BAB V METODE KONTRASEPSI
A. Jenis-Jenis Kontrasepsi
Hampir semua PUS (Pasangan Usia Subur) dapat melakukan perencanaan keluarga dengan cara menunda kehamilan, menjarangkan jarak kehamilan, sampai menghentikan kesuburan yang pada dasarnya bertujuan membatasi jumlah anak yang kelak akan dimiliki. Oleh sebab itu, penggunaan alat kontrasepsi dan pemilihan metode kontrasepsi yang tepat sangat dibutuhkan bagi PUS agar mencapai tujuan membentuk suatu keluarga yang sejahtera.
Saat ini berbagai alat kontrasepsi telah mengalami perkembangan yang pesat seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Berdasarkan Data SDKI, 2007 maka penggunaan jenis kontrasepsi dikelompokkan menjadi dua cara sebagai berikut:
Gambar . Skema Jenis Kontrasepsi
METODE KONTRASEPSI
Cara Modern
Non-Hormonal Hormonal
Sterilisasi
Cara
Tradisional
69
A. Cara Tradisional:
1. Sanggama Terputus
2. Pantang Berkala atau Sistem Kalender 3. Metode Ovulasi Billing (MOB)
4. Metode Suhu Basal (MSB) B. Cara Modern
1. Non Hormonal meliputi: MAL, Kondom, Diafragma, AKDR/IUD 2. Hormonal meliputi: Pil, Suntikan, Implan,
3. Sterilisasi meliputi: MOW dan MOP
Beberapa pilihan jenis dan alat kontrasepsi merupakan hak bagi setiap klien yang datang untuk ber-KB disesuaikan dengan kondisi masing-masing klien. Uraian setiap jenis kontrasepsi akan dijelaskan dengan urutan sebagai berikut: tinjauan umum, cara kerja, petunjuk penggunaan, kembalinya kesuburan, keuntungan dan keterbatasan, efek samping atau efektivitas.
A. Cara Tradisional
1. Sanggama Terputus a. Cara Kerja
Alat kelamin pria (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak akan masuk ke dalam vagina yang akan berakibat tidak adanya pertemuan antara sperma dan ovum dan kehamilan pun dapat dicegah.
b. Petunjuk Penggunaan:
▪ Terlebih dahulu membangun saling penegertian sebelum melakukan hubungan seksual dan mendiskusikan pencegahan kehamilan melalui penggunaan metode sanggama terputus
▪ Pihak suami mendukung dan ingin berpartisipasi aktif dalam Keluarga Berencana khususnya penggunaan metode kontrasepsi sanggama terputus
70
▪ Metode ini dapat dilakukan oleh PUS yang taat beragama dan mempunyai alasan filosofi untuk tidak memakai metode-metode lain dengan alasan larangan agama
▪ Dapat digunakan pada Pasangan Usia Subur (PUS) yang melakukan hubungan seksual tidak teratur
▪ Sanggama tidak dianjurkan pada masa subur seorang wanita.
2. Pantang Berkala atau Sistem Kalender a. Cara Kerja
Metode kontrasepsi dengan sistem kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi tradisional yang dilakukan oleh PUS dengan tidak melakukan sanggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.
b. Petunjuk Penggunaan
▪ Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat reproduksinya terdapat tiga tahapan, yaitu:
✓ Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi)
✓ Fertility phase (masa subur)
✓ Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi)
▪ Perhitungan masa subur ini akan efektif dilakukan pada wanita dengan siklus menstruasi normal yaitu antara 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut.
Kemudian dapat dihitung periode masa subur setelah melihat data yang telah dicatat jarak antara siklus.
▪ Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke-16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret
71
hingga tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan sanggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus menggunakan metode kontrasepsi tertentu.
▪ Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid
dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus :
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan siklus terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1 : 25 – 18 = 7 (Hari Pertama Masa Subur) Langkah 2 : 30 – 11 = 19 (Hari Terakhir Masa Subur)
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini, suami istri tidak boleh melakukan sanggama. Apabila ingin melakukan sanggama harus menggunakan kontrasepsi.
Hari Pertama Masa Subur = Jumlah Hari Terpendek – 18 Hari Terakhir Masa Subur = Jumlah Hari Terpanjang – 11
72
3. Metode Ovulasi Billings (MOB) a. Cara Kerja
▪ Masa subur dapat dikenali dengan memantau lendir serviks yang keluar dari vagina, periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan memperhatikan perubahan kering atau basah
▪ Terdapat beberapa catatan yang perlu diperhatikan tentang metode ovulasi billings (MOB), yaitu:
Hari-hari Kering Hari-hari Subur Hari Puncak
Setelah darah haid bersih, kebanyakan Ibu
mempunyai 1 sampai beberapa hari tidak terlihat adanya lendir dan daerah vagina terasa kering.
Ketika terobservasi adanya lendir
sebelum ovulasi, Ibu dianggap subur ketika terlihat adanya lendir walaupun jenis lendir kental dan lengket.
Hari terakhir adanya lendir paling licin, mulur dan adanya perasaan basah sekitar vagina.
73 Gambar 4. Diagram Siklus Haid 28 Hari
4. Metode Suhu Basal (MSB) a. Cara Kerja
Hormon progresteron yang disekresi korpus luteum setelah ovulasi bersifat termogenik atau memproduksi panas yang dapat menaikan suhu tubuh 0,05℃
- 0,2℃ dan mempertahankannya pada tingkat ini sampai saat haid berikutnya.
Peningkatan suhu tubuh ini disebut sebagai peningkatan termal, hal ini merupakan dasar dari Metode Suhu Tubuh Basal (MSB). Siklus ovulasi dapat dikenali dari catatan suhu tubuh.
b. Petunjuk Penggunaan
▪ Pantang sanggama dimulai pada hari pertama haid dan diakhiri saat diterapkan aturan peningkatan termal.
▪ Selama siklus haid, klien mengukur suhu tubuhnya setiap pagi sebelum bangun dari tempat tidur (kira-kira pada waktu yang sama) dan mencatat suhu tubuhnya pada lembar catatan yang khusus disediakan sebelumnya.
74
▪ Dengan menggunakan catatan suhu tubuh pada lembar tersebut, klien dapat mengidentifikasi suhu tertinggi dari suhu normal sampai suhu terendah (suhu tubuh harian yang dicatat dengan pola khusus selama 10 hari pertama dari siklus haid dengan mengesampingkan suhu tubuh tinggi yang abnormal akibat demam atau gangguan lainnya.
▪ Tariklah sebuah garis 0,05℃ di atas suhu tertinggi dari sepuluh hari catatan suhu tersebut diatas. Garis ini disebut sebagai garis penutup atau garis suhu .
▪ Tunggu tiga hari dari suhu yang lebih tinggi untuk memulai sanggama. Fase tidak subur dimulai pada malam ke-3 hari berturut-turut dengan suhu diatas garis suhu.
▪ Bila salah satu dari ketiga suhu tubuh tersebut turun atau dibawah garis suhu selama 3 hari perhitungan, ini mungkin tanda ovulasi belum terjadi jadi klien harus menunggu sampai didapat 3 hari berturut-turut dengan suhu tubuh diatas garis suhu sebelum memulai sanggama.
▪ Setelah fase tidak subur dimulai, klien tidak perlu lagi mencatat suhu tubuh.
Ia dapat berhenti mencatat sampai siklus haid berikutnya
▪ Bila PUS tidak menghendaki anak, mereka harus pantang melakukan sanggama mulai awal siklus haid sampai hari ketiga dan tiga hari berturut- turut dengan suhu di atas garis suhu.
B. Cara Modern
Jenis kontrasepsi dengan cara modern dapat dibagi menjadi:
1) Kontrasepsi Non-Hormonal meliputi: MAL, Kondom, Diafragma, AKDR/IUD 2) Kontrasepsi Hormonal meliputi: Pil Kombinasi, Suntikan Kombinasi, dan Implan 3) Metode Sterilisasi meliputi: MOW (Metode Operasi Wanita) dan MOP (Metode
Operasi Pria)
75
1. Kontrasepsi Non-Hormonal
➢ Metode Amenore Laktasi (MAL) a. Tinjauan Umum
Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif selama 6 bulan, artinya periode ketika bayi hanya diberikan ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lainnya.
MAL mampu dijadikan metode kontrasepsi bila Ibu menyusui secara penuh, Ibu dalam keadaan belum haid (masa nifas), usia bayi kurang dari 6 bulan, MAL harus dilanjutkan menggunakan jenis kontrasepsi lainnya setelah berjalan lebih dari enam bulan.
b. Cara Kerja
Menyusui eksklusif atau penuh selama enam bulan tanpa memberikan tambahan makanan dan minuman lainnya pada bayi, proses ini akan menghambat pelepasan hormon kesuburan yang mengakibatkan tidak akan terjadinya kehamilan.
c. Petunjuk Penggunaan
▪ Ibu harus menyusui secara penuh
▪ Pendarahan selama 56 hari pascapersalinan dapat diabaikan selama tidak mengindikasikan Ibu dalam keadaan haid karena ketika Ibu sudah mendapat haid pertanda bahwa kembalinya kesuburan
▪ Bayi menyusu dengan cara menghisap langsung bukan dari botol
▪ Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir
▪ Kolostrum (ASI yang pertama kali keluar) diberikan pada bayi
▪ Pola menyusui dilakukan setiap saat bayi membutuhkan dan menyusui dari kedua payudara secara bergantian
▪ Waktu menyusui dilakukan sesering mungkin dalam kurun waktu selama 24 jam termasuk malam hari
▪ Menghidari jarak menyusui lebih dari 4 jam
76
d. Kembalinya Kesuburan:
▪ Bila bayi telah diberikan makanan pendamping secara teratur
▪ Ketika Ibu telah kembali mendapatkan haid
▪ Bayi menghisap susu tidak sering atau jika kurang dari 8 x sehari
▪ Bayi berumur 6 bulan atau lebih
e. Keuntungan dan Keterbatasan Keuntungan:
Bagi Bayi Bagi Ibu
✓ Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan lewat ASI)
✓ Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi optimal
✓ Terhindar dari keterpaparan
terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau susu formula, atau dari bahan peralatan minum yang digunakan
✓ Mengurangi pendarahan pascapersalinan
✓ Mengurangi risiko anemia
✓ Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi
Tabel 1. Keuntungan dan Keterbatasan MAL bagi Ibu dan Bayi
Keterbatasan:
✓ Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pascapersalinan
✓ Dalam kondisi tertentu metode ini sulit dilaksanakan karena kondisi sosial atau psikologis Ibu dan bayi
77
✓ Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan periode 6 bulan
✓ Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus Hepatitis B, HIV dan AIDS.
➢ Kondom a. Cara Kerja
▪ Kondom mampu mencegah bertemunya sel sperma dan sel telur pada saat sanggama. Saat ini terdapat dua jenis, yaitu kondom laki-laki dan kondom perempuan.
▪ Kondom Laki-laki yang digunakan dengan baik dan benar setiap kali akan berhubungan seksual sehingga angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan. Selain sebagai pencegah kehamilan, kondom juga dapat mencegah penyakit menular seksual.
▪ Kondom yang dirancang khusus untuk digunakan oleh perempuan, berbentuk silinder yang dimasukkan ke dalam alat kelamin atau kemaluan wanita. Kondom wanita berfungsi untuk mencegah kehamilan dan mengurangi resiko penyakit menular seksual. Kondom wanita memiliki dua ujung di mana ujung yang satu yang dimasukkan ke arah rahim tertutup dengan busa untuk menyerap sperma dan ujung yang lain ke arah luar terbuka
78
PETUNJUK PENGGUNAAN KONDOM LAKI-LAKI
• Tahap 1
• Tahap 2
• .Tahap 3
• Tahap 4
• Tahap 5
• Tahap 6
Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah tengah. Jangan
menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan
Kondom dipasang saat penis ereksi, dan sebelum melakukan hubungan badan.
Tekan ujung kondom dengan jari dan jempol untuk menghindari udara masuk ke dalam kondom.
Pastikan gulungan kondom berada di sisi luar
Buka gulungan kondom secara perlahan ke arah pangkal pens, sambil menekan ujung kondom. Pastikan posisi kondom tidak berubah selama coitus, jika kondom menggulung, tarik kembali gulungan ke pangkal penis.
Setelah ejakulasi, lepas kondom saat penis masih ereksi. Hindari kontak penis dan kondom dari pasangan Anda.
Buang dan bungkus kondom
79
PETUNJUK PENGGUNAAN KONDOM PEREMPUAN
• Tahap 1
• Tahap 2
• Tahap 3
Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan arah robekan ke arah tengah. Jangan menggunakan gigi, benda tajam saat membuka kemasan.
Sebelum hubungan seksual, perhatikan kondom wanita. Kondom wanita punya ring yang lebar (outer ring) untuk
bagian luar dan ring yang kecil (inner ring) untuk bagian dalam.
Pegang inner ring kondom, lalu tekan dengan ibu jari pada sisi ring, dan dengan jari lain pada sisi yang berseberangan, kemudian tekan sehingga sisi ring yang berseberangan akan bersentuhan dan bentuk inner ring menjadi lonjong.
80
• Tahap 4
• Tahap 5
• Tahap 6
Atur posisi yang nyaman.
Posisi dapat dilakukan secara berdiri satu kaki di atas kursi, jongkok maupun berbaring.
Masukkan inner ring ke dalam vagina dengan hati-hati.
Sewaktu kondom masuk ke dalam vagina, gunakan jari telujuk untuk menekan inner ring lebih jauh ke dalam vagina. Pastikan kondom jangan sampai berputar, dan outer ring (ring yang besar) tetap berada di luar.
Berikan sedikit minyak pelicin pada penis atau bagian dalam kondom. Bantu penis masuk ke dalam kondom.
81
• Tahap 7-8-9-10
Pasca coitus, keluarkan kondom secara hati-hati dengan memutar bagian outer ring untuk menjaga air mani yang tertampung di dalam kondom tidak tumpah.
Keluarkan kondom secara hati-hati. Buang kondom bekas pakai ke tempat yang aman (tempat sampah). Jangan buang di toilet.
b. Keuntungan dan Keterbatasan Keuntungan:
✓ Sebagai alat kontrasepsi yang secara efektif mencegah dengan angka kegagalan kondom yaitu terjadinya 3-14 kehamilan per 100 wanita pada 1 tahun penggunaan pertama.
✓ Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi yang dapat mencegah penularan IMS, HIV, dan AIDS.
✓ Aman sebagai alat kontrasepsi khususnya bagi Ibu yang sedang menyusui.
82
Keterbatasan:
✓ Kegagalan tinggi bila tidak digunakan dan dipasang dengan benar sesuai petunjuk penggunaan kondom.
✓ Kondom dapat berdampak menimbulkan alergi lateks pada kulit klien yang sensitif.
✓ Menimbulkan ketidaknyamanan dalam hubungan seksual karena mengurangi sentuhan langsung antara penis dengan vagina.
✓ Harus siap tersedia setiap kali berhubungan seksual sehingga diharapkan menyediakan stok kondom di rumah.
✓ Beberapa klien enggan untuk membeli kondom di tempat umum karena masih ada pandangan negatif di masyarakat tentang pengguna kondom.
✓ Pembuangan kondom bekas telah menimbulkan masalah dalam hal limbah yang mencemari lingkungan
Kondom perempuan ini bukan termasuk kontrasepsi yang disediakan oleh pemerintah
83
➢ Diafragma a. Cara Kerja
Diafragma dirancang aman dan disesuaikan vagina untuk menutupi serviks. Diafragma merupakan kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang dapat
dibengkokkan. Diafragma ini mempunyai cara kerja sebagai berikut:
▪ Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan saluran telur (tuba falopi).
▪ Sebagai alat untuk
menempatkan spermisida.
▪ Spermisida bekerja dengan cara menyemprotkan bahan aerosol, krim, atau tablet pada vagina untuk menonaktifkan atau membunuh sperma.
Gambar 5. Diafragma dan Spermisida
84
PETUNJUK PEMASANGAN DIAFRAGMA
• Tahap 1
Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Pastikan diafragma tidak berlubang. Oleskan spemisida pada kap diafragma secara merata.
• Tahap 2
Cari posisi yang nyaman pada saat pemasangan diafragma. Posisi dapat dengan mengangkat satu kaki ke atas kursi, duduk di tepi kursi, berbaring ataupun sambil jongkok. Pisahkan bibir vulva. Tepi diafragma melipat menjadi dua dengan sisi yang lain. Letakkan jari telunjuk di tengah kap untuk pegangan yang kuat. Spermisida harus berada di dalam kap.
85
• Tahap 3
Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian depan pinggiran ke atas di balik tulang pubis. Masukkan jari ke dalam vagina sampai menyentuh serviks. Sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi.
Perhatian
Diafragma masih terpasang dalam vagina sampai 6 jam setelah berakhir hubungan seksual. Jika hubungan seksual berlangsung di atas 6 jam setelah pemasangan, tambahkan spermisida ke dalam vagina. Jangan meninggalkan diafragma di dalam vagina lebih dari 24 jam.
86
PETUNJUK PELEPASAN DIAFRAGMA
• Tahap 1
Sebelum melepas diafragma, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Kait bagian ujung diafragma dengan jari telunjuk dan tengah untuk memecah penampung.
• Tahap 2
Tarik diafragma turun dan tarik keluar. Cuci dengan sabun dan air, kemudian keringkan sebelum disimpan kembali di tempatnya
87
b. Kelebihan dan Keterbatasan Kelebihan:
✓ Efektif mencegah kehamilan dengan taraf sedang yang menunjukkan angka kegagalan terjadi pada 6-40 kehamilan per 100 perempuan pada satu tahun penggunaan pertama.
✓ Dapat digunakan selama menyusui karena tidak berisiko pada gangguan kesehatan.
✓ Melindungi klien dari IMS, HIV dan AIDS khususnya apabila digunakan dengan spermisida.
Keterbatasan:
✓ Angka kegagalan tinggi yang sangat dipengaruhi oleh kepatuhan mengikuti cara penggunaan
✓ Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan
✓ Berisiko menyebabkan infeksi saluran uretra
✓ Pada 6 jam pasca hubungan seksual, alat masih harus berada di posisinya.
88
Diafragma ini bukan termasuk kontrasepsi yang disediakan oleh pemerintah
➢ Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/ IUD (Intra Uterine Device) a. Cara Kerja
▪ Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
▪ Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
▪ IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
▪ Pemakaian IUD Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran saat ini dapat dilakukan sebagai berikut:
✓ IUD Post Placenta : IUD dapat dipasangkan kepada Ibu langsung setelah bayi lahir dilakukan dalam tenggang waktu 10 menit setelah placenta/ari-ari lahir
✓ IUD Post Partum: IUD dapat dipasang dalam kurun waktu sampai 48 jam pertama pascapersalinan
✓ IUD Post Seksio: IUD dapat dipasang segera setelah operasi seksio sesaria (operasi caesar)
✓ IUD Pasca Keguguran: IUD dapat dipasang segera atau dalam waktu 7 hari dengan syarat tidak adanya infeksi setelah Ibu mengalami keguguran/
tindakan setelah keguguran b. Petunjuk Penggunaan
▪ Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada waktu di akhir masa haid.
▪ Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan
89
satu minggu lalu dilakukan pemeriksaan setiap bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan rutin selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali.
▪ Saat ini jenis kontrasepsi IUD menggunakan Type Cooper T 380 A yang sudah digunakan oleh pihak BKKBN sejak tahun 2005 dan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1079/MENKES/SK/VIII/2010 tentang jenis kontrasepsi IUD adalah Type Cooper T 380 A .
Gambar 6. Jenis IUD
c. Keuntungan dan Keterbatasan Keuntungan:
✓ IUD memiliki efektivitas tinggi sebagai kontrasepsi segera setelah dipasang
✓ Metode kontrasepsi jangka panjang dapat digunakan dalam jangka waktu 10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu diganti.
✓ Sangat efektif karena tidak perlu untuk mengingat waktu pemakaian atau disiplin penggunaan seperti minum pil atau menggunakan suntikan
✓ Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu cemas pada terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan
✓ AKDR dengan Cu AKDR (CuT-380A) tidak memiliki efek samping hormonal karena tidak mengandung hormon
✓ Tidak menghambat produksi ASI bagi Ibu yang sedang menyusui
90
✓ Dapat langsung digunakan segera setelah melahirkan (pascapersalinan) atau sesudah abortus (pascakeguguran) dengan syarat tidak terjadi infeksi
✓ Tidak terindikasi mengkonsumsi obat-obatan atau zat adiktif lainnya
✓ Membantu mencegah kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan) Keterbatasan:
✓ Efek samping yang sering terjadi pada siklus haid yang berubah pada umumnya 3 bulan pertama dengan ciri sebagai berikut: haid lebih lama, terasa sakit, dan adanya pendarahan (spotting) antar menstruasi.
✓ Adanya komplikasi lainnya: merasakan sakit atau kejang 3-5 hari setelah pemasangan, pendarahan berat pada saat haid akan berisiko anemia, pemasangan yang tidak benar akan menimbulkan perforasi dinding uterus.
✓ Klien tidak dapat melepas AKDR dengan sendirinya sehingga membutuhkan bantuan petugas kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR
✓ Risiko menimbulkan kehamilan ektopik yaitu kehamilan di luar rahim atau di luar kandungan, sel telur yang telah dibuahi menempel pada tempat selain uterus (dapat di leher rahim, tuba falopii, rongga perut atau indung telur)
✓ Klien harus memeriksa posisi benang AKDR secara periodik dengan cara memasukkan jarinya ke dalam vagina tetapi sebagian perempuan enggan melakukan hal ini.
91
2. Kontrasepsi Hormonal
➢ Suntikan Progestin a. Cara Kerja
▪ Terdapat 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu:
✓ Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera) mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler (di daerah bokong)
✓ Depo Neoretisteron Enantat (Depo Noristerat) yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskuler (di daerah bokong)
▪ Mencegah ovulasi dengan cara mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan sperma untuk membuahi.
b. Petunjuk Penggunaan
▪ Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler dalam di daerah bokong. Suntikan diberikan setiap 90 hari.
▪ Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid yang biasanya bersifat sementara
▪ Suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal, bila Ibu lupa jadwal suntikan dapat segera diberikan dengan syarat kondisi Ibu sedang tidak hamil
c. Keuntungan dan Keterbatasan Keuntungan:
✓ Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap beberapa efek samping, penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah
✓ Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI