BAB II KAJIAN PUSTAKA
B. Kajian Teori
1. Komunikasi Dakwah Melalui Radio a. Strategi Komunikasi Dakwah
Komunikasi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan akibat tertentu.24 Kegiatan komunikasi pada dasarnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan secara sederhana. Jadi komunikasi dapat dipahami sebagai kegiatan penyampaian pesan atau ide dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk menghasilkan kesepakatan bersama terhadap pesan atau ide yang disampaikan tersebut.
Harold Lasswell mengatakan, cara baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan who says what in wich channel to whom with what
24 Ilaihi, Komunikasi Dakwah, 4.
effect? Atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana?”25
Definisi Lasswell tersebut menjelaskan tentang lima komponen yang terlibat dalam komunikasi, yaitu:
1) Siapa, komponen ini sering disebut sebagai komunikator, pengirim (sender), atau pembicara (speaker). Sumber dapat seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan, atau negara.
2) Mengatakan apa (isi informasi yang disampaikan). Hal inilah yang disebut sebagai pesan dalam komunikasi. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau non-verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud komunikator.
3) Kepada siapa, komponen ini disebut sebagai komunikan atau penerima pesan komunikasi.
4) Melalui saluran atau media apa (alat/saluran penyampaian informasi). Saluran atau media adalah alat yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan.
Saluran juga merujuk pada cara penyampain pesan. Apakah langsung (tatap muka) atau lewat media (cetak dan elektronik).
5) Akibat atau hasil apa (hasil yang terjadi pada diri penerima).
Hal ini merupakan reaksi yang terjadi pada komunikan setelah menerima pesan tersebut.
25 Ibid., 8.
Definisi komunikasi dari Laswell tersebut sering digunakan dalam proses komunikasi massa. Dimana saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan berupa media massa, salah satunya yaitu radio. Untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan diperlukan adanya strategi yang digunakan. Apalagi radio merupakan media yang bersifat auditif dan hanya sepintas.
Jadi sebuah stasiun radio harus mempunyai strategi yang baik agar pesan yang disampaikan tepat sasaran.
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.
Demikian pula dengan strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.26
26 Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 32.
Pada dasarnya tujuan strategi komunikasi dilakukan yaitu agar komunikan mengerti dan menerima maksud pesan yang disampaikan oleh komunikator. Jika komunikan sudah mengerti dan menerima pesan tersebut, maka penerimaannya harus dibina.
Sehingga pada akhirnya pesan tersebut dapat menjadi motivasi untuk diri komunikan. Dalam strategi komunikasi penentu keberhasilan kegiatan komunikasi berupa pesan yang disampaikan melalui berbagai media dapat secara efektif diterima.
Dakwah secara etimologi berarti seruan, ajakan atau panggilan juga undangan.27 Sedangkan secara terminologi, dakwah merupakan suatu aktifitas untuk mengajak orang kepada ajaran Islam yang dilakukan secara damai, lembut, konsisten dan penuh komitmen.28
Menurut Syekh Ali Mahfudz dakwah adalah:
ُيْهَّنلاَو ِف ْوُرْعَمْلاِب ُرْمَ ْلْاَو ىَدُهْلاَو ِرْيَخْلا يَلَع ِساَّنلا ُّثَح ِلِجَ ْلْاَو ِلِجآَعْلا ِةَداَعَسِب اْوُزْوُفَيِل ِرَكْنُمْلا ِنَع
“Upaya mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk (agama), menyeru mereka kepada kebaikan
27 Sofyan Hadi, Ilmu Dakwah Dari Konsep Paradigma Hingga Metodologi (Jember: CSS (Centre for Society Studies), 2012), 6.
28 Ma’arif, Komunikasi Dakwah, 22.
dan mencegah mereka dari kemungkaran agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.”29
Dakwah disebut juga sebagai tabligh, yaitu menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain. Pelakunya disebut sebagai mubaligh. Perbedaan antara dakwah dan tabligh yaitu, jika dakwah adalah usaha bersama orang yang beriman dalam merealisasikan ajaran Islam ke dalam seluruh aspek kehidupan yang dilakukan melalui lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi. Sedangkan tabligh adalah usaha menyampaikan dan menyiarkan pesan Islam yang dilakukan oleh individu maupun kelompok baik secara lisan maupun tulisan.30
Penyampaian dakwah tidak akan berlangsung tanpa adanya beberapa komponen yang menjadi unsurr-unsur dakwah. Unsur- unsur itu adalah da’i (subyek dakwah), mad’u (obyek dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thoriqoh (metode dakwah), dan atsar (efek dakwah).31
1) Da’i
Da’i adalah orang yang melakukan dakwah baik secara lisan, tulisan, ataupun perbuatan dan baik secara individu atau kelompok. Dari segi keahlian yang dimiliki, ada dua macam da’i. Pertama, secara umum adalah setiap muslim mukalaf
29 Hadi, Ilmu Dakwah, 10.
30 Ibid., 21.
31 Hadi, Ilmu Dakwah, 51.
(sudah dewasa). Kedua, secara khusus adalah muslim yang telah mengambil spesialisasi (mutakhsis) di bidang agama Islam, yang lebih dikenal sebagai ulama’.
2) Mad’u
Mad’u adalah orang yang menjadi sasaran dakwah atau yang menerima dakwah. Mad’u bisa individu ataupun kelompok, baik yang beragama Islam atau manusia secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum beragama Islam dakwah bertujuan untuk mengajak mereka agar mengikuti agama Islam. Kepada orang-orang yang beragama Islam, dakwah bertujuan untuk meningkatkan kualitas iman, Islam, dan ihsan.
3) Maddah
Maddah adalah materi atau pesan yang disampaikan oleh da’i kepada mad’u. Pada prinsipnya, pesan apapun dapat dijadikan sebagai pesan dakwah selama tidak bertentangan dengan sumber utamanya, yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
4) Wasilah
Wasilah merupakan media yang digunakan untuk berdakwah. Sebenarnya dakwah tetap bisa berlangsung tanpa media. Media dakwah adalah alat yang menjadi perantara penyampaian pesan dakwah kepada mad’u. Banyak alat yang bisa dijadikan sebagai media dakwah. Salah satunya yaitu radio
yang bersifat audio. Melalui radio seorang da’i bisa menyampaikan materi dakwah secara terperinci dan santai.
5) Thoriqoh
Thoriqoh merupakan metode yang digunakan oleh da’i untuk berdakwah. Pada garis besarnya, bentuk dakwah ada tiga yaitu dakwah lisan (da’wah bi al-lisan), dakwah tulisan (da’wah bi al-qolam), dan dakwah tindakan (da’wah bi al-hal).
6) Atsar
Atsar adalah efek yang ditimbulkan pada diri mad’u setelah dakwah dilakukan. Ada tiga macam efek dakwah, yaitu pertama efek kognitif yang bisa terjadi apabila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, dan dimengerti oleh mad’u tentang isi pesan dakwah yang diterimanya. Kedua, efek afektif yang berupa perubahan sikap mad’u setelah menerima pesan dakwah. Ketiga, efek behavioral yang merupakan efek dakwah yang berkenaan dengan pola tingkah laku mitra dakwah dalam merealisasikan pesan dakwah yang telah diterima dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi komunikasi dakwah merupakan suatu rencana (planning) dan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam strategi komunikasi dakwah perlu memperhatikan beberapa hal yang menjadi unsur dakwah itu sendiri. Seperti penentuan da’i dan materi yang disampaikan, yang disesuaikan dengan kebutuhan
pendengar atau mad’u. keberhasilan suatu strategi komunikasi dakwah dapat diukur melalui efek yang timbul pada diri pendengar sebagai mad’u setelah mendapatkan pesan.
b. Radio Sebagai Media Dakwah
Radio adalah buah perkembangan teknologi yang memungkinkan suara ditransmisikan secara serempak melalui gelombang radio di udara.32 Radio memiliki kekuatan besar sebagai media yang imajinatif, karena sebagai media yang buta, radio menstimuli begitu banyak suara, dan berusaha memvisualisasikan suara penyiar ataupun informasi faktual melalui telinga pendengarnya.
Radio siaran adalah “makanan” untuk telinga, untuk didengar oleh indera telinga. Oleh karena itu, apa yang disajikan untuk dibaca belum tentu dapat dimengerti apabila dibandingkan melalui radio siaran.33 Karena radio bersifat auditif (untuk didengar), maka isi siaran yang sampai di telinga pendengar hanya sepintas lalu saja. Meski begitu, radio terkesan akrab karena seorang penyiar seolah-olah berada di dekat pendengar yang senantiasa menyajikan informasi dan menghidangkan acara-acara yang menghibur.
32 Santi Indra Astuti, Jurnalisme Radio Teori dan Praktik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2013), 5.
33Wanda Yulia, Andai Aku Jadi Penyiar (Yogyakarta: Andi, 2010), 73.
Penyiaran radio berfungsi sebagai sumber informasi utama untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Selain hiburan atau musik, acara berita atau informasi adalah jenis program yang disukai oleh masyarakat. Dari perjalanan perkembangan penyiaran selama perang dunia kedua, penyiaran radio memiliki kemampuan untuk menyiarkan “berita-berita resmi atau kejadian aktual, yang disusun dari beberapa narasumber, bisa dilakukan dengan siaran langsung (live) atau siaran tunda (delay)” kemasan acara dibuat lebih menarik agar lebih jelas.34
Dalam melaksanakan dakwah, penggunaan radio sangatlah efektif dan efisien. Melalui radio, suara dapat dipancarkan ke berbagai daerah yang jaraknya tidak terbatas. Jika dakwah dilakukan melalui siaran radio dia akan mudah dan praktis, dengan demikian, dakwah akan mampu menjangkau jarak komunikan yang jauh dan tersebar. Efektivitas dan efisiensi ini juga akan terdukung jika seorang da’i mampu memodifikasi dakwah dalam metode yang cocok dengan situasi dan kondisi siaran, apakah melalui metode ceramah, sandiwara radio, melalui forum Tanya jawab atau bentuk-bentuk siaran lainnya.35
Begitu kuatnya radio, sampai dijuluki sebagai the fifth estate (kekuasaan kelima) setelah surat kabar sebagai kekuasaan keempat (the fourth estate) pada sebuah bangsa. Radio sangat
34 Harley Prayudha, Radio Suatu Pengantar, 13.
35 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, 119.
penting dijadikan sebagai media dakwah karena memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
1) Bersifat langsung. Untuk menyampaikan dakwah melalui radio, tidak harus melalui proses yang kompleks sebagaimana penyampaian pesan dakwah melalui pers, majalah, dan sebagainya. Dengan mempersiapkan secarik kertas, pendakwah dapat langsung menyampaikan pesannya di depan mikrofon.
2) Siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan. Faktor lain yang menyebabkan radio dianggap memiliki kekuasaan ialah bahwa siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan. Selain waktu, ruang pun bagi radio tidak merupakan masalah, bagaimana pun jauhnya sasaran yang dituju. Daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau dakwah dengan media lain dapat diatasi dengan media ini.
3) Radio siaran mempunyai daya tarik yang kuat. Daya tarik ini ialah disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya, yaitu musik, kata-kata, dan efek suara.
4) Biayanya relatif murah. Di banyak negara di dunia ketiga Asia, Afrika, dan Amerika Latin, radio umumnya telah menjadi media utama yang dimiliki setiap penduduk, baik yang kaya maupun yang miskin.
5) Mampu menjangkau tempat-tempat terpencil. Di beberapa negara, radio bahkan merupakan satu-satunya alat komunikasi yang efektif untuk menghubungkan tempat-tempat terpencil.
6) Tidak terhambat oleh kemampuan baca dan tulis. Di beberapa negara Asia, tingkat kemampuan baca-tulis populasinya lebih dari 60%. Jutaan orang tersebut tidak disentuh oleh media massa lain kecuali media radio dengan bahasa mereka.36
Namun dari beberapa kelebihan radio tersebut tentunya di sisi lain radio sebagai media dakwah juga mempunyai kelemahan.
Di antara beberapa kelemahan radio sebagai media dakwah adalah bersifat sekilas karena siarannya hanya sekali dengar, sehingga ketika mad’u merasa kurang paham tidak dapat mengulangi materi yang didengarkan. Selain itu radio juga paling mudah peka terhadap gangguan di sekitar.
Jadi di era digital seperti saat ini, dakwah melalui radio masih bisa eksis dan efektif. Perkembangan dunia cyber tidak membuat radio semakin menurun. Tetapi dengan adanya perkembangan tersebut, radio bisa memanfaatkannya sebagai sarana untuk lebih mengembangkan program-program siaran yang diproduksi.
36 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, 411.
2. Program Acara Siaran Keagamaan di Radio a. Program Siaran Radio
Pengelola stasiun penyiaran radio perlu berhati-hati dalam menentukan programming penyiaran radio. Pastikan terlebih dahulu positioning yang hendak dicapai. Positioning itu sendiri adalah upaya agar pendengar yang akan kita raih sesuai dengan citra yang kita kehendaki. Salah satu upayanya adalah membuat format acara yang akan diudarakan kepada pendengar, sehingga antara positioning dan format akan membentuk citra stasiun penyiaran.37
Format siaran radio menjadi tolok ukur keberhasilan dalam pengelolaan radio siaran dimanapun. Oleh karena itu, sebelum memulai kegiatan penyiaran penyusunan format siaran sangat perlu dilakukan. Tujuannya untuk memenuhi sasaran khalayak secara spesifik dan untuk kesiapan berkompetisi dengan media lainnya di suatu lokasi siaran. Format ini dimulai dari menentukan visi dan misi yang ingin dicapai, mengetahui latar belakang sosiologi- psikologi pendengar, dan memahami pendengar melalui riset ilmiah agar mengetahui kebutuhan mereka. Pada stasiun penyiaran radio terdapat beberapa format siaran, seperti radio anak-anak, remaja, muda, dewasa, dan tua. Sedangkan format siaran berdasarkan profesi dan gaya hidup seperti, profesional,
37 Harley Prayudha, Radio Suatu Pengantar untuk Wacana dan Praktik Penyiaran (Malang:
Bayumedia Publishing, 2005), 47.
intelektual, petani, buruh, mahasiswa, nelayan, dan lain sebagainya.
Program acara radio sebenarnya tidak terlalu banyak jenisnya. Secara umum program radio terdiri atas dua jenis, yaitu musik dan informasi. Kedua jenis program ini kemudian dikemas dalam berbagai bentuk yang pada intinya harus bisa memenuhi kebutuhan audien dalam hal musik dan informasi. Masduki dalam bukunya menjelaskan program siaran di radio beragam kemasannya, beberapa di antaranya adalah produksi berita radio, perbincangan (talk show), info hiburan, dan jinggel.38
a. Berita Radio
Bagian ini berisi sajian fakta yang diolah kembali menurut kaidah jurnalistik radio. Informasi yang disampaikan sebaiknya adalah informasi yang dapat menarik audien. Selain itu, informasi yang disampaikan juga disesuaikan berdasarkan segmentasi audien. Penyajian berita radio bisa disiarkan secara langsung (live report) yaitu reporter menyiarkan peristiwa langsung darilokasi, atau siaran tunda yaitu fakta yang diperoleh dari lapangan diolah terlebih dahulu sebelum disiarkan oleh penyiar. Karena radio bersifat auditif, jadi suara dalam penyampaian berita juga sangat mempengaruhi dan harus terdengar oleh pendengar. Suara itu dapat dibagi menjadi
38Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional (Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS, 2004), 69.
narasi yang disampaikan oleh penyiar atau reporter, rekaman wawancara dengan narasumber, dan rekaman atmosfer yang merupakan suara asli peristiwa.
b. Perbincangan (talk show)
Perbincangan radio (talk show) pada dasarnya adalah kombinasi antara seni berbicara dan seni wawancara. Program perbincangan biasanya diarahkan oleh seorang pemandu acara (host) bersama satu atau lebih narasumber untuk membahas sebuah topik yang sudah dirancang sebelumnya. Tiga bentuk program perbincangan yang banyak digunakan stasiun radio adalah:
1) One-on-one-show, yaitu bentuk perbincangan saat penyiar (pewawancara) dan narasumber mendiskusikan suatu topik dengan dua posisi mikrofon terpisah di ruang studio yang sama.
2) Panel discussion, pewawancara sebagai moderator hadir bersama sejumlah narasumber.
3) Call in show, program perbincangan yang hanya melibatkan telepon dari pendengar. Topik ditentukan lebih dahulu oleh penyiar di studio, diberikan contoh berdasarkan pengalaman penyiar, kemudian pendengar diminta untuk memberikan respon berdasarkan pengalaman masing- masing ke stasiun radio. Tidak semua respon audien layak
disiarkan sehingga perlu petugas penyeleksi telepon masuk sebelum diudarakan.39
Urutan proses pelaksanaan talk show adalah pertama, pembukaan yang berisi perkenalan topik, perkenalan narasumber, interaksi dengan pendengar. Kedua, diskusi utama yang perbincangan dengan narasumber mengenai topik dan interaksi pendengar. Ketiga, penutup yang berisi kesimpulan dan ucapan terimakasih.
Penggunaan talk show sebagai salah satu program siaran di stasiun radio membutuhkan durasi waktu yang relatif lama pada saat mengudara. Karena penyampaian pesan terhadap pendengar bersifat langsung. Begitu juga dengan tanggapan dari pendengar yang dapat disampaikan secara langsung pula pada saat mengudara. Hal ini dapat memicu perpanjangan durasi waktu di luar konsep yang telah ditentukan. Sehingga seorang penyiar mempunyai tugas sebagai gatekeeper yang berperan aktif untuk mengatur keberlangsungan talk show tersebut, agar durasi waktu yang digunakan sesuai dengan konsep yang telah ditentukan.
c. Info Hiburan
Bagian ini sering disebut dengan infotainment yang merupakan gabungan dari information dan entertainment yaitu
39 Morissan, Manajemen Media Penyiaran, 237.
sajian informasi yang bersifat menghibur. Segmentasi program ini umumnya disajikan secara easy listening dengan durasi 5 sampai 60 menit. Program terbagi ke dalam sejumlah segmen yang diselingi lagu-lagu dan jeda iklan. Biasanya tema yang dibahas meliputi penyanyi dengan album barunya, interaktif dengan pendengar terkait suatu tema tertentu, dan sebagainya.
Tiga bentuk infotainment radio yang popular di Indonesia adalah:40
1) Info-entertainment: penyampaian informasi dari dunia hiburan dengan diselingi pemutaran lagu. Proporsi durasi pemutaran lagu sama dengan pembacaan narasi informasi, meskipun liriknya tidak selalu harus berkaitan.
2) Infotainment: penyampaian informasi, promosi, dan sejenisnya dari dunia hiburan yang topiknya menyatu atau senada dengan lagu-lagu atau musik yang diputar.
Keduanya saling mendukung dengan proporsi seimbang.
3) Information dan entertainment: sajian informasi khususnya berisi berita-berita aktual dilengkapi perbincangan yang tidak selalu dari khazanah dunia hiburan, diselingi pemutaran lagu, iklan, dan sebagainya.
40 Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional, 84.
d. Jinggel
Jinggel adalah pengejaan bahasa Indonesia dari kata jingle. Dalam kajian radio, jinggel diartikan sebagai gabungan musik dan kata yang mengidentifikasi keberadaban sebuah stasiun radio. Jinggel disebut pula sebagai radio air promo atau paket berbentuk spot yang mempromosikan radio dan disiarkan di radio. Durasi jinggel umumnya antara 5 sampai 15 detik.41
Jinggel radio bisa dikatakan sebagai identifikasi keberadaan sebuah stasiun radio. Tujuannya untuk mempromosikan keberadaan radio tersebut dan dapat berfungsi sebagai jeda, selingan atau sejenisnya. Ada tiga jenis jinggel, pertama jinggel untuk stasiun radio (radio expose). Kedua, jinggel untuk acara radio (programme expose). Ketiga, jinggel untuk penyiar radio (announcer expose).
Komunikasi dapat berjalan efektif dan dikatakan berhasil apabila ada umpan balik atau feedback dari komunikan. Begitu juga dengan sebuah program acara di stasiun radio. Sebuah program siaran dapat dikatakan berhasil membidik pendengar jika ada umpan balik dari pendengar tersebut. Umpan balik itu sendiri dapat berupa pertanyaan, kritik, saran, atau tanggapan-tanggapan lainnya. Oleh karena itu diperlukan adanya programming pada saat
41 Ibid., 77.
sebuah program siaran ditentukan, termasuk penentuan format siaran itu sendiri.
Setiap program siaran harus mengacu pada pilihan format siaran tertentu seiring semakin banyaknya stasiun penyiaran dan semakin tersegmennya audien. Format siaran diwujudkan dalam bentuk prinsip-prinsip dasar tentang apa, untuk siapa, dan bagaimana proses pengolahan suatu siaran hingga dapat diterima audien.42 Sebelum melakukan proses pengolahan program siaran, perlu adanya pengetahuan tentang latar belakang pendengar.
Sehingga pesan-pesan yang disampaikan melalui program acara yang dibentuk tersebut dapat diterima oleh pendengar. Latar belakang pendengar tersebut dapat berupa budaya, bahasa, dan karakter masyarakat.
b. Program Siaran Keagamaan
Radio selain menyajikan berbagai informasi tentang berbagai hal juga sebagai media yang cukup berperan dalam bidang pendidikan dan hiburan. Salah satu program acara siaran di radio yang berperan dalam bidang pendidikan adalah program acara keagamaan. Radio sebagai media elektronik yang bersifat auditif dalam membuat program siaran keagamaan harus memperhatikan berbagai hal, di antaranya latar belakang pendengar, materi yang disampaikan, dan bentuk siarannya.
42 Morissan, Manajemen Media Penyiaran, 230.
Penentuan program siaran keagamaan dengan memperhatikan latar belakang pendengar dapat mempermudah berlangsungnya program siaran tersebut mengudara. Salah satunya yaitu dengan menggunakan bahasa daerah dimana stasiun radio tersebut berada. Penyesuaian dengan pendengar melalui bahasa daerah yang digunakan dapat mempermudah penerimaan pesan oleh pendengar. Karena dengan begitu pendengar merasa lebih akrab, sehingga umpan balik dapat dengan mudah disampaikan.
Selain latar belakang, materi yang disampaikan juga perlu diperhatikan. Materi dakwah atau maddah yang disiarkan harus mengandung unsur magnitute atau kedekatan dengan pendengar.
Permasalahan-permasalahan yang dibahas juga bukan hal-hal yang telah lalu, artinya perlu adanya pembahasan mengenai hal-hal yang sedang terjadi. Jadi seorang narasumber program saiaran keagamaan juga harus up to date dengan peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi.
Penyampaian materi pada program siaran keagamaan juga perlu memperhatikan bentuk-bentuk siaran yang digunakan. Di antara bentuk-bentuk siaran program siaran keagamaan adalah:
1) Siaran Tunggal, yaitu siaran penyelenggaraan siaran dakwah Islam oleh seseorang pengisi acara atau pembawa acara.
Biasanya siaran ini dilakukan dengan narasumber atau da’i. Hal ini dapat digambarkan dengan ruangan penyiar, ada meja dan
mikrofon di atasnya, sebuah kursi bagi da’i untuk membacakan naskahnya, merupakan bentuk yang sederhana dan mudah penyiapannya.43
2) Siaran dialog, yaitu merupakan pengembangan dari bentuk siaran tunggal. Untuk siaran dialog, dilakuakn oleh sekurang- kurangnya dua pembicara atau lebih. Bisa dilakukan di gedung atau di ruangan studio, dan dapat juga dilakuakan di lapangan sesuai dengan kepentingan siaran dakwah Islam tersebut.
Siaran ini dapat berupa soal-jawaban, obrolan yang pelaksanaannya cukup dilakukan di studio dan dapat berupa wawancara.
3) Siaran panggung, yaitu siaran dakwah Islam yang bentuknya lebih complicated dibanding dengan siaran tunggal ataupun siaran dialog. Siaran ini merupakan drama atau sandiwara yaitu dapat mengambil bentuk ketoprak, ludruk, dan kesenian sejenisnya.
Selain bentuk-bentuk siaran di atas, dalam membuat program siaran keagamaan juga perlu memperhatikan teknis siaran.
Di antara teknis siaran radio adalah siaran rekaman dan siaran langsung.
43 Abdul Halim Mahmud, Merajut Benang Ukhuwah Islamiyah, (Solo: Penerbit Era Intermedia, 2000), 32.