• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HADIS TENTANG IKHLAS

B. Kajian Hadis

Sebagaimana dalam pembatasan masalah, bahwa kajian penulis hanya membahas mengenai hadis-hadis pada bab ikhlas dalam kitâb at-Targhîb Wa at-Tarhîb. Dalam kitab tersebut di bab ikhlas ada 14 hadis, dari 14 hadis tersebut penulis membagi 2 kategori kualitas hadis yang berdasarkan awal hadis dengan lafazh „an( ع(dan diawali dengan lafazh ruwiya(يور)untuk memudahkan kajian tersebut. Sebagaimana dalam mukaddimah kitab tersebut al-Mundziri sudah menjelaskan tanda kualitas hadis berdasarkan penggunaan lafazh awal hadis.

Dengan demikian ditemukan ada 3 hadis yang diawali dengan lafazh ruwiya(يور), yaitu hadis ke 5 , 13 dan hadis ke 14. Penjelasan sebagai berikut :

1. Hadis yang diawali dengan lafazh ruwiya(يور) a. Hadis ke 5 yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi.

22

Diriwayatkan dari Tsauban berkatasaya mendengar Rasulullah saw bersabda :Beruntung bagi orang-

22Imâm al-Hâfizh Abû Muhammad Zakiyuddîn „Abd al-‟Azhim al- Mundzirî, at-Targhîb Wa at-Tarhîb, h.25

orang yang ikhlas, mereka bagaikan lampu yang bersinar cemerlang, berkat mereka setiap wajah yang gelap tampak benderang .”

Hadis diatas adalah riwayat al-Baihaqi dalam kitabnya syu‟bu al-imân dengan sanad sebagai berikut:

23

Penilaian sanad Wafat

Perawi No

Sahabat (

„adl, Tsiqah) 54 H.

Tsaubân ibn Bujdâd 1.

Tsiqah Tidak

diketahui Tsâbit ibn Tsaubân

2.

Tidak diketahui Tidak

diketahui amîd

H

„Abd al- ibn Tsâbit 3.

Munkar Tidak

diketahui

„Ubaidah ibn isân

H 4.

23Abû Bakar Ahmad ibn al-Husain al-Baihaqi, Syu‟bu al-imân, (Beirût : Dâr al-kutub al-„ilmiyyah, 1410 H.),bâb al khâmis wa arba‟ûn min syu‟bin, Juz. 5, h.343

Tidak diketahui Tidak

diketahui

„Amr ibn „Abd al- Jabbâr Abû Mu‟âwiyah as- Sanjârî

5.

Shadûq 233 H.

âq h Abû Mûsâ Is ibn Ibrâhîm al- Harawî

6.

Shadûq 333 H.

al-Hasan ibn Sufyân 7.

Tsiqah 376 H.

Muhammad ibn Ahmad ibn Hamdan 8.

Ghaira Tsiqah 412 H.

Abû „Abdurrahmân as-Sulamî

9.

Hadis di atas juga diriwayatkan oleh Abû Nu‟aim dalam kitabnya Hilyah al-Auliya‟ dengan sanad sebagai berikut :

24Abû Nu‟aim Ahmad ibn „Abdullah al- Ashbahânî, Hilyah al- Auliya‟ Wa Thabaqât al-Ashfiyâ‟, (Beirut : Dâr al-kitab al-„Arâbî, 1405 H), Juz.1, h.15

Dari rangkaian sanad di atas, penulis tidak menemukan biografi perawi yang bernama „Abd al-Hamîd ibn Tsâbit ibn Tsaubân, yang ada adalah saudaranya yaitu „Abd ar-Rahmân ibn Tsâbit ibn Tsaubân. Akan tetapi hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Ibn Abî Dunyâ dalam kitabnya al-Ikhlâsh Wa an-Niyat,25 ditemukan perawi „Abd ar-Rahmân ibn Tsâbit bukan „Abd al-Hamîd ibn Tsâbit. Namun perawi ini dinilai shadûq,dha‟îf.26 Begitu juga penulis tidak menemukan biografi perawi yang bernama „Amr ibn „Abd al-Jabbâr Abû Mu‟âwiyah as-Sanjârî, namun ditemukan bahwa „Amr ibn

„Abd al-Jabbâr Abû Mu‟âwiyah as-Sanjârî meriwayatkan hadis dari pamannya yaitu „Ubaidah ibn Hisân. Namun „Ubaidah ibn Hisân banyak meriwayatkan hadis munkar27.

Sedangkan al-Bânî dalam kitabnya silsilah al-ahâdits al-dha‟îfah, 28 menyebutkan bahwa hadis di atas juga diriwayatkan oleh Abû Nu‟aim dalam kitab al-Hilyah dengan jalur sanad yang sama. Dia mengatakan bahwa hadis ini hadis

25Ibn Abî Dunyâ, al-Ikhlâsh Wa an-Niyah, (tt.p.: t.p, t.t.), h. 2

26Ad-Dhu‟afâ‟ al-Kabîr li al-„Aqilî” (tt.p.: t.p, t.t.), Juz 4, h.489

27Munkar adalah istilah hadis yang diriwayatkan oleh seorang râwî yang dha‟îf dan bertentangan dengan riwayat râwî yang tsiqah.

28Muhammad Nâshiruddin al-Bânî, Silsilah al-Ahâdits ad- Dhu‟afâ‟, (Riyâdh: Dâr al-Ma‟ârif, 1992 M/1412 H.),Juz. 5, h.252

maudhû29‟, tidak ditemukan biografi perawi yang bernama

„Abd al-Hamîd ibn Tsâbit ibn Tsaubân, yang ada adalah saudaranya yaitu „Abd ar-Rahmân ibn Tsâbit ibn Tsaubân.

Sedangkan ad-Dâruquthnî mengatakan ini hadis dha‟îf.

Sebagaimana al-Mundzirî mengatakan dalam mukaddimahnya bahwa hadis yang diawali dengan lafazh ruwiya(يو ) bisa dikatakan dalam sanadnya hadis yang pada ر sanadnya ada perawi yang dianggap pendusta, pemalsu, tertuduh, ditinggalkan hadisnya, disepakati kelemahannya, hadisnya diabaikan, sangat dha‟if atau dha‟if dan tidak mungkin dihasankan.30

Dengan demikian hadis ini dapat dikatakan dha‟îf.

Wallahu a‟lam

b. Hadis ke 13, riwâyat Ibn Hibbân

31

29Maudhû‟ adalah hadis palsu, dusta yang dinisbatkan kepada Rasulullah saw.

30Imâm al-Hâfizh Abû Muhammad Zakiyuddîn „Abd al-‟Azhim al- Mundzirî, at-Targhîb Wa at-Tarhîb, h.23

31Imâm al-Hâfizh Abû Muhammad Zakiyuddîn „Abd al-‟Azhim al- Mundzirî, at-Targhîb Wa at-Tarhîb, h.27

Diriwayatkan dari Ibn„Abbâs ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa mengikhlaskan hanya kepada Allah selama empat puluh hari maka akan nampak sumber-sumber hikmah dari hatinya dan keluar melalui lisannya.”( HR. Abû asy-Syaikh ibn Hibbân dan yang lain dari

Makhûl )

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Ibn „Abbâs dengan rangkaian sanad sebagai berikut :

Hadis di atas juga diriwayatkan dari jalur Abî Ayyûb dengan sanad sebagai berikut :

32 al-Imâm Abî al-Faraj „Abd ar-Rahmân ibn „Alî ibn al-Jauzî al- Qurasyî, al-Maudhu‟at, ( tt.p : Dâr al-Fikr, 1983 M/ 1403 h. ), Cet.3, Juz.3, Kitâb az-zuhd, h.145

Dalam kitab al-Mundzirî mengatakan bahwa Râzîn al-

„Abdurî juga menyebutkan hadis tersebut dalam kitabnya, namun tidak diketahui sumbernya, sehingga tidak bisa menilai hadis tersebut. Akan tetapi hadis itu disebutkan dalam kitab- kitab kumpulan hadis dha‟îf seperti al-kâmil dan yang lain.

Dan yang diriwayatkan oleh al-Husain ibn Hasan al-Marwazî di Zawâ‟idnya dalam kitab Zuhd li „Abdillah ibn Mubârak mengatakan “telah menceritakan kepada kami Abû Mu‟âwiyah dari al-Hajjâj dari Makhûl dari Nabi saw” lalu menenyebutkan hadis mursal, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abû Syaikh ibn Hibbân dan yang lain dari Makhûl mursal. Wallahu a‟lam34

Dengan rangkaian sanad tersebut, Ibn Hibbân mengatakan bahwa hadis tersebut banyak kesalahan, buruknya pemahaman, ketidak tsiqah an para perawi, maka tidak boleh dibuat dalil. Hadis dari Abî Ayyûb ada perawi bernama Hajjâj yang majrûh, Muhammad ibn Ismâ‟il majhûl, dan Makhûl tidak pernah bertemu dengan Abî Ayyûb. Adapun hadis dari

33al-Imâm Abî al-Faraj „Abd ar-Rahmân ibn „Alî ibn al-Jauzî al- Qurasyî, al-Maudhu‟at Juz.3, h.144

34Imâm al-Hâfizh Abû Muhammad Zakiyuddîn „Abd al-‟Azhîm al- Mundzirî, at-Targhîb Wa at-Tarhîb, h.27

Ibn „Abbâs ada perawi yang bernama Siwar ibn Mush‟ab dinilai “ matrûk al-hadits” Yahya berkata “ tidak tsiqah”.35

Dengan demikian hadis tersebut dikatakan dha‟if.

Wallahu A‟lam

c. Hadis ke 14 yang diriwayatkan oleh Ahmad dan al-Baihaqî, yaitu :

36

Diriwayatkan dari Abî Dzar bahwa Rasulullah saw bersabda : “ Telah beruntung orang yang mengikhlaskan hatinya untuk iman, menjadikan hatinya tunduk, lisannya jujur, jiwanya tenang, sikapnya konsisten, menjadikan telinganya mendengarkan, matanya melihat. Maka adapun telinganya tunduk dan matanya tetap dengan apa yang sesuai hatinya, maka sungguh bahagia orang yang menjadikan hatinya sadar”

35 al-Imâm Abî al-Faraj „Abd ar-Rahmân ibn „Alî ibn al-Jauzî al- Qurasyî “al-Maudhu‟at li Ibn Jauzi “, Juz.3, h.145

36Imâm al-Hâfizh Abû Muhammad Zakiyuddîn „Abd al-‟Azhim al- Mundzirî, at-Targhîb Wa at-Tarhîb, h.27

Hadis tersebut diceritakan dari Abû Dzar yang diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad sebagai berikut :

No. Perawi Wafat Penilaian

Sanad

1. Abû Dzarr 32 H. Shahabat

(„adl,Tsiqah) 2. Khâlid ibn

Ma‟dân

103 H. Tsiqah

3. Bahîr ibn Sa‟d Tidak diketahui ( Muttashil )

Tsiqah Tsabat

4. Baqiyyah ibn al-Wâlid

197 H. Tsiqah

5. Ibrâhîm ibn Abî al-„Abbâs

Tidak diketahui (Muttashil)

Tsiqah

37Ahmad ibn Hanbal, Musnad al- Imam Ahmad IbnHanbal, (Muassasah Ar-risâlah, 1999), Juz.35, h.239.

Dari rangkaian sanad di atas, penulis menemukan bahwa perawi yang bernama Khâlid ibn Ma‟dan tidak mendengar langsung hadis dari Abî Dzar, akan tetapi Khalid bin Ma‟dan adalah perawi tsiqah.38

Hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Abu Nu‟aim di

al-Hilyah39, al-Haitsami di kitab “ zawâ‟id40 dengan jalur sanad yang sama. al-Bânî mengatakan dalam “silsilah al-hadîts adh-dha‟îfah”41 bahwa antara Khâlid ibn Ma‟dan dan Abu Dzar al-Ghifari itu maqthû‟42 .

Di akhir hadis al-Mundzirî dikatakan bahwa hadis di atas riwayat al-Baihaqî dan Ahmad, dan dalam sanad hadis riwayat Ahmad termasuk sanad yang bisa dikatakan hasan43. Sedangkan penulis tidak menemukan hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi.

38Yusuf ibn Abdurrahman ibn Yusuf Abu al-Hajjâj al-Mizi, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ‟ al-Rijâl, Juz.8, h.167-169

39Abu Nu‟aim Ahmad ibn „Abdullah al- Ashbahâni, Hilyah al- Auliya‟ Wa Thabaqat al-Ashfiya‟, Juz. 5, h.216

40al-Hafizh „Alî ibn Abî Bakar ibn Sulaimân al-Haitsamî, Ghâyah al-Maqshad Fî Zawâ‟id al-Musnad, (tt.p:t.p,t.t.), Juz.2, h.3040

41Muhammad Nashiruddin al-Bânî,Silsilah al-Hadits ad-Dha‟îfah Wa al-Maudhu‟ah, Juz. 10, h.740

42maqthû‟adalah riwayat yang disandarkan kepada tabi‟în atau setelahnya berupa ucapan atau perbuatan, baik sanadnya bersambung atau tidak bersambung.

43hasan adalah hadis yang sanadnya bersambung yang diriwayatkan perawi „âdil dan memiliki hafalan yang sedang-sedang saja ( Khafîf adh-Dhabt) dari rawi yang semisalnya sampai akhir sanad serta tidak syâdz dan tidak memiliki „illat

Dengan demikian hadis tersebut dapat dikatakan dha‟if.

Wallahu a‟lam

2. Hadis yang diawali dengan lafazh „an( ع(

a. Hadis ke 1 yang diriwayatkan oleh Bukhârî, Muslim, an-Nasâ‟i dan juga diriwayatkan Ibn Hibbân dari jalur sanad Abû Hurairah dengan ringkas.

44

Dari Ibn„Umar ra, ia berkata : Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda: “ Telah bepergian tiga orang dari kalangan orang-orang sebelum kalian, sehingga mereka ( harus ) bermalam disebuah gua kemudian mereka memasukinya. Lalu( tiba-tiba) ada sebuah batu besar menggelinding dari atas bukit hingga menutupi mereka di dalam gua. Kemudian mereka berkata, “ Sesungguhnya tidak ada yang dapat menyelamatkan kalian dari batu besar ini kecuali kalian harus berdo‟a kepada Allah dengan amal-amal shaleh kalian”. Kemudian salah seorang dari mereka berdo‟a : “ Ya Allah, aku pernah punya dua orang tua yang sudah lanjut usia, aku tidak pernah mendahului keduanya dalam meminum susu. Kemudian pada suatu hari aku pergi jauh mencari kayu sehingga aku tidak dapat kembali sore hari kepada keduanya sehingga keduanya tertidur, lalu aku memerah susu untuk

44Imâm al-Hâfizh Abû Muhammad Zakiyuddîn „Abd al-‟Azhîm al- Mundzirî, at-Targhîb Wa at-Tarhîb,h.24

keduanya tetapi aku mendapati keduanya (tetap) tertidur, maka aku tidak suka mendahului keduanya dalam meminum susu itu, lalu saya diam dengan bejana di tanganku menanti keduanya bangun hingga fajar terang. Kemudian keduanya bangun lalu meminum susunya. Ya Allah, jika apa yang telah aku lakukan itu semata-mata mencari ridha-Mu maka bebaskanlah kami dari batu besar ini”. Kemudian batu besar itu pecah sedikit tetapi mereka belum bisa keluar darinya. Nabi saw bersabda : Orang yang lain berdo‟a: “ Ya Allah, anak perempuan pamanku orang yang paling aku cintai, kemudian aku menginginkan dirinya tetapi dia menolakku, sehingga pada suatu tahun paceklik dia menghadapi kesulitan ( hidup )lalu dia datang kepadaku kemudian aku memberinya 120 dinar dengan syarat dia tidak menghalangiku darinya lalu dia bersedia “ melakukan”. Tetapi ketika aku sudah menguasai dirinya, dia berkata: “ Tidak halal bagimu memecahkan “ penutup” kecuali dengan haknya”, sehingga aku enggan menggaulinya lalu aku meninggalkannya, padahal dia adalah orang yang paling aku cintai, dan aku tinggalkan emas yang telah aku berikan kepadanya. Ya Allah, jika yang telah aku lakukan itu semata-mata karena mengharap ridha-Mu, maka bebaskanlah kami dari (kesulitan )yang kami hadapi ini”. Kemudian batu besar itu pecah (lagi), tetapi mereka masih belum bisa keluar darinya. Nabi saw bersabda : Orang yang ketiga berdo‟a: “Ya Allah,sesungguhnya aku telah mempekerjakan sejumlah buruh dan aku tela memberkan upah kepada mereka kecuali satu orang yang meninggalkan haknya dan pergi, kemudian aku kembangkan upahnya itu hingga menjadi harta yang banyak. Kemudian dia (buruh)datang kepadaku setelah beberapa waktu, lalu

berkata kepadaku:‟‟ wahai hamba Allah, bayarlah upahku kepadaku”, lalu aku berkata : Semua yang kamu lihat ini adalah dari upahmu, yaitu unta, sapi, kambing, dan budak. Dia berkata: “ Wahai hamba Allah, janganlah kamu menghinaku!‟‟.Aku berkata : Sesungguhnya aku tidak menghinamu. Kemudian dia mengambil semuanya lalu menuntunnya dan tidak menyisakan sama sekali. Ya Allah, jika yang telah aku lakukan itu semata-mata mengharap ridha-Mu maka bebaskanlah kami dari (kesulitan) yang kami hadapi ini”. Kemudian batu besar itu pecah lagi hingga mereka bisa berjalan keluar.”

( Dalam riwayat lain ) Rasulullah saw bersabda : „ Ketika tiga orang dari orang-orang sebelum kalian tengah berjalan, mereka ditimpa hujan, sehingga mereka berteduh di sebuah goa dan mereka terkurung didalamnya. Sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain,: „ Demi Allah wahai teman-teman tidak ada yang menyelamatkan kalian kecuali kejujuran.

Hendaknya masing-masing dari kita berdoa dengan apa yang dia ketahui bahwa dirinya telah berlaku jujur padanya, salah seorang dari mereka berkata; „Ya Allah sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku mempunyai seorang pekerja sewaan, dia bekerja untukku dengan bayaran satu faraq padi. Dia pergi meninggalkannya, lalu aku mengambil padi itu dan menanamnya, hasilnya sampai aku bisa membeli sapi.

Kemudian dia datang kepadaku meminta bayarannya aku jawab : „ Pergilah ke sapi itu karena ia adalah hasil dari padi yang satu faraq. Lalu dia menggiringnya. Jika Engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu karena takut kepada-Mu, maka berilah jalan keluar dari kesulitan kami ‟. Maka batu itu

bergeser dari mereka. 45( HR. Bukhari, Muslim,an- Nasâ‟i dan juga diriwayatkan IbnHibbân dalam kitab shahîh nya dari jalur sanad Abû Hurairah dengan ringkas.)

Hadis tersebut dari „Abdullah ibn „Umar r.a. yang diriwayatkan oleh Imâm Bukhari dalam kitab Shahîh Bukhâri dengan sanad sebagai berikut :

45Muhammad Nashiruddin al-Bânî, Shahîh at-Targhîb Wa at- Tarhîb, terj.Izzuddin Karimi dkk, jilid.1,(Jakarta : Pustaka Sahifa, 2007), Cet.1, h.116

No. Perawi Wafat Penilaian Sanad 1. „Abdullah ibn

„Umar ra.

74 H. Shahabat („adl, Tsiqah)

2. Sâlim ibn

„Abdullah

106 H. Tsiqah

46Muhammad ibn Ismâ‟îl Abû„Abdillah al-Bukhârî, Shahîh al- Bukhârî,(tt.p ; Dâr al-fikr, 1994), Bâb Hadîts al-Ghâr, hadis.3465, Juz.2, h.177

3. Muhammad ibn Muslim az-Zuhrî

125 H. Tsiqah

4. Syu‟aib ibn Abî Hamzah

162 H. Tsiqah

5. Abû al-Yamân al-Himsî

222 H. Tsiqah

Hadis di atas juga diriwayatkan oleh Imâm Muslim dalam kitabnya Shahîh Muslim dengan sanad sebagai berikut :

Hadis di atas diriwayatkan oleh al-Bukhâri dan Muslim melalui riwayat Ibn „Umar dengan jalur sanad yang shahîh.

Hadis di atas juga diriwayatkan oleh Ibn Hibbân dalam Shahîh 48 nya dari jalur Abû Hurairah ra. Sebagaimana

47AbîHusain Muslim ibn Hajjâj al-Qusyairî an-Naisâburî, Shahîh Muslim, (Beirût : Dâr al -Jayl, t.t), Bâb Qishatu Ashhâb al-Ghâr, Juz. 8,h.89

48Muhammad ibn Hibbân ibn Ahmad AbûHâtim at-Tamîmî, Shahîh IbnHibbân bi at-Tartîbi Ibn Balbản, (Beirût : Muassasah ar-Risâlah, 1993 M/1414H.), Juz.3, h.251

disebutkan al-Mundzirî dalam bab “Bir al-Walidain” secara ringkas.

al-Bânî dalam kitab Shahîh at-Targhîb Wa at-Tarhîb menilai hadis ini Shahîh49.

Dikatakan di akhir hadis al-Mundzirî bahwa hadis diatas juga diriwayatkan oleh an-Nasa‟i, namun penulis tidak menemukan hadis yang diriwayatkan oleh an-Nasâ‟î.

Dari riwayat al-Bukhârî tidak ditemukan perawi dha‟îf.

Dari segi matan, hadis tersebut juga sesuai dengan ayat Al-Qur‟an .











“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan”.(

QS. Al-Fatihah[1]:5)





























“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung.”(

QS.Al-Mâ'idah[5]:35)

49Muhammad Nashiruddîn al-Bânî, Shaî at-Targhîb Wa at- Tarhîb, (Riyâdh : Maktabah Ma‟ârif, t.t,), Juz. 1, h. 3





































Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran. ( QS.Al- Baqarah[2]:186

...













Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya,( QS.At-Talâq[65]:2) Dengan demikian hadis ini dikatakan Shahîh. Wallahu A‟lam.

Adapun pelajaran yang dapat diambil dari hadis di atas yaitu :

1) Keutamaan ikhlas dalam beramal

2) Keutamaan berbakti kepada orang tua, melayani mereka, mendahulukan keduanya daripada anak-anak dan istri, serta memikul beban berat kepada orang tua.

3) Keutamaan menjaga kehormatan diri dan menahan diri dari perbuatan haram meskipun mampu melakukannya

4) Meninggalkan perbuatan maksiat dapat menghapus dosa-dosa yang terjadi di awal perjalanan menuju maksiat tersebut.

5) Taubat dapat menghapus dosa-dosa yang terjadi sebelumnya.

6) Keutamaan menunaikan amanah.

7) Adanya karamah bagi orang-orang shalih.

8) Boleh bertransaksi jual beli yang dilakukan orang yang menjual sesuatu yang bukan miliknya.

9) Boleh menjual barang titipan tetapi keuntungannya untuk pemilik barang

10) Boleh menyewa dengan upah berupa makanan yang ukurannya diketahui kedua belah pihak yang bertransaksi.

11) Menceritakan peristiwa yang terjadi pada umat yang terdahulu supaya bisa mengambil pelajaran, melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk.50

Dengan kisah ini, menunjukkan bahwa keikhlasan dapat menjadi solusi dari kesusahan.

b. Hadis ke 2 riwayat Ibn mâjah dan Hâkim

50Imâm al-Hâfizh Ibn Hajar al-Asqalânî, Fath al-Bârî Syarh Shahîh al- Bukhârî, terj. Amiruddin, ( Jakarta : Pustaka Azzam, 2006 ), Cet.

1, h. 713

51

Dari Anas bin Malik, dari Rasulullah saw bersabda :

Barang siapa meninggalkan dunia dalam keadaan ikhlas hanya karena Allah Yang Esa, Yang tiada sekutu bagi-Nya, menunaikan shalat, dan membayar zakat,

maka dia telah meninggalkan dunia dalam keadaan diridhai oleh Allah.” ( HR.Ibn mâjah dan Hâkim dan dia berkata Shahîh atas syarat dua syaikh )

Hadis di atas diceritakan oleh Anas ibn Mâlik yang diriwayatkan oleh Ibn Mâjah dalam Sunannya dengan sanad sebagai berikut:

51Imâm al-Hâfizh Abû Muhammad Zakiyuddîn „Abd al-‟Azhîm al- Mundzirî, at-Targhîb Wa at-Tarhîb , h.25

52Muhammad ibn Yazîd Ab „Abdullah al-Qazwaini, Sunan Ibn Mâjah, (Beirût : Dâr al-Fikr, t.t.), Bâb Fî al-imân, Juz.1, h.27

Hadis tersebut juga diriwayatkan oleh al-Hâkim di Mustadraknya53, al-Baihaqi di kitabnya Syu‟bu al-Imân54, al- Qurthûbî di Jamî‟ al-Bayân55 dengan sanad yang sama.

Dari rangkaian sanad di atas, penulis menemukan perawi yang bernama Rabî‟ ibn Anas dan Abû Ja‟far ar-Râzî yang dinilai shadûq.

Sedangkan al-Bânî dalam kitab shahîh wa dha‟îf sunan Ibn Mâjah56menilai dha‟îf, Begitu juga dalam kitab Zawâ‟id57 mengatakan bahwa nama Rabî‟ ibn Anas ini dinilai dha‟îf sehingga hadis ini dinilai hadis dha‟îf sanadnya.

Dengan demikian hadis ini dapat dikatakan dha‟îf.

Wallahu A‟lam

53Muhammad ibn „Abdullah Abû Abdullah al-Hâkim an-Naisâburî, Mustadrak „alâ as-Shahîhain, (Beirût : Dâr al-Kutub al-„ilmiyyah, 1990 M./1411 H.), Bâb Tafsîr Sûrah at-Taubah,hadis.3277, Juz.2, h. 326

54Abû Bakar Ahmad ibn al-Husain al-Baihaqi, Syu‟bu al-imân, Juz.

5, h.341

55Abû „Umar Yûsuf ibn „Abdillah an-Namîri al-Qurthubî, “Jâmi‟u Bayân al-„Ilmi Wa Fadhlihî”,(Rayyân: Dâr Ibn Hazim, 2003 M/1424 H), Juz. 2, h.33

56Muhammad Nâshiruddin al-Bânî, Shahîh Wa Dha‟îf Sunan Ibn Mâjjah,(tt.p: t.p, t.t.), Jilid.1, h.142

57Ahmad ibn Abî Bakar ibn Ismâ‟il al-Kanânî, Mishbâh az-Zujâjah fî Zawâ‟id Ibn Mâjah, ( Beirût : Dâr al-‟Arabiyah, 1403 H.), Bâb fî al-imân, Juz.1, h. 12

c. Hadis ke 3, riwayat al-Baihaqî

58

Dari Abi Firas ( laki-laki dari Aslam) berkataSeorang laki-laki berseru sambil bertanya, Ya Rasulullah, apa itu Iman? Nabi menjawab, “Ikhlas.”Dalam lafadz lain dia berkata, Rasulullah bersabda : “ Bertanyalah

kepadaku apa yang kalian mau. Lalu seorang laki- laki berseru, “ Ya Rasulullah apa itu islam?”Nabi menjawab,“ mendirikan shalat dan membayar zakat.” Dia bertanya, “ apaitu iman?” Nabi menjawab, Ikhlas.” Dia bertanya, “ Apa itu yakin?”Nabi

menjawab,”Membenarkan.”( HR.al-Baihaqî, dan hadis ini mursal )59

Hadis tersebut diceritakan oleh Abî Firâs ( seorang laki- laki dari Aslam ) yang diriwayatkan oleh al-Baihaqî dalam kitabnya Syu‟bu al imân dengan sanad sebagai berikut :

58Imâm al-Hâfizh Abû Muhammad Zakiyuddîn „Abd al-‟Azhim al- Mundzirî, at-Targhîb Wa at-Tarhîb, h.25

59Muhammad Nashiruddin al-Bânî, Shahîh at-Targhîb Wa at- Tarhîb, terj.Izzuddin Karimi dkk, h. 120

Dokumen terkait