• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

B. Kajian Teori

Bagian ini berisi pembahasan tentang teori yang dijadikan sebagai perspektif penelitian.

1. Kajian Teoritik Tentang Akhlak a. Pengertian Akhlak

Kata akhlak berasal dari kata bahasa Arab “Khuluq” yang jamaknya akhlak. Menurut bahasa, akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “Khalqun” yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan kata “Khaliq” yang berarti “pencipta” dan makhluk yang berarti “yang menciptakan”.11

Pemaknaan akhlak seperti ini sejalan dengan makna kata akhlak yang memang merupakan plural dari kata “Khuluq” yang

berasal dari kata “Khalaqa” yakni kata yang ditunjukkan pada ciptaan asal dari Tuhan yang sangat erta dengan muatan daya atau kemampuan dasar yang dapat disempurnakan melalui adanya berbagai upaya nyata manusia ke lahiriyah penyempurnaan- penyempurnaan.12

b. Ruang Lingkup Akhlak

Ruang lingkup akhlak islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Berbagai bentuk dan ruang lingkup akhlak islami dapat dipaparkan sebagai berikut:

1) Akhlak Kepada Allah

Menurut Abuddin Nata dalam bukunya Akhlak Tasawuf, Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang sebenarnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk Tuhan yang khaliq.

Akhlak terhadap Allah SWT merupakan sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai khaliq. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah.

Pertama, karena Allah-lah yang menciptakan manusia. Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera berupa pendengaran, penglihatan, akal fikiran dan hati

12 Amril M, Akhlak Tasawuf (Pekanbaru: Program Pasca Sarjana UIN Suska Riau dan LSFK2P,

sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya. Keemat, Allah-lah yang memuliakan manusia dengan diberikannya akan kemampuan menguasai daratan dan lautan.13

Sekurang- kurangngya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah yaitu (1) kar ena Allah-lah yang menciptakan manusia, (2) karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan pancaindera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati ssanubari serta anggota badan yang kokoh, (3) karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, (4) Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah di antaranya tidak menyekutukan-Nya, taqwa, ridla dan ikhlas, mensyuykuri nikmatnya, beribadah serta selalu berdoa kepadanya14.

2) Akhlak Kepada Manusia

Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain, untuk itu perlu adanya kerja sama dan tolong

13 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Press, 2015), 150.

menolong dengan sesama makhluk. Islam menganjurkan pada umatnya untuk berakhlak baik kepada sesama manusia. Karena masyarakat berjasa dalam mendewasakannya, caranya dapat dilakukan dengan memuliakan, member bantuan, pertolongan dan menghargai mereka.15

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat terpisahkan dari manusia yang lainnya, mereka saling bergantungan satu sama lain untuk saling tolong menolong, bergotong royong dengan sesama dan saling menghormati karena pada dasarnya setiap manusia dimuka bumi adalah sama-sama keturunan Nabi Adam a.s. memuliakan yang lebih tua, menghormati, menyayangi yang lebih muda dan menjaga ukhuwah insaniyah dan watoniyah.

3) Akhlak Kepada Lingkungan

Akhlak terhadap lingkungan adalah sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewan dan tumbuh-tumbuhan yang diciptakan Tuhan untuk kemaslahatan umat manusia dan makhluk lainnya.16

Manusia diciptakan di muka bumi mengemban amanah besar dari penciptanya yang salah satunya adalah khalifah fil ardi atau khalifah di muka bumi artinya tugas manusia diturunkan ke bumi adalah untuk menjaga, mengayomi dan

15 Umiarso, Pendidikan Islam dan Krisis Moralisme Masyarakat Modern (Jogjakarta: Ircisod, 2010), 112.

merawat bumi dari segala macam bentuk ancaman serta mencegah terjadinya kerusakan. Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT dimuka bumi diperuntukkan bagi manusia boleh memanfaatkannya secara berlebih-lebihan.

2. Kajian Teoritik Tentang Pembinaan Akhlak a. Pengertian Pembinaan Akhlak

Definisi pembinaan merupakan kata noun yakni proses, cara, perbuatan membina (Negara), pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk memperoleh hasil yang lebih baik.17

Dalam Kamus Besar Bahasa Indoneisa, pembinaan berarti membina, memperbaharui, atau proses, perbuatan, cara membina, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.18

Keterkaitannya dengan akhlak, menurut bahasa (etimologi), perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuknya mufradnya “Khuluqun” yang menurut logat berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “Khulkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan “Khaliq” yang berarti Pencipta dan “Makhluk” yang berarti yang diciptakan.19

17 www.artikata.com. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2018.

18 Departemen Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 117.

19 Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk disebut dengan akhlak tercela sesuai dengan pembinaannya.

Dalam pengertian lain, akhlak diartikan sebagai ilmu tata karma, ilmu yang membahas tentang perilaku manusia, dan juga memberikan sebuah nilai terhadap apa yang dilakukan manusia, melalui jenis perbuatannya, baik atau buruk menurut norma yang berlaku.20

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud membina akhlak adalah membangun (membangkitkan kembali) psikis atau jiwa seseorang dengan pendekatan Agama Islam, yang diharapkan agar seseorang memahami dan mengamalkan ajaran Agama Islam, sehingga terbentuknya perilaku yang dinamis sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Pada prinsipnya pembinaan akhlak merupakan bagian dari pendidikan umum dilembaga manapun harus bersifat mendasar dan menyeluruh, sehingga mencapai sasaran yang diharapkan yakni terbentuknya pribadi manusia yang insan kamil. Dengan kata lain memiliki karakteristik yang seimbang antara aspek dunia dengan

aspek ukhrawy (tawazun).21 Dan yang menjadi dasar pembinaan dan pensucian akhlak adalah kebaikan akhlak itu sendiri. Sebagaimana telah menjadi sifat para Nabi dan menjadi perbuatan para ahli shiddiq, karena merupakan separuhnya Agama.22

b. Kedudukan Pembinaan Akhlak Dalam Islam

Dalam ajaran Islam, pembinaan akhlak menempati posisi yang urgen. Sejak zaman Rasulullah, dimana Rasul menjadi suri tauladan dari apapun yang dilakukan Rasul yang kemudian menjadi sebuah sunnah hingga saat ini. Rasul menjadi pedoman dalam berperilaku dalam hal apapun.

Perhatian Islam terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik. Karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang ada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia lahir dan batin.

Berdasarkan paparan tersebut, kita dapat memahami bahwa Islam sangat memberi perhatian yang besar terhadap pembinaan akhlak, termasuk cara-caranya. Melalui rukun Islam, menunjukkan bahwa pembinaan akhlak yang ditempuh Islam adalah menggunakan cara atau sistem yang integrated, yaitu suatu sistem yang

21 Ahmad Tafsir, dkk, Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Mimbar Pustaka, Media Transfasi Pengetahuan, 2004), 311.

22 Iman Yahya Ibn Hamzah, Riyadhah Upaya Pembinaan Akhlak (Bandung: Remaja Rosdakarya,

menggunakan berbagai sarana peribadatan dan lainnya secara simultan untuk diarahkan pada pembinaan akhlak.

c. Tujuan Pembinaan Akhlak

Dalam usaha mewujudkan manusia yang berakhlak al- kariman, maka diperlukan adanya usaha pembinaan akhlak dengan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan pembinaan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk pribadi muslim yang bermoral baik, jujur, beradab suci, sopan dan juga beriman serta bertaqwa kepada Allah.

Menurut Mahfidz Ma’sum tujuan yang hendak dicapai dalam pembinaan akhlak adalah perwujudan takwa kepada Allah, kesucian jiwa, cinta kebenaran dan keadilan secara teguh dalam tiap pribadi individu.23 Dalam usaha mendekatkan diri kepada Allah, manusia selalu diingatkan kepada hal-hal yang bersifat bersih dan suci.

Ibadah yang dilakukan ikhlas, semata-mata hanya mengharapkan ridha Allah.24 Oleh karenanya, ibadah memiliki hubunngan yang erat dengan latihan sikap dan meluruskan akhlak. Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan, pelajaran, aktivitas, merupakan sarana pendidikan akhlak.

Ketika melaksanakan ibadah, seseorang sering kali didorong oleh rasa takut akan siksaan Allah. Namun dengan tidak sadar, rasa takut itu hilang, dan tumbuh dalam hatinya kecintaan kepada Allah dan akan terus melekat didalamnya. Semakin banyak seseorang

23 Amin Syukur, Studi Akhlak (Semarang: Walisongo Press, 2010), 181.

beribadah, semakin mulia akhlaknya, dan semakin dekat ia kepada Allah, serta semakin cinta kepada Allah.25

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembinaan akhlak pada prinsipnya adalah untuk mencapai kebahagiaan dan keharmonisan dalam hubungan dengan Allah SWT.

Disamping berhubungan dengan sesama makhluk dan juga alam sekitar, hendak menciptakan manusai sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna serta lebih dari makhluk lainnya. Pendidikan Agama berkaitan erat, dengan pendidikan akhlak, tidak berlebihan bila dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan Agama. Sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh Agama dan yang buruk adalah apa yang dianggap buruk oleh Agama. Sehingga nilai-nilai akhlak, keutamaan akhlak dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh Agama.

3. Kajian Teoritik Tentang Program Tahfidz Al-Qur’an a. Pengertian Program Tahfidz Al- Qur’an

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) program adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan atau seperangkat kegiatan kependidikan yang diatur demikian rupa

sehingga dapat dilaksanakan oleh anak didik di waktu yang lebih singkat dari biasa.26

Secara umum, program diartikan sebagai rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan. Sedangkan program secara khusus adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.27

Selain itu, definisi program juga termuat dalam Undang- Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, menyatakan bahwa:

Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi masyarakat.

Kata tahfidz berasal dari bahasa Arab hafidza-yahfadzu-hifdzan yang artinya memelihara, menjaga dan menghafal.28 Tahfidz (hafalan) secara etimologi adalah lawan dari kata lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa hafal berarti “telah termasuk dalam ingatan (tentang pelajaran). Dan dapat mengucapkan kembali diluar kepala

26 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2008), 627.

27 Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 2-3.

(tanpa melihat buku). Menghafal berarti berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat.29

Mengahafal merupakan suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali ke alam dasar.30 Jadi dari penjelasan diatas menghafal adalah suatu materi yang kita masukkan ke dalam ingatan, sehingga dapat kita ingat kembali suatu waktu bila diperlukan.

Secara etimologi Al-Qur’an berasal dari kata qara’a-yagra’u yang berarti membaca. Sedangkan secara harfiah Al-Qur’an diartikan sebagai kalam Allah SWT, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat yang disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah SWT sendiri dengan perantara malaikat Jibril dan membaca Al-Qur’an dinilai ibadah kepada Allah SWT, diawali dengan surah Al-Fathihah dan diakhiri surat An-Nass.31

Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat, disampaikan dengan jalan

29 Departemen Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 291.

30 Zakiyah Drajat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 89.

31 Zaki Zamani dan M. Syukron Maksum, Metode Cepat Menghafal Al-Qur’an (Yogyakarta: Al-

mutawattiri dari Allah SWT sendiri dengan perantara malaikat Jibril dan membacanya dinilai ibadah32.

Jadi dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan mengenai pengertian al-qur’an yaitu kalam Allah yang diturunkan kepada nabi muhammad dengan perantara malaikat jibril, untuk dijadikan pedoman dan petunjuk bagi manusia yang ditulis dalam mushaf- mushaf, yang disampaikan kepada secara mutawattir apabila kaum muslimin membacanya meruapakan amal ibadah.

Jadi dapat disimpulkan progam tahfidz al-qur’an adalah rencana kegiatan menghafal al-qur’an sesuai kebijakan yang telah ditentukan. Setelah menghafal diharapkan menyetorkan hafalannya kepada pembina atau pembimbing tahfidz yang telah ditentukan.

b. Landasan Pelaksanaan Progam Tahfidz

1) Tentang keutamaan dari menghafal Al-Qur’an.



























































Artinya: “Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Qur’an) sesuatu Kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu. Andai kata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari (Mu). Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang

32 Mas’ud Khasan Abdul Qadir, Kamus Ilmiah Pengantar Populer (Yogyakarta:Bintang Pelajar),

mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Ankabut: 48-49).33

c. Materi Program Tahfidz 1. Baca Tulis Al-Qur’an

Menurut Abuddin Nata, membaca dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar baca, yang secara sederhana dapat diartikan sebagai ucapan lafadz bahasa lisan. Sedangkan menurut Al-Raghib al-Asfhani yang dikutip oleh Abuddin Nata menyatakan bahwa “membaca dari kata qara” yang terdapat pada surat Al-alaq ayat yang pertama secara harfiah kata qara” tersebut berarti menghimpun huruf-huruf dan kalimat yang satu dengan kalimat lainnya dan membentuk suatu bacaan.34

Menurut M. Silitonga dkk, membaca adalah salah satu proses kejiwaan yang sangat rumit yang berlangsung pada diri pembaca. Pada dasarnya pembaca merekontruksi amanat atau isi yang tersurat dan yang tersirat dalam bacaan yang dihadapinya.

Kemampuan membaca adalah hasil proses belajar dan pembentukan yang terus-menerus. 35

Kesimpulan dari beberapa uraian di atas adalah bahwa pembelajaran atau pembinaan baca tulis Al-Qur’an adalah kegiatan pembelajaran membaca dan menulis yang ditekankan

33 Tim Redaksi, Al-Qur’an Tajwid Warna, Transliterasi Per Kata, Terjemah Per Kata, 402.

34 Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy) (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Agustus 2010), Cet ke-4, 43.

35M. Silitonga dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa Kelas III SMP Sumatra Utara:Membaca dan Menulis (Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

pada upaya memahami informasi, tetapi ada pada tahap menghafalkan, lambang-lambang dan mengadakan pembiasaan dalam melafalkannya serta cara menuliskannya. Adapun tujuan dari pembinaan dan pembelajaran baca tulis al-Qur’an ini adalah agar dapat membaca kata-kata dengan kalimat sederhana dengan lancar dan tertib serta dapat menulis huruf dan lambang-lambang arab dengan rapih, lancar dan benar.

2. Tahfidz Al-Qur’an

Kata tahfidz berasal dari bahasa Arab hafidza-yahfadzu- hifdzan yang artinya memelihara, menjaga dan menghafal.36 Tahfidz (hafalan) secara etimologi adalah lawan dari kata lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa hafal berarti “telah termasuk dalam ingatan (tentang pelajaran). Dan dapat mengucapkan kembali diluar kepala (tanpa melihat buku). Menghafal berarti berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat.37

Secara etimologi Al-Qur’an berasal dari kata qara’a- yagra’u yang berarti membaca. Sedangkan secara harfiah Al- Qur’an diartikan sebagai kalam Allah SWT, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat yang disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah SWT sendiri dengan perantara malaikat Jibril dan membaca Al-Qur’an dinilai

36 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 2005), 105.

ibadah kepada Allah SWT, diawali dengan surah Al-Fathihah dan diakhiri surat An-Nass.38

Jadi dapat disimpulkan bahwa tahfidz Al-Qur’an merupakan proses untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah diluar kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik dari secara keseluruhan maupun sebagiannya.

d. Metode Tahfidz Al-Qur’an

Metode berasal dari kata metode dalam bahasa inggris yang berarti cara. Metode adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Selain itu zuhairi jugan mengungkapkan bahwa metode berasal dari bahasa yunani (greeka) yaitu dari kata “metha

dan “hodos”. Metha berarti memulai atau melewati, sedangkan kata hodos berarti jalan atau cara yang harus dilalui atau dilewati untuk mencapai tujuan tertentu.39

Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan oleh guru, dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Menguasai metode belajar mengajar merupakan keniscyaan, sebab seseorang

38 Zaki Zamani dan M. Syukron Maksum, Metode Cepat Menghafal Al-Qur’an (Yogyakarta: Al- Barokah, 2014), 13.

tidak akan dapat mengajar dengan baik apabila tidak menguasai metode secara tepat.40

Metode menjadi hal yang terpenting dalam segala strategi. ini membuktikan metode harus disempurnakan dalam menghafalkan Al- Qur’an. Karena metode merupakan langkah awal dalam menuju kesuksesan menghafal Al-Qur’an . oleh sebab itu segala metode harus mampu dikuasai agar dapat memodifikasi segala metode yang ada.

Macam-macam Metode Tahfidz Al-Qur’an :41 1) Metode Muraja’ah

Muraja’ah yaitu metode mengulang bacaan ayat atau surat yang telah kita hafal dengan baik. Membaca Al-Qur’an secara rutin dan berulang-ulang akan memudahkan surat-surat yang telah dihafal dari otak kiri dan otak kanan. Di antara karakteristik otak kiri ialah daya ingat yang emerlukan jangka waktu yang cukup lama guna memasukkan memori ke dalamnya, namun ia juga mampu menjaga ingatan yang telah dihafal dalam jangka waktu yang cukup lama.

Muraja’ah menjadi proses yang tidak mudah dilalui bagi penghafal. Karena yang kuat ingatannya akan apat terlihat jika metode muraja’ah dapat terlaksana dengan baik. Salah satu cara yang ampuh untuk bisa mengoptimalkan fungsi dan memasukkan

40 Pupuh Fathurohman, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), 15.

41 Nisma Wati, Peranan Tahfidz Al-Qur’an Di Madrasah Aliyah Ummul Akhyar Saw Campur

memori ke otak kanan ialah dengan sering mengulang-ulang.

Sebenarnya teori menghafal alquran itu sederhana saja, yaitu dengan sering mengulang-ulang (muraja’ah).

2) One Day One Ayat

Bobot menghafal satu hari satu ayat memang terlalu sedikit jika dibandingkan dengan kapasitas memori otak manusia. Otak manusia mampu menampung jutaan informasi setiap hari.

Kemampuan ini menurut pakar psikologi sangat tergantung sejauh mana manusia mengoptimalkan fungsinya.

Satu hari satu ayat bukan hanya ayatnya yangb dihafal, namun lebih dari itu. Artinya, kandungannya dan yang terpenting adalah mengamalkannya. Dengan demikian kinerja otak manusia bertambah dalam hitungan detik dan menit, karena diperkaya dengan wawasan dan pengalaman yang ada selama ini dengan informasi dari alquran yang dihafal.

3) Metode Tasmi’ (Semaan)

Secara umum Sema’an Al-Qur‟an mempunyai arti yaitu tradisi membaca dan mendengarkan pembacaan Al-Qur’an di kalangan masyarakat NU dan pesantren umumnya. Kata

Sema’an” berasal dari bahasa Arab Sami’a-Yasma’u, yang artinya mendengar. Kata tersebut diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Simaan” atau “Simak”, dan dalam bahasa Jawa disebut “Sema’an”. Dalam penggunaanya, kata ini tidak

diterapkan secara umum sesuai asal maknanya, tetapi digunakan secara khusus kepada suatu aktivitas tertentu para santri atau masyarakat umum yang membaca dan mendengarkan lantunan ayat suci Al Qur‟an. Lebih lanjut, Sema’an tersebut merupakan suatu majelis yang terdiri dari 2 orang atau lebih yang didalamnya diisi dengan membaca dan menyima’ terhadap bacaannya.

e. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Tahfidz Al-Qur’an Adapun faktor pendukung dan penghambat dalam menghafal Al-Qur’an, diantaranya adalah:42

1) Faktor Pendukung

a. Memakai Satu Jenis Mushaf Al-Qur’an

Memakai satu jenis mushaf Al-Qur’an akan memudahkan para penghafal dalam menghafal Al-Qur’an, karena sesungguhnya bentuk dan letak ayat-ayat Al-Qur’an itu akan terpatri dalam hati jika para penghafal sering membaca dan melihatnya. Sebaliknya kalau sering menghafal dengan mushaf Al-Qur’an yang berbeda-beda maka hafalannya akan berbeda-beda pula, dan hal itu jelas akan mempersulit dalam hafalannya.

Jadi memakai satu jenis mushaf Al-Qur’an adalah salah satu faktor keberhasilan dalam menghafal Al-Qur’an. Adapun mushaf Al-Qur’an yang dimiliki oleh para penghafal

42 Majdi Ubaid Al-Hafizh, Langkah Mudah Menghafal Al-Qur’an (Solo: PT. Aqwam Media

Dokumen terkait