• Tidak ada hasil yang ditemukan

ىهعٔ

3. Karakter profetik

a. Pengertian Karakter Profetik

Dalam bahasa Yunani, Karakter (charasseim), berarti

“mengukir” atau “dipahat”. Beberapa tokoh pendidikan berpendapat bahwa karakter adalah manifestasi perilaku seseorang, seperti jujur, rajin, amanah, disiplin tanggung jawab, tolong menolong, kasih sayangdan lain sebagainya. Hal itu menunjukkan bahwa karakter

sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Imam Hasan Bashri berpendapat barang siapa yang tidak mempunyai adab maka bisa dipastikan orang tersebut tidak mempunyai ilmu.64

Secara terminologi D, Yahya Khan menyatakan bahwa karakter adalah sikap pribadi yang stabil hasil proses konsolidasi secar progesif dan dinamis, intergrasi, antara pernyataan dan tindakan.65 Definisi lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar adalah sebuah proses tranformasi nilai – nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku orang itu.66 Lickona menyatakan bahwa isi karakter yang baik adalah kebaikan. Selanjutnya diuraikan bahwa ada sepuluh kejikan yang penting untuk membentuk karakter.67

Merujuk fungsi dan tujuan pendidikan nasional (UU No 20 Tahun 2003, Pasal 3), yaitu pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, tujuan pendidikan karakter pada intinya ialah untuk membentuk karakter peserta didik. Karakter yang mulia dapat mewujudkan

63 Putri Vivit, Pengajaran berkarakter si era pandemi (Yogyakarta: Deepublish, 2021), 31

64 Muhammad Nawawi, Nashoihul Ibad, (Kediri: Pethuk), 10

65 Ahmad Tafsir, Pendidikan karakter..., 12

66 Dharma, Pendidikan karakter..., 5

67 Ahmad Tafsir, Pendidikan karakter..., 13

konseptual filosofi pendidikan yang membebaskan dan mampu menyiapkan generasi masa depan untuk bertahan hidup dan berhasil menghadapi tantangan – tantangan zamannya.69

Kata profetik berasal dari bahasa inggris „prophet‟, yang berarti nabi.

Menurut Oxford Dictionary, „prophetic‟ adalah “of, pertaining or proper to a prophet or prophecy”, “having the character or functionof a prophet”. Jadi makna profetik adalah mempunyai sifat atau ciri seperti nabi.70Pandangan dasar paradigma profetik berikutnya yang penting adalah tentang profetik atau kenabian itu sendiri, yaitu pandangan tentang sosok manusia yang disebut dengan nabi(prophet). Kemampuan dan pengetahuan inilah yang biasa disebut mukjizat dan manusia pilihan Allah tersebut sebagai “nabi”(prophet).71

Nilai profetik yang dapat dijadikan tolak ukur perubahan sosial ini tercakup pada ketiga kandungan nilai yang terdapat dalam ayat 110 surah al-imron:

ِشَكًُُۡنٱ ٍَِػ ٌَ ََُٕۡٓۡذَٔ ِفُٔش ۡؼًَۡنٱِت ٌَُٔشُيۡأَذ ِطاَُّهِن ۡدَجِش ۡخُأ ٍحَّيُأ َشَۡٛخ ۡىُرُُك ٌَُُِٕي ۡإًُۡنٱ ُىُُِّٓۡي ِۚىَُّٓن ا ٗشَۡٛخ ٌَاَكَن ِة َرِكۡنٱ ُمَْۡأ ٍََياَء َٕۡنَٔ ِٓۗ َّللَّٱِت ٌَُُِٕي ۡإُذَٔ

ٌَُٕمِغ َفۡنٱ ُىُُْشَص ۡكَأَٔ

68 Ahmad Tafsir, Pendidikan karakter..., 13

69 Dharma, Pendidikan karakter..., 6

mencegah kemungkaran (nahi munkar), dan beriman kepada Allah.72

Dalam pengertian profetik secara sengaja memuat kandungan nilai dari cita-cita perubahan yang didasarkan pada cita-cita humanisasi, liberasi, dan transendensi, suatu cita-cita profetik yang diderivasikan dari misi historis Islam sebagaimana terkandung dalam QS Ali Imron (3), ayat 110. Tiga muatan nilai ini yang mengkarakterisasikan ilmu sosial profetik.73

Sedangkan menurut syekh Marzuki semua orang yang mukallaf wajib mengetahui dan meyakini sifat-sifat atau karakter para rosul.

Adapun sifat-sifat atau karakter itu ada empat yaitu: pertama, shidiq yang berarti jujur atau tidak bohong. Kedua, amanah yang berarti dapat dipercaya. Ketiga tablig yang berarti menyampaikan apa-apa yang diperintahkan Allah. Dan yang keempat, fathonah yang berarti cerdas.

Pernyataan syekh Marzuki dikuatkan oleh pendapat Syekh thohir bin Sholeh Al jazair bahwa wajib bagi umat islam mengetahui 4 sifat nabii yaitu shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah.74 Furqon Hidayatullah juga berpendapat mengenai 4 sifat nabi, menurut Furqon Hidayatullah karakter yang melekat pada diri nabi atau rasul ada empat. Yang terkenal

72 Al-Qur‟an dan terjemahan departemen RI, 65

73 Kuntowijoyo, Islam sebagai ilmu, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2007), 87

74 Thohir bin Sholeh Al jazair, Jawahirul Kalamiyah, (Surabaya: Al Hidayah), 28

Shidiq adalah sebuah kenyataan yang benar tercermin dalam perkataan, perbuatan atau tindakan dan keadaan batinnya. Amanah adalah kepercayaan yang harus diemban dalam mewujudkan sesuatu yang dilakukan dengan penuh komitmen, kompeten, kerja keras dan konsisten. Fathonah adalah sebuah kecerdasan, kemahiran atau penguasaan bidang tertentu. Dan tabligh adalah sebuah upaya merealisasikan pesan atau misi tertentu yang dilakukan dengan pendekatan atau metode tertentu.75

Jadi, yang dimaksud dengan karakter profetik adalah sifat atau tingkah laku yang melekat pada diri nabi dan mengandung nilai-nilai ajaran Islam yang sesuai dengan kepribadian nabi.

b. Macam-Macam Karakter Profetik

Dalam ajaran agama Islam tentang akhlak, tingkah laku atau ucapan berinduk dari nabi Muhammad SAW. Nabi pada kaumnya terkenal dengan budi pekerti yang baik diantaranya nabi memiliki sifat jujur, amanah, penyabar, malu, tawadlu‟ sehingga nabi memiliki gelar “al amin”.76 Umat Islam wajib mengetahui sifat-sifat yang ada pada diri nabi Muhammad, adapun sifat atau karakter yang wajib diketahui ada empat yaitu yang disingkat dengan SAFT (Shidiq, Amanah, Fathonah dan Tabligh). Dari keempat karakter tersebut akan diperinci sebagai berikut:

75 Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa, (Surakarta: Yuma

Adapun pengertian shidiq adalah sebuah kenyataan yang benar tercermin dalam perkataan, perbuatan atau tindakan dan keadaan batinnya. Kejujuran adalah aspek moral yang memiliki nilai positif dan baik. Jujur adalah memberitakan sesuatu sesuai dengan kenyataan.

Sedangkan dusta adalah memberitakan sesuatu tidak sesuai kenyataan.77

Kejujuran memiliki kata lain seperti berterus terang. Lawan dari kejujuran adalah kebohongan. Orang yang jujur akan diberikan hak- hak istimewa oleh Allah. Tidak hanya mendapat pahala untuk akhirat, namun juga ada balasan di dunia. Kita harus berusaha menjadi orang yang jujur dalam segala pembicaraan. Sebab dusta itu adalah pebuatan yang buruk dan tercela.78

Sebab-sebab kejujuran adalah akal, agama dan harga diri. Akal menjadi sebab kejujuran, disebabkan ia bisa memahami manfaat kejujuran dan bahaya dusta. Tentu saja orang yang berakal tidak akan senang apabila dirinya terkena bahaya. Kalau demikian ia akan berbuat jujur.

Agama menjadi sebab kejujuran, karena ajaran agama memerintahkan berbuat jujur dan melarang dusta, tentu saja orang yang mengerti ajaran agama pasti berbuat jujur. Demikian pula orang

77 Hafidz Hasan, Tasirul Kholaq, (Surabaya: Al Hidayah), 51

78 Muhammad Syakir, Washaya al-abaa lil abna‟ .., 88

menghias dirinya dengan perangai yang baik.79 2) Amanah

Amanah menurut bahasa adalah kepercayaan. Kebalikannya adalah khianat. Khianat adalah salah satu gejala munafik. Betapa pentingnya sifat dan sikap amanah ini dipertahankan sebagai akhlakul karimah oleh masyarakat, jika sifat dan sikap itu hilang dari tatanan umat Islam, maka kerusakanlah yang akan terjadi bagi umat itu.80 Amanah wajib untuk dijalani, karena tidak sempuna iman seseorang apabila seseorang tersebut tidak amanah.81Amanah merupakan sebaik- baik akhlak dari beberapa akhlakul karimah. Sedangkan khianat merupakan seburuk-buruk akhlak yang hina dan rendah.82

Amanah adalah kepercayaan yang harus diemban dalam mewujudkan sesuatu yang dilakukan dengan penuh komitmen, kompeten, kerja keras dan konsisten.83 Amanah adalah melaksanakan hak-hak kewajiban Allah. Dengan adanya amanah maka agama menjadi sempurna, harga diri terpelihara dan harta kekayaan menjadi terjaga.84

Pengertian amanah ini dapat dijabarkan kedalam butir-butir

79 Hafidz Hasan, Tasirul Kholaq...,52

80 Yatimin, Studi akhlak..., 43

81 Ahmad Syakir Alkhubawi, Durrotun Nasihin, (Surabaya: Al haromain, 2005), 170

82 Muhammad Syakir, Washaya...,98

b) Memiliki kemampuan mengembangkan potensi secara optimal

c) Memiliki kemampuan mengamankan dan menjaga kelangsungan hidup.

d) Memiliki kemampuan membangun kemitraan dan jaringan.85

3) Fathonah

Fathonah adalah sebuah kecerdasan, kemahiran atau penguasaan bidang tertentu yang mencakup kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual. Lawan kata cerdas adalah bodoh, di dunia ini sesungguhnya tidak ada orang bodoh yang ada hanya orang yang malas sehingga otak mereka tidak pernah terasah dan lama-kelamaan menjadi tumpul. Oleh karena itu, memiliki sifat cerdas merupakan keharusan bagi setiap orang Islam. Syekh Az Zarnuji berpendapat adapun syarat orang mencari ilmu diantaranya cerdas, sungguh- sungguh, sabar, biaya, petunjuk guru dan lama waktunya.86

Pengertian Fathonah ini dapat dijabarkan kedalam butir-butir sebagai berikut:

a) Memiliki adaptif terhadap perkembangan dan perubahan zaman

85 Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa.., 62

86 Az Zarnuji, Islam Syarah Ta‟limul Mutaallim, (Surabaya: Kitab Imam), 15

4) Tabligh

Tabligh berarti menyampaikan. Tabligh adalah sebuah upaya merealisasikan pesan atau misi tertentu yang dilakukan dengan pendekatan atau metode tertentu. Seorang rasul memiliki kewajiban menyampaikan wahyu yang diterima dari Allah kepada umat Islam. Allah memberi tugas kepada para rasul menyampaikan ajarannya. Para rasul tidak boleh menyembunyikan hal-hal yang telah diwahyukan Allah.

Demikian pula bagi setiap orang muslim, memiliki kewajiban menyampaikan kebenaran kepada orang lain walaupun satu ayat.

Lawan tabligh adalah kitman artinya menyembunyikan. Setiap orang Islam tidak boleh bersikap acuh tak acuh, apalagi berpura- pura tidak tahu ajaran Islam yang harus disampaikan.

Pengertian tabligh ini dapat dijabarkan ke dalam butir-butir sebagai berikut:

a) Memiliki kemampuan merealisasikan pesan atau misi b) Memiliki kemampuan berinteraksi secara efektif

c) Memiliki kemampuan menerapkan pendekatan dan metode yang tepat

Secara alami sejak lahir sampai berusia 3 tahun atau mungkin hingga 5 tahun kemampuan menalar seorang anak belum tumbuh sehingga pikiran bawah sadar masih terbuka dan menerima apa saja informasi dan stimulus yang dimasukkan kedalamnya tanpa ada penyeleksian, mulai dari orang tua dan lingkungan keluarga. Dari itulah pondasi awal terbentuknya karakter sudah terbangun.

Selanjutnya, semua pengalaman hidup yang berasal dari lingkungan kerabat, sekolah, televisi, internet, buku, majalah dan berbagai sumber lainnya menambah pengetahuan yang akan mengantarkan seseorang memiliki kemampuan yang semakin besar untuk menganalisis dan menalar objek luar. Mulai dari di sinilah, peran pikiran sadar menjadi semakin dominan.87

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa membangun karakter menggambarkan:

a) merupakan suatu proses yang terus-menerus dilakukan untuk membentuk tabiat, watak, dan sifat-sifat kejiwaaan yang berlandaskakn pada semangat pengabdian dan kebersamaan.

b) menyempurnakan karakter yang ada untuk mewujudkan karakter yang diharapkan.

c) membina nilai/karakter sehingga menampilkan karakter yang

87 Abdul Majid, Pendidikan karakter perspektif islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),

18

d. Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi Karakter

Ada beberapa aspek yang dapat mempengaruhi karakter, diantaranya yaitu:

1) Tingkah laku

Tingkah laku manusia ialah sikap seseorang yang dimanefestikan dalam perbuatan. Sikap seseorang boleh jadi tidak digambarkan dalam perbuatan atau tidak tercermin dalam perilaku sehari-hari tetapi adanya kontradiksi antara sikap dan tingkah laku.89 2) Insting dan Naluri

Menurut bahasa insting berarti kemampuan berbuat pada suatu tujuan yang dibawa sejak lahir, merupakan pemuasan nafsu, dorongan-dorongan nafsu dan dorongan psikologis. Insting merupakan merupakan kesanggupan melakukan hal yang kompleks tanpa dilihat sebelumnya, terarah kepada suatu tujuan yang berarti bagi subjek tidak disadari langsung secara mekanis.

Menurut james, insting isalah suatu sifat yang menyampaikan pada tujuan dan cara berpikir. Insting merupakan kemampuan yang melekat sejak lahir dan dibimbing oleh nalurinya. Naluri merupakan asas tingkah laku perbuatan manusia. Manusia dilahirkan dengan membawa naluri yang berbentuk proses pewarisan urutan nenek

dapat melahirkan perbuatan mencapai tujuan tanpa berpikir ke arah tujuan dan tanpa dipengaruhi oleh latian berbuat. Tingkah laku perbuatan manusia sehari-hari dapat ditunjukkan oleh naluri sebagai pendorong. Contoh: tindakan makan ialah naluri lapar dan berpakaian naluri malu, demikianlah setiap tindakan dapat ditemukan dalam naluri sebagai pendorong.90

3) Adat Kebiasaan

Adat menurut bahasa ialah aturan yang lazim diikuti sejak dahulu. Biasa ialah kata dasar yang mendapati imbuahan ke-an, artinya boleh, dapat atau sering. Menurut Nasraen, adat ialah suatu pandangan hidup yang mempunyai ketentuan-ketentuan yang objektif, kokoh dan benar serta mengandung nilai mendidik yang besar terhadap seseorang dalam bermasyarakat.

Kebiasaan terjadi sejak lahir, lingkungan yang baik mendukung kebiasaan yang baik pula. Kebiasaan adalah perbuatan yang berjalan dengan lancar seolah-olah berjalan dengan sendirinya.

Perbuatan kebiasaan pada mulanya dipengaruhi oleh kerja pikiran, didahului oleh pertimbangan akal, dan perencanaan yang matang.

Lancarnya perbuatan dikarenakan perbuatan itu seringkali diulang- ulang. Dalam proses berbudaya dan membudaya inilah individu

90 Yatimin, Studi akhlak.., 81

Lingkungan ada dua jenis, yaitu sebagai berikut: pertama, lingkungan alam. Alam ialah seluruh ciptaan tuhan baik langit maupun bumi. Lingkungan alam lama menjadi perhatian ahli sejarah sejak zaman plato hingga sekarang. Alam dapat memnjadi aspek yang mempengaruhi tingkah laku manusia. Kedua, lingkungan pergaulan.

Lingkungan ini mengendung susunan pergaulan yang meliputi manusia seperti di rumah, di sekolah, di tempat kerja, dan kantor pemerintahan.

e. Pesantren

Sebelum tahun 1960-an, pusat-pusat pendidikan pesantren di Indonesia lebih dikenal dengan nama pondok. Istilah pondok barangkali berasal dari pengertian asrama-asrama para santri atau tempat tinggal yang terbuat dari bambu, atau barang kali berasal dari Bahasa Arab, funduq, yang berarti hotel atau asrama. Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam.92

Perkataan pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri.

Professor Jhons berpendapat bahwa istilah santri berasal dari Bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji. Sedang C.C. Berg berpendapat

91 Abuddin Nata, Psikologi pendidikan..., 338

dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku ilmu tentang pengetahuan. Dari asal usul kata santri tersebut pula banyak sarjana berpendapat bahwa Lembaga pesantren pada dasarnya adalah lembaga pendidikan keagamaan bangsa Indonesia pada masa menganut agama Hindu Buddhayang bernama “mandala” yang di Islamkan oleh kyai.93

Elemen-elemen pesantren ada lima, yaitu pondok, masjid, pengajaran kitab klasik, kyai dan santri. Adapun pada penelitian ini peneliti hanya membahas satu dari lima elemen tersebut yaitu tentang santri. Peneliti membahas santri karena sesuai dengan obyek penelitian ini.

Santri menurut pengertian yang dipakai dalam lingkungan orang- orang pesantren, seorang alim hanya bisa disebut kyai bilamana memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren untuk mempelajari kitab-kitab Islam klasik. Oleh karena itu, santri merupakan elemen penting dalam suatu Lembaga pesantren.94

Untuk kalangan santri, peribadatan pokok juga penting khususnya sembahyang, pelaksanaannya secara sadar dianggap oleh kalanga santri maupun non santri sebagai istimewa orang benar-benar santri, tetapi hal itu tidak begitu banyak dipikirkan. Dalam keadaan apapun, peribadatan itu hanya sekedar saja. Yang menjadi perhatian kalangan santri adalah

93 Zamakhsari Dhofier, tradisi pesantren, 41

94 Zamaksari Dhofier, tradisi pesantren, (Jakarta: LP3ES, 2011), 88

1) Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di pesantren biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memang bertanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari.

2) Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa disekitar pesantren, biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren mereka bolak-balik dari rumahnya sendiri.

Al-Qur‟an dan terjemahan departemen RI, Muslim, Shohih Muslim juz awal (Surabaya: Al Hidayah), Muhammad Syakir, Washaya al-abaa lil abna‟ (Surabaya: Al Miftah) Nawawi,

Syarah arbain Nawawi (Surabaya: Al Hidayah), Hafidz Hasan, Taisirul Kholaq (Surabaya:

Al Hidayah) Yatimin, Studi akhlak dalam persrektif al Qur‟an, (Jakarta: Amzah, 2007)

Dokumen terkait