• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Konsep Uji Validitas

3. Jenis Validitas Instrumen

Jenis validitas secara umum menurut Azwar (2016) terdiri atas validitas isi, validitas konstruk dan validitas berdasar kriteria. Penjelasan dari jenis validitas data adalah sebagai berikut:

a. Validitas Isi

Validitas isi merupakan sejauh mana isi dari instrumen penelitian dapat mewakili semua aspek dari sebuah variabel (Singarimbun dan Effendi, 2016).

Sementara itu Azwar (2016) menyatakan jika validitas isi pada intinya adalah untuk menjawab pertanyaan apakah setiap butir pernyataan dapat menjadi tolak ukur dalam menentukan sebuah variabel dan apakah

butir telah mencakup semua domain isi yang hendak diukur.

Mencakup semua domain isi menurut Azwar (2016) tidak hanya komprehensif isinya namun harus pula memuat butir-butir pernyataan yang relevan dengan variabel penelitian. Kendati isinya komprehensif tetapi tes dilakukan dengan melibatkan butir-butir pernyataan yang tidak relevan dengan dengan variabel penelitian maka validitas isi tidak mencerminkan data yang sesungguhnya.

Contoh dari validitas isi adalah sebagai berikut:

Variabel β€œEtika Bisnis Islam” menurut Djakfar (2008) memiliki dimensi 1)Jujur dan transparan, 2) Menjual barang yang baik mutunya, 3) Dilarang menggunakan sumpah, 4) Longgar dan bermurah hati, 5) Membangun hubungan baik dengan rekan, 6) Tertib administrasi, 7) Menetapkan harga dengan transparan dan 8) Menepati Janji.

Dengan demikian secara konsep Etika Bisnis Islam sebagai variabel laten dapat diukur dengan delapan indikator. Jadi ketika semua indikator yaitu sebanyak delapan indikator tersebut dimasukkan kedalam pertanyaan atau kuesioner penelitian maka validitas isi telah terpenuhi. Guna membuktikan apakah

kedelapan indikator tersebut merupakan indikator yang valid maka diperlukan pengujian secara statistik.

Secara statistik uji validitas isi dari instrumen penelitian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan Bivariate Correlation Pearson dan Corrected Item- Total Correlation (Wiyono, 2011).

1) Bivariate Correlation Pearson

Uji ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan skor total butir pertanyaan, artinya suatu butir pertanyaan dalam sebuah instrumen penelitian dikatakan valid jika memiliki korelasi terhadap skor total dari butir pertanyaan tersebut (Wiyono, 2011). Uji validitas dengan bivariate correlation pearson dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi bivariate pearson.

Koefisien korelasi butir total dengan bivariate pearson dapat dicari dengan menggunakan formula bivariate pearson menurut Wiyono (2011) sebagai berikut:

π‘Ÿπ‘–π‘₯= 𝑛 βˆ‘ 𝑖π‘₯ βˆ’ (βˆ‘ 𝑖)(βˆ‘ π‘₯)

√[𝑛 βˆ‘ 𝑖2βˆ’ (βˆ‘ 1)2][𝑛 βˆ‘ π‘₯2βˆ’ (βˆ‘ π‘₯)2] Keterangan:

rix : Koefisien Korelasi butir-total (bivariate pearson)

i : Skor butir x : Skor total

n : Banyaknya subjek

2) Corrected Item-Total Correlation

Corrected Item-Total Correlation merupakan upaya untuk mengatasi persoalan dalam melakukan uji validitas dengan bivariate pearson. Hal ini dikarenakan pada uji validitas dengan bivariate pearson menyebabkan over estimasi. Over estimasi terjadi karena besarnya kontribusi dari butir pertanyaan dalam menentukan skor total sebuah instrumen penelitian (Azwar, 2016).

Sementara itu pada uji validitas corrected item-total correlation pengujiannya dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor butir dengan skor total dan melakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi yang over estimasi (Azwar, 2016).

Jika jumlah butir pernyataan cukup banyak maka skor butir terhadap skor total tidak besar, namun jika jumlah butir pernyataan sedikit maka dampaknya menjadi besar. Untuk itu diperlukan formula terkoreksi dalam pengujian validitas instrumen. Formula tersebut menurut Azwar (2016) adalah sebagai berikut:

π‘Ÿπ‘–(π‘₯βˆ’π‘–) = π‘Ÿπ‘–π‘₯π‘ π‘–βˆ’π‘ π‘–

√(𝑆π‘₯2+𝑆12βˆ’ 2π‘Ÿπ‘–π‘₯𝑠𝑖𝑠π‘₯)

Keterangan:

rix : Koefisien Korelasi skor butir-total sebelum dikoreksi

Si : Deviasi standar skor butir yang bersangkutan

Sx : Deviasi standar skor tes

b. Validitas Konstruk

Konstruk merupakan kerangka dari sebuah konsep (Singarimbun dan Effendi, 2016). Misalnya seorang peneliti ingin mengukur variabel β€œEtika Bisnis Islam”

maka yang harus dilakukan adalah mencari apa saja indikator dari Etika Bisnis Islam tersebut. Guna mencari indikator dari variabel tersebut ada tiga cara yang dilakukan menurut Singarimbun dan Effendi, (2016) yaitu:

Pertama, mencari definisi-definisi dari variabel yang telah dikemukakan oleh para ahli. Kedua, manakala tidak ditemukan indikator dari sebuah variabel maka peneliti dapat memberikan indikator sendiri dengan cara mengkonsultasikan nya dengan ahli yang kompeten di bidangnya. Ketiga, peneliti dapat menanyakan indikator dari variabel penelitian kepada responden penelitian. Misalnya ketika peneliti hendak mengukur variabel β€œEtika Bisnis Islam” peneliti dapat

menanyakan langsung kepada responden. Dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh responden inilah kemudian peneliti menyusun indikator dari variabel penelitian.

Sementara itu menurut Magnusson (Azwar, 2016) validitas konstruk dapat dilakukan melalui tahapan berikut:

Pertama, melakukan studi mengenai perbedaan diantara kelompok-kelompok yang secara teori harus berbeda. Kedua, melakukan studi tentang pengaruh perubahan dalam diri individu dan lingkungannya terhadap hasil tes. Ketiga, melakukan studi tentang korelasi diantara berbagai variabel yang secara teoritis dapat mengukur aspek yang sama. Keempat, melakukan studi tentang korelasi antar butir-butir tes.

c. Validitas Berdasar Kriteria

Merupakan validitas data dengan cara mengkorelasikan penggunaan instrumen yang telah ada dengan hasil yang dicapai di masa depan. Artinya antara instrumen input dengan outputnya berbeda namun memiliki korelasi yang tinggi. Validitas jenis ini menurut Azwar (2016) dapat dibagi dua yaitu validitas prediksi dan validitas konkuren.

Validitas prediksi menurut (Singarimbun dan Effendi, 2016) adalah alat ukur yang digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Contoh dari validitas prediksi adalah persyaratan untuk mendapatkan pembiayaan di bank syariah. Umumnya untuk mendapatkan pembiayaan dari bank syariah calon nasabah harus memenuhi unsur 5C yang merupakan singkatan dari (Character, Capacity, Capital, Condition, Collateral). Jika nasabah telah memenuhi unsur tersebut besar kemungkinan bank bersedia memberikan pembiayaan kepada nasabah terbut, namun apakah unsur 5C sebagai pengukur dari kelayakan nasabah untuk menadapatkan pembiayaan dapat diketahui pada waktu yang akan datang. Jika nasabah yang telah memenuhi unsur 5C ternyata dapat membayar angsuran secara teratur atau dapat melunasi kewajibannya tepat waktu maka unsur 5C telah memenuhi kriteria prediktif.

Dengan demikian validitas prediktif baru diketahui dalam waktu yang relatif lama. Hal ini dikarenakan unsur 5C untuk mendapatkan pembiayaan tidak dapat secara langsung diketahui korelasi nya dengan kualitas nasabah yang mendapatkan pembiayaan.

Sementara itu validitas konkuren atau merupakan penyusunan indikator baru untuk mendapatkan hasil yang memiliki karakteristik sama dengan indikator lama yang sudah baku. Jadi validitas konkuren merupakan bagaimana kemampuan sebuah indikator yang baru dibuat menghasilkan korelasi yang tinggi dengan indikator lama yang telah baku. Ketika korelasi yang dihasilkan dari indikator baru dengan indikator yang telah ada mendekati angka satu maka indikator yang telah disusun memiliki validitas konkuren.

Selain ketiga jenis validitas data di atas Singarimbun dan Effendi (2016) menambahkan tiga jenis validitas data yaitu validitas eksternal, validitas budaya dan validitas 1) Validitas Eksternal

Validitas eksternal dapat dilakukan dengan cara melakukan korelasi antara instrumen penelitian yang baru dengan instrumen yang telah teruji validitas nya (Singarimbun dan Effendi, 2016).Cara mengetahui tingkat kevalitannya adalah dengan melakukan korelasi antara instrumen baru dengan instrumen yang telah ada sebelumnya. Jika kedua instrumen tersebut memiliki korelasi yang tinggi maka

instrumen tersebut telah memenuhi kriteria validitas eksternal.

Syarat dalam melakukan uji ini adalah subjek penelitian adalah sama. Misalnya dalam meneliti tentang kepuasan hidup seorang peneliti membuat instrumen baru, padahal instrumen tentang kepuasan hidup sudah ada yang teruji seperti instrumen SWLS (satisfaction with life scale) yang dibuat oleh Diener, dkk (1985).Namun peneliti tersebut tidak menggunakan instrumen SWLS (satisfaction with life scale) tetapi membuat yang baru. Jika hasil dari instrumen yang baru ternyata memiliki hasil yang berkorelasi tinggi dengan skala SWLS (satisfaction with life scale) maka instrumen baru tersebut telah memenuhi validitas eksternal.

2) Validitas Budaya

Validitas budaya muncul karena adanya perbedaan budaya dalam lingkungan masyarakat. Suatu indikator barangkali telah valid di luar negeri namun belum tentu ketika di gunakan di Indonesia.

Termasuk juga di negara yang memiliki keragaman suku seperti Indonesia. Untuk mengukur tingkat kesejahteraan orang jawa barangkali akan berbeda dengan indikator yang digunakan untuk orang yang

berasal dari Sumatera (Singarimbun dan Effendi, 2016).

3) Validitas Rupa

Menurut Singarimbun dan Effendi (2016) pada dasarnya validitas rupa hanya menunjukkan bahwa dari segi rupanya suatu alat ukur tampaknya sudah dapat mengukur apa yang ingin diukur. Misalnya untuk membuktikan bahwa seseorang dapat mengendarai mobil maka tes yang dilakukan adalah menggunakan simulator. Jika menggunakan tes tertulis tentunya alat ukur itu tidak memenuhi kriteria validitas rupa.

Dalam melakukan penelitian ekonomi syariah uji validitas terhadap instrumen penelitian penting untuk dilakukan. Ibaratnya uji validitas merupakan sebuah kendaraan yang akan digunakan oleh penumpang untuk menuju ke suatu tempat, jika kendaraan itu rusak maka tidak akan dapat membawa penumpangnya sampai ke tujuan. Begitu juga halnya dengan instrumen penelitian, instrumen yang rusak tidak akan dapat digunakan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Padahal data merupakan unsur penting dalam menentukan kualitas hasil penelitian. Tanpa data

yang berkualitas mustahil hasil penelitian akan berkualitas pula.

Dokumen terkait