HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran Objek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember Bagi Negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran- pemikiran mengenai fungsi pemidanaan ridha lagi sekedar penjeraan tetapi juga merupakan suatu usaha rehabilitas dan reintegrasi sosial warga binaan pemasyarakatan yang telah ditetapkan dengan suatu sistem perlakuan terhadap pelanggar hukum di Indonesia yang dinamanakan dengan sitem pemasyarakatan.
Istilah pemasyarakatan untuk pertama kali disampaikan oleh almarhum bapak Saharjo, SH (Menteri Kehakiman pada saat itu) pada tanggal 5 Juli 1963 dalam pidato penganugerahan gelas doctor Honoris Causa oleh Universitas Indonesia. Pemasyarakatan oleh beliau dinyatakan sebagai tujuan dari pidana penjara. Satu tahun kemudian pada tanggal 27 April 1964 dalam Konferensi Jawatan Kepenjaraan yang dilaksanakan di Lembaga Bandung, isitlah pemasyarakatan dibakukan sebagai pengganti kepenjaraan. Pemasyarakatan dalam konferensi ini dinyatakan sebagai suatu sistem pembinaan terhadap para pelanggar hukum dan sebagai suatu pengejawantahan keadilan yang bertujuan untuk mencapai reintegrasi sosial atau pulihnya kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan warga binaa
Dalam perkembangan selanjutnya, pelaksanaan sistem pemasyarakatan semakin mantap dengan diundangkannya Undang- undang No 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan. Dengan adanya Undang-undang pemasyarakatan ini makin kokoh usaha-usaha untuk mewujudkan visi sistem pemasyarakatan, sebagai tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaaan pemasyarakatan, berdasarkan pancasila yang dilaksanakan secraa terpadu antara Pembina yang dibina dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan hidup secara wajar sebagai warga Negara yang baik dan bertanggung jawab.
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember didirikan sekitar tahun 1886 dan terletak di tengah kota Jember, tepatnya di JL. PB.
Sudirman No. 13 Jember. Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember dibangun diatas tanah seluas 8970 m², sedangkan luas bangunannya sekitar 53201 m².52
2. Sejarah Program Tahfidz Al-Qur’an Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember
Program tahfidz al-qur’an ini telah berjalan kurang lebih 3 tahunan. Awal adanya diadakan program tahfidz al-qur’an ini bermula
dari diadakannya pembinaan keagamaan bagi narapidana dalam rangka untuk membina akhlak narapidan agar dapat menjadi lebih baik.
Kemudian muncullah suatu ide dari bapak Ahmad Sugiono selaku pendiri adanya program tahfidz al-qur’an untuk memulihkan mental narapidana. Dengan adanya program tahfidz al-qur’an menjadi salah satu prestasi yang dimiliki oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember sehingga menjadikan bapak Ahmad Sugiono tersebut diangkat sebagai pembina terbaik se- Jawa Timur.53
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Jember, Jawa Timur mempunyai cara tersendiri untuk memulihkan mental para narapidana yaitu dengan menggelar program tahfidz al-qur’an. Bahkan belum lama ini dilakukan ujian tahfidz al-qur’an dengan menghadirkan penguji dari NU, Muhammadiyah, MUI dan Kantor Kemenag Kabupaten Jember.
3. Lokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember bertempat di Jalan Panglima Besar Jendral Sudirman No. 13 Jember, Jawa Timur, dengan batasan-batasan sebagai berikut:
a. Sebelah Utara: Kantor Dinas Pekerja Umum Bina Warga dan Perkampungan Penduduk.
b. Sebelah Selatan: Jalan Raya Panglima Besar Jendral Sudirman Jember.
c. Sebelah Timur: Jalan Raya Panglima Besar Jendral Sudirman Jember.
d. Sebelah Barat: Gedung Pusat Pemerintahan Kabupaten Jember.
Luas Tanah Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember 25.435 M² yang terbagi atas:
a. Luas Bangunan, terdiri dari:
1) Bangunan Kantor : 1.064 M² 2) Bangunan Kamar Hunian : 1.367 M²
3) Bangunan Aula : 56 M²
4) Bangunan Dapur : 175 M² 5) Bangunan Bengkel Kerja : 98 M² 6) Bangunan Masjid : 85 M² b. Perumahan:
1) Rumah Dinas Type B (1 unit) : 70 M² 2) Rumah Dinas Type C (3 unit) : 50 M² 3) Rumah Dinas Type D (8 unit) : 56 M²
Lembaga Pemasyarakatan Kelas 2A Jember terletak di JL. PB.
Sudirman No. 13. Dengan batas bangunan sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Rumah Penduduk b. Sebelah Selatan : Alun-alun Kota Jember
c. Sebelah Timur : Kantor Balai Pemeliharaan Jalan
d. Sebelah Barat : Kantor Bersama Pemerintah Daerah54
4. Visi dan Misi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember
a. Visi : Terwujudnya warga binaan pemasyarakatan yang mandiri, taat hukum serta mempunyai harkat dan martabat dan didukung oleh peningkatan sumber daya petugas, dengan kerja, kerja keras, dan kerja lebih keras lagi. Sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember.
b. Misi : Melaksanakan pembinaan kepribadian, kemandirian serta mental spiritual warag binaan pemasyarakatan. Melaksanakan pemenuhan hak-hak warga binaan pemasyarakatan. Dan pengoptimalisasi pelayanan, meningkatkan profesionalisme petugas dengan berbasis informasi teknologi.55
5. Keadaan Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember
Tindak pidana yang dilakukan sebelum masuk Lembaga Pemasyarakatan Jember dari berbagai pelanggaran, muali dari pencurian, kekerasan, narkoba, pelecehan seksual, teroris, penipuan, pembunuhan, korupsi, perampokan, pengeroyokan, dan tindak kriminal lainnya.
54 Dokumentasi, Jember, 27 November 2018
Narapidana sebagai makhluk sosial juga membutuhkan interaksi antar sesame narapidana maupun dengan keluarga. Hal tersebut menjadi faktor penting dalam menjaga kestabilan psikis narapidana. Lembaga Pemasyarakatan sebagai lembaga yang menaungi para narapidana mempunyai program kunjungan bagi narapidana. Hal tersebut sebagai bentuk uoaya untuk memberikan hak-hak para narapidana agar dapat menjalani kehidupan di Lembaga Pemasyarakatan dengan tidak membawa beban psikis dan mental.56 6. Tujuan Kegiatan Tahfidz Al-Qur’an Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIA Jember
Untuk mendekatkan para narapidana terhadap Al-Qur’an dan mencintai Al-Qur’an.57
7. Data Anggota Tahfidz Qur’an Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember
Data Anggota Tahfidz Qur’an58
No. Nama Keterangan
1. Aman Ketua Tahfidz
2. Dwi Gunawan Anggota
3. Adi Arofika Anggota
4. Beni Handika Anggota
5. H. Andi Anggota
56 Dokumentasi, Jember, 27 November 2018
57 Dokumentasi, Jember, 27 November 2018
6. Abdurrahman Anggota
8. Jadwal Kegiatan Tahfidz Qur’an Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember
Jadwal kegiatan pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an dilakukan di aula perpustakaan. Dimulai hari selasa, rabu, dan kamis yang dimulai dari jam 07.30-09.30 WIB.59
B. Penyajian dan Analisis Data
Setelah melakukan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember dengan judul Pembinaan Akhlak Narapidana Melalui Program Tahfidz Al-Qur’an di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember. Berikut ini hasil dari penelitian yang didapatkan peneliti selama melaksanakan penelitian disana:
1. Pembinaan Akhlak Narapidana Melalui Progam Tahfidz Al- Qur’an di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember
Pembinaan akhlak narapidana yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember sangatlah penting dalam rangka membina dan membimbing narapidana supaya memiliki akhlakul karimah yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah terlebih lagi agar mereka memiliki jalan hidup yang benar serta tidak akan mengulangi lagi perbuatan di masa lampaunya. Selain itu, pembinaan tahfidz ini untuk menata hati orang agar bisa bertaqarrub kepada Allah, menjaga
kesucian dzahir dan batin serta dijauhkan dari azab dan kemaksiatan di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA Jember terdapat banyak kegiatan- kegiatan keagamaan yang mana tujuannya tidak lain untuk membimbing dan membina narapidana tersebut agar kembali baik dan bisa bermanfaat bagi manusia lainnya selepas mereka keluar dari Lembaga Pemasyarakatan tersebut.
Dalam penelitian ini peneliti menfokuskan pembinaan akhlak narapidana memalui progam tahfidzul qur’an yang mana dalam proses kegiatan ini narapidana menghafal ayat-ayat Al-Qur’an sebanyak mungkin sehingga bisa menjadi seorang tahfidz yang bermanfaat serta memiliki ahlak yang baik. Proses pembinaan akhlak melalui progam tahfidz Al-Qur’an menggunakan metode yakni metode muraja’ah yang mana dalam metode ini peserta hafalan atau narapidana membaca, menghafal terlebih dahulu sampai hafal kemudian menyetorkan ayat yang sudah di hafal kepada pembina hafalan atau ustad sesuai banyaknya hafalan yang sudah dihafalkan sesuai dengan tajwidnya.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak La Gani Siompo selaku pembina tahfidz Al-Qur’an beliau menyatakan :
Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember ini kegiatan pembinaan akhlak melalui tahfidz Al-Qur’an menggunakan metode muraja’ah dimana narapidana membaca sendiri terlebih dahulu kemudian setelah hafal menyetorkan hafalannya ke Pembina tahfidz atau ustad sesuai dengan makharijul huruf dan tajwidnya.60Dengan menggunakan metode tersebut, melatih narapidana untuk selalu ikhtiar ketika menghafal, tawakkal, sabar dan ikhlas dalam menjalani ujian baik menghafal Al-
qur’an dan berada di lembaga Pemasyarakatan ini untuk mengubah sikap ke yang lebih baik serta bisa memahami kandungan ayat yang di hafal. Perubahan yang telah dirsakan oleh narapidana yakni mengerti agama dan menjaga akhlak baik ucapan maupun perbuatan. Narapidana yang sebelumnya sembrono atau tidak menjaga akhlak maka setelah mengikuti pembinaan akhlak yang melalui progam tahfidz bisa menjaga akhlak pada orang lain baik atasan dan petugas yang lain, mengerti noram atau aturan serta mengkondisikan juga dengan teman.
Pernyataan yang hampir serupa disampaikan oleh salah satu narapida penghafal terbanyak Dwi Gunawan menyatakan:
Progam pembinaan akhlak narapidana dalam kegiatan tahfidz Al-Qur’an menggunakan metode muraja’ah yang mana para anggota tahdfidz membaca atau menghafal terlebih dahulu sesuai tajwidnya kemudian setoran hafalan kepada pembimbingnya.61 Di samping menghafal kita juga memahami makna kandungannya supaya kita mempunyai perilaku yang mencerminkan Al-qur’an seperti menghormati yang tua menyayangi yang muda dan juga bisa sabar tawakkal dalam menjalani kehidupan ke depan dengan baik. Perubahan yang sya dapat dari pembinaan akhlak melalui tahfidz Al-qur’an ini bisa mengosongkan hati dari penyakit hati, karena Al-qur’an tidak akan berada pada hati yang kotor sehingga perlu di bersihkan dahulu, baik buruk seseorang adalah tergantung kondisi hatinya sehingga hati cerminan akhla atau perilaku orang tersebut. Dan juga, hidup terasa tenang, bisa bersyukur dan banyak nilai-nilai pesantren di lembaga ini agar narapida bisa berubah baik pikiran maupun perbuatan.
Sementara itu wawancara dilanjutkan dengan bapak Prawono yang menyatakan bahwa:
Pembinaan akhlak narapida di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember melalui progam tahfidz Al-Qur’an yang sudah berjalan selama 3 tahun ini menggunakan metode muraja’ah, dimana narapidana dalam menghafal harus membeca sendiri terlebih dahulu sampai benar-benar hafal kemudian setelah hafal menyetorkan hafalannya kepada pembimbing tahfidz.62
61 Dwi Gunawan, Wawancara, Jember, 14 November 2018.
Perubahan yang sudah terlihat selama ini narapidana sudah menghormati yang tuan layaknya pimpinan, petugas lain maupun teman sendiri. Selain itu, adanya sifat toleransi terhadap sesama kawan dan ketika berjalan atau bertemu di luar kamar menyapa yang lain sebagai bentuk menghormati. Pembinaan di lembaga yang selama seminggu penuh dengan adanya kegiatan- kegiatan keagamaan dalam rangka membina perilaku narapida sehingga mereka merasa berada di pesantren karena bisa membenahi diri kembali.
Dilanjutkan juga wawancara dengan bapak Aman selaku koordinator tahfidz:
Narapidana disini yang mengikuti progam tahfidz Al-Qur’an dalam menghafalkannya menggunakan metode muraja’ah.
Metode ini sangat lah bagus karena sebelum itu narapidana menghafal ayatnya terlebih dahulu setelah itu menyetorkan hafalannya ke pembimbing hafalan agar ayat yang sudah dihafalkan tetap ingat meskipun banyak kegiatan yang dilakukan di dalam lembaga pemasyarakatan ini.63 melalui pembinaan akhlak yang dilakukan dengan tahfidz Al-qur’an yang saya dapat rasakan perubahan selama ini adalah kita akan lebih dewasa (bisa menata kehidupan), maksudnya adalah kita lebih mengerti aturan-aturan yang berlaku dalam kehidupan untuk di taati, tidak sembarangan dalam bertingkah karena kita sudah mempunyai pedoman dalam hari yakni Al-qur’an. Dan juga bisa menghormati yang tua dan menyayangi yang muda, tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk ketika masa lampau. Dengan kita bisa membenahi diri seiring sambil belajar kita bisa mengajak teman sekamar atau yang lain untuk berubah, memberikan motivasi untuk kembali ke jalan yang baik, serta kita bisa menjadi tauladan bagi yang lain baik dari segi ucapan maupun perbuatan.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwasannya pembinaan ahlak yang dilakukan di lembaga pemasyarakatan kelas IIA Jember ini melalui progam tahfidz Al-Qur’an agar narapidana itu sendiri memiliki ahlak yang baik dan
juga dengan mereka menghafal Al-Qur’an mereka punya kesadaran untuk berubah dari masa kelamnya ke lebih baik dan bisa memiliki sifat yang dewasa dalam hal apapun. Dan juga kegiatan progam tahfidz ini menggunakan suatu metode yakni metode muraja’ah yang mana metode ini membaca terlebih dahulu atau mengulang bacaan yang akan di hafalkan dengan baik sampai narapidana hafal kemudian menyetorkannya kepada pembimbing atau ustadz yang membina tahfidz.
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pembinaan Akhlak Narapidana Melalui Progam Tahfidz Al-Qur’an di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember
Dalam pelaksanaan pembinaan akhlak narapidana melalui progam tahfidz di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA Jember pastinya pihak pembimbing maupun narapidana itu sendiri memiliki faktor yang dapat mendukung maupun faktor penghambat dalam membina akhlak narapidana melalui progam tahfidz itu sendiri. Setelah peneliti melakukan wawancara dengan beberapa anggota narapidana beserta pembimbing tahfidz tersebut terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat yang menentukan hafal atau tidaknya dalam kegiatan tersebut.
a. Faktor Penghambat
Faktor-faktor yang menjadi penghambat keberhasilan pembinaan akhlak narapidana melalui program tahfidz Al-Qur’an di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA Jember adalah sebagai berikut:
Berdasarkan wawancara dengan bapak La Ghani Siompo selaku pembina tahfidz Al-Qur’an beliau menyatakan:
Bahwasannya dalam pembinaan tahfidz ini terdapat faktor intern yang di alami oleh narapidana itu sendiri yakni banyak pikiran ketika menghafal atau muraja’ah, keadaan hati yang sedang tidak tenang, antara pikiran dengan hati ketika menghafal tidak selaras sehingga konsentrasi hilang serta kurangnya keinginan yang kuat atau niat yang sungguh-sungguh untuk menghafal.64
Hal senada yang di ungkapkan oleh bapak Aman selaku koordinator tahfidz mengenai faktor intern yang menghambat proses menghafal seseorang sehingga sulit akan menambah hafalan atau muraja’ah beliau menyatakan:
Terdapat faktor penghambat dalam diri seseorang narapidana ketika menghafal di antaranya adalah rasa malas untuk muraja’ah atau menambah hafalan, banyak hal-hal lain yang di pikirkan karena dapat di maklumi usia yang sudah tua dan beban tanggung jawab serat rasa mengantuk pada saat kegiatan tahfidz karena tempat yang kurang memungkinkan yang begitu ramai bersamaan jam besuk narapidana dari keluarganya.65
Sedangkan menurut hasil wawancara dengan bapak Dwi Gunawan seorang narapidana penghafal terbanyak menyatakan
64 La Gani Siompo, Wawancara, Jember, 14 November 2018.
terdapat faktor penghambat dari dalam diri sendiri ketika menghafal, beliau mengatakan:
Begini mas, dalam proses menghafal atau muraja’ah itu sendiri kami semua terutama yang saya rasakan selama ini terdapat rasa malas yang sangat melanda yang harus di lawan sehingga sangat sulit untuk nambah hafalan atau muraja’ah serta juga rasa capek dalam menghafal karena dalam seminggu di Lembaga Pemasyarakatan ini seminggu terdapat beberapa pembinaan yang harus diikuti serta dalam kamar yang begitu sempit sehingga sulit bagi kami untuk melakukan muraja’ah yang sudah kami hafalkan.66
Kemudian wawancara dilanjutkan dengan narapidana tahfidz yang bernama bapak H. Andi yang mana beliau menyatakan bahwa:
Ketika proses tahfidz ini berlangsung pastinya terdapat faktor penghambat dari dalam diri kita sendiri yakni ada perasaan dalam lubuk hati kita kenapa tidak bisa cepat hafal. Selain itu rasa malas juga menjadi faktor penghambat. Kemudian situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, karena tempat yang begitu kurang nyaman serta suara bising atau rame dari narapidana yang lainnya.67
Berdasasrkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti di Lembaga Pemasyaratakan dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat faktor penghambat dari dalam diri sendiri (intern) ketika proses muraja’ah atau menghafalkan ayat Al-Qur’an yakni rasa malas yang yang harus di lawan, rasa mengantuk, rasa kecapekan, terlalu banyak hal-hal yang di pikirkan sehingga pikiran tidak konsentrasi dan tidak tenang, faktor usia yang sudah lanjut sehingga daya ingat menurun serta juga situsi dan kondisi yang
66 Dwi Gunawan, Wawancara, 14 November 2018.
tidak memungkinkan karena tempat yang kurang nyaman untuk kegiatan tahfidz dan juga suara rame atau bising yang di timbulkan oleh narapidana lain ketika ada panggilan jam besuk dari keluarga mereka sendiri.
b. Faktor Pendukung
Faktor yang mendukung keberhasilan pembinaan ahlak Narapidana melalui progam tahfidz Al-Qu’ran di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember. Setelah peneliti melakukan wawancara di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember terdapat faktor-faktor yang dapat mendukung pembinaan akhlak narapidana itu sendiri yakni sesuai dengan yang disampaikan oleh bapak La Gani Siompo selaku pembimbing tahfidz di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember, beliau mengatakan:
Dalam menghafalkan ayat Al-Qur’an, para Narapidana setidaknya harus memiliki pikiran yang tenang agar dapat konsentrasi atau fokus untuk menghafal supaya pikiran tidak kacau sehingga hafalan bisa lancar. Serta faktor yang mendukung juga ialah antara peserta (anggota tahfidz atau narapidana) dengan pembimbing harus sama-sama giat karena jika salah satunya tidak semangat maka kegiatan tersebut tidak akan berjalan lancar akan berakibat pada narapidana yang menghafal atau setoran terganggu. Oleh karena itu, keduanya harus ada niat, semangat dan fokus satu tujuan agar target tercapai.68
Hal serupa juga dengan yang di sampaikan oleh bapak H.
Andi terkait faktor yang mendukung dalam progam tahfidz ini beliau mengatakan:
Kalau pendukung kegiatan ini tergantung diri sendiri yang mana harus mempunyai kondisi pikiran dan perasaan yang tenang, konsentrasi sehingga mudah dalam muraja’ah serta juga faktor lain ada target yang harus di capai dan juga mempunyai rasa malu kepada pembimbing kalau tidak setoran sehingga ada kekuatan semangat yang menggugah kita untuk giat.69
Selain dari faktor yang sudah di paparkan di atas melalui wawancara dengan pembina dan anggota narapidana yang ikut tahfidz terdapat faktor lain yang paling mempengaruhi kelancaran dalam muraja’ah ayat Al-Qur’an yakni adanya dorongan kuat atau motivasi baik dari dalam mapun luar sehingga bisa menncapai target. Sesuai dengan hasil wawancara dengan narapida Dwi Gunawan yang paing banyak menghafal beliau menyatakan:
Menurut saya mas, secara pribadi hal yang dapat membuat semangat saya ini adanya motivasi dari diri sendiri yang ingin mengahfal 30 juz serta motivasi dari anak yang sudah hafal 30 juz sehingga malu pada anak sendiri yang sudah khatam menghafal 30 juz. Serta faktor lain ialah ingin mendalami dan memantapkan makna dari ayat-ayat Al- Qur’an, ada rasa ingin mengetahui makna kandungannya sehingga hati bisa mantap dan yakin dalam kehidupan sehari-hari.70
Senada juga dengan yang di sampaikan oleh Beni Handika yang menyatakan:
Hal yang membuat saya semangat dalam menghafal ayat Al-Qur’an ini mas, adanya motivasi yang kuat karena ingin menjadi individu atau insan yang bermanfaat bagi semua orang baik bagi warga Lembaga Pemasyarakatan di sini maupun nantinya kalau sudah keluar bagi semua orang.
Selain itu motivasi karena teringat orang tua yang sudah berjuang untuk saya serta untuk kebahagiaan hidup di masa
69 H. Andi, Wawancara, Jember, 22 November 2018.
yang akan datang sehingga tidak merugikan lagi bagi masyarakat lain lebih khususnya keluarga sendiri karena cita-cita saya nantinya selepas keluar ini ingin melanjutkan kuliah dan ingin menjadi dokter atau perawat.71
Di tambahkan juga pernyataan yang sama oleh bapak Abdurrahman selaku ketua takmir masjid, beliau mengatakan:
Dalam menghafal Al-Qur’an ini mas, saya mempunyai dorongan kuat atau motivasi ingin menghafal karena melihat orang lain kenapa bisa hafal sedangkan saya tidak sehingga itu yang membuat diri saya mengahafal.
Kemudian termotivasi agar kelak nantinya kalau sudah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan ini ingin menjadi tahfidz Al-Qur’an sehingga hidup bisa menjadi bermanfaat bagi semua orang dan mempunyai akhlak qur’ani yakni yang berlandaskan Al-Qur’an.72
Kemudian di tambahkan juga oleh bapak Bambang selaku KASUBSI BIMKESWAT di Lembaga Pemasyaraktan Kelas IIA Jember yang menyatakan:
Hal yang mendukung dalam semua progam kerohanian ini terutama progam tahfidz ini harus adanya support dari pemimpin karena dengan adanya dorongan dari pemimpin atau motivasi agar menjadi insann yang baik nantinya ketika sudah keluar. Selain itu juga hal lain yang mendukung yakni biaya untuk tersedianya sarana maupun prasana untuk jalannya progam kerohanian, dan juga adanya kemauan dari diri sendiri karena kalau semua sudah tersedia di sini tinggal kemauan narapidana itu sendiri untuk berubah atau tidak oleh karena itu di perlukan juga kemauan atau niat yang kuat untuk merubah perilaku dan hidup agar tidak terjerumus kembali ke lubang yang sama.73
Berdasarkan hasil wawancara yang telah di lakukan oleh peneliti di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Jember dapat di tarik kesimpulan bahwasannya faktor yang mendukung dalam
71 Beni Handika, Wawancara, Jember, 06 Desember 2018.
72 Abdurrahman, Wawancara, Jember, 06 Desember 2018.