BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN
B. Kajian Teori
1. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) a. Pengertian dan Kriteria UMKM
Bentuk UMKM dapat berupa perusahaan perseorangan, persekutuan, seperti misalnya firma dan CV, maupun perseroan terbatas.23 UMKM dapat di definisikan serta dikategorikan menjadi tiga terutama berdasarkan jumlah aset dan omzet sebagaimana
23 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah, (Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia, 2016), 38.
tercantum di Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM sebagai berikut:24
1) Usaha Mikro merupakan usaha produktif milik perseorangan dan atau badan usaha perseorangan yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
a) Aset Rp50.000.000,00 Memiliki kekayaan bersih kurang dari atau sama dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) b) Omzet Rp300.000.000,00 Memiliki hasil penjualan tahunan
kurang dari atau sama dengan Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
2) Usaha Kecil merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
a) Aset Rp50.000.000,00 sampai Rp500.000.000,00 Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha); atau
24 Jogloabang, “UU 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
menengah”,https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-20-tahun-2008-tentang-usaha-mikro-kecil- dan-menengah, ( 28 juli 2021).
b) Omzet Rp300.000.000,00 sampai 2.500.000.000,00 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
3) Usaha Menengah merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Aset Rp500.000.000,00 sampai Rp10.000.000.000,00 Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b) Omzet Rp2.500.000.000,00 sampai Rp50.000.000.000,00 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
2. Laporan Keuangan
a. Pengertian dan Jenis Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan sebuah hasil dari adanya proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan kata lain laporan keuangan ini berfungsi sebagai alat informasi yang menghubungkan perusahaan dengan pihak- pihak yang berkepentingan, yang menunjukkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dan kinerja perusahaan.25
Sedangkan para ahli mendefiniskan pengertian laporan keuangan sebagai berikut menurut pendapat Hans Kartikahadi dkk laporan keuangan adalah : “Media utama bagi suatu entitas untuk mengkomunikasikan informasi keuangan oleh manajemen kepada para pemangku kepentingan seperti : pemegang saham, kreditur, serikat pekerja, badan pemerintahan, manajemen”. Disisi lain, menurut para ahli laporan keuangan mengandung definisi yaitu : laporan yang menyajikan informasi keuangan dalam suatu periode akuntansi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan oleh pihak manajemen.26 Laporan Keuangan umumnya terdiri dari lima jenis yaitu Laporan Laba/Rugi, Neraca, Perubahan Modal, Arus Kas, serta Catatan Atas Laporan Keuangan27. Masing-masing dari laporan
25 Hery, Teori akuntansi, (Jakarta: kencana prenada media group, 2009), 6.
26 Hans Kartikahadi et. al, Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS, (Jakarta: IAI, 2016), 12.
27 Ganjar Isnawan, Akuntansi Praktis Untuk UMKM, (Jakarta: Laskar Aksara, 2012), 60.
keuangan tersebut memiliki maksud/ tujuan sendiri-sendiri. Penjelasan terkait masing-masing laporan keuangan tersebut berdasarkan urutan proses penyajianya adalah sebagai berikut 28 :
1) Laporan laba rugi menunjukkan kondisi usaha dalam periode tertentu. yang mana di dalam laporan laba rugi berisi terkait laporan yang sistematis tentang pendapatan dan beban perusahaan.
Laporan laba rugi bertujuan untuk memuat informasi mengenai laba/rugi bersih, hasil tersebut diperoleh dari pendapatan dikurangi beban yang terdapat dalam suatu perusahaan.
2) Laporan modal pemilik merupakan sebuah laporan yang menunjukkan ikhtisar perubahan yang terjadi dalam modal pemilik suatu perusahaan untuk satu periode waktu tertentu (Laporan perubahan modal). Modal pemilik akan bertambah dengan adanya investasi (setoran modal) serta laba bersih, sebaliknya modal pemilik akan berkurang dengan adanya prive(pengambilan uang tunai untuk kepentingan pribadi pemilik) dan rugi bersih.
3) Neraca merupakan laporan yang menunjukkan jumlah aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan yang biasanya dibuat berdasarkan periode tertentu. tujuan dari adanya neraca yaitu untuk menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan.
4) Laporan arus kas merupakan laporan yang menggambarkan arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan dari masing-masing
28 Hery, Teori akuntansi, (Jakarta: kencana prenada media group, 2009), 6-7.
aktivitas, mulai dari aktivitas operasi, investasi sampai pada aktivitas pendanaan untuk satu periode waktu tertentu. Laporan arus kas menunjukkan kenaikan dan penurunan bersih kas dari keseluruhan aktivitas selama periode berjalan dan saldo kas yang dimiliki perusahaan sampai pada akhir periode.
5) Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi yg lebih lengkap terkait penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang sudah ada sehingga menjadi jelas sebab akibatnya.
b. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 menjelaskan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan pada suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.29
Sedangkan Menurut APB Statement No. 4 tujuan dalam laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua yaitu secara khusus dan secara umum. Tujuan khusus yaitu untuk menyajikan posisi keuangan, hasil usaha dan perubahan posisi keuangan lainya secara wajar serta sesuai
29 Hery, Teori akuntansi, (Jakarta: kencana prenada media group, 2009), 6.
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GGAP).
Sedangkan tujuan secara umum laporan keuangan yaitu 30 :
1) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban perusahaan.
2) Memberikan informasi yanng terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba.
3) Memungkinkan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
4) Memberikan informasi yang diperlukan lainya tentang perubahan aktiva dan kewajiban, serta
5) Mengungkapkan informasi relevan lainya yang dibutuhkan para pemakai laporan.
c. Syarat-Syarat dalam Laporan Keuangan
Syarat laporan keuangan merupakan ciri khas membuat informasi dalam laporan keuangan yang berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan bernilai ekonomis. Syarat yang harus dipenuhi dalam membuat laporan keuangan menurut V. Wiratna Sujarweni adalah sebagai berikut: 31
1) Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan dapat dengan mudah dipahami oleh pengguna. Pengguna diasumsikan mengetahui pengetahuan
30 Hery, Teori , 6.
31 V. Wiratna Sujarweni, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: Pustaka Baru Press,2017), 2- 4.
yang memadai serta kemauan untuk mempelajari informasi tersebut dengan tekun dan wajar.
2) Relevan
Informasi memiliki kualitas relevan apabila informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. informasi dapat digunakan oleh pengguna untuk proses pengambilan keputusan.
3) Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan. Selain itu informasi harus diarahkan pada kebutuhan pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan atau keinginan pihak tertentu.
4) Dapat Dibandingkan
Informasi dalam laporan keuangan entitas dapat dibandingkan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, serta perubahan posisi keuangan secara relative. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak
keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antara periode yang sama, dan untuk perusahaan yang berbeda.
5) Mempunyai Daya Uji
Laporan keuangan yang telah disusun dengan panduan konsep dasar akuntansi dan prinsip akuntansi yang sudah disahkan, sehingga dapat diuji kebenarannya oleh pihak lain.
6) Netral
Laporan keuangan yang disajikan bersifat umum, objektif dan tidak memihak pada kepentingan pemakai tertentu.
7) Tepat Waktu
Bahwa laporan keuangan harus disajikan dalam waktu yang tepat (ontime).
8) Lengkap
Bahwa laporan keuangan yang disusun harus memenuhi syarat -syarat tersebut diatas dan tidak menyesatkan pembaca.
d. Pencatatan dalam Perspektif Islam
Pencatatan dalam hal keuangan dari sudut pandang islam dijelaskan dalam surat al-baqarah ayat 282.
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.
Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun daripadanya. Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah (keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika yang seorang lupa, maka yang seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil. Dan janganlah kamu bosan menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang itu) kecil maupun besar. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dipersulit dan begitu juga saksi.
Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sungguh, hal itu
suatu kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”(QS. AL-Baqarah: 282).32
Atas dasar tersebut pencatatan dalam hal keuangan seperti yang terdapat dalam laporan keuangan memang sangat penting untuk diterapkan menurut perspektif islam dalam surat al-baqarah ayat 282.
3. Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan SAK EMKM a. Pengertian dan Ruang Lingkup SAK EMKM
SAK EMKM di sahkan pada tahun 2016 yang mulai aktif diberlakukan pada tanggal 1 januari 2018. SAK EMKM merupakan standar akuntansi keuangan yang lebih sederhana daripada SAK ETAP, karena mengatur transaksi yang umum dilakukan oleh EMKM, yaitu dengan dasar pengukuran menggunakan biaya historis, sehingga cukup mencatat asset dan liabilitas sebesar biaya perolehan.33
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM) di peruntukkan untuk entitas tanpa akuntabilitas public sebagaimana didefinisikan dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang memenuhi kriteria dan definisi Usaha mikro, kecil, dan menengah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. 34 Entitas tanpa akuntabilitas public adalah entitas yang:
32 Depag RI, al-qur’an dan terjemahanya : juz 1-30 ,(Jakarta : PT. Kumudasmoro Grafindo,2017).
33 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah, (Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia, 2016), xi.
34 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Standar Akuntansi, 1.
1) Tidak memiliki akuntabilitas public signifikan.
2) Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, pemberi kredit.
Entitas memiliki akuntabilitas public signifikan, jika:
1) Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pertanyaan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal.
2) Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fudisia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, asuransi, pedagang efek, Dana pension, reksadana dan bank investasi.
Ketentuan yang ada dalam UU No 20 tahun 2008 selain terkait kekayaan bersih dan omset ada dua hal penting yang perlu diketahui terkait entitas yang masuk dalam ruang lingkup SAK EMKM yaitu 35: 1) Bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar (bukan merupakan entitas anak dan entitas asosiasi).
2) Tidak memiliki dan/atau menguasai UMKM mitra usahanya.
SAK EMKM dapat digunakan oleh entitas yang tidak memenuhi definisi kriteria di atas, hanya jika otoritas mengizinkan
35 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Standar Akuntansi, 52-53.
entitas tersebut untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM.36
b. Laporan Keuangan Berdasarkan SAK EMKM
Dalam SAK EMKM (2016) dijelaskan bahwa laporan keuangan suatu entitas minimum penyajianya terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan laba-rugi, dan catatan atas laporan keuangan.37 Penyajian laporan keuangan yang wajar mengharuskan entitas untuk menyajikan informasi yang relevan, representasi tepat, serta dapat dibandingkan dan dipahami.38
Tujuan laporan keuangan di dalam SAK EMKM adalah untuk menyediakan informasi posisi keuangan dan kinerja suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tersebut. Pengguna tersebut meliputi penyedia sumber daya bagi entitas, seperti kreditor maupun investor.39
Penyusunan laporan keuangan UMKM agar sesuai dengan SAK EMKM minimal yang disajikan terdiri dari :
1) Laporan posisi keuangan pada akhir periode
Informasi tentang posisi keuangan entitas mencakup tentang informasi aset, kewajiban dan ekuitas entitas pada tanggal tertentu,
36 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Standar Akuntansi, 1.
37 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Standar Akuntansi , 8.
38 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Standar Akuntansi, 7.
39 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Standar Akuntansi , 2.
dan disajikan dalam laporan posisi keuangan. Unsur - unsur tersebut diartikan sebagai berikut menurut SAK EMKM dalam paragraf 2.2 : 40
a) Asset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan yang mana manfaat ekonomik dimasa depan diharapkan akan diperoleh entitas.
b) Liabilitas adalah kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomik.
c) Ekuitas adalah hak residual atas asset entitas setelah dikurangi seluruh liabilitasnya.
Laporan posisi keuangan entitas mencakup akun-akun berikut:41
a) Kas dan setara kas b) Piutang
c) Persediaan d) Asset tetap e) Utang usaha f) Utang bank g) Ekuitas
40 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Standar Akuntansi, 3.
41 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Standar Akuntansi, 9.
2) Laporan laba rugi selama periode
Informasi kinerja entitas terdiri dari informasi mengenai penghasilan dan beban selama periode pelaporan, dan disajikan dalam bentuk laporan laba rugi. Unsur-unsur tersebut diartikan sebagai berikut dalam SAK EMKM paragraf 2.8 : 42
a) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomik selama periode pelaporan dalam bentuk arus kas masuk atau kenaikan asset, atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
b) Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomik selama periode pelaporan dalam bentuk arus kas keluar atau penurunan asset, atau kenaikan liabilitas yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak disebabkan oleh distribusi kepada penanam modal. Laporan laba rugi entitas mencakup pos-pos pendapatan, beban keuangan dan beban pajak.
3) Catatan atas laporan keuangan
Catatan laporan keuangan merupakan catatan yang berisi tambahan dan rincian pos-pos tertentu yang relevan. Catatan atas laporan keuangan memuat :43
a) Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai SAK EMKM.
42 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Standar Akuntansi, 4.
43 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Standar Akuntansi ,13.
b) Ikhtisar kebijakan akuntansi.
c) Informasi tambahan dan rincian pos tertentu yang menjelaskan transaksi penting dan material sehingga bermanfaat bagi pengguna untuk memahami laporan keuangan.
c. Asumsi dasar SAK EMKM
SAK EMKM mensyaratkan tiga asumsi dasar yang harus dipenuhi oleh entitas dalam menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan SAK EMKM yaitu sebagai berikut :
1) Akrual Basis
Entitas menyusun laporan keuangan dengan menggunakan dasar akrual, bukan atas dasar kas seperti yang banyak diterapkan oleh pelaku UMKM. Acrual basis adalah teknik pecatatan dalam akuntansi yang mana aktiva, kewajiban, modal, pendapatan ataupun beban akan dilaporkan dalam laporan keuangan dalam periode ketika hal tersebut terjadi, tanpa memperhatikan arus uang kas masuk ataupun arus uang kas keluar .44
Menurut IAI dalam SAK EMKM paragraf 2.19, entitas menyusun laporan keuangan dengan menggunakan dasar akrual.
Dalam dasar akrual, akun akun diakui sebagai aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan, dan beban ketika memenuhi kriteria pengakuan untuk masing-masing akun tersebut.45 DSAK IAI memutuskan untuk mempertahankan asumsi dasar akrual karena
44 Hery, Teori akuntansi, (Jakarta: kencana prenada media group, 2009), 60.
45 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah, (Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia, 2016), 5.
asumsi dasar tersebut konsisten dengan Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan, dan konsisten dengan asumsi dasar yang digunakan dalam SAK lainya. Laporan keuangan yang disusun dengan dasar akrual akan menghasilkan informasi keuangan yang lebih merepresentasikan dengan tepat kondisi dan aktivitas bisnis entitas pada periode tertentu.46
2) Konsep Entitas Bisnis atau Kesatuan Usaha
Menurut konsep ini, aktivitas suatu bisnis/usaha dicatat terpisah dari aktivitas pihak-pihak yang berkepentingan sekalipun pemiliknya. Antara kesatuan usaha yang satu dengan kesatuan usaha yang lain atau bahkan dengan pemiliknya terdapat pemisahan yang tegas baik yang menyangkut aktiva, utang maupun modalnya.
Dengan demikian pengguna informasi keuangan dari suatu perusahaan dapat melakukan penilaian maupun evaluasi secara baik atas kinerja dari suatu perusahaan yang sebenarnya tanpa adanya pencampuran baik yang menyangkut aktiva, utang maupun modal dari entitas yang lain atau pemiliknya.47
SAK EMKM mendeskripsikan konsep entitas bisnis sebagai salah satu asumsi dasar. Menurut IAI dalam SAK EMKM paragraf 2.21 entitas menyusun laporan keuangan berdasarkan konsep entitas bisnis. Entitas bisnis, baik yang merupakan usaha perseorangan,
46 Ahmad Sholikin dan Ade Setiawan, “Kesiapan UMKM Terhadap Implementasi SAK EMKM (Studi UMKM Di Kabupaten Blora)”. JIFA (Journal of Islamic Finance and Accounting, 2 (2018), 39.
47 Suradi, Akuntansi Pengantar 1, (Yogyakarta : Gava Media, 2009), 22
badan usaha yang tidak berbadan hukum, maupun usaha yang berbadan hukum, harus dapat dipisahkan secara jelas dengan pemilik bisnis tersebut maupun entitas-entitas lainnya. Transaksi yang berkaitan dengan bisnis tersebut harus dapat dipisahkan dari transaksi pemilik bisnis tersebut, maupun dari entitas lainnya.48 3) Kelangsungan Usaha
Ketika menyusun laporan keuangan, manajemen entitas menggunakan SAK EMKM dalam membuat penilaian atas kemampuan entitas untuk melanjutkan usahanya di masa depan (kelangsungan usaha). Entitas mempunyai kelangsungan usaha, kecuali jika manajemen bermaksud melikuidasi entitas tersebut atau menghentikan operasi atau tidak mempunyai alternatif realistis kecuali melakukan hal-hal tersebut. Jika entitas tidak menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan fakta mengapa entitas tidak mempunyai kelangsungan usaha. 49
d. Pengakuan Unsur-Unsur Laporan Keuangan SAK EMKM
Pengakuan unsur laporan keuangan merupakan proses pembentukan suatu akun dalam laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi suatu unsur sebagaimana diuraikan
48 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah, (Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia, 2016), 6.
49 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Standar Akuntansi,6.
dalam SAK EMKM paragraf 2.2 dan 2.8, dan memenuhi kriteria sebagai berikut: 50
1) Manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut dapat dipastikan akan mengalir ke dalam atau keluar dari entitas; dan
2) Akun tersebut memiliki biaya yang dapat diukur dengan andal.
e. Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan SAK EMKM
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui aset, liabilitas, penghasilan, dan beban di dalam laporan keuangan.51
Dalam SAK EMKM dasar pengukuran unsur-unsur laporan keuangan yang digunakan merupakan biaya historis. Biaya historis suatu aset merupakan jumlah khas atau setara khas yang dibayarkan untuk membeli aset tersebut pada saat pembelian. Biaya historis liabilitas mengacu pada jumlah khas atau setara khas yang diterima dalam kegiatan usaha normal atau jumlah khas yang diharapkan akan dibayarkan untuk membayar liabilitas. 52
Prinsip biaya menyatakan bahwa aktiva (assets) dan jasa (services) yang dibeli harus dicatat sebesar harga yang diperoleh sesungguhnya/aktual hal ini disebut juga sebagai nilai historis/historical cost.53
50 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Standar Akuntansi,4.
51 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Standar Akuntansi,5.
52 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, Standar Akuntansi, 5.
53 Suradi, Akuntansi Pengantar 1, (Yogyakarta : Gava Media, 2009), 23.
44