• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI FILSAFAT ISLAM

C. Rangkuman dan Tugas 1. Rangkuman

3) Karya Descartes

Karya-karya Rene Descartes cukup banyak. Beberapa karyanya, antara lain adalah Discours de la method (1637) yang berarti uraian tentang metode yang isinya melukiskan perkembangan intelektualnya. Di dalam karyanya yang menjadi bahan penyelidikannya. Dalam bidang ilmiah tidak ada satupun yang dianggap pasti. Semuanya dapat di persoalkan dan pada kenyataannya memang dipersoalkan juga. Satu-satunya pengecualian adalah ilmu pasti. Demikian

menurut Rene Descartes. Dalam karyanya yang termashur, Discaurse on Method, diajukan enam bagian penting berikut:

1) Menjelaskan masalah ilmu-ilmu yang diawali dengan menyebutkan akal sehat (common- sense) yang pada umumnya dimiliki semua orang. Menurut Descartes, akal sehat ada yang kurang, ada pula yang lebih banyak memilikinya, namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah. Metode yang ia coba temukan itu merupakan upaya untuk mengarahkan nalarnya sendiri secara optimal. Descartes menandaskan bahwa pengetahuan budaya itu tetap kabur, pengetahuan bahasa memang berguna, puisi itu memang indah tetapi memerlukan bakat. Ia lebih tertarik kepada bidang matematika yang di anggap belum dimanfaatkan secara optimal kemungkinannya yang cemerlang. Filsafat bagi Descartes rancu dengan gagasan yang acap kali bertentangan, oleh karena itu perlu di benahi.

2) Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah. Bagi Descartes, sesuatu yang dikerjakan oleh satu orang lebih sempurna dari pada yang dikerjakan oleh kelompok orang secara patungan dalam hal ini Descartes mengajukan empat langkah atau aturan yang mendukung metode yang dimaksud sebagai berikut:

a) Jangan pernah menerima pengetahuan dan informasi sebagai kebenaran jika anda tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai pengetahuannya. Maksudnya, hindari kesimpulan yang tergesa-gesa sampai anda meneliti sendiri dan dapat menemukan kebenaran yang tidak dapat diragukan lagi kebenarannya.

b) Pilah-pilah setiap kesulitan yang anda rasakan menjadi bagian-bagian sebanyak mungkin.

Kemudian kelompokkan tingkat kesulitan tersebut mulai teringan sampai yang terberat.

c) Pecahkan tingkat kesulitan tersebut dimulai dari tingkat yang paling ringan, sederhana dan mudah diketahui, lalu meningkat sedikit lebih sedikit kesulitan yang paling berat dan komplek.

d) Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin dan tinjau ulang secara menyeluruh sehingga Anda dapat merasa pasti tidak satupun yang ketinggalan.

Karya lainnya ialah Dioptrique, La Ghometrie, Les Meteores Meditationes de Prima PHlosophia, Principia PlulasopHa, Le Monde, L’Homme, Regular ad Drisctione De ia Formation dufoetus, dan sebagainya. Buku-buku yang berbahasa Prancis ini pada umumnya diterjemahkan kedalam bahas-bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, (Yana, 2013).

b. Spinoza(1632-1677) 1) Riwayat Hidup Spinoza

Baruch de Spinoza lahir di kota Amsterdam pada tanggal 24 November 1632. Ayahnya merupakan seorang pedagang yang kaya. Di masa kecilnya, Spinoza telah menunjukkan kecerdasannya sehingga menurut Rene Descartes. Dalam karyanya yang termashur, Discaurse on Method, diajukan enam bagian penting berikut:

1) Menjelaskan masalah ilmu-ilmu yang diawali dengan menyebutkan akal sehat (common- sense) yang pada umumnya dimiliki semua orang. Menurut Descartes, akal sehat ada yang kurang, ada pula yang lebih banyak memilikinya, namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah. Metode yang ia coba temukan itu merupakan upaya untuk mengarahkan nalarnya sendiri secara optimal. Descartes menandaskan bahwa pengetahuan budaya itu tetap kabur, pengetahuan bahasa memang berguna, puisi itu memang indah tetapi memerlukan bakat. Ia lebih tertarik kepada bidang matematika yang di anggap belum dimanfaatkan secara optimal kemungkinannya yang cemerlang. Filsafat bagi Descartes rancu dengan gagasan yang acap kali bertentangan, oleh karena itu perlu di benahi.

2) Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah. Bagi Descartes, sesuatu yang dikerjakan oleh satu orang lebih sempurna dari pada yang dikerjakan oleh kelompok orang secara patungan dalam hal ini Descartes mengajukan empat langkah atau aturan yang mendukung metode yang dimaksud sebagai berikut:

a) Jangan pernah menerima pengetahuan dan informasi sebagai kebenaran jika anda tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai pengetahuannya. Maksudnya, hindari kesimpulan yang tergesa-gesa sampai anda meneliti sendiri dan dapat menemukan kebenaran yang tidak dapat diragukan lagi kebenarannya.

b) Pilah-pilah setiap kesulitan yang anda rasakan menjadi bagian-bagian sebanyak mungkin.

Kemudian kelompokkan tingkat kesulitan tersebut mulai teringan sampai yang terberat.

c) Pecahkan tingkat kesulitan tersebut dimulai dari tingkat yang paling ringan, sederhana dan mudah diketahui, lalu meningkat sedikit lebih sedikit kesulitan yang paling berat dan komplek.

d) Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin dan tinjau ulang secara menyeluruh sehingga Anda dapat merasa pasti tidak satupun yang ketinggalan.

Karya lainnya ialah Dioptrique, La Ghometrie, Les Meteores Meditationes de Prima PHlosophia, Principia PlulasopHa, Le Monde, L’Homme, Regular ad Drisctione De ia Formation dufoetus, dan sebagainya. Buku-buku yang berbahasa Prancis ini pada umumnya diterjemahkan kedalam bahas-bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, (Yana, 2013).

b. Spinoza(1632-1677) 1) Riwayat Hidup Spinoza

Baruch de Spinoza lahir di kota Amsterdam pada tanggal 24 November 1632. Ayahnya merupakan seorang pedagang yang kaya. Di masa kecilnya, Spinoza telah menunjukkan kecerdasannya sehingga menurut Rene Descartes. Dalam karyanya yang termashur, Discaurse on Method, diajukan enam bagian penting berikut:

1) Menjelaskan masalah ilmu-ilmu yang diawali dengan menyebutkan akal sehat (common- sense) yang pada umumnya dimiliki semua orang. Menurut Descartes, akal sehat ada yang kurang, ada pula yang lebih banyak memilikinya, namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah. Metode yang ia coba temukan itu merupakan upaya untuk mengarahkan nalarnya sendiri secara optimal. Descartes menandaskan bahwa pengetahuan budaya itu tetap kabur, pengetahuan bahasa memang berguna, puisi itu memang indah tetapi memerlukan bakat. Ia lebih tertarik kepada bidang matematika yang di anggap belum dimanfaatkan secara optimal kemungkinannya yang cemerlang. Filsafat bagi Descartes rancu dengan gagasan yang acap kali bertentangan, oleh karena itu perlu di benahi.

2) Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah. Bagi Descartes, sesuatu yang dikerjakan oleh satu orang lebih sempurna dari pada yang dikerjakan oleh kelompok orang secara patungan dalam hal ini Descartes mengajukan empat langkah atau aturan yang mendukung metode yang dimaksud sebagai berikut:

a) Jangan pernah menerima pengetahuan dan informasi sebagai kebenaran jika anda tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai pengetahuannya. Maksudnya, hindari kesimpulan yang tergesa-gesa sampai anda meneliti sendiri dan dapat menemukan kebenaran yang tidak dapat diragukan lagi kebenarannya.

b) Pilah-pilah setiap kesulitan yang anda rasakan menjadi bagian-bagian sebanyak mungkin.

Kemudian kelompokkan tingkat kesulitan tersebut mulai teringan sampai yang terberat.

c) Pecahkan tingkat kesulitan tersebut dimulai dari tingkat yang paling ringan, sederhana dan mudah diketahui, lalu meningkat sedikit lebih sedikit kesulitan yang paling berat dan komplek.

d) Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin dan tinjau ulang secara menyeluruh sehingga Anda dapat merasa pasti tidak satupun yang ketinggalan.

Karya lainnya ialah Dioptrique, La Ghometrie, Les Meteores Meditationes de Prima PHlosophia, Principia PlulasopHa, Le Monde, L’Homme, Regular ad Drisctione De ia Formation dufoetus, dan sebagainya. Buku-buku yang berbahasa Prancis ini pada umumnya diterjemahkan kedalam bahas-bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, (Yana, 2013).

b. Spinoza(1632-1677) 1) Riwayat Hidup Spinoza

Baruch de Spinoza lahir di kota Amsterdam pada tanggal 24 November 1632. Ayahnya merupakan seorang pedagang yang kaya. Di masa kecilnya, Spinoza telah menunjukkan kecerdasannya sehingga

banyak orang yang mengatakan bahwa ia bisa menjadi seorang Rabbi.Dalam kehidupannya, ia tidak hanya belajar matematika dan ilmu-ilmu alam, ia juga mempelajari bahasa Latin, Yunani, Belanda, Spanyol, Perancis, Yahudi, Jerman, dan Italia. Pada usianya yang ke 18 tahun, Spinoza membuat marah komunitas Yahudi karena ia meragukan kitab suci sebagai wahyu Allah, mengkritik posisi imam Yahudi, mempertanyakan kedudukan bangsa Yahudi sebagai umat pilihan Yahweh, dan keterlibatan Allah secara personal dalam sejarah manusia, (Anonim, 2012).

Ajaran Spinoza

Ajaran Spinoza adalah Deus sive natur (Allah atau alam). Yang berbeda dari ajaran ini hanyalah istilah dan sudut pandangnya saja. Sebagai Allah, alam adalah natura naturans (alam yang melahirkan). Natura naturans dipandang sebagai asal-usul, sebagai sumber pemancaran, sebagai daya pencipta yang asali. Sebagai dirinya sendiri, alam adalah natura naturata (alam yang dilahirkan), yaitu sebuah nama untuk alam dan Allah yang sama tetapi dipandang menurut perkembangannya, yaitu alam yang kelihatan. Dengan ini Spinoza membantah ajaran Descartes bahwa realitas seluruhnya terdiri dari tiga substansi (Allah, jiwa, materi). Bagi Spinoza hanya ada satu substansi saja, yakni Allah atau alam, (Anonim, 2013).

Spinoza menyusun etikanya dengan prinsip ilmu ukur ( ordine geometric ) atau suatu dalil umum. Menurut Spinoza dalil umum yang bisa ditemukan dari semua “pengada” adalah usaha untuk mempertahankan diri (conatus) setiap mahluk berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan keberadaannya (conatus sese conservandu). Pada manusia usaha tersebut sebagai keinginan atau dorongan yang di dasari secara intelektual. Apabila sebaliknya (misalnya, keinginan itu padam, tidak bergairah, terhambat) maka akan menjadi kesedihan atau rasa sakit. Spinoza dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk bagi manusia. Yang baik adalah yang mendukung dia memenuhi keinginan kita untuk memperoleh kenikmatan. Sedangkan yang buruk adalah yang menghambat dan membuat kita sedih. Kebahagiaan akan terwujud jika kita tidak merasa sedih, tetapi nikmat, (Anonim, 2013).

a. Karya Spinoza

Emosi aktif adalah perasaan senang yang kita peroleh berkat aktivitas mental atau kegiatan jiwa. Emosi aktif di dapatkan jika kita mengalami peningkatan pengertian. Saya bukan lagi objek pasif emosi, melainkan emosi mengikuti pengertian saya. Pemahaman yang paling tinggi yang bisa di capai manusia adalah mengenal Allah. Allah adalah keseluruhan realitas. Semakin kita mengerti Allah, semakin kita mencintai-Nya. Cinta yang didasarkan pada pemahaman intelektual tentang Allah adalah puncak etika dan kebahagiaan manusia. Berikut kaya karyanya : 1) Renati Descartes Principiorum Philosophiae, 1663 (Prinsip Filsafat Descartes)

2) Tractatus Theologico-Politicus, 1670 (Traktat Politis-Teologis)

3) Tractatus de intellectus emendatione, 1677 (Traktat tentang Perbaikan Pemahaman)

4) Ethica more geometrico demonstrata, 1677 (Etika yang dibuktikan secara geometris), (Anonim,2013).

c. Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) a. Riwayat Hidup Leibniz

Gottfried Wilhelm Leibniz lahir tahun 1646 dan meninggal tahun 1716. Ia Seorang filosof Jerman, matematikawan, fisikawan, dan sejarawan. Lama menjadi pegawai pemerintah, menjadi atasan, pembantu pejabat tinggi Negara. Lahir di Leipzig, Jerman. Sekolah di Nicolai di Lepzig, ia menguasai banyak bahasa dan banyak bidang pengetahuan. Pusat metafisikanya adalah idenya tentang substansi yang dikembangkan dalam konsep monad, (Tafsir, 2004: 138).

Ayahnya Friedrich Leibniz sudah sejak awal membangkitkan rasa ketertarikannya terhadap masalah-masalah Yuridis dan Falsafi. Ayahnya seorang ahli hukum dan profesor dalam bidang etika dan ibunya adalah putri seorang ahli hukum pula. Gottfried Leibniz telah belajar bahasa Yunani dan bahasa Latin pada usia 8 tahun berkat kumpulan buku-buku ayahnya yang luas.

Pada usia 12 tahun ia telah mengembangkan beberapa hipotesa logika yang menjadi bahasa simbol matematika. Pada usia 15 tahun ia sudah menjadi mahasiswa di Universitas Leizig, mempelajari hukum, tetapi ia juga mengikuti kuliah matematika dan filsafat. Tahun 1666, belum berumur 21 ia menerima ijazah doctor dari Universitas Altdorf, dekat Nuremberg, dengan disertasi berjudul De casibus perplexis (On Complex Cases Law). Universitasnya sendiri menolak mengakui gelar doktornya karena umurnya terlalu muda, makanya ia meninggalkan Leipzig pindah ke Nuremberg.

Januari-Maret 1673 Leibniz pergi ke London menjadi atase politik. Iabertemu dengan ilmuwan seperti Robert Boyle. Tahun 1675 ia menetap di Hannover, ia berjalan ke London dan Amsterdam hingga bertemu dengan Spinoza, (Anonim, 2011).

b. Ajaran Leibniz

Leibniz memusatkan perhatian pada substansi adalah hidup, dan setiap sesuatu terjadi untuk suatu tujuan. Penuntun prinsip filsafat Leibniz ialah “prinsip akal yang mencukupi, yang secara sederhana dapat dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”. Bahkan Tuhan harus juga mempunyai alasan untuk setiap yang diciptakan-Nya. Leibniz dan Spinoza, keduanya berbeda dalam merumuskan substansi. ”Prinsip akal yang mencukupi” merupakan penuntun yang sangat berpengaruh dalam filsafat Leibniz, sehingga pemikiran filsafatnya pun berkembang, (Tafsir, 2004:

140).

c. Karya Kefilsafatannya

Leibniz menuliskan karya-karyanya dalam bahasa Latin dan Perancis, seorang Ensiklopedis (Orang yang mengetahui segala lapangan pengetahuan pada masanya). Menurut Leibniz, substansi itu jumlahnya banyak atau tiada terhingga yang kemudian ia namakan sebagai Monad. Dalam suatu kalimat yang kemudian terkenal Lebniz mengatakan ”monad-monad tidak mempunyai jendela, tempat sesuatu bisa masuk atau keluar”. Pernyataan ini berarti bahwa semuanya Monad harus dianggap tertutup seperti Cogito Descartes.Setiap Monad berbeda satu c. Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716)

a. Riwayat Hidup Leibniz

Gottfried Wilhelm Leibniz lahir tahun 1646 dan meninggal tahun 1716. Ia Seorang filosof Jerman, matematikawan, fisikawan, dan sejarawan. Lama menjadi pegawai pemerintah, menjadi atasan, pembantu pejabat tinggi Negara. Lahir di Leipzig, Jerman. Sekolah di Nicolai di Lepzig, ia menguasai banyak bahasa dan banyak bidang pengetahuan. Pusat metafisikanya adalah idenya tentang substansi yang dikembangkan dalam konsep monad, (Tafsir, 2004: 138).

Ayahnya Friedrich Leibniz sudah sejak awal membangkitkan rasa ketertarikannya terhadap masalah-masalah Yuridis dan Falsafi. Ayahnya seorang ahli hukum dan profesor dalam bidang etika dan ibunya adalah putri seorang ahli hukum pula. Gottfried Leibniz telah belajar bahasa Yunani dan bahasa Latin pada usia 8 tahun berkat kumpulan buku-buku ayahnya yang luas.

Pada usia 12 tahun ia telah mengembangkan beberapa hipotesa logika yang menjadi bahasa simbol matematika. Pada usia 15 tahun ia sudah menjadi mahasiswa di Universitas Leizig, mempelajari hukum, tetapi ia juga mengikuti kuliah matematika dan filsafat. Tahun 1666, belum berumur 21 ia menerima ijazah doctor dari Universitas Altdorf, dekat Nuremberg, dengan disertasi berjudul De casibus perplexis (On Complex Cases Law). Universitasnya sendiri menolak mengakui gelar doktornya karena umurnya terlalu muda, makanya ia meninggalkan Leipzig pindah ke Nuremberg.

Januari-Maret 1673 Leibniz pergi ke London menjadi atase politik. Iabertemu dengan ilmuwan seperti Robert Boyle. Tahun 1675 ia menetap di Hannover, ia berjalan ke London dan Amsterdam hingga bertemu dengan Spinoza, (Anonim, 2011).

b. Ajaran Leibniz

Leibniz memusatkan perhatian pada substansi adalah hidup, dan setiap sesuatu terjadi untuk suatu tujuan. Penuntun prinsip filsafat Leibniz ialah “prinsip akal yang mencukupi, yang secara sederhana dapat dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”. Bahkan Tuhan harus juga mempunyai alasan untuk setiap yang diciptakan-Nya. Leibniz dan Spinoza, keduanya berbeda dalam merumuskan substansi. ”Prinsip akal yang mencukupi” merupakan penuntun yang sangat berpengaruh dalam filsafat Leibniz, sehingga pemikiran filsafatnya pun berkembang, (Tafsir, 2004:

140).

c. Karya Kefilsafatannya

Leibniz menuliskan karya-karyanya dalam bahasa Latin dan Perancis, seorang Ensiklopedis (Orang yang mengetahui segala lapangan pengetahuan pada masanya). Menurut Leibniz, substansi itu jumlahnya banyak atau tiada terhingga yang kemudian ia namakan sebagai Monad. Dalam suatu kalimat yang kemudian terkenal Lebniz mengatakan ”monad-monad tidak mempunyai jendela, tempat sesuatu bisa masuk atau keluar”. Pernyataan ini berarti bahwa semuanya Monad harus dianggap tertutup seperti Cogito Descartes.Setiap Monad berbeda satu c. Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716)

a. Riwayat Hidup Leibniz

Gottfried Wilhelm Leibniz lahir tahun 1646 dan meninggal tahun 1716. Ia Seorang filosof Jerman, matematikawan, fisikawan, dan sejarawan. Lama menjadi pegawai pemerintah, menjadi atasan, pembantu pejabat tinggi Negara. Lahir di Leipzig, Jerman. Sekolah di Nicolai di Lepzig, ia menguasai banyak bahasa dan banyak bidang pengetahuan. Pusat metafisikanya adalah idenya tentang substansi yang dikembangkan dalam konsep monad, (Tafsir, 2004: 138).

Ayahnya Friedrich Leibniz sudah sejak awal membangkitkan rasa ketertarikannya terhadap masalah-masalah Yuridis dan Falsafi. Ayahnya seorang ahli hukum dan profesor dalam bidang etika dan ibunya adalah putri seorang ahli hukum pula. Gottfried Leibniz telah belajar bahasa Yunani dan bahasa Latin pada usia 8 tahun berkat kumpulan buku-buku ayahnya yang luas.

Pada usia 12 tahun ia telah mengembangkan beberapa hipotesa logika yang menjadi bahasa simbol matematika. Pada usia 15 tahun ia sudah menjadi mahasiswa di Universitas Leizig, mempelajari hukum, tetapi ia juga mengikuti kuliah matematika dan filsafat. Tahun 1666, belum berumur 21 ia menerima ijazah doctor dari Universitas Altdorf, dekat Nuremberg, dengan disertasi berjudul De casibus perplexis (On Complex Cases Law). Universitasnya sendiri menolak mengakui gelar doktornya karena umurnya terlalu muda, makanya ia meninggalkan Leipzig pindah ke Nuremberg.

Januari-Maret 1673 Leibniz pergi ke London menjadi atase politik. Iabertemu dengan ilmuwan seperti Robert Boyle. Tahun 1675 ia menetap di Hannover, ia berjalan ke London dan Amsterdam hingga bertemu dengan Spinoza, (Anonim, 2011).

b. Ajaran Leibniz

Leibniz memusatkan perhatian pada substansi adalah hidup, dan setiap sesuatu terjadi untuk suatu tujuan. Penuntun prinsip filsafat Leibniz ialah “prinsip akal yang mencukupi, yang secara sederhana dapat dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”. Bahkan Tuhan harus juga mempunyai alasan untuk setiap yang diciptakan-Nya. Leibniz dan Spinoza, keduanya berbeda dalam merumuskan substansi. ”Prinsip akal yang mencukupi” merupakan penuntun yang sangat berpengaruh dalam filsafat Leibniz, sehingga pemikiran filsafatnya pun berkembang, (Tafsir, 2004:

140).

c. Karya Kefilsafatannya

Leibniz menuliskan karya-karyanya dalam bahasa Latin dan Perancis, seorang Ensiklopedis (Orang yang mengetahui segala lapangan pengetahuan pada masanya). Menurut Leibniz, substansi itu jumlahnya banyak atau tiada terhingga yang kemudian ia namakan sebagai Monad. Dalam suatu kalimat yang kemudian terkenal Lebniz mengatakan ”monad-monad tidak mempunyai jendela, tempat sesuatu bisa masuk atau keluar”. Pernyataan ini berarti bahwa semuanya Monad harus dianggap tertutup seperti Cogito Descartes.Setiap Monad berbeda satu

dengan yang lain, dan Tuhan (sesuatu yang super Monad dan satu-satunya Monad yang tidak dicipta) adalah sang pencipta Monad-monad itu. Maka karya Leibniz tentang ini diberi judul Monadology (studi tentang Monad) yang ditulisnya 1714. Terdapat dua titik fokus Leibniz, yaitu Monadelogi dan konsep Tuhan, Leibniz mencoba memberikan penjelasan tentang Tuhan dengan membuktikan Tuhan dengan 4 argumen, yaitu: a) manusia memiliki ide kesempurnaan, makanya ada Allah terbukti, ini disebut bukti ontologis, b) adanya alam semesta dan ketidaksempurnaannya membuktikan adanya sesuatu yang melebihi alam semesta ini, dan yang transeden ini disebut Allah, c) kita selalu mencari kebenaran yang abadi, tetapi tidak tercapai menunjukan adanya pikiran yang abadi,yaitu Allah, d) adanya keselarasan di antara Monad-monad membuktikan bahwa pada awal mula ada yang mencocokan mereka satu sama lain, yang mencocokannya itu Allah, (Anonim, 2011).

Leibniz banyak membahas keberadaan alam dengan mengkhususkan bahasannya tentang relasi antara Tuhan dengan ciptaan-Nya terutama manusia. Tentang pengetahuan yang didapat manusia, Leibniz mengemukakan argumennya bahwa kesemuanya, kecuali pemahaman berawal dari persepsi indera, menurutnya pemahaman datangnya dari rasionalitas, yang mana rasionalitas tersebut didapatkan dari proses berfikir serta anugerah Tuhan. Pendapat tersebut agak memiliki kemiripan dengan Rene Descates dalam Cogito Ergo Sum-nya. Persamaannya, yakni pada anugerah Tuhan yang memberikan kita kesempatan untuk berfikir, atau dapat dikatakan Tuhan sebagai fasilitator kita untuk berfikir atau memotensikan rasionalitas. Sama seperti pendahulunya, Descartes dan Spinoza, maka Leibniz juga memfokuskan teori-teorinya kepada aspek ontologis, yakni permasalahan substansi. Kalau seorang Descartes menyebutkan bahwa di alam ini substansi mewakili tiga hal, yakni Tuhan, jiwa dan materi.

Spinoza mengemukakan bahwa berkembangnya suatu eksistensi serta substansi jiwa adalah sesuatu yang berasal dari Tuhan. Maka Leibniz terkesan mempunyai pendapat lebih sempurna ketimbang Spinoza, ia menyatakan bahwa suatu substansi yang membentuk daya hidup alam ini tidak berasal dari pondasi satu substansi saja, akan tetapi pondasinya berasal dari eksistensi yang plural yang menjadikannya hidup. Seperti sebuah mobil yang terangkai dari macam-macam benda, yakni busi, dinamo, chasis, ban, aki dan lain-lain, yang sebagaimana benda- benda penyusun mobil tersebut juga tersusun dari macam-macam benda lain, maka berkat adanya rangkaian benda-benda tersebut mobil dapat hidup dan beroperasi, jika masing-masing benda yang merangkai mobil itu dilepas satu-persatu, maka mobil tersebut dipastikan nir-fungsi. Seperti itulah pandangan Leibniz tentang substansi yang bergantung pada partikel-partikel yang membentuknya, partikel-partikel tersebut diistilahkan oleh Leibniz dengan nama monad yang kesemuanya memiliki daya, baik itu daya untuk hidup atau daya untuk mati. Monad yang memiliki daya hidup akan menjadi makhluk hidup, (Russell, 2002: 765).

Sedangkan monad yang tidak memiliki daya hidup atau hanya memiliki daya untuk mati akan menjadi benda mati. Keberadaan semua Monad tersebut mempunyai tugas untuk bekerja

sama membentuk suatu struktur dunia yang harmonis. Lantas apa sebenarnya peran Tuhan dalam Monad-monad ini? Jawab Leibniz bahwa sesungguhnya Monad-monad ini mencerminkan alam semesta, akan tetapi pencerminan tersebut bukan berasal dari alam itu sendiri yang memberikan, akan tetapi Tuhan-lah yang memberikannya sebuah sifat spontan yang menyebabkan refleksisme, (Russell, 2002: 765).

2. Sumbangan Filsafat Rasionalisme terhadap Ilmu Pengetahuan dan Pengembangan