1. Kajian Tentang Toleransi Antar Umat Beragama a. Pengertian Toleransi Antar umat Beragama
Toleransi secara etimologi disebutkan dalam KBBI yaitu sesuatu yang bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.18
Menurut Umar Hasyim, toleransi yaitu pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-
18 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/toleran
syarat asas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.19 Menurut Ruslan jika toleransi dihubungkan dengan agama, maka toleransi adalah suatu sikap menerima berbagai agama yang dianut dan dipercaya oleh setiap manusia, tanpa menjelekkan agama lainnya.
Sikap saling menghargai terhadap agama yang dianut oleh orang lain.20
Sejalan dengan definisi di atas, Masykuri Abdillah mengemukakan bahwa toleransi beragama mempunyai arti sikap lapang dada seseorang untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah mereka menurut ajaran dan ketentuan agama masing-masing yang diyakini tanpa ada yang mengganggu atau memaksakan baik dari orang lain maupun dari keluarganya sekalipun.21 Pengertian sikap toleransi dalam konteks toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain.
Toleransi beragama mempunyai arti sikap lapang dada seseorang untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah mereka menurut ajaran dan ketentuan agama.
19 Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar menuju Dialoq dan Kerukunan Antar Umat Beragama dalam Ahmad Deni Rustandi, Tafsir Toleransi dalam Gerakan Islam di Indonesia (Tasikmalaya: CV. Pustaka Turats Press, 2022) 13.
20 Idrus Ruslan, Kontribusi Lembaga-Lembaga Keagamaan Dalam Pengembangan Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia (Bandar Lampung: Arjasa Pratama, 2020), 33.
21 Masykuri Abdullah, Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keragaman dalam Ahmad Deni Rustandi, Tafsir Toleransi dalam Gerakan Islam di Indonesia (Tasikmalaya: CV.
Pustaka Turats Press, 2022), 13.
Masing-masing yang diyakini tanpa ada yang mengganggu atau memaksakan baik dari orang lain maupun dari keluarganya sekalipun.
Karena manusia memiliki hak penuh dalam memilih, memeluk dan meyakini sesuai dengan hati nuraninya. Tidak seorang pun bisa memaksakan kehendaknya. Untuk itu toleransi beragama sangatlah penting untuk menciptakan kerukunan umat beragama.22
Toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna kulit, bahasa, adat-istiadat, budaya, bahasa, serta agama. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang dilakukan orang lain.
Secara lebih terperinci toleransi beragama mencakup masalah- masalah keyakinan dan kepercayaan agama yang melekat dalam diri setiap manusia yang berhubungan dengan akidah atau ketuhanan yang diyakininya. Setiap orang mestinya diberikan kebebasan untuk meyakini serta memeluk agama (mempunyai akidah) yang dipilihnya sendiri tanda ada paksaan dari orang lain dan mendapatkan penghormatan yang semestinya dalam pelaksanaan ajaran-ajaran agama yang dianut serta menjadi keyakinannya.23
22 Yusuf Wibisono, Persepsi dan Praktik Toleransi Beragama di Kalangan Mahasiswa Muslim dan Non-Muslim (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2022), 33.
23 Najamuddin, Pendidik Lintas Agama dan Toleransi Beragama (Sulawesi Tengah: CV.
Feniks Muda Sejahtera, 2022) 55.
Sedangkan dalam agama Islam yang menjadi landasan toleransi beragama terdapat dalam surat al-Kafirun:
“Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (QS. Al-Kafirun ayat 1-6).
Di dalam kandungan surat Al-Kafirun itu para ahli telah mencoba menarik beberapa garis hukum diantaranya adalah (1) Tidak seorangpun boleh dipaksa untuk memeluk agama lain atau meninggalkan ajaranya agamnya dan (2) Setiap orang berhak untuk beribadat menurut ketentuan ajaran agamanya masing-masing. Maka berdasarkan ayat tersebut jelaslah bahwa agama tidak pernah berhenti dalam mengatur tata kehidupan manusia. Di dalam kehidupan masyarakat Indonesia dikembangkan sikap hormat- menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan antara penganut kepercayaan yang berbeda sehingga toleransi beragama dapat diterapkan dan kerukunan umat beragama dapat terwujud dengan baik.24
Perbedaan merupakan sunnatullah di muka bumi yang tidak bisa ditolak oleh siapapun. Hal tersebut semestinya tidak dijadikan alasan bagi manusia untuk saling bermusuhan karenanya.
Implikasinya adalah persetujuan semua pemeluk agama untuk menjaga kerukunan dan memelihara eksistensi semua agama dalam kehidupan manusia. Manifestasi toleransi antarumat beragama
24 Yusuf Wibisono, Persepsi dan Praktik Toleransi Beragama di Kalangan Mahasiswa Muslim dan Non-Muslim (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2022), 33 – 34.
bukanlah sekedar hidup berdampingan antarpemeluk agama secara pasif, yakni sekedar membiarkan orang atau kelompok lain yang berbeda maupun sama nilai, pandangan, dan keyakinannya disertai dengan perilaku tidak menyakitinya tanpa adanya keterlibatan dan kerjasama antarpemeluk agama. Toleransi antarumat beragama yang baik yakni toleransi aktif dan dinamis. Aktualisasi toleransi aktif dan dinamis adalah sikap saling menghormati, menghargai, berbuat baik, dan bekerjasama antarumat beragama dalam pembangunan tatanan sosial yang harmonis, rukun, dan damai.25
b. Prinsip – Prinsip Toleransi Antar Umat Beragama
Sebagai umat beragama dalam melaksanakan toleransi harus mempunyai sikap atau prinsip untuk mencapai kebahagiaan dan ketenteraman. Berikut ini prinsip-prinsip toleransi yaitu:26
1) Kebebasan Beragama
Kebebasan beragama itu sendiri dapat diartikan sebagai ungkapan yang menunjukkan hak setiap manusia dalam memilih keyakinan suatu agama. Hak asasi manusia yang paling mendasar dalam hidup adalah hak kebebasan baik itu kebebasan untuk berfikir, kebebasan untuk berkehendak dan kebebasan di dalam memilih suatu kepercayaan atau agama. Kebebasan merupakan hak yang mendasar bagi manusia sehingga hal ini yang dapat
25 Arif Rofiki, Toleransi Antarumat Beragama di Papua (Yogyakarta: Jejak Pustaka, 2022), 12.
26 Hasbi, Pendidikan Agama Islam Era Modern (Yogyakarta: Leutikaprio, 2019) 156- 157.
membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kebebasan beragama sering kali disalah artikan dalam berbuat sehingga manusia ada yang mempunyai agama lebih dari satu. Jadi yang dimaksud dengan kebebasan beragama yakni bebas memilih suatu kepercayaan atau agama yang menurut mereka paling benar dan membawa keselamatan tanpa ada yang memaksa atau menghalanginya. Sedangkan kemerdekaan telah menjadi salah satu pilar demokrasi dari tiga pilar revolusi di dunia. Ketiga pilar tersebut adalah persamaan, persaudaraan dan kebebasan.
2) Penghormatan dan Eksistensi Agama Lain
Kebiasaan yang harus dilaksanakan dari sikap toleransi setelah memberikan kebebasan beragama adalah menghormati keberadaan agama lain, dengan pengertian menghormati keberadaan dan perbedaan ajaran-ajaran yang terdapat pada setiap agama dan kepercayaan yang ada baik yang diakui negara maupun belum diakui oleh negara dalam bentuk tidak mencela atau memaksakan maupun bertindak sewenang-wenangnya dengan pemeluk agama lain.
Etika yang harus dilakukan dari sikap toleransi setelah memberikan kebebasan beragama adalah menghormati eksistensi agama lain, dengan pengertian menghormati keragaman dan
kepercayaan yang ada, baik yang dilindungi oleh negara maupun yang tidak dilindungi dalam artian yang pemeluknya sedikit.27 3) Agree in Disagreement
“Agree in Disagreement” (setuju di dalam perbedaan).
Perbedaan selalu ada di dunia, oleh karena itu perbedaan tidak harus ada permusuhan, dan juga perbedaan tidak harus menimbulkan pertentangan.
Menurut cara ini orang harus percaya bahwa agama yang ia peluk itulah agama yang paling baik dan benar. Namun harus diakui bahwa di samping terdapat perbedaan antar agama, banyak pula persamaannya. Berdasarkan pengertian itulah sikap saling hormat-menghormati ditimbulkan, serta tidak boleh paksa- memaksa satu sama lain. Dengan dasar inilah, maka kerukunan dalam kehidupan umat beragama dapat diciptakan.28
Islam memiliki prinsip dan ketentuan tersendiri, yang harus dipegang teguh oleh muslimin di dalam bertoleransi.
a) Toleransi Islam tersebut terbatas dan fokus pada masalah hubungan sosial kemasyarakatan yang dibangun atas dasar kasih sayang dan persaudaraan kemanusiaan, sejauh tidak bertentangan dan atau tidak melanggar ketentuan teologis Islami.
27 Hasbi, Pendidikan Agama, 167.
28 Nazmuddin, “Kerukunan dan Toleransi Antar Umat Beragama.” Journal of
Government and Civil Society 1. no. 1 2017, 32.
https://jurnal.umt.ac.id/index.php/jgs/article/download/268/662
b) Toleransi Islam di wilayah agama hanya sebatas membiarkan dan memberikan suasana kondusif bagi umat lain untuk beribadah menjalankan ajaran agamanya. Bukan akhlak Islam menghalangi umat lain agama untuk beribadah menurut keyakinan dan tata cara agamanya, apatah lagi memaksa umat lain berkonversi kepada Islam.
c) Di dalam bertoleransi kemurnian akidah dan syariah wajib dipelihara. Maka Islam Sangat melarang toleransi yang kebablasan, yakni perilaku toleransi yang bersifat kompromistis yang bernuansa sinkretis.29
Namun demikian, penerapan toleransi kaum muslimin terhadap agama lain perlu memperhatikan batasan –batasannya sebagaimana berikut:
(1) Tidak melampaui batas akidah sehingga terjerumus dalam kekufuran , seperti rela dengan kekufuran, ikut meramaikan hari raya agama lain dengan tujuan ikut mensyiarkan kekufuran, dan semisalnya, kecuali dalam kondisi darurat.
(2) Tidak melampaui batas syariat sehingga terjerumus dalam keharaman, seperti ikut datang ketempat ibadah agama lain saat perayaan hari rayanya, mengundang agama lain untuk menghadiri perayaan hari raya umat islam, mengucapkan
29 Hisni Fajrussalam, “Menumbuhkan Sikap toleransi Antar Agama di Lingkungan Multikultural,” Jurnal Pendidikan Guru 3, no. 4 ( 2022): 308. https://ejournal.uika- bogor.ac.id/index.php/jpg/article/view/7395
selamat hari raya kepada mereka dan semisalnya, kecuali kondisi darurat.30
c. Unsur – Unsur Toleransi
Ada beberapa unsur toleransi yang harus ditekankan dalam mengekspresikannya terhadap orang lain. Unsur-unsur tersebut adalah:
1) Memberikan kebebasan atau kemerdekaan. Setiap manusia diberikan kebebasan untuk berbuat, bergerak maupun berkehendak menurut dirinya sendiri dan juga di dalam memilih suatu agama atau kepercayaan. Kebebasan ini diberikan sejak manusia lahir sampai nanti ia meninggal dan kebebasan atau kemerdekaan yang manusia miliki tidak dapat digantikan atau direbut oleh orang lain dengan cara apapun. Karena kebebasan itu adalah datangnya dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga dan dilindungi. Di setiap negara melindungi kebebasan-kebebasan setiap manusia baik dalam Undang-Undang maupun dalam peraturan yang ada. Begitu pula dalam memilih satu agama atau kepercayaan yang diyakini, manusia berhak dan bebas dalam memilihnya tanpa ada paksaan dari siapapun.
2) Mengakui hak setiap orang. Suatu sikap mental yang mengakui hak setiap orang di dalam menentukan sikap perilaku dan nasibnya masing-masing. Tentu saja sikap atau perilaku yang
30 Keputusan Bahtsul Masail Maudhu’iyah, Islam Nusantara – PWNU Jawa Timur 13 Februari 2016, 18.
dijalankan itu tidak melanggar hak orang lain, karena kalau demikian, kehidupan di dalam masyarakat akan kacau.
3) Menghormati keyakinan orang lain. Landasan keyakinan di atas adalah berdasarkan kepercayaan, bahwa tidak benar ada orang atau golongan yang bersikeras memaksakan kehendaknya sendiri kepada orang atau golongan lain. Tidak ada orang atau golongan yang memonopoli kebenaran dan landasan ini disertai catatan bahwa soal keyakinan adalah urusan pribadi masing-masing orang.
4) Saling mengerti. Tidak akan terjadi saling menghormati antara sesama manusia bila mereka tidak ada saling mengerti. Saling anti dan saling membenci, saling berebut pengaruh adalah salah satu akibat dari tidak adanya saling mengerti dan saling menghargai antara satu dengan yang lain.31
d. Bentuk – Bentuk Toleransi 1) Pendirian Rumah Ibadat
Tentang pendirian rumah ibadat bahwa tidak bisa dimungkiri semua kelompok agama membutuhkan rumah ibadat.
Pada ketentuan umum pasal 1 Perber (peraturan Bersama) ini disebutkan bahwa rumah ibadat merupakan bangunan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadat bagi para pemeluk masing-masing agama secara
31 Zaki, Menyemai toleransi merawat NKRI, (Mataram: Sanabil, 2018) 115.
permanen, tidak termasuk tempat ibadat keluarga. Dalam kondisi ini, rumah ibadat seperti Masjid, Gereja, Kelenteng, Vihara, tentu saja memiliki ciri-ciri tertentu sesuai dengan simbol masing- masing rumah ibadat agama bersangkutan.32 Pada intinya pendirian rumah ibadah dilakukan dengan tetap menjaga kerukunan umat beragama, tidak mengganggu ketentraman dan ketertiban umum, serta mematuhi peraturan perundang-undangan.
2) Pemakaman
Hampir semua kelompok agama menempatkan urusan pemakaman sebagai faktor pemilahan umat beragama. Hal itu disebabkan karena pengelolaan pemakaman dipandang sebagian besar masyarakat sebagai bagian dari kebijakan pengelolaan keumatan. Oleh karena itu, harus dibuat garis yang memisahkan pemakaman agar tidak terjadi kebingungan umat yang memiliki tradisi tersendiri, baik ketika melakukan pemakaman maupun dalam rangka ziarah.33
3) Perayaan Hari Besar Keagamaan
Peringatan hari besar keagamaan adalah upacara keagamaan yang diselenggarakan oleh komunitas agama tertentu yang menurut ajaran agama yang bersangkutan, bukan merupakan
32 Ismardi, Pendirian Rumah Ibadat Menurut Peraturan Bersama Menteri Agama Dan Menteri dalam Negeri No. 8 Dan No. 9 Tahun 2006 (Pekan Baru: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama, 2011), 220-221.
33 M.Ridwan Lubis, Merawat Kerukunan Pengalaman di Indonesia (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2020), 37.
ibadat atau kebaktian khusus.34 Setiap agama, sebagaimana telah disinggung di muka, memiliki aspek keempat, yaitu kelembagaan.
Perayaan hari besar keagamaan tidak hanya dapat dilihat sebagai unsur doktrin maupun ritual, tetapi menjadi fenomena dari relasi sosial. Letak persoalan dalam perayaan keagamaan apakah termasuk bagian dari ritual atau bagian dari relasi sosial. Apabila perayaan hari besar keagamaan adalah sekedar urusan ritual keagamaan tentulah tidak ada urgensi orang yang tidak menganut agama itu mengikuti upacaranya. Sebaliknya, ketika perayaan adalah urusan kemanusiaan, dilihat dari segi relasi sosial, maka tentulah tidak ada keharusan orang berbeda agama mengikutinya.35
e. Sikap – Sikap Toleransi
Toleransi yaitu sikap saling menghargai tanpa membedakan suku, ras, budaya, agama, dan gender. Dan dapat menghargai dan menghormati walaupun terdapat perbedaan pandangan dan keyakinan.
Berikut ini sikap-sikap toleransi, antara lain:36
1) Berlapang dada dalam menerima segala perbedaan, karena perbedaan adalah Rahmat dari Allah swt
2) Tidak mendiskriminasi teman yang berbeda keyakinan 3) Tidak memaksa orang lain dalam hal keyakinan (agama)
34 Undang-Undang Dasar Pasal 1 Tahun 1945 tentang Kerukunan Umat Beragama
35 Ridwan Lubis, Merawat Kerukunan Pengalaman di Indonesia (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2020), 38.
36 Muhammad Japar, dkk. Pendidikan Toleransi Berbasis Kearifan Lokal (Surabaya: CV.
Jakad Media Publishing, 2020), 20-21.
4) Memberikan kebebasan kepada orang lain dalam menentukan keyakinannya
5) Tidak mengganggu orang lain yang berbeda agama dalam beribadah
6) Bergaul dan bersikap baik terhadap siapa pun 7) Saling menghormati antar sesama
8) Tidak membenci dan menyakiti perasaan seseorang yang berbeda pemahaman atau pendapat.
f. Manfaat Toleransi
Menurut Jirhanuddin adapun manfaat toleransi umat beragama antara lain yaitu:
1) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan keberagaman masing- masing agama
Meningkatkan keimanan dan ketakwaan keberagaman masing- masing agama masing-masing penganut agama dengan adanya kenyataan agama lain, akan semakin mendorong menghayati dan sekaligus memperdalam ajaran-ajaran agamanya serta semakin berusaha untuk mengamalkannya. Maka dengan demikian keimanan dan keberagamaan masing-masing penganut agama akan dapat lebih meningkat lagi. Hal ini semacam persaingan yang positif yang perlu dikembangkan dan ditanamkan pada tiap- tiap umat beragama.
2) Menciptakan stabilitas nasional yang mantap
Dengan terwujudnya kerukunan hidup antar umat beragama, secara praktis ketegangan- ketegangan yang ditimbulkan akibat perbedaan paham yang berpangkal pada keyakinan keagamaan dapat dihindari. Ketertiban dan keamanan nasional akan terjamin, sehingga mewujudkan stabilitas nasional yang mantap.
3) Menunjang dan menyukseskan pembangunan
Dari tahun ke tahun pemerintah senantiasa berusaha untuk mensukseskan pembangunan dari segala bidang, namun apabila umat beragama selalu bertikai dan saling mencurigai satu sama lain, maka hal itu akan menghambat usaha pembangunan itu sendiri. Dan salah satu usaha agar kemakmuran dan pembangunan di segala bidang selalu berjalan dengan baik, sukses dan berhasil diperlukan toleransi antar umat beragama sehingga terciptanya masyarakat yang rukun.
4) Terciptanya suasana yang damai dalam bermasyarakat
Ketika antar sesama manusia bisa hidup harmonis dalam bingkai kerukunan tanpa ada pembedaan yang menyakiti atau menindas pihak lain, maka yang tercipta adalah suasana damai dalam masyarakat. Kedamaian juga merupakan tujuan dari hidup bermasyarakat, kebersamaan dan toleransi antar umat beragama menjadi kunci perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat.
5) Memelihara dan mempererat rasa persaudaraan dan silaturahim antar umat beragama
Memelihara dan mempererat persaudaraan sesama umat manusia atau dalam bahasa agama Ukhuwah Insaaniyah sangat diperlukan bagi bangsa yang majemuk atau plural kehidupan keberagamaannya. Dengan toleransi umat beragama, maka Ukhuwah Insaaniyah tersebut akan melekat dan percekcokan atau perselisihan akan bisa teratasi.
6) Menciptakan rasa aman bagi agama-agama minoritas dalam melaksanakan ibadahnya masing-masing.
Rasa aman bagi umat beragama dalam melaksanakan peribadahanperibadatan dan ritual keyakinan yang dianutnya merupakan harapan hakiki dari semua pemeluk agama. Dan salah satu manfaat terciptanya toleransi umat beragama adalah menjamin itu semua, tidak memandang umat mayoritas maupun umat minoritas. Toleransi umat beragama menjadi pengingat bahwasanya dalam beragama tidak ada unsur keterpaksaan untuk semua golongan.37
g. Faktor yang mempengaruhi toleransi 1) Faktor Pendukung
a) Memperkuat landasan toleransi antar umat beragama dengan pemerintah setempat. Peran pemerintah sangatlah penting
37 Jirhanuddin, Perbandingan Agama (Yogyakarta :Pustaka Pelajar,2010) .193- 194.
untuk menjaga dan menciptakan adanya toleransi dalam masyarakat.
b) Membangun kerukunan sosial dan persatuan bangsa dalam bentuk untuk mendorong dan membimbing seluruh umat beragama.
c) Mengintegrasikan cinta dan kasih sayang ke dalam kehidupan umat beragama, menghilangkan rasa curiga terhadap pemeluk agama lain dan menciptakan suasana harmonis antar umat beragama.
d) Sadar bahwa perbedaan merupakan realitas dalam kehidupan bermasyarakat.
e) Saling membantu dan menolong sesama umat beragama dengan cara apapun, meminimalkan konflik atau kesalahpahaman antar umat beragama.
2) Faktor Penghambat
a) Rendahnya sikap toleransi yang mengakibatkan adanya sikap saling curiga antara agama satu dengan yang lainnya.
b) Kepentingan politik
c) Sikap masyarakat yang fanatisme terhadap agama tertentu, merasa agama yang dianutnya adalah benar. Karena pada dasarnya tidak ada agama yang mengajarkan tentang kekerasan dan permusuhan. Dengan fanatisme, akan timbul
kesalah pahaman secara berlebihan, baik itu pemahaman politik, agama maupun budaya.38
2. Kajian Tentang Konflik a. Pengertian Konflik
Pace & Faules, dalam bukunya Organizational Communication menyatakan konflik adalah ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan.
Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami.39
Soerjono Soekanto menyebut bahwa konflik merupakan suatu proses sosial individual atau kelompok yang berusahan untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan/atau kekerasan.40
Konflik merupakan cerminan dari ketidakharmonisan antara manusia satu dengan manusia yang lain, atau satu kelompok yang berbeda keyakinan atau pandangan dengan kelompok yang lain. Ketika muncul prasangka dan ketidakpuasaan, maka aroma konflik mulai bisa tercium dengan sendirinya tanpa harus ditunggu sekalipun. Aroma konflik yang tampak bisa membuat suasana dalam lingkungan internal
38 Faidati Trisnaningtyas, Urgensi Pendidikan Toleransi Antar Umat Beragama dalam Masyarakat (Studi di Desa Kapencar Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo), Jurnal Al-Qalam 3, no. 2, Juli-Desember 2020 , 57. https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/al-qalam/article/view/2354
39 Ajeng Dwi, dkk, “Konflik dalam Masyarakat Global,” Education: Jurnal Sosial
Humaniora dan Pendidikan 2, no. 2 (2022): 81-82.
https://journal.stiestekom.ac.id/index.php/Education/article/view/141
40 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), 96.
terpecah belah atau mengalami keterputusan komunikasi yang intens.
Bahkan, bila tidak segera dicegah, konflik itu akan berubah menjadi bara api yang sangat mencekam.41
Dalam kehidupan sehari-hari, konflik tak ubahnya seperti bom yang bisa meledak kapan saja bila ada yang menyulut api kemarahan.
Konflik adalah adanya percekcokan atau pertikaian yang berujung pada terjadinya ketegangan antara dua kekuatan atau kelompok yang berusaha untuk tetap mempertahankan pandangan pribadi dengan mengabaikan pandangan orang lain yang tidak disukai. Jika salah satu pihak tidak mau mengalah dan tetap berpegang teguh pada prinsipnya masing-masing, maka konflik bisa terus berlangsung tanpa ujung.
Dan secara sederhana, konflik bisa diartikan dengan terjadinya perselisihan, ketidakharmonisan, persaingan, dan pertentangan yang menimbulkan terputusnya hubungan antara satu individu atau kelompok dalam lingkungan organisasi. Konflik dipahami sebagai persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain, keadaan atau perilaku yang bertolak belakang (pertentangan kepentingan), perselisihan akibat kebutuhan, dorongan, keinginan, atau tuntutan yang bertentangan.42
41 Mohammad Takdir, Seni Mengelola Konflik (Yogyakarta: Notkah, 2020), 37.
42 Mohammad Takdir, 33.