 1,15
3,75 2,82 2,88 2,20
4 2,65 2,81 5,83 2,74 3,24
Dengan menggunakan โ yang berbeda, diperoleh nilai yang berbeda juga. Penggunaan โ yang lebih kecil akan memberikan hasil yang lebih teliti. Hal ini merupakan konsep dasar pada metode Euler, yakni โ yang semakin kecil akan memberikan ketelitian hasil yang lebih baik.
6.2 Metode Runge Kutta
Metode Runge Kutta adalah metode yang memberikan ketelitian hasil yang lebih baik dibandingkan metode Euler. Secara umum, formula metode Runge Kutta adalah:
๐ฆ(๐ฅ๐+1) = ๐ฆ(๐ฅ๐) + โ. ๐น(๐ฅ๐, ๐ฆ๐; โ) (6.3)
Dimana ๐น(๐ฅ๐, ๐ฆ๐; โ) adalah fungsi pertambahan yang dinotasikan ๐น = ๐1๐1+ ๐2๐2+ ๐3๐3+ โฏ + ๐๐๐๐ dengan ๐๐ adalah kontanta dan nilai k dapat diperoleh dengan cara berikut:
๐1 = ๐(๐ฅ๐, ๐ฆ๐)
๐2 = ๐(๐ฅ๐+ ๐1โ, ๐ฆ๐+ ๐11๐1โ)
๐3 = ๐(๐ฅ๐+ ๐2โ, ๐ฆ๐+ ๐21๐1โ + ๐22๐2โ)
โฎ
๐๐ = ๐(๐ฅ๐+ ๐๐โ1โ, ๐ฆ๐+ ๐๐โ1,1๐1โ + ๐๐โ1,2๐2โ + โฏ + ๐๐โ1,๐โ1๐๐โ1โ)
Nilai p dan q diperoleh dengan menyamakan persamaan 6.3 dengan suku-suku deret Taylor.
Tipe-tipe metode Runge Kutta bergantung pada nilai n yang merupakan orde Runge Kutta.Untuk ๐ = 1, metode Runge Kutta dikenal dengan metode Euler.
Metode Runge Kutta yang banyak digunakan dalam menentukan solusi persamaan diferensial adalah metode Runge Kutta orde 4 dengan bentuk umum sebagai berikut:
(6.4)
๐(๐๐+๐) = ๐(๐๐) + ๐ [๐
๐(๐๐+ ๐๐๐+ ๐๐๐+ ๐๐)]
dengan, ๐๐ = ๐(๐๐, ๐๐)
๐๐ = ๐(๐๐+ ๐, ๐๐, ๐๐+ ๐, ๐๐๐๐) ๐๐ = ๐(๐๐+ ๐, ๐๐, ๐๐+ ๐, ๐๐๐๐) ๐๐ = ๐(๐๐+ ๐, ๐๐+ ๐๐๐)
Contoh:
1) Gunakan metode Runge Kutta orde 4 untuk menentukan solusi numerik dari PD orde satu
๐๐ฆ
๐๐ฅ= sin ๐ฅ , dimana 0 โค ๐ฅ โค 4; ๐ฆ(0) = 1 dengan โ = 0,5
Solusi.
๏ผ Diketahui bahwa: ๐(๐ฅ๐, ๐ฆ๐) = sin ๐ฅ
๏ผ Lebar tiap titik data: โ = 0,5
๏ผ Titik-titik iterasi:
๐ฅ๐ = ๐ฅ0 + ๐. โ โ ๐ฅ0 = 0
โ ๐ฅ1 = ๐ฅ0 + (1 ร 0,5) = 0 + 0,5 = 0,5
โ ๐ฅ2 = ๐ฅ0 + (2 ร 0,5) = 0 + 1 = 1
โ ๐ฅ3 = ๐ฅ0 + (3 ร 0,5) = 0 + 1,5 = 1,5
โ ๐ฅ4 = ๐ฅ0 + (4 ร 0,5) = 0 + 2 = 2
โ ๐ฅ5 = ๐ฅ0 + (5 ร 0,5) = 0 + 2,5 = 2,5
โ ๐ฅ6 = ๐ฅ0 + (6 ร 0,5) = 0 + 3 = 3
โ ๐ฅ7 = ๐ฅ0 + (7 ร1
2) = 0 + 3,5 = 3,5
โ ๐ฅ8 = ๐ฅ0 + (8 ร 0,5) = 0 + 4 = 4
๏ผ Perhitungan nilai ๐ฆ(๐ฅ๐+1) untuk ๐ = 0 dilakukan dengan mencari nilai k terlebih dahulu, yakni:
๐1 = ๐(๐ฅ0, ๐ฆ0) = ๐(0,1) = sin 0 = 0 ๐2 = ๐(๐ฅ0+ 0,5โ, ๐ฆ0+ 0,5๐1โ)
= ๐ 0 + (0,5.0,5), 1 + (0,5.0.0,5)
= ๐(0,25,1)
= sin 0,25 = 0,25
๐3 = ๐(๐ฅ0+ 0,5โ, ๐ฆ0+ 0,5๐2โ)
= ๐ 0 + (0,5.0,5), 1 + (0,5.0,25.0,5)
= ๐(0,25,1,06)
= sin 0,25 = 0,25 ๐4 = ๐(๐ฅ0+ โ, ๐ฆ0+ ๐3โ)
= ๐ 0 + 0,5,1 + (0,25.0,5)
= ๐(0,5,0,125)
= sin 0,5 = 0,48 Sehingga diperoleh:
๐ฆ(๐ฅ1) = ๐ฆ(๐ฅ0) + โ [1
6(๐1+ 2๐2+ 2๐3+ ๐4)]
๐ฆ(๐ฅ1) = ๐ฆ(0,5) = ๐ฆ1 = 1 + 0,5 [1
6(0 + (2.0,25) + (2.0,25) + 0,48)]
๐ฆ(๐ฅ1) = ๐ฆ(0,5) = ๐ฆ1 = 1 + 0,5 [1
6(0 + (2.0,25) + (2.0,25) + 0,48)] = 1,12
๏ผ Penghitung nilai ๐ฆ(๐ฅ๐+1) untuk ๐ = 1 dilakukan dengan mencari nilai k terlebih dahulu, yakni:
๐1 = ๐(๐ฅ1, ๐ฆ1) = ๐(0,5,1,12) = sin 0,5 = 0,48 ๐2 = ๐(๐ฅ1+ 0,5โ๐ฅ, ๐ฆ1+ 0,5๐1โ๐ฅ)
= ๐ 0,5 + (0,5.0,5), 1,12 + (0,5.0,48.0,5)
= ๐(0,125,1,24) = sin 0,125 = 0,68 ๐3 = ๐(๐ฅ1+ 0,5โ๐ฅ, ๐ฆ1+ 0,5๐2โ๐ฅ)
= ๐ 0,5 + (0,5.0,5), 1,12 + (0,5.0,68.0,5)
= ๐(0,125,1,29) = sin 0,125 = 0,68 ๐4 = ๐(๐ฅ1+ โ, ๐ฆ1+ ๐3โ)
= ๐ 0,5 + 0,5,1,12 + (0,68.0,5)
= ๐(1,1,46) = sin 1 = 0,84 Sehingga diperoleh:
๐ฆ(๐ฅ2) = ๐ฆ(๐ฅ1) + โ [1
6(๐1+ 2๐2+ 2๐3+ ๐4)]
๐ฆ(๐ฅ2) = ๐ฆ(1) = ๐ฆ2 = 1,12 + 0,5 [1
6(0,48 + (2.0,68) + (2.0,68) + 0,84)] = 1,46
Penghitungan galat dilakukan dengan menggunakan rumus galat relatif:
|๐๐ก| = |nilai eksakโnilai hampiran
nilai eksak | ร 100%
Proses perhitungan diteruskan sehingga diperoleh hasil berikut:
i ๐ฅ๐ ๐1 ๐2 ๐3 ๐4 ๐ฆ๐ yeksak
Galat (%)
0 0 0 0,247404 0,247404 0,479426 1 1 0
1 0,5 0,479426 0,681639 0,681639 0,841471 1,12242 1,122417 0,000238 2 1 0,841471 0,948985 0,948985 0,997495 1,459708 1,459698 0,000689 3 1,5 0,997495 0,983986 0,983986 0,909297 1,929283 1,929263 0,001053 4 2 0,909297 0,778073 0,778073 0,598472 2,416178 2,416147 0,001281 5 2,5 0,598472 0,381661 0,381661 0,14112 2,801183 2,801144 0,001406 6 3 0,14112 -0,1082 -0,1082 -0,35078 2,990036 2,989992 0,001455 7 3,5 -0,35078 -0,57156 -0,57156 -0,7568 2,936499 2,936457 0,001442 8 4 -0,7568 -0,89499 -0,89499 -0,97753 2,65368 2,653644 0,001362
RANGKUMAN
1. Penentuan solusi persamaan diferensial secara numerik dilakukan dengan menggunakan kemiringan kurva.
2. Metode Euler adalah salah satu metode numerik untuk menentukan solusi persamaan diferensial orde satu yang menghampiri turunan dalam persamaan diferensial dengan suatu turunan numerik, yakni ๐๐ฆ
๐๐ฅโ ๐(๐ฅ๐, ๐ฆ๐). Rumus metode Euler adalah ๐ฆ(๐ฅ๐+1) โ ๐ฆ(๐ฅ๐) + โ. ๐(๐ฅ๐, ๐ฆ๐) dimana โ =๐ฅ๐โ๐ฅ0
๐ dan ๐ฆ(๐ฅ๐) = ๐ฆ๐ adalah hampiran nilai y di ๐ฅ๐untuk ๐ = 0,1,2, โฆ. Galat metode Euler dapat ditentukan dengan rumus ๐๐ก =โ2
2 ๐ฆโฒโฒ(๐๐) dengan ๐ฅ๐ โค ๐ โค ๐ฅ๐+1 maupun dengan menerapkan rumus galat relatif.
3. Metode Runge Kutta adalah metode yang memberikan ketelitian hasil yang lebih baik dibandingkan metode Euler. Formula metode Runge Kutta adalah ๐ฆ(๐ฅ๐+1) = ๐ฆ(๐ฅ๐) + โ. ๐น(๐ฅ๐, ๐ฆ๐; โ) dimana ๐น(๐ฅ๐, ๐ฆ๐; โ) adalah fungsi pertambahan yang dinotasikan ๐น = ๐1๐1 + ๐2๐2+ ๐3๐3+ โฏ + ๐๐๐๐ dengan ๐๐ adalah kontanta dan nilai k dapat diperoleh dengan cara berikut:
๐1 = ๐(๐ฅ๐, ๐ฆ๐)
๐2 = ๐(๐ฅ๐+ ๐1โ, ๐ฆ๐+ ๐11๐1โ)
๐3 = ๐(๐ฅ๐+ ๐2โ, ๐ฆ๐+ ๐21๐1โ + ๐22๐2โ)
โฎ
๐๐ = ๐(๐ฅ๐+ ๐๐โ1โ, ๐ฆ๐+ ๐๐โ1,1๐1โ + ๐๐โ1,2๐2โ +
โฏ + ๐๐โ1,๐โ1๐๐โ1โ)
4. Metode Runge Kutta orde 4 dirumuskan dengan ๐ฆ(๐ฅ๐+1) = ๐ฆ(๐ฅ๐) + โ [1
6(๐1+ 2๐2 + 2๐3+ ๐4)]
dengan nilai k adalah:
๐1 = ๐(๐ฅ๐, ๐ฆ๐)
๐2 = ๐(๐ฅ๐+ 0,5โ, ๐ฆ๐+ 0,5๐1โ) ๐3 = ๐(๐ฅ๐+ 0,5โ, ๐ฆ๐+ 0,5๐2โ) ๐4 = ๐(๐ฅ๐+ โ, ๐ฆ๐+ ๐3โ)
LATIHAN
1. Pertimbangkan masalah menentukan nilai uang saat ini dan akan datang dengan menggunakan suku bunga. Misalkan pada saat ๐ก = 0 didepositokan uang sebesar 1000 dolar dengan tingkat suku bunga 7%.
Kita ingin mengetahui berapa jumlah uang pada saat ๐ก = 20. Bila Q(t)adalah jumlah uang pada saat tahun ke-t. Maka tingkat perubahan Q(t) adalah: ๐๐
๐๐ก = 0,07๐ dengan ๐(0) = 1000 dolar dan 0 โค ๐ก โค 20 a) Tentukan solusi analitik
b) Tentukan solusinya menggunakan metode euler dengan menggunakan โ๐ก = 1
c) Tentukan solusinya menggunakan metode euler dengan menggunakan โ๐ก = 10
d) Simpulkan hasil yang diperoleh
2) Gunakan metode Runge Kutta orde 4 untuk menentukan solusi numerik dari PD orde satu ๐๐ฆ
๐๐ฅ=
๐ฅโ๐ฆ
2 , dimana 0 โค ๐ฅ โค 3; ๐ฆ(0) = 1 dengan โ = 0,5 dan โ = 0,25. Bandingkan hasil yang diperoleh.
3) Gunakan metode Euler dan metode Runge Kutta orde 4 untuk menentukan solusi numerik dari PD orde satu ๐๐ฆ
๐๐ฅ= ๐ฆ โ ๐ฅ2+ 1 , dimana 0 โค ๐ฅ โค 2; ๐ฆ(0) = 0,5; ๐ = 10 . Bandingkan hasil yang diperoleh.
Daftar Pustaka
Bartle, R. Gdan D. R. Sherbert. 2000.Introduction to Real Analysis, 3rd edition. John Wiley & Sons.
Dalziel, Stuart. 1998. Numerical Methods. Department of Applied Mathematics and Theoretical Physics University of Cambridge. Diakses pada http://www.damtp.cam.ac.uk/user/fdl/people/sd 103/lectures/
Irwanto. 2012. Deret Taylor dan Analisis Galat.
Yogyakarta: Fakultas Sains dan Teknologi Jurusan Teknik Informatika Universitas Teknologi Yogyakarta.
Kaw, Autar. 2011. Textbook Notes of Introduction to Numerical Methods. Diakses pada http://numericalmethods.eng.usf.edu.
Larson, Ron., David C. Falvo. 2009. Elementary Linear Algebra. Boston: Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company.
I T C
B e r k e l e y
O l d s t y l e
S t d I T C
B e r k e l e y
O l d s t y l e
S t d
Nugroho, Didit Budi. 2009. Metode numerik. Program Studi Matematika Universitas Kristen Satya Wacana.
Sastry, S.S. 2006. Introductory Methods of Numerical Analysis. New Delhi: Prentice Hall.
Scheid, Francis. J.1989. Schaum's Outline of Theory and Problems Numerical Analysis Second Edition. New York: McGraw Hill.
Setiawan, Agus. 2006. Pengantar Metode Numerik.
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Tresnaningsih, Rizqi. 2010. Modul Mata Kuliah Analisis Numerik. Madiun: Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Madiun.
Triatmodjo, Bambang. 1992. Metode Numerik.
Yogyakarta: Beta Offset.
INDEKS
A
aproksimasi, 2, 3, 70 B
Bisection, viii, 9, 11, 12, 33
D
deret Taylor, 54, 69, 101 E
eliminasi Gauss, viii, 38, 39, 41, 49, 50
eliminasi Gauss Jordan, viii, 39, 41, 50
error, viii, 3
Euler, ix, 92, 93, 96, 97, 99, 101
F
False-Position, viii, 21
G
galat mutlak, 4, 5, 7 galat relatif, 4, 5, 7, 13, 15, 16, 19, 20, 24, 26, 28, 30, 33, 35, 93, 96, 99 I
inherent error, 3, 6 integrasi Aturan Simpson, ix, 80 integrasi Aturan Trapesium, ix, 73 interpolasi Polinomial Lagrange, ix, 65 interpolasi Polinomial Newton, ix, 57
iterasi Gauss Seidel, viii, 46, 51
iterasi Jacobi, viii, 43, 44, 50, 51
N
Newton Raphson, viii, 26, 35
Newton-Cotes, 72
nilai eksak, 3, 4, 5, 6, 7, 13, 14, 15, 16, 17, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 32, 57, 59, 61, 64, 65, 67, 68, 76, 79, 80, 82, 84, 85, 86, 96, 99 R
round-of error, 3, 7 Runge Kutta, ix, 96, 97, 99, 100, 101
S
Secant, viii, 9, 30, 31, 33, 35
T
toleransi, 13, 15, 16, 17, 19, 20, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 44, 45, 46, 47, 48, 50, 51, 52 truncation error, 3, 7, 55
Glosarium
Cases
Bisection Method : metode bagi dua 9
error : galat 3
False Position Method : metode posisi palsu 9 finite divided diference : beda terbagi hingga 65 inherent error : galat melekat; galat bawaan 3 Newton-Raphson : metode Newton Raphson 9
pivot : poros 42
polinomial : suku banyak 56
round-of error : galat pembulatan 3 Secant Method : metode sekan: metode garis potong 9 truncation error : galat pemotongan 3
I T C
B e r k e l e y
O l d s t y l e
S t d I T C
B e r k e l e y
O l d s t y l e
S t d
Profil Penulis
Ni Kadek Rini Purwati lahir pada bulan September 1987 di Amlapura, Karangasem. Lulus pendidikan sarjana S1 pada tahun 2009 di Program Studi Matematika Universitas Udayana, lulus pendidikan pascasarjana pada tahun 2011 di Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha. Saat ini penulis berprofesi sebagai dosen tetap Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unvesitas Mahadewa Indonesia. Penulis aktif dalam penelitian yang ditunjukkan dengan dua kali memeperoleh hibah Penelitian Dosen Pemula dari DRPM Risbang Ristekdikti. Artikel hasil penelitian penulis telah diterbitkan di beberapa jurnal ilmiah, diantaranya pada jurnal nasional terakreditasi (Jurnal Emasains, Jurnal Pendidikan Indonesia) dan jurnal internasional terindeks scopus (Journal of Physics: Conference Series).
I T C
B e r k e l e y
O l d s t y l e
S t d I T C
B e r k e l e y
O l d s t y l e
S t d