• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Dan Sumber Data

BAB III METODE PENELITIAN

F. Jenis Dan Sumber Data

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang berupaya menghimpun dan menggali data, baik beruapa kata-kata maupun tulisan dari orang-orang yang diamati guna mendapatkan data-data yang diperlukan kemudian mengolah dan menganalisisnya secara deskriptif.

Dalam setiap penelitian, data merupakan factor penting yang harus diperoleh oleh peneliti. Data penelitian ini diperoleh dari dua jenis sumber, yaitu:

1. Data Primer

Data primer merupakan data utama yang diperlukan peneliti. Data utama dalam penelitian ini berupa kata-kata dan tindakan informan serta peristiwa-peristiwa tertentu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian sebagai hasil pengumpulan yang dilakukan peneliti sendiri selama berada di lokasi penelitian. Data primer ini diperoleh peneliti selama proses pengumpulan data dengan menggunakan tehnik wawancara dan observasi mengenai strategi bertahan hidup komunitas nelayan suku bajo dan relasi yang dilakukan komunitas nelayan suku bajo untuk mempertahankan hidup di Desa rajuni Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperlukan untuk melengkapi data primer yang didapat. Data sekunder bukan data yang didapat langsung oleh peneliti, melainkan telah melalui tangan kedua dan seterusnya. Data sekunder dapat berupa draf, notulensi, naskah dan dokumen. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelusuran terhadap sumber sumber informasi berupa buku buku, internet dan catatan tertulis yang relevan dengan tujuan dan masalah penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah penunjang yang sangat penting dalam sebuah penelitian.

Semakin banyak data yang diperoleh maka semakin bagus pula hasil akhir dari suatu penelitian. Dalam kegiatan penelitian, tentunya diperlukan suatu cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang biasa disebut

“Metode Pengumpulan Data” yaitu cara yang digunakan dalam upaya memperoleh dan mengumpulkan sejumlah data yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi (pengamatan) dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung mengenai fenomena-fenomena yang diteliti. Observasi memungkinkan melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana keadaan yang sebenarnya.

Observasi ini dilakukan dengan cara, peneliti mendatangi lokasi penelitian, selanjutnya melakukan pengamatan dan pencatatan tentang fenomena -fenomena yang diteliti dilokasi penelitian, yaitu di Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten Kepulauan Selayar yang dilakukan sesaat atau berulang-ulang secara informal sehingga mampu mengersahkan peneliti untuk sebanyak mungkin mendapatkan informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Obsevasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan data tentang Kemandirian Nelayan suku bajo (Strategi Bertahan Hidup Komunitas Nelayan di Desa Rajuni Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten Kepulauan Selayar) Sebagai Komoditi.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

(Sugiyonog, 2013: 231).

Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara mendalam (indepth interview), yaitu dengan mengumpulkan sejumlah data dari informan denan menggunakan daftar pertanyaan dengan merajuk pada pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis agar data yang ingin diperoleh lebih lengkap dan valid. Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan dan langsung (bertatap muka) dengan informan yang ditunjang oleh pedoman wawancara.

3. Dokumentasi

Foto merupakan bukti yang tidak dapat diungkapkan dengan kata- kata namun sangat mendukung kondisi objektif penelitian berlangsung.

H. Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang lengkap, tepat dan benar, maka diperlukan metode valid (sahi) dalam menganalisa data. Dalam penelitian ini data dianalisa secara kualitatif. Data yang diperoleh dari observasi terus terang atau tersamar, wawancara dan dokumen-dokumen tersebut dideskripsikan dalam bentuk uraian, maksud utama dalam analisa data ini agar dapat dimengerti, sehingga penemuan yang dihasilkan pada saat masih dilapangan dan setelah data terkumpul, peneliti menganalisa data-data sepanjang penelitian dan dilakukan secara terus menerus dari awal sampai akhir.

Analisis data dilakukan sepanjang berlangsungnya penelitian dilakukan terus menerus dari awal sampai akhir penelitian. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif.

Analisis dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Yaitu proses pemilahan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan- catatan tertulis dilapangan.

2. Penyajian Data

Yaitu menyajikan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan atau penyederhanaan informasi yang kompleks kedalam kesatuan bentuk yang disederhanakan dan selektif yang mudah dipahami.

3. Menarik Kesimpulan

Yaitu kegiatan konfigurasi yang utuh atau tinjauan ulang terhadap catatan lapangan, yakni menguji kebenaran dan validitas, makna-makna yang muncul dalam lokasi penelitian. Setelah memiliki landasan kuat, simpulannya kuat dan menjadi lebih rinci sehingga menjadi simpulan terakhir.

I. Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, pengabsahan data merupakan salah satu faktor yang sangat penting, karena tanpa pengabsahan data yang diperoleh dari lapangan maka akan sulit seorang peneliti untuk mempertanggung jawabkan hasil penelitiannya. Dalam hal ini pengabsahan data peneliti menggunakan metode triangulasi.

Dalam bahasa sehari-hari triangulasi dikenal dengan istilah cek dan ricek, yaitu pengecekan data menggunakan beragam sumber, teknik, dan waktu. Sugiono (20013 15:373), untuk melihat derajat kebenaran dari hasil penelitian ini, maka dilakukan pemeriksaan data, pengabsahan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi, yaitu:

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

2. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3. Triangulasi waktu

Waktu yang sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

J. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah sudut pandang atau ketentuan baik, buruk, benar atau salah dalam kegiatan penelitian. Penerapan etika yaitu:

a) Ada surat persetujuan informan (informant consent) untuk diwawancarai b) Meminta izin informan jika ingin merekam wawancara, atau ambil foto/

video

c) Menjaga kerahasiaan identitas informan, jika terkait informasi sensitive (Pendidikan Sosiologi FKIP UNISMUH Makassar, 2020).

30 BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Lokasi Penelitian

Menurut keterangan tokoh masyarakat, dulu desa di kawasan TN Taka Bonerate hanya 1, yaitu Desa Rajuni, kemudian dipecah menjadi 5 desa.

Konsekuensi dari hal tersebut adalah menurunnya tingkat pengamanan dan pengawasan di kawasan, seperti dinyatakan tokoh tersebut: dulu nelayan luar dilarang masuk gampang, kalo sekarang susah, karena satu desa melarang, lainnya mengijinkan.

Pada umumnya tingkat kesejahteraan etnis Bugis lebih tinggi dari etnis Bajo dengan melihat kondisi tempat tinggal dan ragam mata pencaharian.

Namun, pembauran telah terjadi antaretnis, baik pergaulan sehari-hari maupun ikatan perkawinan. Hal yang umum dijumpai, masyarakat mampu berkomunikasi dengan beberapa bahasa etnis yang ada di pulau. Persamaan keyakinan sebagai muslim turut mempermudah pembauran

. Di Pulau Rajuni Besar dan Pulau Latondu, kelembagaan adat juga mempersatukan Bugis dan Bajo. Beberapa tradisi dan upacara adat masih berlangsung, khususnya berkaitan dengan kehidupan laut, seperti larung saji (mappano’ tuli atau mappano’ ota), makan bersama secara adat (Bajo:

ngittingi). Upacara dilakukan saat pencaharian susah atau prihatin. Sejalan dengan berkembangnya pemahaman agama, diakui oleh tokoh masyarakat

Bajo (Kepala Dusun Rajuni Besar), tradisi yang bertentangan dengan agama mulai ditinggalkan.

Tradisi yang masih berlaku hingga kini adalah adanya kepercayaan bahwa pada hari Jumat, bila berniat mencari ikan maka sebaiknya dilakukan setelah sholat Jumat. Sedangkan di pagi hari, masyarakat memanfaatkan waktunya untuk membersihkan dan memperbaiki perahu serta alat tangkap lainnya. Ada semacam kepercayaan bahwa seandainya mereka melaut sebelum sholat Jumat, mereka akan mendapatkan penyakit aneh yang tidak ada obatnya.

Di tempat lain, masih di Kabupaten Selayar (Ahmadin, 2009), menyatakan ada juga masyarakat nelayan yang menghindari melaut pada hari tertentu, yaitu hari Selasa dan pada tanggal 1 Muharram. Adanya satu hari

‘libur’ ini sangat bermanfaat karena masyarakat dapat mempergunakannya untuk memperbaiki alat produksi atau untuk bersosialisasi dengan masyarakat

‘darat’.

Pulau rajuni adalah desa yang berada di kecamatan takabonerate kabupaten kepulauan selayar, sulawesi selatan. Desa rajuni terdiri dari dua pulau yaitu pulau rajuni keci dan pulau rajuni besar. Kemudian pulau rajuni kecil sebagai pusat desa rajuni besar.

Pulau Rajuni merupakan pulau dengan keunikan potensi agraris yang berada dikepulauan selayar sulawesi selatan. Pulau unik ini sudah lama disebut dalam berbagai literatur lokal pemerintahan tentang kekeyaan hasil

laut. Selain potensi wisata alam lautnya yang mempesona, pulau Rajuni menyimpan sumberdaya alam dalam bidang perikanan yang cukup potensial.

B. Letak Geografi

Pulau rajuni adalah desa yang berada di kecamatan takabonerate kabupaten kepulauan selayar, sulawesi selatan. Desa rajuni terdiri dari dua pulau yaitu pulau rajuni keci dan pulau rajuni besar. Kemudian pulau rajuni kecil sebagai pusat desa rajuni besar.

Pusat pemerintahan Desa Rajuni terletak di Pulau Rajuni Kecil yang sejak dulu menjadi pusat kerajaan/pemerintahan kawasan Taka Bonerate.

Secara geografis, pulau ini terletak pada pada posisi geografis S 6°32’351”

dan E 120°59’814” berdasarkan titik base mark dengan luas wilayah daratan sekitar ±30 Ha dengan panjang ± 2.000 m dan lebarnya 450 m. Pulau ini dihuni oleh 246 KK atau 1.260 jiwa (80,7% penduduk Desa Rajuni) dimana 709 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 551 jiwa berjenis kelamin perempuan (Statistik TN. Takabonerate, 2012).

Secara kuantitatif penduduk Desa Rajuni didominasi oleh dua etnis yakni etnik Bajau (52,1%) dan etnik Bugis (45,7%), serta 2,1% pendatang dari Selayar, Makassar, Flores dan lain-lain. Dalam interaksi sosialnya kedua etnik ini berjalan harmonis dan dinamis yang ditandai dengan penggunaan bahasa Bugis dan Bajau sebagai bahasa berkomunikasi sehari-hari oleh penduduk setempat (Studi Sosial Ekonomi – PSTK Unhas, 2000). Sebagai daerah kepulauan, umumnya masyarakat di Desa Rajuni menggantungkan hidupnya dari aktifitas kenelayanan. Hal ini terihat dari mata pencaharian

utama yang digeluti sebagian besar penduduk Desa Rajuni sejak dahulu yakni sektor perikanan dengan jenis usaha sebagai nelayan, pengusaha pelayaran dan pedagang hasil laut maupun penjual bahan-bahan kebutuhan pokok.

Selain itu, sebagian kecil penduduk Desa Rajuni berprofesi sebagai PNS dan TNI yang ditugaskan di Desa Rajuni.

Pulau Rajuni Besar terletak di sebelah selatan pulau Rajuni Kecil pada posisi geografis 06034’15,3” S ; 121001’32,5” E, dengan luasan ±35 ha.

Kawasan ini didominasi oleh dua suku etnis utama, yaitu Bajo/Bajau (dari Sulawesi Tenggara) dan Bugis (dari daratan Sulawesi Selatan dan Selayar).

Pulau Rajuni Besar hanya dihuni 80 KK atau 302 jiwa (19,3% penduduk Desa Rajuni) dimana 160 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 142 jiwa perempuan (Statistik TN. Takabonerate, 2012). Sejak dahulu mata pencaharian masyarakat kawasan adalah sektor perikanan, dari nelayan, pedangan ikan, pengusaha hasil-hasil laut dan penjual bahan-bahan kebutuhan pokok, serta pengusaha pelayaran, yang semakin bertambah waktu, jumlahnya mengembang.

Desa Rajuni juga memiliki fasilitas umum yang cukup lengkap mulai dari sarana pendidikan, kesehatan dan peribadatan serta prasarana pendukung seperti sarana penyulingan air bersih, jaringan jalan dan listrik yang masih berupa listrik generator.

C. Keadaan Sosial

Masyarakat di kawasan pesisir Indonesia sebagian besar berprofesi sebagai nelayan yang diperoleh secara turun-temurun dari nenek moyang

mereka. Karakteristik masyarakat nelayan terbentuk mengikuti sifat dinamis sumberdaya yang digarapnya, sehingga untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal, nelayan harus berpindah-pindah. Selain itu, resiko usaha yang tinggi menyebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian dalam menjalankan usahanya (Sebenan, 2007).

Rumah tangga nelayan memiliki ciri khusus seperti penggunaan wilayah pesisir dan laut (common property) sebagai faktor produksi, jam kerja harus mengikuti kondisi oseanografis (melaut hanya ratarata sekitar 20 hari dalam satu bulan, sisanya relatif menganggur). Demikian juga pekerjaan menangkap ikan adalah pekerjaan yang penuh resiko, sehingga pekerjaan ini umumnya dikerjakan oleh lelaki. Hal ini mengandung arti bahwa keluarga yang lain tidak dapat membantu secara penuh, sehingga masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir pada umumnya sering diidentikkan dengan masyarakat miskin.

Kehidupan sosial ekonomi rumahtangga nelayan telah dilakukan di desa rajuni. Hasilnya menunjukkan bahwa rumah tangga nelayan yang pekerjaannya semata-mata tergantung pada usaha menangkap ikan memperoleh pendapatan yang hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, dan jika ada uang yang tersisa, itu biasanya digunakan untuk biaya sekolah anak, membeli pakaian, dan memperbaiki tempat tinggalnya. Temuan studi pada berbagai komunitas nelayan di luar negeri menunjukkan bahwa organisasi sosial ekonomi maupun lembaga terkait

lainnya yang ada di desa pesisir memegang peranan penting dalam perbaikan taraf hidup masyarakat pesisir. Dengan kata lain bahwa organisasi social ekonomi bisa menjadi penunjang dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat pesisir. Tanpa organisasi sosial ekonomi, nelayan akan bekerja dan hidup sendirian tanpa ada yang memperjuangkan dan melindungi kepentingan mereka (Mantjoro, 1988).

Dari hasil penelitian yang dilakukan di desa Kinabuhutan ini diperoleh bahwa hubungan sosial kemasyarakat masih sangat kuat dimana Data selanjutnya diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah pengolahan data yang dilakukan melalui pertimbangan pertimbangan logika dengan menggunakan kalimat dari penulis yang sistematis berdasarkan perilaku yang diamati.

Kehidupan sosial mereka begitu sangat erat. Hal ini muncul ketika ada salah seorang warga mengalami suatu musibah misalnya kematian maka tanpa dikomando masyarakat akan datang secara sukarela memberi bantuan baik dalam bentuk materi maupun dalam bentuk lainnya.

Organisasi sosial yang ada di desa ini adalah organisasi rukun duka, perkumpulan muda-mudi, ibu-ibu majelis Tahlim, gotongroyong pada acara pemikahan, dan komite sekolah. Organisasi sosial rukun duka ini telah lama terbentuk secara turun temurun dan sampai saat ini tetap bertahan dan berjalan dengan baik. Organisasi ini diatur secara resmi oleh pemerintah desa di mana setiap anggota diwajibkan membayar uang Rp. 3.000 serta membawa

beras satu liter ketika ada salah satu anggota yang meninggal dunia. Semua warga desa ini yang sudah menikah otomatis menjadi anggota organisasi sosial rukun duka ini, sementara organisasi sosial lainnya, tidak semua warga desa menjadi anggotanya. Di bidang pendidikan terdapat organisasi komite sekolah yang melaksanakan kegiatan berupa pencarian dana guna pembangunan fisik sekolah.

D. Keadaan Pendidikan

Pulau rajuni memiliki tingkat pendidikan masih terbilang relatif rendah. Umumnya masyarakat rajuni Cuma mengenyam pendidikan setingkat SD. Jumlah penduduk yang melanjutkan tingkat pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi masih sangat sedidkit. Kurangnya fasilitas pendidikan baik formal maupun informal serta faktor motivasi untuk bersekolah hampir tidak ada sehingga menjadi faktor prmyebab taraf pendidikan masyarakat rajuni tergolong rendah.

Kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya sudah lebih baik. Adapun sarana pendidikan yang ada dipulau Rajuni yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.1

Jumlah Sarana Pendidikan Berdasarkan Desa Sumber : kantor desa rajuni

No Nama Desa Tingkat Pendidikan

SD SMP SMA Pesantren

1. Rajuni Besar 1 - -

2. Rajuni kecil 1 1 - 1

38 BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Strategi Bertahan Hidup Komunitas Nelayan Suku bajo di Desa Rajuni Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten Kepulauan Selayar

Srategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan, gagasan, perencanaan dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Kata srategi berasal dari bahasa Yunani yaitu srategiayang berarti seni untuk mendapatkan kemenangan atau tujuan.

Secara umum starategi pada dasarnya merupakan seni atau cara yang menggunakan atau menggambarkan kekuatan sosial, ekonomi dan budaya.

Dalam kehidupan yang terus berjalan mengarungi waktu maka upaya yang harus dilakukan manusia adalah bagaimana supaya hari ini lebih baik dari hari kemarin. Manusia sebagai khalifah yang berjalan di bumi diberikan kemampuan akal untuk menjalani hidupnya. Sama halnya dengan masyarakat nelayan suku bajo di desa rajuni, mereka bekerja untuk memenuhi segala kebutuhan hidup mereka. Bekerja sebagai nelayan, merupakan sebuah tuntutan penyambung hidup meskipun pekerjaan yang mereka jalani tidak memberikan hasil yang memuaskan bagi kehidupan mereka, sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari- hari, mereka tidak lepas dari usaha kerja keras dan semangat hidup meskipun dalam keterbatasan, baik itu pendidikan, kesehatan dan lain-lain.

Tiap manusia sudah pasti menggunakan strategi agar tetap eksis dan bertahan dari lindasan roda waktu lainnya. Akan tetapi, setiap strategi akan saling berbeda dengan yang lainnya. Adapun strategi yang diterapkan oleh komunitas nelayan suku bajo di desa rajuni dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya, yaitu sebagai berikut:

a. Strategi Aktif 1) Bekerja sampingan

Strategi aktif diartikan sebagai bentuk kegiatan mencari pekerjaan diluar profesinya sebagai nelayan. Hal ini dilakukan agar dapat memperoleh tambahan penghasilan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu informan yang bernama Mujar (45 tahun):

,“Biasanya, kalau cuaca buruk misalkan kencang angin, saya takut melaut jadi saya tidak pergi memancing. saya cari kerjaan lain jadi tukang batu. Biasanya saya ikut sama teman kalau dia panggil jadi buruh tukang cetak batako.”

Adapun hasil wawancara dari informan bernama Firman (38 tahun):

“Kalau juga hasil tangkapan ikannya kurang bagus dua atau tiga ekor saja didapatkan kasihan jadi saya cari kerjaan lain, jadi tukang cangkul rumput dikebunnya orang supaya ada pembelli apa saja kebutuhan dirumah.”

2) Anggota Keluarga Ikut Bekerja

Strategi aktif juga dapat dilakukan dengan mengikut sertakan anggota keluarga untuk mencari nafkah. Keikutsertaan anggota keluarga bisa sangat membantu meringankan kebutuhan hidup.

Dimana setiap orang mempunyai peran yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Tanggung jawab orang tua untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Akan tetapi, bantuan juga tidak jarang datang dari anak-anak yang bekerja dan membantu orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Adapun hasil wawancara dari informan bernama Aspar (39 tahun)

“Ya, untuk menambah-nambah kebutuhan hidup nak, anak saya kasihan tidak lanjut sekolah dismp padahal dia mau sekali lanjut sekolah tapi tidak ada uang untuk biaya jadi dia ikut sama tantennya bekerja dikekampung sebelah membantu mengeringkan ikan”.

b. Strategi pasif

1) Melakukan penghematan

Strategi keluarga paling sederhana adalah melakukan penghematan dengan mengurangi atau menghemat dari berbagai kebutuhan. Penghematan ini dilakukan dengan mengganti bahan makanan yang biasa dimakan menjadi makanan yang lebih murah.

Seperti yang dikatakan salah satu istri nelayan yaitu ibu Nisma (32 tahun) : “kalau pendapatan suami saya banyak dari hasil jual ikannya, dan kalau kebutuhan sehari-hari sudah saya belli saya biasanya menghemat pengeluaran dengan menyisipkan sedikit pendapatan suami, karena saya pikir saya bisa menggunakannya untuk keperluan besok harinya dan saya tidak menggunakan uangnya untuk berbelanja hal-hal yang tidak penting.”

2) Menyisipkan Pendapatan (Menabung)

Penghematan juga dapat dilakukan dengan menyisipkan sedikit pendapatan mereka untuk kebutuhan yang bersifat mendadak serta untuk kebutuhan akan pendidikan anak-anak mereka. Seperti yang dikatakan informan istri nelayan yaitu ibu Ira (40 tahun) :

“Kalau misalnya pendapatan hasil tangkapan suami saya banyak biasanya saya sisipkan uang untuk saya tabung diarisan kecil-kecilan yang saya ikuti yaitu perhari dua puluh rubu rupiah (Rp.20.000,-) perhari dan ada juga yang seratus ribu rupiah (100.000,-) perbulan. Dan untuk kebutuhan hari-hari. Tapi, kalau pendapatannya sedikit biasanya langsung habis terpakai.”

c. Strategi jaringan

1. Meminjam Uang

Strategi bertahan ini membutuhkan hubungan atau relasi yang baik dengan lingkungan sosial dan lingkungan kelembagaan atau pemerintah.

Strategi ini dapat dilihat dari strategi atau usaha yang dilakukan komunitas masyarakat nelayan suku bajo untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka dengan meminjam uang kepada sanak saudara.

Seperti yang diutarakan istri informan Hisna (27 tahun)

“Seperti biasanya kalau tidak mencukupi pendapatan suami saya, untuk kebutuhan sehari-hari, atau untuk keperluan yang mendesak biasanya saya pergi meminjam uang kerumah saudara sepupu saya tapi biasa dikasi pinjam biasanya juga kalau dia tidak punya uang ya tidak dikashi pinjam kalau tidak dikasih pinjam sama sepupu baru

saya pergi meminjam ditetangga rumah atau bahkan kepada penampung ikan.”

2.Bantuan Pemerintah

Bantuan dari pemerintah dari segi alat perikanan, masyarakat nelayan suku bajo di desa rajuni belum pernah mendapatkan bantuan tersebut. Kurangnya perhatian dari pemerintah dalam hal alat perikanan tidak membuat nelayan suku bajo patah semangat mereka

tetap manjalani profesi mereka sebagai nelayan dengan menggunakan alat milik mereka sendiri.

Adapun bantuan dari pemerintah yang pernah diterima oleh sebagian masyarakat nelayan yaitu seperti Raskin (beras miskin), dan Atap Seng. Namun bantuan tersebut belum merata masih sebagian masyarakat yang mendapatkan bantuan tersebut. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang dipaparkan informan Suling (44 tahun) berikut ini:

“Kami belum pernah dapat bantuan seperti alat nelayan dari pemerintah nama saja selalu dicatat tapi bantuannya belum pernah keluar hehehe....tapi ada juga bantuan yang pernah saya dapatkan seperti raskin dan atap seng, Tapi bantuan tersebut belum merata masih sebagian masyarakat nelayan yang mendapat bantuan tersebut.”

2. Hubungan Sosial Pada Komunitas Nelayan Suku Bajo

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu membutuhkan bantuan oarng lain, baik untuk memenuhi kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan orang

Dokumen terkait