• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

daya ekonomi lebih dari cukup akan dapat membantu yang kekurangan.

Berdasarkan beberapa hasil wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa komunitas masyarakat nelayan suku bajo dalam menjalin relasi (hubungan), dengan kerabat, sanak saudara, penampung ikan ataupun dengan masyarakat lingkungan sekitar terjalin dengan baik dan mereka memiliki rasa solidaritas yang tinggi.

Upaya dalam mempertahankan rasa solidaritas dalam komunitas nelayang suku bajo yaitu dengan saling menghormati dan saling menghargai antara sesama, saling mempercayai, saling membantu dan lain sebagainya. Karakteristik yang menjadi ciri-ciri sosial masyarakat nelayan adalah memiliki struktur relasi (Hubungan) yang sangat kuat, semangat kerja yang tinggi, pemanfaatan kemampuan diri dan adaptasi optimal.

Selain itu tradisi saling tolong menolong diantara masyarakat Desa Rajuni merupakan bentuk solidaritas diantara mereka sebagaimana kita ketahui bahwa manusia adalah mahkluk sosial yang memerlukan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Taka Bonerate Kabupaten Kepulauan Selayar. Untuk lebih jelasnya dipaparkan sebagai berikut:

1. Strategi Bertahan Hidup Komunitas Nelayan suku bajo

Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembanagan manusia sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan yang seamakin banyak dan beanekaragam. Tidak dapat di pungkiri bahwa dalam kehidupan manusia di hadapkan pada berbagai masalah ekonomi. Namun sebenarnya, masalah ekonomi dapat menjadi hal yang positif bagi manusia itu sendiri, hal tersebut di karenakan dengan adanya masalah ekonomi akan membuat manusia menjadi kreatif. Dimana manusia akan melakukan hal-hal yang

Secara umum strategi bertahan hidup nelayan suku bajo di Desa rajuni Kecamatan taka bonerate kabupaten kepulauan selayar. mencangkup strategi Sosial dan strategi Ekonomi.

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan,gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktifitas dalam kurun waktu tertentu. Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia yang berarti seni untuk mendapatkan kemenangan atau tujuan.

Secara umum strategi pada dasarnya merupakan seni atau cara yang menggunakan dan mengembangkan kekuatan sosial, ekonomi dan budaya.

Sedangkan strategi bertahan hidup yang dimaksudkan disini adalah: cara atau seni yang dilakukan oleh komunitas para nelayan.

Masyarakat nelayan desa Rajuni juga mempunyai strategi untuk bertahan hidup. Salah satu strategi adapatasi yang dilakukan nelayan di desa

Bheramari untuk mempertahankan kelangsungan hidup adalah melakukan diversifikasi pekerjaan. Diversifikasi pekerjaan merupakan perluasaan alternatif pilihan mata pencaharian yang dilakukan oleh nelayan baik dilakukan di bidang nelayan maupun di bidang non nelayan.

Sebagai makhluk sosial bentuk strategi yang dilakukan untuk mempertahankan hidup, merupakan suatu kehidupan yang membutuhkan suatu usaha dengan jalan bekerja yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan hidup mereka.

Dalam pandangan Damsar, (2009:41-42) mengemukakan bahwa, upaya untuk mencapai kebutuhan manusia, seseorang melakukan aktivitas ekonomi. Aktivitas ekonomi dipandang sebagai sebuah bentuk dari tindakan actor yang dinyatakan sebagai tindakan sosial sejalan dengan tindakan tersebut memperhatikan tingkah laku dari individu lain dan oleh karena itu diarahkan pada tujuan tertentu.

Kehidupan para nelayan seperti halnya dengan petualangan, sebagaimana pekerjaan ini sangat melelahkan untuk kebutuhan hidup keluarga para nelayan. Pekerjaan ini dapat mengorbankan waktu, tenaga, pikiran untuk mencari habitat laut seperti ikan, kerang, teripang dan udang.

Dan hasil tangkapan bergantung pada kondisi alam yang menguntungkan.

Nelayan selalu bergantung pada bulan dan pengetahuan terkait navigasi alam dan tempat yang biasa adanya ikan. Jenis ikan pasti berbeda disetiap titik yang sesuai dengan kondisi alam. Hal ini menjadi faktor yang

menyebabkan setiap nelayan akan berbeda cara kerjanya dari satu tempat ketempat yang lain.

Dalam masyarakat nelayan, ia menggantungkan hidupnya dari pemanfaatan sumberdaya laut dan pantai yang membutuhkan investasi besar dan sangat bergantung pada musim. Selain itu pola hubungan eksploitas antara pemilik modal dengan buruh dan nelayan, serta usaha nelayan yang bersifat musiman dan tidak menentu menyebabkan masyarakat miskin di kawasan pesisir cenderung sulit untuk keluar dari jerat kemiskinan.

Berdasarkan hasil dari wawancara seperti yang dijelaskan diatas bahwa komunitas nelayan suku bajo melakukan strategi bertahan hidup dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut:

a. Strategi aktif

Hasil penelitian di atas menunjukkan strategi aktif yang dilakukan nelayan suku bajo pulau rajuni salah satunya yaitu mencari pekerjaan sampingan dalam mencari nafkah pada saat cuaca buruk. Seperti yang dilakukan oleh informan mujar (45 tahun) pekerjaan sampingannya sebagai tukang kayu. Senada dengan informan firman (38 tahun) ia bekerja sebagai buruh tukang batu pada saat hasil tangkapan ikan kurang bagus.

Alasan ekonomi yang menjadi problema yang dihadapi oleh komunitas masyarakat nelayan suku bajo pulau rajuni, sehingga mengharuskan mereka mencari pekerjaan sampingan untuk menghasilkan pendapatan dan bisa membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Dalam kondisi semacam inilah sering mengalami kesulitan ekonomi.

Oleh karena itu masyarakat desa rajuni melakukan pekerjaan sampingan di saat mereka tidak pergi melaut. Kemampuan dan kemauan masyarakat di desa rajuni untuk melakukan kerja sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Bagi nelayan di desa rajuni biasanya melakakan pekerjaan sampingan pada saat cuaca ekstrim misalnya gelombang besar atau angin yang kencang sehingga membuat mesyarakat nelayan menetap di darat.

Melihat kondisi yang terjadi diatas sesuai dengan pendapat Kusnadi dalam Nasaruddin (2014:60) yang menyatakan bahwa, dalam menghadapi ketidak pastian penghasilan, masyarakat nelayan dapat melakukan kombinasi pekerjaan.

Kemudian dalam strategi aktif juga menunjukkan keikut sertaan anggota keluarga lainnya dalam mencari nafkah seperti yang dilakukan masyarakat desa rajuni pada saat suaminya berangkat melaut istri dirumah membuat kue sebagai usaha kecil-kecilan yang dimana kue tersebut dijajakan keliling kampung oleh anaknya setelah pulang dari sekolah.

Senada dengan yang dikatakan informan Aspar (39 tahun) bahwa anaknya setelah tamat sekolah dasar sudah ikut serta dalam membantu perekonomian keluarga dengan merantau kekampung sebelah menjadi buruh pengering ikan. Hal ini dilakukan agar dapat membantu merigankan perekonomian keluarga.

Menurut Edi, Suhartono, 2007. Strategi Bertahan Hidup..

Menjelaskan bahwa, mengenai bagaimana coping strategi (strategi betahan hidup) dilakukan oleh keluarga nelayan yang perekonomian rendah, maka mereka dapat melakukan bentuk strategi aktif, yaitu mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk mengatasi goncangan ekonomi.

b. Strategi pasif

Hasil penelitian di atas dapat dilihat bahwa dalam mempertahankan hidupnya komunitas masyarakat nelayan desa rajuni melakukan penghematan. Komunitas masyarakat nelayan desa rajuni yang memiliki tingkat kehidupan kurang cukup melakukan strategi penghematan. Hal ini harus mereka lakukan agar penghasilan keluarga mereka dapat menutupi semua kebutuhan.

Strategi ini cukup berhasil menekan pengeluaran keluarga. Bentuk penghematan yang biasa mereka lakukan adalah membeli bahan makanan yang lebih murah atau sesuai dengan kebutuhan mereka serta menabung untuk keperluan mendesak dan keperluan yang lebih penting. Seperti yang diutarakan oleh informan ibu Nisma (30 tahun) beliau berhemat dengan cara setelah membeli kebutuhan sehari-hari dengan harga yang lebih murah ia juga menyisipkan sedikit uang dari hasil pendapatan suaminya untuk kebutuhan esok harinya dan tidak membelanjai uang tersebut dengan keperluan tidak terlalu penting. Selain berhemat, menabung juga salah satu usaha yang biasa dilakukan istri nelayan desa rajuni agar bisa

memenuhi kebutuhan mendesak dan kebutuhan yang lebih penting ia juga melakukan panghematan dengan menabung yaitu mengikuti arisan tetangga perhari Rp. 20.000, dan ada juga arisan yang perbulan Rp.

100.000.

Menurut Ningsih, (2014:19) mengemukakan bahwa, dalam hal ini, pendapatan tidak dapat dipisahkan dengan pengeluaran keduanya bagaikan dua mata uang yang tidak bisa dipisahkan, sehingga jika pendapatan meningkat, maka presentasi pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan, rekreasi, barang mewah dan tabungan semakin meningkat.

c. Strategi jaringan

Dari hasil wawancara terlihat bahwa komunitas nelayan desa rajuni juga melakukan strategi jaringan dalam mempertahankan hidup mereka, dalam bentuk meminjam uang kepada sanak saudara, tetangga ataupun kepada penampung ikan.

Menurut Edi, Suhartono, 2007. Strategi Bertahan Hidup.

Menjelaskan bahwa, cara yang ditempuh dalam coping strategi (strategi betahan hidup) yaitu dengan strategi jaringan yang menjalin relasi, baik secara formal maupun informal dengan lingkungan sosial dan lingkungan kelembagaan untuk mengatasi goncangan ekonomi. Misalnya, meminjam uang tetangga, mengutang ke warung, meminjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya. Walaupun komunitas nelayan suku bajo desa rajuni belum pernah mendapatkan bantuan pemerintah seperti alat perikanan.

2. Hubungan Sosial Pada Komunitas Nelayan Suku Bajo

Pola hubungan terjadi ketika manusia memasuki pola interaksi yang relatif stabil dan berkesinambungan atau saling ketergantungan yang menguntungkan. Dalam konteks kehidupan komunitas masyarakat nelayan suku bajo desa rajuni pola hubungan punggawa klien masih terus terjadi karena memang belum adanya lembaga formal seprti uang koperasi atau simpan pinjam yang mampu berperan sebagai punggawa.

Nelayan sendiri belum mampu membangun lembaga baru secara mandiri.

Meski diakui bahwa para nelayan memiliki solidaritas sesama yang kuat dan etos kerja yang tinggi, mereka tetap saja masih memiliki sejumlah kelemahan khususnya dalam kemampuan mengordinasi diri baik untuk kepentingan ekonomi maupun profesi.

Aspek komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam seluruh aspek kehidupan manusia, hal ini terlihat dari setiap peristiwa, masa dan tempat selalu berhubungan dengan komunikasi. Komunikasi dapat dipahami maknanya melalui cara seseorang mengekspresikan dirinya dan orang lain dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.

Karena itu, komunikasi jelas tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Komunikasi sangat berhubungan dengan perilaku manusia untuk memenuhi kepuasan kebutuhannya.

Hampir setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang lain, dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi. Pesanpesan tersebut dapat terlihat dari perilaku manusia tersebut (Mulyana dan Rakhmat, 2006:12).

Perilaku individu merupakan hasil dari interaksi individu dengan lingkungannya. Penganut teori perilaku beranggapan bahwa individu ditentukan oleh dorongan eksternal atau lingkungan sekitarnya. Hal ini berarti bahwa individu dianggap sebagai makhluk pasif yang perilakunya terbentuk akibat pengaruh dari lingkungannya.

Dalam konteks budaya, dapat dikatakan bahwa perilaku komunikasi suku Bajo dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya, sebab budaya lebih diarahkan pada tata cara perilakunya. Bentuk perilaku komunikasi suku Bajo dapat dikatakan merupakan manifestasi dari pemahaman suku Bajo terhadap prilaku komunikasi komunitas daratan.

Proses memahami prilaku komunikasi suku Bajo dan komunitas daratan diperoleh dari kegiatan belajar, berpikir, merasa, mempercayai sesuatu berdasarkan nilai-nilai kepatuhan budayanya/pola-pola budaya mereka. Misalnya dalam berbahasa, berteman, tata cara berkomunikasi, penerapan interaksi dan tindakan sosial dalam kegiatan ekonomi, politik, dan teknologi selalu didasarkan pada pola-pola budaya.

Interaksi suku Bajo dan komunitas daratan merupakan suatu bentuk hubungan diantara mereka, seperti yang ditegaskan dalam teori pertukaran sosial (social exchange theory). Suku Bajo berhubungan dengan komunitas daratan karena mengharapkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya. Misalnya kemudahan-kemudahan dalam hal penjualan hasil tangkapan, pemilikan alat-alat tangkap, hiburan, pengetahuan, ibadah dan lain-lain.

Melihat kondisi tersebut sesuai pendapat Legg, dalam Satria (2015), mengungkapkan bahwa tata hubungan patron-klien umumnya berkenaan: (a) hubungan antar pelaku yang menguasai sumberdaya yang tidak sama. (b) hubungan yang bersifat khusus yang merupakan hubungan pribadi dan mengandung keakraban. Dan (3) hubungan yang didasarkan pada asas yang saling menguntungkan.

Sebagian nelayan memang menganggap status nelayan sebagai jalan hidup, sehingga etika subsitensi masih menjadi pegangang mereka.

Karena itu bisa dijelasakan mengapa ikatan patron sulit dilepaskan.

Satria, A. (2015) mengemukakan bahwa pola hubungan patron- klienmerupakan aliansi (ikatan) dari dua kelompok komunitas atau individu yang tidak sederajat, baik dari segi status, kekuasaan, maupun penghasilan sehingga menempatkan klien dalam kedudukan yang lebih rendah (inferior), dan patron dalam kedudukan yang lebih tinggi (superior).berdasarkan dari hasil wawancara seperti yang dijelaskan

diatas bahwa komunitas nelayan suku bajo melakukan upaya relasi bertahan hidup dengan cara yaitu, terjalin hubungan baik antara penampung ikan dengan komunitas nelayan suku bajo karena adanya ikatan saling membutuhkan antara kedua pihak tersebut sehingga masing- masing pihak merasa terikat, seperti yang dikatan oleh informan Marding (41 tahun) bahwa sebelum melaut komunitas nelayan suku bajo menggambil solar sebagai bahan bakar minyak pada penanpung ikan sebanyak tiga liter sekali melaut agar hasil tangkapan yang diperoleh tidak dijual kepada penampung ikan lainnya karena telah terikat dengan pengambilan tersebut. Kemudian meminta bantuan kepada tetangga apabila ada kebutuhan mendesak dan menjalin relasi dengan baik antara masyarakat linkungan sekitar.

Hal tersebut Senada dengan yang dikatakan informan Mutti (43 tahun) bahwa mereka biasanya mengutang dulu di kios-kios tetangga jika lagi tak punya uang kemudian dibayarnya setelah ada pendapatan karena disana belum ada sistem lembaga formal seperti koperasi yang ada hanya uang bunga sedangkan masyarakat komunitas nelayan suku bajo tidak berani meminjam karena bunga yang harus dibayar terlalu banyak jadi mereka biasanya hanya meminta bantuan kepada tetangga atau sanak saudara dan penampung ikan yang biasa membeli ikan mereka dalam konteks kehidupan bermasyarakat, suatu konsep bagi mereka yang dianggap bernilai tinggi bahwa manusia itu pada hakekatnya tidak berdiri sendiri akan tetapi dikelilingi oleh masyarakat, sehingga ia merasa

dirinya sebagai unsur kecil saja dalam lingkungan sosialnya. Masyarakat Desa Rajuni dalam hal jiwa tolong menolong sangat tinggi, terlepas apakah bentuk pertolongannya itu ikhlas atau tanpa pamrih.

Hubungan tetangga yang dibangun oleh komunitas masyarakat nelayan suku bajo di Desa Rajuni sangat baik, dilihat dari Perilaku atau kepribadian antar masing-masing tetangga menunjukkan sama halnya dengan keluarga sendiri, misalnya apabila tetangga mengalami kesulitan atau keluarga ada yang sakit mereka saling bantu-membantu dalam bentuk tenaga dan uang. Sikap dan tingkah laku inilah yang mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari, karena pada dasarnya manusia tidak akan hidup tanpa bantuan orang lain.

Dari uraian-uraian di atas, semakin memperjelas bahwa suku Bajo dalam kehidupannya senantiasa berinteraksi dengan komunitas daratan, yang ditunjukkan dalam bentuk perilaku komunikasi, baik perilaku komunikasi verbal dan non verbal, perilaku komunikasi simbolik, perilaku komunikasi antarpribadi, perilaku komunikasi kelompok, dan perilaku komunikasi massa, yang diditampilkan dalam wujud tindakan sosial yang di atur, ide-ide, gagasan-gagasan, nilainilai, norma-norma, peraturan-peraturan yang disebut dengan sistem budaya (kebudayaan).

Dengan demikian perilaku komunikasi suku Bajo dalam berinteraksi dengan komunitas daratan merupakan entitas budaya dimana

mereka berinteraksi. Dalam konteks ini perilaku komunikasi verbal suku bajo dengan sesama suku Bajo dan Komunitas daratan sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Cangara (2004:95) bahwa bahasa mempelajari dunia sekeliling kita, bahasa menjadi peralatan yang sangat penting untuk memahami lingkungan. Melalui bahasa, kita dapat mengetahui sikap, perilaku dan pandangan suatu bangsa, suku/etnis, meski kita belum pernah berkunjung ke negara/tempatnya, meskipun untuk penggunaan bahasa Bajo belum banyak dipergunakan oleh suku non Bajo baik di pasar maupun pergaulan seharihari di kantor, pelabuhan, dan di kota Buton.

Komunikasi simbolik banyak dilakukan oleh suku Bajo, hal ini disebabkan karena suku Bajo masih melaksanakan kebiasaan-kebiasaan yang diyakini dalam adat istiadat sejak dahulu. Komunikasi simbolik banyak terdapat dalam bentuk-bentuk upacara-upacara atau adat istiadat yang diyakini oleh suku Bajo. Namun saat ini komunikasi simbolik banyak yang sudah tidak mereka lakukan lagi, hanya ada beberapa bentuk-bentuk komunikasi simbolik yang masih mereka lakukan.

58

Hasil penelitian menggambarkan bahwa (Strategi Bertahan Hidup Komunitas Nelayan di Desa Rajuni Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten Kepulauan Selayar). Sikap nelayan suku bajo terletak pada kemampuan mereka dalam merancanakan kegiatan penangkapan, menentukan daerah penangkapan, mengambil keputusan dalam memecahkan masalah serta pengambilan keputusan dalam hal pemasaran. Adapun Salah satu bentuk dari strategi nelayan (pemancing) yaitu mereka menangkap ikan secara sendri-sendiri dengan menggunakan alat pancing dan perahu kecil milik mereka sendiri, dan hasil tangkapan yang mereka peroleh dijual pada penampung ikan. Kemudian strategi yang dilakukan komunitas nelayan suku bajo di Desa Rajuni Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten Kepulaun Selayar dalam mempertahankan hidup menggunakan beberapa strategi diantaranya yaitu bekerja sampingan, anggota keluarga ikut bekerja, melakukan penghematan, menyisipkan pendapatan dan meminjam uang. Adapun upaya relasi yang dilakukan untuk mempertahankan hidup yaitu menjalin hubungan baik antara masyarakat nelayan suku bajo dengan penampung ikan (pola hubungan patron- klien), meminta bantuan kepada sanak saudara atau tetangga pada saat pendapatan tidak mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan hidup.

Setelah melakukan penelitian di Desa Rajuni Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten Kepulaun Selayar maka dapat di simpulkan pada bab ini peneliti menarik kesimpulan yaitu:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi bertahan hidup komunitas nelayan suku bajo di Desa Rajuani Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten Kepulaun Selayar dapat disimpulkan bahwa, masyarakat nelayan suku bajo melakukan strategi bertahan hidup, ada tiga strategi bertahan hidup yang digunakan petama adalah mengoptimalkan segala potensi yang mereka miliki untuk mengatasi goncangan ekonomi. Yaitu mencari pekerjaan sampingan untuk bisa mendapatkan penghasilan tambahan pada saat musim angin tiba dan mengikut sertakan anggota keluarga untuk mencari nafkah. Kedua, dengan melakukan penghematan, dan menyisipkan sebagian pendapatan untuk kebutuhan yang lebih penting.

Ketiga, dengan meminjam uang kepada sanak saudara, ataupun kepada tetangga.

2. Masyarakat nelayan suku bajo dalam menjalin relasi (hubungan), dengan kerabat, sanak saudara, penampung ikan ataupun dengan masyarakat lingkungan sekitar terjalin dengan baik dan mereka memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Upaya dalam mempertahankan rasa solidaritas

3. dalam komunitas nelayang suku bajo yaitu dengan saling menghormati dan saling menghargai antara sesama, saling mempercayai, saling membantu dan lain sebagainya. Karakteristik yang menjadi ciri-ciri sosial masyarakat nelayan adalah memiliki struktur relasi (Hubungan) yang sangat kuat, semangat kerja yang tinggi, pemanfaatan kemampuan diri dan adaptasi optimal.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, berikut beberapa saran-saran yang terkait dengan realitas kehidupan masyarakat nelayan suku bajo:

1. Disarankan agar masyarakat nelayan suku bajo di Desa Rajuni Kecamatan Taka Bonerate Kabupaten Kepulaun Selayar agar lebih bekerja keras dalam upaya-upaya meningkatkan pendapatan yang lebih baik.

2. Disarankan agar pemerintah terkait khususnya di Desa Rajuni agar lebih memperhatikan komunitas masyarakat nelayan suku bajo dalam hal memberikan bantuan alat perikanan, dan dalam hal pemberian raskin dan atap seng lebih diperhatikan pemerataannya agar masyarakat nelayan suku bajo merasa lebih terbantu dengan bantuan tersebut.

3. Disarankan pada komunitas masyarakat nelayan suku bajo harus melakukan sebanyak-banyaknya strategi betahan hidup. Tidak hanya terpaku pada satu strategi saja agar mereka dapat memenuhi semuakebutuhan hidup mereka.

61

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, John W. 2012. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ritzer Goerge, Goodman J. Douglas. (2010). Teori Sosiologi Modern. Jakarta:

Kencana Pernada Media Group.

Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

B. Ismawan, 2003. Kemandirian, Suatu Refleksi. [internet]; Artikel-Th II- No 3.

Dentiana Rero, 2017, Strategi Bertahan Hidup Dalam Komunitas Nelayan Di Desa Bheramari Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende, Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas Flores, jurnal pendidikan ekonomi.

Fanesa fargomeli. 2014 “Interaksi Kelompok Nelayan Dalam Meningkatkan Taraf Hidup di Desa Dewil Kecamatan Sagaji Kabupaten Maba Halmaera Timur”(internet) https://media.neliti.com/media/publications/93604-ID- interaksi-kelompok-nelayan-dalam-meningk.pdf (di akses pada 10 agustus 2020)

Nurfadhillah T. 2016. “Peranan Mayarakat Nelayan Terhadap Peningkatan Ekonomi Di Desa Kenje Kecamatan Campalagia Kabupaten Polewali Mandar “. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Rahmatulliza. 2017. ” Pemberdayaan Mayarakat Nelayandi Pelabuhan Kuala Stabas Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Pesisir Barat”.

Skripsi S1 Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Sudiyono. 2015. “Strategi Bertahan Hidup Nelayan P. Rimau Balak Di Kabupaten Lampung Selatan” (Internet) binaprajajournal.com.

{diakses pada 30 agustus 2020}

Sztompka, Piotr. 2004. Sisologi Perubahan Sosial. Jakarta:Prenada Media Group.

Suhartono, Edi. 2007. Strategi Bertahan Hidup. htpp://www.policy.hu. [Diakses 10 agustus 2020. Pukul 11:01 WITA]. Dapat diunduh dari:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25332/3/Chapter

%20II.pdf.

62

Sudiyono. 2015. “Strategi Bertahan Hidup Nelayan P. Rimau Balak Di Kabupaten Lampung Selatan” (Internet) binaprajajournal.com

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sastrawidjaya, 2002. Nelayan Dan Kemiskinan. Jakarta: Pradnya Paramita.

Takwin, 2006. Habitus, Teori dan Realitas dalam buku resitensi Gaya Hidup.

Yogyakarta: jalasutra.

https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/47390

http://vhiekha.blogspot.com/2010/06/pemberdayaan-masyarakat agraris.html.

L A M

P I R A N - L A M

P

I

R A N

Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA

Nama : Mujar Umur : 45 Tahun Pekerjaan : Nelayan

Pendidikan : Tidak Tamat SD Sederajat Daftar Pertanyaan

1. Sejak kapan anda menekuni pekerjaan ini sebagai nelayan suku bajo desa rajuni?

2. Apa alasan anda sehingga memilih menjadi nelayan untuk bertahan hidup?

3. Apakah dengan memancing dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari anda?

4. Berapa kali anda pergi memancing dalam sehari?

5. Bagaimana cara anda memasarkan hasil pancingan yang anda peroleh?

6. Apa kendala yang anda hadapi selama menjadi nelayan?

7. Bagaimana cara anda menghadapi kendala-kendala tersebut?

8. Bagaimana hubungan sosial anda dengan masyarakat setempat?

Dokumen terkait