• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah Program Studi Ilmu Hadis Di Indonesia

BAB II INSTITUSIONALISASI KAJIAN HADIS DI

B. Kajian Hadis Di Indonesia Pasca Institusionalisasi

1. Jumlah Program Studi Ilmu Hadis Di Indonesia

Kajian Hadis di Indonesia berangsur-angsur mulai menunjukkan perkembangan yang lebih menggembirakan sejak hadis dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan di perguruan tinggi agama Islam.

Terlebih sejak berdirinya Program Studi Ilmu Hadis sebagai Program Studi yang berdiri sendiri (setelah pemekaran Program Studi Tafsir Hadis menjadi Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir serta Prodi Ilmu Hadis).

Adanya Prodi Ilmu Hadis saat ini, tidak dapat terlepas dari sejarah berdirinya Prodi Tafsir Hadis pada tahun 1988, berdasarkan KPM No.

122 tahun 1988 tertanggal 27 Juli 1988 Prodi Tafsir Hadis resmi didirikan pada Fakultas Syari’ah. Pada awal berdirinya, lulusan dari Prodi Tafsir Hadis ini berhak menjadi hakim peradilan agama.16

15 Muh Tasrif, Kajian Hadis Di Indonesia (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2007).

16 http://ilmuhadis.uin-suka.ac.id/id/page/Prodi/821-SEJARAH--PRODI-ILMU- HADIS-UIN-SUNAN-KALIJAGA-YOGYAKARTA diakses pada 09 Juli 2022

Hingga kemudian pada tahun 1989, terdapat kebijakan kementerian agama RI yang saat itu berada di bawah kepemimpinan Prof. Dr.

Muhammad Quraish Shihab untuk memindahkan Jurusan Tafsir Hadis yang pada waktu itu berada di Fakultas Syari’ah ke Fakultas Ushuluddin.17 Perubahan ini mengacu kepada pola pengkajian Tafsir Hadis di Universitas al-Azhar Kairo. Oleh karenanya, perubahan tersebut menjadikan pola pengajaran, kurikulum, materi dan profil lulusannya pun berbeda dengan sebelumnya. Kajian Tafsir Hadis di Fakultas Ushuluddin sesuai dengan tema-tema yang terkait erat dengan keushuluddinan yang menyangkut dimensi keagamaan yang lebih luas dari pada hukum, baik fiqih maupun syari’ah. Dengan demikian, perpindahan Prodi Tafsir Hadis ini mengisyaratkan adanya perubahan epistemologi di dalamnya.18

Dengan adanya Program Studi Tafsir Hadis ini, diharapkan kajian hadis di Indonesia tidak lagi marjinal dan tertinggal (dibanding kajian keilmuan Islam yang lainnya), namun ternyata harapan tersebut tidak sepenuhnya tercapai, Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan lebih lanjut bahwa “kajian hadis di Perguruan Tinggi Islam tampaknya juga masih belum berkembang secara maksimal, hal ini disebabkan karena Program Studi tafsir hadis yang ada lebih menekankan kajian tafsirnya dibandingkan kajian hadis.”19

17 Syafruddin, dkk. Dinamika Jurusan Tafsir Hadis UIN Imam Bonjol Padang, (Padang: UIN Imam Bonjol Padang, 2020), 150. Selengkapnya dapat diakses melalui https://ejournal.uinib.ac.id

18 http://ilmuhadis.uin-suka.ac.id/id/page/Prodi/821-SEJARAH--PRODI-ILMU- HADIS-UIN-SUNAN-KALIJAGA-YOGYAKARTA diakses pada 09 Juli 2022

19 Disampaikan dalam pidato saat acara Wisuda Sarjana ke-13 Darus Sunnah International Institute for Hadits Science di Ciputat-Tangerang Selatan, Sabtu 06 Juni 2015. Lihat di https://kemenag.go.id/berita/read/265658/menag--studi-dan-pengajaran- hadits-di-Indonesia-relatif-marjinal

Sehingga pada perkembangan selanjutnya, Program Studi Tafsir Hadis ini dikembangkan menjadi dua Program Studi yakni Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir serta Ilmu Hadis, hal ini berdasarkan Kebijakan nomenklatur keilmuan di kementerian agama, sesuai dengan peraturan Direktur Jendral Pendididikan Islam 1429 tahun 2012 tertanggal 31 Agustus 2012 tentang penataan Program Studi di perguruan tinggi agama Islam. Kemudian, diperkuat lagi dengan keputusan Jendral Pendidikan Islam No. 3389 tahun 2013 tentang penamaan perguruan tinggi agama Islam tertanggal 3 Desember 2013.20 Maka, Sejak saat peraturan tersebut disahkan, terdapat beberapa PTKIN yang membuka Program Studi Ilmu Hadis di dalam kampusnya, dan hal ini tentu saja menjadikan kajian hadis semakin marak dan diminati.

Pada Januari 2022, tercatat terdapat lima puluh delapan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di seluruh Indonesia, dengan rincian 23 UIN (Universitas Islam Negeri), 29 IAIN (Institut Agama Islam Negeri), dan 6 STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.21 Dari 58 PTKIN tersebut tercatat ada 31 PTKIN yang memiliki Program Studi Ilmu Hadis pada jenjang strata 1 (S1). Sedangkan, di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) terdapat 9 Program Studi Ilmu Hadis. Kemudian, dari 31 Prodi Ilmu Hadis di PTKIN ini terdapat 18 Program Studi Ilmu Hadis yang berstatus aktif, 1 berstatus tutup, 2 berstatus pembinaan, dan 10 berstatus alih bentuk. Data ini diperoleh dengan menelusuri website PDDIKTI (Pangkalan Data

20 Muhammad Alfatih Suryadilaga, “Profil Prodi Ilmu Hadis di Era Globalisasi Teknologi Informasi, Riwayah Jurnal Studi Hadis”, Volume 2, Nomor 1( 2016): 119.

21 http://diktis.kemenag.go.id/bansos/cari_nspt.php diakses pada 07 Januari 2022.

Pendidikan Tinggi) dengan kata kunci “Ilmu Hadis”, “Ilmu Hadits”

dan “Ilmu Hadist”.22

Dengan berdirinya Program Studi Ilmu Hadis di berbagai PTKIN dan PTKIS yang tersebar di seluruh Indonesia, diharapkan kajian Ilmu Hadis di Indonesia dapat lebih berkembang ke arah yang jauh lebih baik lagi. Sehingga di masa depan, diharapkan akan lahir para ulama dan ahli hadis yang mumpuni yang dapat memenuhi kebutuhan masayarakat dalam hal menjawab masalah-masalah kekinian di masyarakat sesuai kaidah-kaidah Ilmu Hadis yang benar.

Untuk dapat mencapai itu semua, tentu dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang memadai. SDM yang dimaksud di sini bukan hanya mahasiswanya saja, lebih dari itu, para pegajar Ilmu Hadis di Perguruan Tinggi juga perlu diperhatikan.

Menurut surat edaran Menristekdikti Nomor 105/M/VI/2015 tanggal 5 Juni 2015 tentang Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) dalam menjalankan amanah undang-undang Nomor 12/2012 tentang pendidikan tinggi, disebutkan bahwa idealnya rasio dosen dan mahasiswa adalah 1:20 (untuk ilmu eksakta) dan 1:30 (untuk ilmu sosial/ non eksakta).23 Rasio dosen dan mahasiswa ini sangat penting diperhatikan demi tercapainya kualitas pembelajaran yang maksimal.

Jika rasio ideal ini dapat terpenuhi, maka hal ini dapat lebih meningkatkan pemahaman mahasiswa, dosen dapat lebih memonitoring dengan maksimal sehingga dapat memahami karakter masing-masing mahasiswanya dan pada akhirnya dapat menggunakan

22 https://pddikti.kemdikbud.go.id/search/ilmu%20hadis diakses pada 15 Februari 2022.

23 https://lldikti.ristekdikti.go.id/berita/39/menristek-dikti-akan-awasi-rasio- jumlah-dosen-dengan-mahasiswa/ diakses pada 11 Juli 2022.

metode pembelajaran yang tepat. Jika pemahaman mahasiswa terhadap ilmu pengetahuan dapat terserap dengan baik, tentu hal ini akan meningkatkan prestasi akademik mahasiswa, dan pada akhirnya juga dapat mendorong perbaikan kualitas perguruan tinggi yang bersangkutan sehingga dapat meningkatkan nilai akreditasi dari BAN- PT.

Untuk itu, perlu diketahui tentang bagaimana perkembangan SDM peminat atas studi Ilmu Hadis di Indonesia berikut SDM pengajar atau dosennya. Penulis akan mengambil data dari Prodi Ilmu Hadis UIN Jakarta sebagai sample.

Tabel 2.1 Jumlah Mahasiswa Prodi Ilmu Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta24

No. Semester Jumlah Mahasiswa 1 Ganjil 2016 65

2 Genap 2016 65 3 Ganjil 2017 152 4 Genap 2017 152 5 Ganjil 2018 227

6 Genap 2018 227 .

No. Semester Jumlah Mahasiswa 7 Ganjil 2019 335

8 Genap 2019 335 9 Ganjil 2020 361 10 Genap 2020 341 11 Ganjil 2021 576

24 PDDikti - Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (kemdikbud.go.id) diakses pada 11 Juli 2022.

Gambar 2.1 Jumlah Mahasiswa Prodi Ilmu Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dapat terlihat bahwa jumlah mahasiswa Prodi Ilmu Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terus mengalami peningkatan peminat, hingga pada tahun 2021 memiliki total mahasiswa sebanyak 576 orang. Jika dilihat lebih detail sejak tahun 2016 hingga tahun 2021, masing-masing penambahan mahasiswa baru pada setiap tahun ajaran barunya yakni 87 orang, 75 orang, 108 orang, 26 orang, dan 215 orang.

Tercatat bahwa rasio dosen dengan mahasiswa pada tahun akademik 2017/2018 adalah 1:13,35 sedangkan pada tahun akademik 2018/2019 rasionya adalah 1:16,75.25 Perbandingan ini masih dianggap ideal, berdasarkan surat edaran Menristekdikti Nomor 105/M/VI/2015. Namun pada tahun 2021, rasio dosen dengan mahasiswa menjadi tidak ideal yakni 1:41,14 hal ini disebabkan jumlah mahasiswa yang terus bertambah tapi tidak diimbangi dengan jumlah SDM dosen yang mengajar. Tercatat jumlah mahasiswa pada

25 PDDikti - Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (kemdikbud.go.id) diakses pada 11 Juli 2022.

0 200 400 600 800

Ganjil 2016 Genap 2016 Ganjil 2017 Genap 2017 Ganjil 2018 Genap 2018 Ganjil 2019 Genap 2019 Ganjil 2020 Genap 2020 Ganjil 2021

Jumlah Mahasiswa

Jumlah Mahasiswa

tahun 2021 sebanyak 576 mahasiswa 14 orang dosen. Padahal menurut aturan Menristekdikti Nomor 105/M/VI/2015 idealnya rasio dosen dan mahasiswa adalah 1:20 (untuk ilmu eksakta) dan 1:30 (untuk ilmu sosial/ non eksakta).

2. Signifikansi Keberadaan Program Studi Ilmu Hadis di

Dokumen terkait