• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Arah dan Kebijakan Pembangunan Nasional

Tujuan nasional Bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakanlah program pembangunan nasional secara menyeluruh dan berkesinambungan.

Strategi Pembangunan Indonesia, diarahkan pada dua sasaran pokok, yaitu pemenuhan hak dasar rakyat serta penciptaan landasan pembangunan yang kokoh. Melalui strategi ini, hak-hak dasar rakyat dalam bentuk bebas dari kemiskinan, pengangguran, keterbelakangan, ketidakadilan, penindasan, rasa takut, dan kebebasan mengemukakan pikiran dan pendapatnya memperoleh prioritas untuk diwujudkan. Tanpa pemenuhan hak dasar akan sulit diharapkan partisipasi pada kebebasan dan persamaan Pemenuhan hak dasar rakyat meliputi9:

(1) Hak rakyat untuk memperoleh pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan;

(2) Hak rakyat untuk memperoleh perlindungan hukum;

(3) Hak rakyat untuk memperoleh rasa aman;

(4) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan hidup (sandang, pangan, dan papan) yang terjangkau;

(5) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pendidikan;

(6) Hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan kesehatan;

(7) Hak rakyat untuk memperoleh keadilan;

(8) Hak rakyat untuk berpartisipasi dalam politik dan perubahan;

(9) Hak rakyat untuk berinovasi; serta

(10) Hak rakyat untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya.

Sumber: Buku pegangan 2006 penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah Republik Indonesia

Sumber: Buku pegangan 2006 penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah Republik Indonesia

3.2 Arah dan Kebijakan Kesehatan Nasional

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.14 Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.

Keterikatan Indonesia dengan berbagai komitmen internasional seperti Millennium Development Goals, Sustainable Development Principles, World Fit for Children dan agenda- agenda internasional lainnya di bidang kesehatan, perlu dipertimbangkan dalam penyusunan kebijakan dan penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Menghadapi berbagai perubahan dan tantangan strategis yang ada, Sidang MPR tahun 1998 telah menetapkan Ketetapan MPR R.I Nomor X Tahun 1998 tentang Pokok-pokok Reformasi Pembangunan. Ketetapan MPR ini mengamanatkan perlu dilakukannya pembaharuan melalui reformasi total kebijakan pembangunan dalam segala bidang. Untuk bidang kesehatan pembaharuan tersebut telah berhasil dilaksanakan yakni dengan ditetapkannya visi pembangunan kesehatan di Indonesia yang baru, yaitu Indonesia Sehat 2010.15

Selanjutnya berdasarkan visi tersebut, telah berhasil ditetapkan pula dasar-dasar, misi, strategi dan paradigma pembangunan kesehatan yang baru, yaitu Paradigma Sehat yang inti pokoknya menekankan pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia,

nasional. Dalam rangka melaksanakan kebijakan otonomi daerah, desentralisasi merupakan salah satu strategi yang ditetapkan untuk mencapai visi Indonesia Sehat 2010 dan misi pembangunan kesehatan.15

Pemerintah juga berusaha melakukan peningkatan jumlah dan jaringan puskesmas melalui pembangunan, perbaikan, dan pengadaan peralatan medis dan non-medis Puskesmas dan jaringannya terutama di daerah bencana, perbatasan dan tertinggal; serta pengembangan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin dengan melanjutkan pelayanan kesehatan gratis di puskesmas dan kelas III rumah sakit.9

Kecenderungan dan Isu strategis

Prinsip Dasar

Bang. Kes yg bermutu &

berkeadilan

Derajat kes.

masy yg setinggi- tingginya

KERANGKA PIKIR SISTEM KESEHATAN NASIONAL (2004)

POLEKSOSBUDHANKAM Nasional, Regional Dan Global

Upaya Kes Pember dayaan Masy

Manajemen Kes Sumber

KesehatanDaya

Pembiayaan Kesehatan

Umpan balik

Landasan Kualitas SDM

Pembangunan Nasional

Sumber: Bahan perkuliahan Sistim Pelayanan Kesehatan KARS UI 2005

3.3 Arah dan Kebijakan Politik Nasional yang Terkait dengan MDG a. Kemiskinan dan politik

Penanggulangan kemiskinan mendapat prioritas utama di dalam Propenas 2000–

2004. Berdasarkan UU No.25/2000, penanggulangan kemiskinan ditempuh melalui tiga program, yaitu1:

(1) penyediaan kebutuhan pokok berupa bahan pokok pangan, pelayanan dasar di bidang kesehatan, pendidikan dan perumahan bagi keluarga dan kelompok masyarakat miskin secara merata.

(2) pengembangan budaya usaha masyarakat miskin hingga dapat melakukan usaha ekonomi rakyat yang produktif atas dasar sikap demokratis dan mandiri.

(3) pengembangan sistem dana jaminan sosial yang dapat melindungi kelompok masyarakat dari situasi yang mengurangi pendapatan atau konsumsinya.

Kelompok sasaran diprioritaskan pada keluarga miskin, anak terlantar, kelompok lanjut usia, dan penyandang cacat.

Salah satu kebijakan pemerintah adalah melaksanakan pembangunan pedesaan.

Dalam mewujudkan sarana pembangunan pedesaan, banyak kendala yang akan dihadapi, yaitu masalah pengangguran, kemiskinan, kesenjangan, konflik sosial, dan lain sebagainya.

Masalah kemiskinan menyebabkan ketimpangan baik antar golongan penduduk, antar sektor kegiatan ekonomi maupun antar daerah. Dalam lingkup yang lebih luas, masalah kemiskinaan dan kesenjangan akan memicu kecemburuan sosial, dan pada akhirnya mengganggu kelangsungan pembangunan. Oleh karena itu pemerintah seharusnya memperhatikan pembangunan infrastruktur sarana yang sesuai, dukungan pemerintah dalam sektor permodalan serta sarana komunikasi dan transportasi, sehingga sangat mendukung kelancaran kegiatan ekonomi.

b. Gizi buruk dan politik

Tingkat kelaparan masyarakat ternyata masih tinggi karena dua pertiga penduduk mendapatkan asupan energi kurang dari 2.100 kkal/hari. Tantangan utama dalam mengatasi masalah kelaparan dan kekurangan gizi, tantangan yang dihadapi adalah mengusahakan agar masyarakat miskin, terutama ibu dan anak balita, dapat memperoleh bahan pangan cukup dengan gizi yang seimbang dan harga yang terjangkau. Mereka juga harus memperoleh pendidikan tentang gizi.

Kebijakan penanggulangan kelaparan antara lain tecermin dalam arah pembangunan pangan dan gizi masyarakat yang diarahkan bagi pengembangan sistem ketahanan pangan.

Sistem itu berbasis keragaman sumber daya bahan pangan, kelembagaan dan budaya lokal untuk tersedianya pangan dan gizi dalam jumlah dan mutu yang dibutuhkan pada tingkat harga yang terjangkau, serta sejalan dengan pemenuhan gizi seimbang. Pemerintah juga membuat prioritas kebijakan pangan dan gizi yang ditempuh melalui:

 Pemberdayaan keluarga dan masyarakat untuk meningkatkan kemandirian melalui kegiatan berbasis masyarakat. Perhatian khusus diberikan pada kelompok yang rentan, terutama keluarga miskin.

 Pemantapan kewaspadaan pangan dan gizi, agar selalu berjalan baik pada kondisi kritis maupun tidak.

 Peningkatan mutu gizi dan pelayanan pangan dan memadukannya dengan program penanggulangan kemiskinan.

 Penerapan sanksi atas pelanggaran peraturan perundang-undangan tentang pangan dan gizi, di antaranya undang-undang tentang ketahanan pangan dan peraturan tentang iklan dan label pangan.

Beberapa kasus khusus mengenai gizi buruk yang merebak di Indonesia, sangat berhubungan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan kecenderungan stagnasi dalam penyediaan infrastruktur pelayanan dasar kesehatan. Terhadap kasus ini, Pemerintah Pusat bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten terkait segera mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan, termasuk dalam penambahan dana untuk menambah gizi masyarakat, terutama balita, pengorganisasian tindakan tanggap darurat, serta pemberian MP-ASI (Makanan Pengganti Air Susu Ibu) secara besar-besaran di beberapa wilayah yang mengalami gejala tersebut.16

c. Angka kematian ibu, bayi dan penyakit pada bayi dengan kebijakan politik

Menurut CIA The World Fact Book, angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup total sebanyak 35.6 kematian /1.000 kelahiran hidup, dengan angka kematian bayi laki-laki sebanyak 40.72 kematian/1.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi perempuan sebanyak 30.22 kematian/1.000 kelahiran bayi hidup. Dari data WHO-Indonesia (2006), proporsi banyaknya balita (1-4 tahun) yang meninggal karena terkena diare pada tahun 1995 sebanyak 19,2%, meninggal karena malaria 2,0%, meninggal karena cacar air 1,0%, dan meninggal karena tuberkulosis sebanyak 9,2%. Kesehatan ibu dan anak-anak sampai saat ini masih merupakan permasalahan di Indonesia. Dengan jumlah kehamilan sebanyak 5 juta tiap tahun, lebih dari 20.000 wanita meninggal tiap tahun selama kehamilan dan saat melahirkan.

pedesaan dengan akses yang sulit untuk mendapatkan pelayanan saat melahirkan dari orang yang terampil dan sistem rujukan yang tidak memadai. Hampir 50% wanita melahirkan tanpa dibantu oleh orang yang terampil dan 70% tidak mendapatkan perawatan pasca melahirkan selama 6 minggu setelah melahirkan.

Beberapa penyakit yang biasa mengenai anak-anak dikontrol dengan imunisasi.

Polio hampir bisa dihilangkan dan merupakan fokus utama saat ini dan kampanye Hari Imunisasi menjangkau daerah pedesaan di seluruh provinsi. Virus polio liar terakhir bisa diisolasi di Indonesia pada bulan Juni 1995. Dalam soal penyakit polio, Pemerintah juga menyadari bahwa harus segera memberikan respon cepat dan tepat agar kasus-kasus yang muncul tidak melanda warga dalam jumlah yang lebih besar. Untuk itu, Pemerintah telah melakukan respon secara cepat, kurang dari sebulan setelah penemuan kasus tersebut, dengan melakukan imunisasi terbatas (mopping-up) di Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta pada tahun 2005. Setelah itu Pemerintah juga langsung melanjutkan dengan melaksanakan gerakan PIN (Pekan Imunisasi Nasional) yang telah menunjukan kemajuan-kemajuan yang sangat berarti.16

Program imunisasi baru seperti hepatitis B, sedang dilaksanakan. Inisiatif lain adalah Bulan Imunisasi di Sekolah, kampanye imunisasi TT di area dengan resiko tinggi dan meningkatkan keterampilan penyuntikan. Namun demikian, dengan adanya desentralisasi sistem kesehatan, usaha yang diperbaharui diperlukan untuk meyakinkan tercapainya kebutuhan ketercakupan imunisasi. Sebuah tujuan yang penting untuk menurunkan IMR kurang dari 50 dan angka kematian dibawah 5 tiap 1000 kelahiran hidup. Salah satu caranya dengan membuat sebuah manajemen penyakit pada anak yang terintegrasi.17

3.4 Pencapaian (Goal) MDG versi Indonesia

Untuk mencapai target MDG pada 2015, Indonesia masih memerlukan kerja sama internasional, khususnya dengan negara maju. Karena kurangnya modal domestik, harus diusahakan agar arus masuk modal asing lebih besar daripada arus modal keluar. Agar hal ini terjadi, Indonesia akan melakukan langkah nyata memperbaiki iklim investasi bagi penanam modal yang telah ada dan yang akan datang. Perbaikan iklim investasi meliputi reformasi hukum dan peraturan terkait dengan pelaksanaan usaha di Indonesia. Usaha lain pemerintah dalam pencapaian target MDG adalah dengan cara membuat suatu strategi pengentasan kemiskinan yang sedang dilakukan baik di pusat maupun di daerah. Karena kemiskinan berhubungan dengan kelaparan akan mempersulit pencapaian tujuan MDG 2 sampai 7.

Berdasarkan ambang batas standar internasional, pendapatan $1 per orang/hari, pada 1990 penduduk miskin 20,6 persen sehingga target pada 2015 adalah 10,3 persen atau telah dicapai sebelum 1996. Jika ukuran pendapatan $2 per hari yang digunakan, penduduk miskin 71,1 persen pada 1990 yang berarti target pada 2015 adalah 35,5 persen sehingga sampai 2002 target ini masih sulit untuk dicapai. Pembangunan dalam bidang pendidikan juga dilakukan dengan cara pembaruan dan pemantapan sistem pendidikan, termasuk pembaruan kurikulum dan pelaksanaan desentralisasi pendidikan. Desentralisasi pendidikan termasuk pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas lembaga pendidikan dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni, serta pengembangan sumber daya manusia sedini mungkin. Peningkatan jumlah masyarakat yang melek huruf juga telah terjadi dari 87,1 persen pada 1995 menjadi 91,7 persen pada 2002. Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 307 per 100.000 penduduk antara 1998-2002. MDG menargetkan penurunan AKI sebesar tiga perempat antara 1990 and 2015. MDG mendukung komitmen politis yang ada untuk menghentikan dan menurunkan penyebaran tuberkulosis pada 2015.

Komitmen internasional lain mencakup Deklarasi Amsterdam tahun 2000, di mana Menteri

Kesehatan menyetujui untuk mencapai 70 persen angka deteksi kasus pada 2005 dan keberhasilan pengobatan sebesar 85 persen. Sebagai bukti komitmen ini, Pemerintah Indonesia menyediakan sejumlah besar dana untuk pengendalian tuberkulosis, dan telah menjanjikan US$ 19,8 juta untuk obat-obatan dan gaji staf. Anggaran sebesar ini mencakup 54 persen dari kebutuhan seluruhnya sebesar US$ 36,5 juta. Pada 2002, Indonesia memiliki hutan lindung seluas 32.338.029,02 ha dan kawasan konservasi daratan sebanyak 371 unit seluas 18.344.410,04 ha. Dengan demikian, luas kawasan lindung adalah 50.682.439,05 ha.

Rasio kawasan lindung terhadap total luas daratan Indonesia 26,4 persen dari total luas daratan yang merupakan kawasan konservasi.1

3.5 Program partai-partai yang ada terkait dalam pelaksanaan MDG

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang merupakan representasi partai-partai politik di Indonesia juga mengambil perannya dalam mewujudkan target-target yang ada dalam MDG Indonesia. Dalam rapat paripurna DPR, dilakukan pembahasan menyangkut bidang ekonomi dan keuangan, kinerja pemerintah di bidang itu telah menunjukkan kemajuan. Terutama bidang stabilitas ekonomi makro seperti ditandai dengan penurunan laju inflasi dan suku bunga perbankan serta peningkatan stabilitas kurs dan harga pasar saham. Namun kemajuan itu belum sepenuhnya dapat mengatasi berbagai masalah. Seperti pengangguran yang terus melonjak, ekspor menurun, investasi belum pulih sesuai dengan harapan, jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan meningkat, dan pendapatan masyarakat rendah. Pada bidang agama dua masalah perlu pencermatan menyangkut kerukunan umat beragama yang mengalami banyak hambatan, sehingga mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa. Mencermati bidang kesehatan, Komisi C berpendapat, pelayanan kesehatan termasuk kesehatan jiwa belum diberikan optimal dan merata. Terutama berkaitan dengan perlindungan hak dan kesehatan reproduksi perempuan, penanganan krisis gizi, dan penyakit menular yang berjangkit. Hal ini banyak terjadi di daerah pengungsian, daerah konflik, dan daerah yang mengalami bencana alam. Dalam bidang pendidikan, kondisi kesejahteraan dan kualitas guru khususnya di daerah-daerah terpencil masih sangat memprihatinkan. Demikian pula penanganan masalah anak-anak putus sekolah, anak-anak keluarga miskin di pengungsian, dan anak-anak dalam situasi khusus belum mendapat perhatian sungguh-sungguh.

Pemerintah perlu membentuk jaminan sosial nasional untuk memberi perlindungan sosial yang lebih menyeluruh dan terpadu. Sampai saat ini belum ada jaminan sosial dan hukum bagi tenaga kerja Indonesia di luar negeri terutama jaminan perlindungan bagi tenaga kerja wanita. Sementara itu terhadap bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, berkembangnya perdagangan perempuan dan anak Indonesia telah meresahkan masyarakat dalam negeri dan badan-badan internasional. Penyebarannya telah melampaui batas-batas wilayah negara yang hingga kini masih belum ditangani secara terpadu. Partisipasi dan keterwakilan perempuan di lembaga-lembaga pengambilan keputusan baik di eksekutif, legislatif maupun yudikatif masih sangat rendah. Padahal, kebijakan dasar untuk meningkatkan keterwakilan perempuan telah ditetapkan dalam Pasal 28h ayat 2 UUD 1945.

Dalam bidang politik dan keamanan, Komisi C mencermati tujuh masalah, yaitu ancaman disintegrasi dan daerah konflik seperti Nangroe Aceh Darussalam, Papua, Poso, Maluku, Maluku Utara, dan Sampit Kalimatan Tengah. Kemudian tindakan anarkis, reposisi TNI/Polri, hubungan luar negeri, imigran gelap, otonomi daerah, dan persiapan pemilihan umum. Dalam bidang hukum dan hak asasi manusia telah dibahas lima masalah, yakni pemberantasan KKN, penyelesaian kasus pelanggaran HAM, pembentukan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, terorisme, dan reformasi birokrasi.30

Persoalan krusial lain yang menjadi agenda DPR saat ini adalah pembahasan RUU tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang telah diajukan pemerintah ke DPR, RUU tentang Sumber Daya Air, UU Perubahan UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,

pembahasan RUU ini sangat penting bagi rakyat Indonesia.31

Dalam pembahasanan alokasi dana APBN, Panitia Kerja DPR dan pemerintah juga sudah menyepakati alokasi kompensasi BBM untuk dana pendidikan sebesar 6,27 triliun atau naik dari usulan sebelumnya sebesar Rp5,6 triliun. Jumlah tersebut antara lain akan digunakan untuk memberikan biaya sekolah gratis siswa SD dan SMP yang diperkirakan mencapai 28,65 juta siswa SD dan siswa SMP 10,85 juta orang. Alokasi untuk pendidikan semula berbentuk beasiswa diubah menjadi sekolah gratis dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun dari tingkat SD hingga SMP dan program ini mulai dilaksanakan tahun ajaran semester I tahun ajaran 2005-2006. Dana yang dialokasikan dinaikkan menjadi Rp6,272 triliun dari usulan pemerintah semula sebesar Rp5,601 triliun. Tambahan anggaran sebesar Rp670,5 miliar berasal dari pengalihan dana kompensasi beras miskin (raskin) sebesar Rp433,3 miliar dan realokasi anggaran Departemen Diknas sebesar Rp140,471 miliar.

Konsep biaya operasional sekolah (sekolah gratis) adalah menjamin siswa miskin tetap bersekolah dengan membebaskan seluruh iuran sekolah dan penyediaan bantuan transportasi. Sedangkan sekolah/madrasah penerima biaya operasional harus menggratiskan iuran-iuran sekolah yang akan digunakan untuk membiayai beberapa komponen pembiayaan pendidikan sebagai berikut. Rincian biaya yang harus digratiskan meliputi uang formulir pendaftaran. Buku pelajaran pokok dan buku penunjang untuk perpustakaan. Selain itu biaya pemeliharaan. ujian sekolah, ulangan umum bersama, dan ulangan umum harian juga harus digratiskan. Sementara itu sekolah/madrasah yang selama ini telah memungut biaya yang lebih kecil atau sama dengan bantuan biaya operasional sekolah tidak diperkenankan memungut biaya apapun dari peserta didik. Adapun sekolah/madrasah yang selama ini memungut biaya yang lebih besar dari bantuan biaya operasional sekolah diperkenan memungut biaya peserta didik tanpa paksaan. Penggunaan bantuan biaya operasional sekolah harus berdasarkan kesepakatan dengan komite sekolah/madrasah dan sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah. Pemerintah daerah tidak diperkenankan untuk mengurangi alokasi biaya pendidikan yang telah dilakukan. Penanganan pendidikan gratis ini meliputi 2 (dua) Departemen (Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama), maka pelaksanaannya dilakukan dengan cara joint management antara Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama dan akan dibuat petunjuk pelaksanaannya oleh Pemerintah. Untuk alokasi kompensasi BBM bidang kesehatan, dalam APBN-P 2005 disepakati naik Rp96,7 miliar menjadi Rp2,8 triliun dan dalam bentuk pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas dan rumah sakit pemerintah kelas III. Sementara itu alokasi untuk kesehatan PKPS BBM dalam bentuk pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas dan Rumah Sakit Pemerintah kelas 3. Pelayanan kesehatan gratis berupa antara lain rawat jalan tingkat pertama, rawat inap tingkat pertama, pelayanan gawat darurat di Puskesmas, serta rawat jalan dan rawat inap tingkat lanjutan di ruang rawat kelas tiga Rumah Sakit pemerintah dan Rumah Sakit swasta yang di tunjuk pemerintah. DPR dan pemerintah juga menyepakati alokasi dana untuk beras bagi keluarga miskin pada APBN 2005. Jumlah dana yang dialokasikan mencapai Rp4,682 triliun sehingga DPR dan pemerintah sepakat untuk membatalkan tambahan dana sebesar Rp530 miliar yang berasal dari PKPS-BBM.32

Dokumen terkait