Penulis mempunyai motivasi yang tinggi untuk menulis buku berjudul “Teknik Penyusunan Instrumen, Uji Validitas dan Reliabilitas Penelitian Ekonomi Syariah” karena bertujuan untuk mendukung STAI Al Husain Magelang dan khususnya Program Studi Ekonomi Syariah dalam mewujudkan visinya. yaitu “Unggul Pengembangan Kajian Ekonomi Islam Berbasis Ilmu Pengetahuan dan Keindonesiaan.” Selain untuk keperluan internal, buku ini juga dapat digunakan oleh para dosen dan mahasiswa dari universitas lain di seluruh Indonesia, khususnya dalam mempersiapkan instrumen uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ekonomi syariah.
Data Primer
Kelebihan Data Primer
Interaksi langsung antara pewawancara (peneliti) dan orang yang diwawancara (informan) dapat memungkinkan pewawancara menggali informasi secara mendalam. Dalam penelitian yang menggunakan teknik pengumpulan data observasional, data primer memungkinkan peneliti merasakan secara langsung kondisi lokasi atau subjek penelitian.
Kekurangan Data Primer
Penelitian dengan menggunakan data primer, salah satu kendala yang mungkin dihadapi peneliti adalah sulitnya mendapatkan izin penelitian. Ketika mengeksplorasi pemikiran tokoh, misalnya jika menggunakan data primer maka peneliti harus menguasai bahasa tokoh yang akan diteliti.
Contoh penelitian dengan Data Primer
Selain itu, alasan peneliti menggunakan data primer karena belum ada lembaga yang menyediakan data religiusitas (X) dan minat menggunakannya (Y). Dari konsep penelitian di atas, apa saja data primernya dan apa saja variabelnya yang dapat diperoleh nilainya dengan menggunakan data sekunder?
Data Sekunder
Kelebihan Data Sekunder
Keuntungan menggunakan data sekunder dalam penelitian menurut (Singarimbun dan Effendi, 2016) adalah peneliti tidak mengeluarkan biaya lebih. Meski masih ada data sekunder yang bisa diperoleh dengan membayar, namun biaya yang dikeluarkan tidak sebesar jika harus melakukan penelitian dengan data primer.
Kekurangan Data Sekunder
Penelitian yang menggunakan data sekunder mempunyai kelemahan seperti kurangnya pemutakhiran data, ketersediaan data yang tidak sesuai kebutuhan, dan perbedaan perhitungan oleh pihak terkait. Namun apabila data tersebut tidak memenuhi kebutuhan dan adanya perubahan metode perhitungan, peneliti tetap dapat mengatasinya dengan memilah dan menyesuaikan perhitungannya.
Contoh penelitian dengan Data Sekunder
Data penelitian dapat diperoleh dari laporan tahunan bank syariah yang kinerjanya ingin kita ukur dengan Maqashid al-syariah. Walaupun data-data tersebut diperlukan untuk melakukan analisis, namun data kinerja bank syariah yang bermaqashid al-syariah tidak langsung disajikan dalam laporan keuangan sehingga harus kita hitung sendiri.
Mengenal Instrumen Penelitian
Dari gambar terkait tahapan-tahapan penelitian di atas terlihat bahwa instrumen penelitian diposisikan sebelum pengumpulan data (dalam penelitian dengan jenis data primer), oleh karena itu sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti diharapkan membuat instrumen penelitian. Berbeda dengan pedoman wawancara yang dapat disusun secara umum, instrumen penelitian berupa angket disusun lebih khusus dan rinci, sehingga proses penyusunannya lebih rumit dibandingkan menyusun pedoman wawancara.
Pentingnya Instrumen Penelitian
Macam-macam Instrumen Penelitian
Dalam wawancara ini peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan tertulis dengan alternatif jawaban yang telah disiapkan, orang yang diwawancara diberikan pertanyaan yang telah disiapkan kemudian pewawancara mencatat. Instrumen penelitian yang berupa dokumentasi tidak hanya sekedar pengumpulan dan penulisan atau pelaporan berupa kutipan tentang.
Cara Menyusun Instrumen Penelitian
Soal diurutkan berdasarkan pertimbangan tertentu, misalnya dari soal yang mudah ke soal yang lebih sulit, dari soal yang kurang penting ke soal yang penting, dan sebagainya. Dalam instrumen penelitian yang berupa angket, peneliti juga dapat menentukan mana item pernyataan yang positif (favorable) atau item pernyataan mana (unfavorable). Pada tahap ini peneliti belum mengemukakan masalah yang akan diteliti, sehingga peneliti melakukan eksplorasi secara umum dan menyeluruh, mendeskripsikan segala sesuatu yang dilihat, didengar dan dirasakan.
Observasi ini disebut observasi terfokus karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus.
Contoh Pengembangan Instrumen Penelitian
Dari Tabel 2 diatas terlihat bahwa angket penelitian menggunakan skala likert dengan skor 1-5. Untuk pernyataan baik, jika responden menjawab Sangat Setuju (SS) maka skornya 5, jika menjawab Setuju (S) skornya 4, dan seterusnya. Namun untuk pernyataan negatif, jika responden menjawab Sangat Setuju (SS) maka skornya 1, jika menjawab Setuju (S) skornya 2, dan seterusnya.
Menurut Arikunto (2006), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data agar pekerjaannya menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam artian lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah untuk dilakukan. proses. .
Skala Likert
1 = sangat tidak Secara implisit, Symonds menyatakan (dalam Croasmun dan Ostrom, 2011) bahwa alternatif jawaban maksimal pada skala Likert adalah tujuh alternatif jawaban. Hal ini dikarenakan lebih dari tujuh alternatif jawaban berdampak pada menurunnya tingkat reliabilitas skala Likert (Croasmun dan Ostrom, 2011). Secara teknis, Klopfer (dalam Widhiarso, 2010) berpendapat bahwa alternatif respons netral mengasumsikan bahwa responden sebenarnya mendukung posisi netral.
Oleh karena itu, pilihan respons netral alternatif harus tetap dimasukkan dalam skala Likert untuk memastikan bahwa responden benar-benar mendukung posisi netral.
Skala Guttman
Secara statistik, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skala Likert yang memberikan alternatif jawaban netral dengan skala Likert yang tidak memberikan jawaban netral, serta tingkat validitas dan reliabilitasnya juga tidak berbeda. Perbedaannya hanya pada varians skor, dimana skala Likert dengan alternatif respons netral memiliki variasi data yang lebih besar dibandingkan skala tanpa alternatif respons netral. Menurut Nazir (2009), terdapat dua ciri penting skala Guttman, yaitu pertama, bersifat kumulatif, karena jika responden menginginkan pertanyaan yang berbobot lebih, ia juga akan menyetujui pertanyaan lain yang bobotnya lebih kecil.
Kedua skala Guttman ingin mengukur satu dimensi saja dari suatu variabel multidimensi, sehingga skala ini dianggap mempunyai ciri-ciri unidimensi atau spesifik.
Skala Semantic Deferential
Skala diferensial semantik dapat digunakan untuk menilai bagaimana suatu objek memandang suatu konsep, apakah sama atau berbeda (Nazir, 2009). Lebih lanjut Nazir (2009) menyatakan ada dua hal yang perlu diperhatikan, pertama dalam merumuskan ciri-ciri bipolar yang sesuai dengan konsep untuk memecahkan masalah. Sifat bipolar yang dirumuskan dapat hanya berbentuk satu dimensi (evaluasi, potensi atau kegiatan), namun dapat juga digunakan secara keseluruhan.
Dalam menyusun skala diferensial semantik, semakin ke kanan maka semakin baik pandangan objek terhadap suatu konsep atau dimensi yang dimaksud.
Rating Scale
Parasuraman dkk (1988) menyatakan ada lima dimensi kualitas pelayanan yang disingkat RATER (reliability, assurance, tangibles, empathy dan responsiveness). Seluruh indikator kualitas layanan BAZDA kemudian dikumpulkan dalam kuesioner dengan menggunakan skala evaluasi. Dari hasil penyebaran kuesioner di atas akan dihitung kategori kualitas pelayanan BAZDA menurut responden survei.
Jadi kemungkinan skor tertinggi yang diperoleh pada contoh ini adalah 250. Jika total skor pada contoh ini adalah 250 maka dapat dipastikan kualitas pelayanan di BAZDA sangat baik menurut responden.
Konsep Uji Validitas
Pengertian Uji Validitas Instrumen
Dengan kata lain validitas instrumen adalah sejauh mana variabel manifes akurat dalam mengukur variabel laten. Variabel laten merupakan konsep yang abstrak sehingga hanya dapat diamati secara tidak langsung melalui variabel manifes atau variabel atau indikator yang diamati. Dari Gambar 5 di atas, pertanyaan yang muncul adalah apakah variabel laten “Etika Bisnis Islam” benar adanya.
Atau benarkah kedelapan variabel manifes pada gambar 5 merupakan variabel manifes yang valid dalam menentukan nilai variabel laten “Etika Bisnis Islam”.
Mengapa Uji Validitas Instrumen
Oleh karena variabel manifes mempunyai peranan penting dalam menentukan nilai empiris variabel laten, maka diperlukan uji validitas untuk membuktikan apakah kedelapan variabel manifes tersebut tepat dalam mengukur variabel laten (Etika Bisnis Islam) atau tidak. Validitas instrumen pengukuran dilakukan untuk membuktikan bahwa delapan variabel semu dari variabel laten (Etika Bisnis Islam) merupakan variabel manifes (yang dapat mengukur Etika Bisnis Islam) yang valid.
Jenis Validitas Instrumen
Yaitu validasi data dengan cara mengkorelasikan penggunaan instrumen yang ada dengan hasil yang dicapai di masa yang akan datang. Dengan demikian, validitas konkuren adalah kemampuan suatu indikator yang baru dibuat untuk menghasilkan korelasi yang tinggi dengan indikator standar yang lama. Apabila korelasi yang dihasilkan antara indikator baru dengan indikator yang sudah ada mendekati angka satu, maka indikator yang telah disusun mempunyai validitas konkuren.
Validitas eksternal dapat dilakukan dengan mengkorelasikan instrumen penelitian baru dengan instrumen yang telah teruji validitasnya (Singarimbun dan Effendi, 2016) Cara mengetahui tingkat validitas adalah dengan mengkorelasikan instrumen baru dengan instrumen yang sudah ada sebelumnya.
Konsep Uji Reliabilitas
Pengertian Uji Reliabilitas Instrumen
Data yang andal sangat penting dalam penelitian, karena analisis dan kesimpulan dibuat berdasarkan data. Apabila data yang digunakan merupakan data yang dapat dipercaya maka hasil penelitian akan memuaskan dan begitu pula sebaliknya. Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila dapat menghasilkan data penelitian yang konsisten dengan instrumen tersebut, karena dengan konsistensi seseorang dapat mempercayai kebenaran data tersebut.
Jadi suatu instrumen dikatakan reliabel apabila menghasilkan data yang sama walaupun digunakan pada waktu yang berbeda sepanjang karakteristik subjeknya sama.
Mengapa Uji Reliabilitas
Jenis Reliabilitas
Rumus ini digunakan jika suatu instrumen hanya mempunyai beberapa item pernyataan dan skor setiap item bersifat dikotomis. Suatu instrumen yang jumlah unsur pernyataannya ganjil dibelah dua, maka akan dihasilkan dua bagian yang ganjil. Sekalipun ketiga bagian tersebut tidak memuat jumlah catatan yang sama, rumus ini dapat digunakan selama catatan persediaan disertakan.
Untuk memudahkan dalam praktek pengujian validitas, terlebih dahulu akan dijelaskan bagaimana kriteria suatu item pernyataan dikatakan valid dan reliabel.
Uji Validitas Data dengan SPSS
Dari hasil di atas terlihat bahwa korelasi item pernyataan dengan total skor mempunyai nilai >. Dengan demikian, hasil uji validitas item terkoreksi-korelasi total menunjukkan bahwa dari 5 item pernyataan, hanya dua pernyataan yaitu Pert2 dan Pert4 yang dapat dikatakan valid. Pada uji korelasi bivariat Pearson seluruh item pernyataan dinyatakan valid, namun setelah menggunakan koreksi item-total korelasi dari kelima pernyataan, hanya dua pernyataan yang dapat dikatakan valid.
Penyebab lain dari perbedaan hasil uji validitas adalah jumlah item pernyataan yang sedikit yaitu hanya 5 item.
Uji Reliabilitas Data dengan SPSS
Selain pengaruh jumlah item pernyataan, koefisien korelasi setelah koreksi juga dipengaruhi oleh varians skor item dan varians total skor instrumen penelitian. Dari uji reliabilitas instrumen penelitian dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian dapat dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach’s alpha > 0,60 (Sujarweni, 2008). Kontribusi pembiayaan perbankan syariah terhadap produk domestik regional bruto di Pulau Jawa dan Sumatera periode 2012-2016 diterbitkan oleh Jurnal Iqtishadia Ekonomi dan Perbankan Vol.
Jurnal bertajuk Pembiayaan Kontribusi Bank Syariah Sektor Pertanian Untuk Kesejahteraan Petani di Pulau Sumatera Periode 2016-2017 diterbitkan oleh Share Journal of Islamic Economics and Finance, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Ar-Raniry Banda Aceh.