• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Kajian Pustaka

Penelitian mengenai fatwa-fatwa yang dirumuskan oleh Majelis Ulama Indonesia, baik di Komisi Fatwa MUI, Dewan Syariah Nasional dan al-Lajnah Ad-Dāimah li al-Buhūṡ al-Ilmiyyah wa a-Iftā’, bukanlah hal yang baru. Terdapat banyak karya yang meneliti tema- tema tersebut, baik dalam karya disertasi, tesis, jurnal ilmiah, dan buku cetak.

1. Umar Abdullah Kamil, disertasi. Dengan judul al-Qawāid al- Fiqhiyyah al-Kubra wa aṡaruha fi al-mu’amalāt al-māliyah di kairo, Mesir.

Umar Abdillah Kamil menjelaskan adanya perbedaan antara kaidah-kaidah pokok (al-Qawāid al-Asāsiyah) dan kaidah- kaidah umum (al-Qawāid al-Kulliyah). Yang pertama adalah kaidah-kaidah yang disepakati oleh seluruh ulama lintas madzhab

14

dan mencakup semua pembahasan ilmu fikih. Sedangkan yang kedua, ialah kaidah yang berlaku dalam sebagian permasalahan fikih saja dan tidak dapat berlaku dalam pembahasan yang lain.

Dalam hal ini, termasuk juga kaidah yang masih diperdebatkan penggunaanya oleh ulama lintas madzhab.

Menurut UmarAbdullah Kamil, kaidah fikih adalah cabang ilmu yang tidak bisa dipandang sebelah mata, bahkan menjadi yang paling penting dalam konteks mempelajari ilmu fikih itu sendiri.

Karena dengan kaidah fikih cakupan ilmu fikih yang luas itu bisa dikumpulkan dalam sejumlah poin yang krusial.

Disertasi ini mengulas secara luas kaidah fikih dalam konteks hukum islam. Mulai dari kedudukannya, pengertian setiap kaidah, dalil yang membentuknya, hingga penerapannya dalam bidang mumalah. Persamaan karya ini dengan penelitian penulis adalah dalam hal sama-sama mengkaji kaidah fikih dan penerapannya dalam hukum islam. Sedangkan perbedaan antara keduanya ialah disertasi ini luas mencakup semua kaidah asasiyah, sementara penelitian penulis mencukupkan diri dengan konsep ‘urf dan Maṣlaḥah serta penerapannya dalam fatwa DSN-MUI dan al- Lajnah Ad-Dāimah li al-Buhūṡ al-Ilmiyyah wa a-Iftā’.

2. Ahmad Hilmi, tesis dengan judul “fathu aż-żarīah dan aplikasinya di fatwa DSN-MUI.”

Ahmad Hilmi di dalam penelitiannya menyebutkan dua rumusan utama masalah yang dikajinya: yaitu tentang bagaimana konsep kaidah Fath aż-żarīah, pengertian, dalil dan hal-hal yang berkenaan dengannya. Dan soal bagaimana aplikasi Fath aż-żarīah dalam Fatwa DSN untuk memberi solusi permasalahan ekonomi kontemporer.

15 Ahmad Hilmi menyebut ada lima fatwa DSN-MUI yang dilandasi kaidah fikih Fath aż-żarīah.22 Adapun persamaan penelitian Ahmad Hilmi dengan tesis ini adalah keduanya sama- sama meneliti tentang Fatwa DSN-MUI. Namun terdapat perbedaan dalam hal kaidah yang digunakan sebagai bahan kajian.

Penelitian Ahmad Hilmi mengkaji mengenai kaidah fath aż-żarīah, sementara penelitian ini menganalisa konsep ‘urf dan Maṣlaḥah sebagai kajian utama dalam fatwa DSN-MUI.

3. Saiful Anwar, tesis yang berjudul “Aplikasi Kaidah Fikih al- Hājah Qad Tanzilu Manzilah aḍ-ḍarūrah dalam Fatwa DSN-MUI.”

Penelitian Saiful Anwar ini dilakukan pada tahun 2019 dan diajukan sebagai sebuah karya tesis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam tesisnya, ia menitikberatkan pada kaidah fikih al- Hājah Qad Tanzilu Manzilah aḍ-ḍarūrah, pengertiannya, macam dan pengaruhnya dalam hukum islam. Pemilihan kaidah ini sebagai objek kajian adalah karena kaidah fikih tersebut yang paling sering digunakan dalam merumuskan fatwa oleh DSN- MUI, setelah kaidah al-Aṣlu fī Mu’āmalah al-Ibāhah.23

Saiful mencatat dalam penelitiannya, ada 10 fatwa DSN- MUI yang menggunakan landasan hukum kaidah fikih al-Hājah Qad Tanzilu Manzilah aḍ-ḍarūrah. Yaitu fatwa mengenai istishna paralel, pembiayaan pengurusan haji, pembiayaan rekening koran syariah, pengalihan hutang, obligasi syariah, letter of credit

22 Aḥmad Hilmi, Fath aż-żarīah dan Aplikasinya dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (Lampung : Pascasarjana UIN Lampung, 2018), Tesis, h. 147-149.

23 Saiful Anwar, Aplikasi Kaidah Fīkih al-Hājah Qad Tanzilu Manzilah aḍ-Ḍarūrah, (Jakarta: Pascasarjana UIN Jakarta, 2019), tesis.

16

syariah, syariah card, sertifikat bank indonesia syariah, rahn tasjiliy dan qordh dana nasabah.24

Ada dua kesamaan antara tesis Saiful Anwar dan tesis ini, yaitu pertama sama-sama meniliti tentang fatwa DSN-MUI, sebagai lembaga yang punya otoritas dalam menelurkan fatwa dalam bidang ekoknomi di Indonesia. dan yang kedua adalah kesamaan kajian kaidah fikih sebagai kajian utama dan penerapannya dalam fatwa.

Sementara perbedaan keduanya jelas ada pada pilihan kaidah fikih yang digunakan. Tesis Saiful Anwar meneliti kaidah fikih al-Hājah Qad Tanzilu Manzilah aḍ-ḍarūrah, sedangkan tesis ini mengkaji konsep ‘urf dan Maṣlaḥah. Juga dalam hal objek kajian, penulis menambahkan lembaga fatwa lain, yaitu Al-Lajnah Ad-Dāimah Li Al-Buhūṡ Al-’Ilmiyyah Wa Al-Iftā’.

4. Soleh Hasan Wahid, tesis dengan judul “Karakteristik Fatwa Ekonomi Syariah Lembaga Fatwa Di Indonesia (DSN-MUI, Lembaga Baḥṣ Al-Masāil Nahḍatul ʽUlama Dan Majelis Tarjīḥ Muḥammadiyah)” UIN satu Tulungagung, 2017

Dalam karya tesisnya, Soleh Hasan Wahid menyebut bahwa konse-konsep dasar yan digunakan DSN-MUI dalam proses ifta’ menjadikan kaidah fikih menjadi konsep dasar yang tidak pernah ditinggalkan, namun dalam penggunaanya terdapt ketidakjelasan status atau kaitan antara metode yang digunakan

24 Saiful Anwar, Aplikasi Kaidah Fīkih al-Hājah Qad Tanzilu Manzilah aḍ-Ḍarūrah, (Jakarta: Pascasarjana UIN Jakarta, 2019), tesis. hal 14- 17

17 atau kaitan antara dasar dari nas, ijma dan qiyas dalam posisinya sebagai perimbangan hukum.25

Penelitian ini kemudian juga mengkomparasikan karakter perumusan fatwa ekonomi dari tiga lembaga. yaitu DSN-MUI, LBM NU, dan MT Muhammadiyah. Adapun persamaan antara tesis ini dan tesis Soleh adalah sama-sama meneliti tentang fatwa DSN-MUI. Hanya saja, tesis ini mengkomparasikan beberapa lembaga fatwa dalam satu negara, sementara tesis penulis mengkomparasikan lembaga fatwa antar negara.

5. Khikmatun Amalia, jurnal as-salam vol. IX No. 1, 2020. jurnal yang berjudul “‘‘urf Sebagai Metode Penetapan Hukum Ekonomi Islam.”

Hasil penelitian dalam jurnal ini menunjukkan bahwa ‘‘urf adalah sebuah hal yang maklum dan sudah lazim dilakukan di tengah masyarakat. Hal yang lazim ini bisa berupa ucapan atau perbuatan tertentu, yang kemudian dapat digunakan sebagai salah satu unsur dalam penetapan hukum ekonomi syariah. Kemudian Khikmatun Amalia juga memberikan beberapa contoh penerapan

‘urf dalam transaksi kontemporer, yaitu kewajiban mencatat setiap transaksi dalam perbankan islam dan sahnya jual beli meski tidak secara langsung menyebutkan shigat akadnya atau yang lebih dikenal dengan bai al-Mu’āṭoh26 dalam literatur fikih klasik.

Persamaan dengan penelitian penulis adalah sama-sama mengkaji tentang kaidah ‘urf atau adat. Sama-sama meniliti

25 Soleh Hasan Wahid, Karakteristik Fatwa Ekonomi Syariah Lembaga Fatwa Di Indonesia (DSN-MUI, Lembaga Baḥth Al-Masā’il Nahḍatul ʽUlama Dan Majelis Tarjīḥ Muḥammadiyah)” (Tulungagung: UIN satu Tulungagung, 2017) hal 80

26 Bai al-Mu’āṭah adalah jual beli tanpa ijab kabul yang diucapkan.

18

pengertian dan dasar hukum serta klasifikasinya. Sedangkan perbedaan dengan penelitian penulis adalah penelitian ini tidak mengkaji penerapan konsep ‘urf tersebut tersebut dalam fatwa DSN-MUI.

6. Ramdan Fawzi. Amwāluna: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 2 No. 1, 2018. Jurnal dengan judul Aplikasi Kaidah Fikih ةمكحم ةداعلا Dalam Bidang Muamalah.

Penelitian ini mengkaji tentang kaidah fikih al-Adah muhakkamah sebagai salah satu dari lima kaidah fikih asasi yang disepakati, yang dapat dijadikan dasar dalam menetapkan suatu hukum sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di tengah masyarakat. Kemudian penulis mengulas makna kaidah fikih al- Adah Muhakkamah dan menelusuri dalil yang membentuk kaidah tersebut baik dari Al-Quran maupun Hadis Nabi saw.

Ramdan Fawzi memberikan contoh penerapan kaidah ini dalam dunia ekonomi kontemporer adalah perihal batasan penerimaan (qabḍ). Menurut Ramdan belum ada batasan rinci dalam nas syariah yang menjelaskan hal ini, sehingga kebiasaan masyarakat bisa dijadikan landasan hukum dalam menyimpukan hukumnya.

Persamaan antara penelitian ini dan tesis penulis adalah sama-sama mengkaji konsep ‘urf dan turunannya. Namun tesis ini mengkaji konsep ‘urf dan Maṣlaḥah dalam fatwa DSN-MUI dan Al-Lajnah Ad-Dāimah Li Al-Buhūṡ Al-’Ilmiyyah Wa Al-Iftā’

khususnya dalam hal jual beli emas secara tidak tunai.

7. Ibnu Irawan, Jayusman, Agus Hermanto, Jurnal. Jurnal Penelitian Islam, Vol 13, No. 02 (2019) dengan judul, “Studi Fatwa Al-Lajnah Ad-Dāimah Li Al-Buhūṡ Al-’Ilmiyyah Wa Al-Iftā’:

19 Kritik Atas Larangan Mahar Pernikahan Berupa Hafalan Al- Qur’an”

Tulisan ini merupakan kajian pustaka yang mengkaji sekaligus mengkritisi fatwa pelarangan mahar hafalan al-Qur’an dengan pisau analisis kaidah ‘urf. Hasil dari kajian ini menyimpulkan bahwa lembaga fatwa terkait mengenyampingkan kaidah ‘urf yang dianggap bukan kaidah asas dan masih menjadi perdebatan di antara para ulama dalam proses penggunaannya.

Persamaan kajian ini dengan tesis penulis adalah dalam hal objek kajian yang meneliti lembaga fatwa milik negara Saudi Arabia ini. Perbedaannya ialah penelitian ini fokus pada kasus mahar pernikahan berupa hafalan Al-Quran, sementara penelitian penulis mengkaji fatwa Al-Lajnah Ad-Dāimah Li Al-Buhūṡ Al-

’Ilmiyyah Wa Al-Iftā’ tentang jual beli emas secara tidak tunai.

8. Shofiah Tidjani, disertasi. dengan judul, “Analisis Microcosmic Law Dan Macrocosmic Law Otoritas Fatwa-Fatwa Perbankan Di Kerajaan Arab Saudi” Disertasi ini diujikan di Universitas Gajah Mada pada tahun 2016.

Hasil penelitian ini menyimpulkan adanya ketidaksinkronan hubungan antara ulama dan umara di Negara Arab Saudi, khususnya di sektor perbankan Islam. Lembaga- lembaga perbankan di sana menyandarkan legitimasi aktivitas dan produknya pada dewan syariahnya masing-masing. Kondisi ini muncul akibat dari belum terakomodirnya regulasi perbankan Islam yang diseragamkan dengan perbankan konvensional.

Persamaan dengan tesis penulis adalah dalam hal mengkaji lembaga fatwa negara Saudi Arabia dan bagaimana logika hukum yang digunakan dalam menyimpulkan fatwa. Perbedaannya ialah

20

penelitian ini secara umum mengkaji hubungan antar otoritas fatwa di Negara Arab Saudi. Sedangkan penelitian penulis ini lebih spesifik mengkaji fatwa mengenai jual beli emas secara tidak tunai dan komparasinya dengan fatwa DSN-MUI.

9. Ramadhani Alfin Habibie, tesis. Dengan judul, “Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai (Studi Komparatif Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia Nomor 77 Tahun 2010 Tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai Dan Putusan Accounting And Auditing Organization For Islamic Financial Institution Nomor 2/2/6 Al-Murabaḥah Lil Amir Bi Asy-Syira) di Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2020.

Penelitian ini menyimpulkan dua hal penting. Satu, situasi sosial, budaya dan ekonomi menjadi faktor yang melatarbelakangi adanya perbedaan dalam menetapkan fatwa dari dua lembaga tersebut. Dua, adanya perbedaan tersebut juga didasari dari penggunaan metode ijtihad yang berbeda. AAOIFI lebih menekankan pada perumusan hukum yang bertumpu pada kaidah bahasa dan makna lafal (Bayāni).

Sedangkan DSN-MUI menggunakan metode ijtihad Istislahi yang diramu dengan teori Maṣlaḥah. Ramadhani menilai bahwa konsep DSN-MUI relevan dengan situasi dewasa ini.

Persamaan penelitian di atas dengan kajian tesis penulis adalah dalam hal studi komparasi antar lembaga fatwa dalam hal jual beli emas secara tidak tunai. Perbedaan antara keduanya terletak pada lembaga fatwa terkait sebagai objek kajian dan penelitian. Penelitian Ramadhani mengkomparasikan fatwa DSN- MUI dan AAOIFI, sedangkan penelitian penulis

21 mengkomparasikan antara DSN-MUI dan Al-Lajnah Ad-Dāimah Li Al-Buhūṡ Al-’Ilmiyyah Wa Al-Iftā’.

10. Dewi Nurdiana, jurnal. Jurnal al-Hakim vol 1 no 2 tahun 2019 di Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta, dengan judul,

“Analisis Jual-Beli Emas Secara Tidak Tunai (Studi Komparatif Fatwa DSN-MUI No. 77/ DSN-MUI/V/2010 Dan Pemikiran Erwandi Tarmizi)

Kajian ini menyimpulkan bahwa DSN-MUI dalam mengeluarkan fatwanya menggunakan dalil istinbaṭh hukum Maṣlaḥah mursalah, sedangkan Erwandi Tarmizi menggunakan kaidah sadd aż-żarīah.

Persamaan penelitian di atas dengan kajian tesis penulis adalah dalam hal studi komparasi terkait jual beli emas secara tidak tunai. Perbedaannya ialah penelitian Dewi dalam jurnal ini membandingkan antara lembaga fatwa dan fatwa pribadi perseorangan. Sedangkan tesis ini mengkaji perbandingan antar lembaga fatwa.

F. Metodologi Penelitian

Dokumen terkait