• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akuntabilitas

Dalam dokumen PANTAI TANJUNG BIRA DI KABUPATEN BULUKUMBA (Halaman 47-78)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

3. Akuntabilitas

Faktor Pendukung 1. Pantai Pasir

Putih Yang Indah dan Asri.

2. Akses Jalan Yang Mudah di Jangkau.

Peningkatan Kunjungan Wisatawan Di Pantai

Tanjung Bira

Tata Kelola Pariwisata ( Good Toursm Governance )

Patai Tanjung Bira Di Kabupaten Bulukuba

F.Defenisi Dan Fokus Penelitian

Yang menjadi deskriptif danfokus penelitian dalam Tata Kelola Pariwisata ( Good Toursm Governance ) di Pantai Bira adalah :

1. Kualitas Sumber Daya Manusia dalam penelitian ini adalah proses rekruitmen yang berkualtas sesuai dengan tujuan yang ingin di capai.

2. Akuntabilitas dalam penelitian ini adanya perencanaan program pembangunan pariwisata dan strategi pembangunan pariwisata dalam pengelolaan serta pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) yang dapat di eksploitasi.

3. Transparansi Pengeloaan dalam penelitian ini adalah pengelolaan yang di lakukan harus secara terbuka dan di ketahui oleh masyarakat sehingga mencapai tujuan yang di inginkan.

4. Peningkatan pengunjung dalam penelitian ini adalah para wisatawan yang datang dapat menikmati suasana pantai dan keindahannya dengan santai dan nyaman sehingga menunjang peningkatan pengunjung.

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan di Kabupaten Bulukumba ( Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ), Topik yang diteliti adalah tentang Tata Kelola Pariwisata ( Good Toursm Governance ) di Pantai Tanjung Bira. Lokasi penelitian ini yaitu Dinas Parwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba karena data ataupun dukumen-dukumen dapat di peroleh dari kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba, penelitian ini di rencanakan akan berlangsung beberapa bulan.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Disesuaikan dengan masalah yang akan dibahas penulis yang menyangkut Tata Kelola Pariwisata (Good Tours Governance)di kabupaten Bulukumba kiranya lebih menggunakan pendekatan kualitatif, jenis penelitian ini yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Selain, pemilihan dan penggunaan desain ini terkait dengan tujuan penelitian untuk menggambarkan dengan menghimpun kemudian menganalisis berbagai fakta dan data terkait sejauh mana SDM aparat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba dalam mengelola obyek wisata Panta Tanjung Bira.

Tipe penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptifkualitatif mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat mengungkapkan fakta dan

memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti.

C. Sumber data

Menurut Arikunto (2010:172) sumber data yang dimaksud dalam penelitian adalahsubjek darimana data dapat diperoleh. Dimana data hasil penelitian didapatkan melalui dua sumber data, yaitu

a) Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan.

b) Data sekunder adalah sebagai data pendukung data primer dari literatur dan dokumen serta data yang diambil dari bahan bacaan, bahan pustaka, dan laporan-laporan penelitian

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2012 : 308) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian,karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Untuk mengumpulkan data primer dan sekunder peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:

1) Observasi

Observasi menurut Sugiyono (2012: 145) yaitu “observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan responden yang diamati tidak terlalu besar”. Proses observasi ini, peneliti dapat mengamati situasi-situasi yang ada di lapangan dengan mencatat apa-apa yang dianggap penting guna menunjang

terhadap tujuan penelitian. Observasi ini memberikan kemudahan terutama dalam hal memperoleh data di lapangan.

2). Wawancara

Menurut Sugiyono (2012:186) Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer)yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Dalam proses penelitian diperlukan adanya persiapan wawancara. Persiapan wawancara tersebut diperlukan adanya persiapan wawancara.Persiapan wawancara tak terstruktur menurut Moleong (2012: 190) dapat diselenggarakan menurut tahapan-tahapan tertentu yakni sebagai berikut.Tahap pertama, ialah menemukan siapa yang akan diwawancarai. Barangkali pada suatu saat pilihan hanya berkisar di antara beberapa orang memenuhi persyaratan. Tahap kedua, ialah mencari tahu bagaimana cara yang sebaiknya untuk mengadakan kontak dengan responden. Karena responden adalah orang-orang pilihan, dianjurkan agar jangan membiarkan orang ketiga menghubungi, tetapi peneliti sendirilah yang melakukannya.Tahap ketiga, mengadakan persiapan yang matang untuk melakukan wawancara.

3). Dokumentasi

Menurut Arikunto (2010:201) bahwa dokumentasi dari kata “dokumen” yang artinya barang-barang tertulis.Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, literatur dan sebagainya.

E. Informan

Penentuan subjek atau informan dalam penelitian ini, penulis menetepkan informan kunci diambil dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba serta aparat-aparat terkait dalam hal ini adalah dengan rincian sebagai berikut:

1. Kepala dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba.

2. Tiga orang petugas/pengelola objek wisata Pantai Tanjung Bira.

3. Masyarakat sekitar wisata Pantai Tanjung Bira berjumlah 2 orang.

4. Pengunjung/wisatawan yang ada di lokasi Pantai Tanjung Bira sebanyak 2 orang.

F. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2012:333) menyatakan bahwa analisis data adalah Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, pencatatan lapangan, kategori menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan maupun kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dalam rangka menjawab permasalahan penelitian, maka Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif yaitu suatu analisis yang berusaha mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, dan makna dari data yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan-pernyataan, tafsiran-tafsiran setelah menggali data dari beberapa orang informan kunci yang ditabulasikan dan dipresentasikan sesuai dengan hasil temuan (observasi) dan wawancara mendalam penulis dengan para informan, hasil pengumpulan data tersebut diolah secara

Triangulasi bermakna yakni mengadakan pengecekan akan kebenaran data yang akan dikumpulkan dari berbagai sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang lain, serta pengecekan pada waktu yang berbeda.

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada sumber lain keabsahan daSta yang telah diperoleh sebelumnya.

2. Triangulasi metode

Triangulasi metode bermakna data yang diperoleh dari satu sumber dengan menggunakan metode atau teknik tertentu diuji kekuatan atau ketidak akuratannya.

3. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu berkenaan dengan waktu pengumpulan data.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Keadaan Geografis Desa Bira

Kabupaten Bulukumba adalah salah satu daerah di Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak tempuh 153 km dari kota Makassar, dimana Kecamatan Ujungbulu menjadi ibu kota Kabupaten ini, Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.154,67 km2 dengan jumlah penduduk 394.757 jiwa, Kabupaten Bulukumba mempunyai 10 Kecamatan yaitu: Kecamatan Ujungbulu, Bontotiro, Gantarang, Herlang, Kajang, Kindang, Rilau Ale,Bonto Bahari, Ujung Loe, dan Bulukumpa, dan terdiri dari 24 Kelurahan, serta 123 Desa (Anonim, 2013).

Desa Bira merupakan salah satu desa berada dibagian timur selatan kota Bulukumba dengan jarak kurang lebih 40 km dari kota bulukumba, 13 km dari ibu kota kecamatan dan merupakan desa pariwisata andalan kota Bulukumba. Desa Bira terdiri atas empat (4) dusun yakni Dusun Pungkarese, Dusun Birakeke, Dusun Tanetang dan Dusun Pulau Liukangloe. Sejarah penamaan Desa Bira menurut legendaris terdahulu kata Bira adalah berasal dari tumbuhan keladi yang biasanya tumbuh dipinggiran pusat permadian umum kampung Biralohe dan Kampung Birakeke dan pendapat kedua disamping sebagai tumbuhan keladi juga Bira merupakan air yang banyak dengan mengambil nama dulu dengan ERELOHE artinya pusat air yang banyak, disamping itu Desa Bira adalah Desa pesisir, tujuh puluh lima persen daratannya dikelilingi oleh pantai, tentunya banyak penduduk Bira yang bergelut sebagai nelayan dan Karyawan swasta yang

berprofesi sebagai pelaut ulung, pedagang dengan perahu Pinisi dan jasa pariwisata andalan Kabupaten Bulukumba serta menjadi pusat pemerintahan Distrik Bira pada waktu itu yang meliputi Ara, Bira dan Lemo-lemo, tiga kampung ini menurut sejarah pembangunan desa bira tidak dapat dipisahkan karena saling terkait dalam hal membangun sebuah perahu Phinisi.

3. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk 1. Jumlah Penduduk

Penduduk Desa Bira terdiri atas 1120 KK dengan total jumlah jiwa 4065 orang. Berikut perbandingan jumlah penduduk perempuan dengan laki - laki.

Laki-laki Perempuan Total

1902 Jiwa 2135 Jiwa 4036 Jiwa

2. Tingkat Kesejahteraaan

Berikut perbandingan jumlah KK Sejahtera dan Pra Sejahtera di desa Bira.

Pra Sejahtera Sejahtera Total

139 KK 674 KK 981

1. Sarana Dan Prasarana Desa

Berikut gambaran sarana dan prasana yang ada di Desa Bira

4. Prasarana Transportasi

Jalan Panjang

Propinsi 3,3 KM

Kabupaten - KM

Desa 30 KM

5. Kualitas Jalan

Jalan Panjang

Aspal 3,3 KM

Sirtu 0,25 KM

Tanah 1,7 KM

Vevin 2,05 KM

Rabat 5 KM

2. Kependudukan Kecamatan Bontobahari

Jumlah penduduk Kecamatan Bontobahari sebanyak 24.328 jiwa yang terdiri dari 10.895 jiwa penduduk laki-laki dan sebanyak 13.433 jiwa penduduk perempuan. Dengan luas sekitar 108,60km2, setiap km2 ditempati oleh 223 jiwa.

Secara umum penduduk perempuan lebih banyak dibangdingkan dengan penduduk laki-laki. Hal ini dapat ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih kecil dari 100, nilai sex ratio Kecamatan Bontobahari sebesar

88, artinya untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 88 penduduk laki-laki. Adapun rata-rata anggota rumah tangga dalam setiap rumah tangga di Kecamatan Bontobahari yaitu sebanyak 4 orang.

2. Pemerintahan Kecamatan Bontobahari

Berdasarkan klasifikasi Desa/Kelurahan diketahui bahwa emua desa/kelurahan yang berada di kecamatan bontobahari termasuk dalam klasifikasi swasembada, cirri yang melekat pada klasifikasi swasembada antara lain teknologi sudah dikenal meluas dan administrasi serta lembaga desa/kelurahan yang sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Jumlah lingkungan yang berada di Kecamatan Bontobahari sebanyak 13 sama halnya dengan dusun yang berjumlah 13, RW/RK sebanyak 59 dan RT sebanyak 127.

3. Sektor Perhotelan dan Pariwisata Kecamatan Bontobahari

Kecamatan Bontobahari terkenal dengan pantai Bira-nya yang terkenal hingga ke manca Negara. Pantai Bira merupakan pantai yang sangat indah dengan pasir putih yang sangat halus. Hal ini menjadi salah satu daya tarik wisatawan berkunjung ke pantai Bira. Pada tahun 2012 tercatat ribuan wisatawan berkunjung ke tempat ini. Selain pantai Bira tempat pembuatan perahu phinisi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Tempat wisata lainnya yang ada di Kecamatan Bontobahari adalah pantai Mandala Ria, pantai Lemo-Lemo dan pantai Batu Totto‟ serta tanggul yang ada di Kampung Beru.

Pada tahun 2012 terdapat 41 akomodasi untuk mengakomodasi

kedatangan wisatawan yang terdiri dari 34 hotel dan 7 tempat akomodasi lainnya. Satu-satu hotel berbintang lima yang ada di Kabupaten Bulukumba itu terdapat di Kecamatan Bontobahari.

Kabupaten Bulukumba adalah salah satu daerah di Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak tempuh 153 km dari kota Makassar, dimana Kecamatan Ujungbulu menjadi ibu kota Kabupaten ini, Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.154,67 km2 dengan jumlah penduduk 394.757 jiwa, Kabupaten Bulukumba mempunyai 10 Kecamatan yaitu: Kecamatan Ujungbulu, Bontotiro, Gantarang, Herlang, Kajang, Kindang, Rilau Ale,Bonto Bahari, Ujung Loe, dan Bulukumpa, dan terdiri dari 24 Kelurahan, serta 123 Desa (Anonim, 2013).

1. Keaadaan Gegrafis Kecamatan Bontobahari

Kecamatan Bontobahari, dimana Bontobahari berarti "tanah laut". Ada dua ciri khas sekaligus tempat wisata yang cukup terkenal di Kecamatan ini, yaitu Pantai Bira dan tempat pembuatan perahu phinisi. Kecamatan Bontobahari terletak di ujung selatan pulau Sulawesi, masyarakat setempat membangun sebuah tradisi bahari selama ratusan tahun. Cerita-cerita tentang keperkasaan para pelaut Bugis, Makassar, Mandar, dan Konjo telah menjadi buah bibir hingga ke pelosok negeri nun jauh di seberang lautan.

Keindahan dan kekokohan perahunya dalam menghadapi keganasan ombak lautan, telah melahirkan cerita-cerita kepahlawanan yang mengagumkan.

Karena kepaiawaian masyarakatnya dibidang bahari hingga Bontoahari

dijuluki sebagai “Butta Panrita Lopi” (Negeri Para Pembuat Perahu).

Kecamatan Bontobahari yang ibukotanya Tanah Beru terletak di Kelurahan Tanah Lemo, memiliki luas wilayah sebesar 108,605 km2 atau 9,41% dari luas daerah Kabupaten Bulukumba.Kecamatan Bontobahari terdiri atas delapan desa/kelurahan yaitu Desa Ara, Kelurahan Benjala, Desa Bira, Desa Darubiah, Desa Lembanna, Kelurahan Sapolohe, Kelurahan Tanah Beru (ibukota kecamatan) dan Kelurahan Tanah Lemo. Tujuh desa/kelurahan merupakan daerah pesisir dan satu desa/kelurahan merupakan daerah bukan pesisir.

Secara geografis Kecamatan Bontobahariterletak pada koordinat antara 120° 22” 30” bujur timur dan 5° 32” 30” lintang selatan.Kecamatan Bontobahari terletak kurang lebih 20 km dari pusat ibukota Kabupaten Bulukumba dengan keadaan topografi yang relatif bervariasi dari yang datar sampai bergelombang dan berbukit, secara keseluruhan dapat dikatakan landai dengan kemiringan 0-3 %. Adapun batas-batas wilayahnya adalah:

 Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Bontotiro

 Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Ujung Loe

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores

 Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone 4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah merupakan uraian yang jelas tentang susunan dan tugas serta tanggungjawab dari masing-masing anggota dalam suatu organisasi. Di samping itu dalam struktur organisasi ditentukan tugas-

tugas yang harus dilaksanakan oleh tiap-tiap bagian dengan jelas. Sehingga dengan adanya penetapan struktur organisasi ini jelas tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh setiap pegawainya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dari pengertian struktur organisasi yang dikemukakan di atas dapat kiranya diketahui bahwa struktur organisasi adalah kerangka segenap tugas pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antara fungsi-fungsi yang merupakan wewenang dan tanggungjawab dari tiap-tiap anggota yang melaksanakan tugas dalam organisasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa dengan adanya struktur organisasi maka dalam pelaksanaan pekerjaan guna mencapai pekerjaan organisasi yang telah ditentukan dapat berjalan tanpa adanya suatu penumpukan atau ketidak sesuaian dalam pelaksanaan tugas. Selain itu juga mempermudah dalam melakukan penempatan anggota organisasi untuk melaksanakan tugas-tugas yang ada. Oleh karena itu seorang pimpinan organisasi harus benar-benar mengetahui dan memahami tugas- tugas yang harus dilaksanakan oleh masing-masing bagian dari organisasi.

Sehingga jika terdapat tugas baru yang harus dilaksanakan, ia mengetahui bagian mana dalam organisasi yang harus melaksanakan tugas tersebut.

Dengan demikian jika terdapat suatu usaha baru yang bertujuan membentuk suatu organisasi guna mencapai suatu tujuan tertentu, maka dalam pembentukan organisasi tersebut perlu ditetapkan struktur organisasi yang akan dipakai dalam pelaksanaan tugas-tugas yang ada guna mencapai

tujuan yang diinginkan.

Adapun susunan Organisasi Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Bulukumba, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Bulukumba yaitu:

a. Kepala Dinas;

b. Sekretaris ;

c. Sub Bagian Program;

d. Sub Bagian Keuangan;

f. Sub Bagian Umum Dan Kepegawaian g. Bidang kebudayaan.

h. Bidang Pengembangan Usaha Pariwisata i. Bidang Pemasaran Dan Promosi

j. Seksi Sejarah Dan Kepurbakalaan k. Seksi Museum Monumen Dan Galeri l. Seksi Pengembangan Budaya Dan Kesenian m. Seksi Obyek Wisata

n. Seksi Pengembangan SDM o. Seksi Sarana Pariwisata p. Seksi Promosi

q. Seksi Pembinaan Event Dan Daya Tarik Wisata r. Seksi Pengembangan Kerja Sama Pemasaran

B. Tata Kelola Pariwisata ( Good Toursm Governance ) Pantai Tanjung Bira di Kabupaten Bulukumba

Sebagai Kabupaten yang memiliki potensi pariwisata yang cukup tinggi Kabupaten Bulukumba di tuntut untuk bisa mengelola dan mengembangkan kepariwisataannya sendiri. Oleh karena itu dalam pengelolaan dan pengembangannya, ada cita-cita yang ingin di wujudkan.

Cita-cita itu merupakan alasana filosofi keberadaan suatu organisasi atau lembaga, baik pemerintah maupun swasta, dimana alas an filosofi tersebut berkaitan dengan gambaran tentang apa yang akan terjadi dan arah atau pegangan dalam mewujudkan cita-cita yang selaras dan berkesinambungan, agar obyek wisata ini dapat kita nikmati dalam jangka waktu yang panjang dan tidak termakan oleh zaman. Khususnya dalam Tata kelola Pariwisata Pantai Tanjung Bira ini.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh peneliti bahwa kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM ) Pemerintah Daerah ( Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ) Kabupaten Bulukumba dalam Mengelola Pariwisata Pantai Tanjung Bira masih belum maksimal karena dalam proses pelaksanaannya masih memiliki banyak hambatan dan kendala. Selaian dari masalah Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang menjadi persoalan dalam mengelola Pantai Tanjung Bira adalah Transparansi Pengelolaan karena pngelolaan secara terbuka sebagai bektuk dari terwujudnya tata kelola pariwisata yang baik ( Good Toursm Governance )Pantai Tanjung Bira di Kabupaten Bulukumba. Dalam tata kelola pariwisata Pantai Tanjung Bira Akuntabilitas dalam pengelolaan ini masih jauh dari harapan karena

koordinasi dan komunikasi dalam Tata kelola masih lemah. Oleh karena itu untuk mewujudkan Pantai Tanjung Bira sebagai destinasi pariwisata andalan bulukumba haruslah di lakukan langkah yang kongkrit agar bisa terealisasi dengan baik. Selain dari Kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM ), transparansi pengelolaan, dan akuntabilitas ada juga faktor pendukung dalam Tata Kelola pariwisata di Tanjung Bira yaitu Pantai Pasir Putihya yang indah dan asri yang menjadi daya tarik wisatawan serta akses jalan yang mudah di jangkau, sedangkan faktor penghambatnya adalah sarana dan prasarana yang belum lengkap dan keterbatasan dana sehingga tata kelola pariwisata pantai tanjung bira berjalan lambat dan seadanya saja ya ng berimbas pada kurang saran dan prasarana. Untuk mewujudakan dari tiga indikator di atas maka Pemerintah Daerah ( Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ) Kabupaten Bulukumba harus menigkatkan koordinasi dan komunikasi antar lembaga atau organisasi yang terlibat dalam pengelolaan tersebut termasuk juga pengambil atau pembuat kebijakan dalam mewujudkan Pantai Tanjung Bira menjadi destinasi pariwisata andalan Kabupaten Bulukumba maupun Provinsi Sulawesi Selatan bahkan tingkat Nasional.Ada beberapa hal yang harus di perhatiakan oleh pemerintah dalam Tata Kelola Pariwisata Pantai Tanjung Bira ( Good Toursm Governance ) di Kabupaten Bulukumba.

Beberapa hal tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kualitas SDM

Menurut Sunaryo Bambang ( 2013: 200 ) mengatakan bahwa yang di

maksud dengan Sumber Daya Manusia dalam pariwisata adalah potensi yang terkandung dalam diri manusia utuk mewujudkan perannya sebaga makhluk sosial yang adaptif dan transpormatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di aam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan di bidang kepariwisataan.

Sumber Daya Manusia dalam proses pengelolaan objek wisata sangat penting, khususnya aparatur Pemerintah Daerah yang terjun lansung dalam proses pengelolaan obek wisata Pantai Tanjung Bira dan memiliki otoritas dalam membuat suatu kebijakan yang bertujuan untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia ( SDM ) dalam Tata Kelola Pariwisata Pantai Tanjung Bira agar dapat membuat kebijakan sesuai dengan tujuan yang di ingin di capai. Oleh karena Kualitas SDM sangat menentukan suatu kebijakan dalam Tata Kelola Pariwisata Pantai Tanjung Bira, sebagaimana yang di katakana oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba bahwa

„‟…. Mengenai Kualitas SDM dalam Tata Kelola Pariwisata Pantai Tanjung Bira kami sudah menyaring dan menseleksi pegawai sesuai dengan kualitas yang di butuhkan dalam mencapai tujuan yang di inginkan serta dalam membuat suatu kebijakan dalam pengelolaan pariwisata khususnya di Pantai Tanjung Bira.( Wawancara dengan D.

A Tanggal 30 Maret 2015 ).

Senada dengan yang di kemukakan oleh bidang kepariwisataan yang mengatakan bahwa

„‟…. Kualitas SDM dalam Tata Kelola Pariwisata Pantai Tanjung Bira saat ini sudah sesuai standar kepagawaian yang d terapkan baik itu dalam dalam pembuatan kebijakan maupu skill dalam mengelola

kepariwisataan khususnya di Pantai Tanjung Bira sehingga Pantai Bira bisa di kenal oleh wisatawan baik dalam negeri maupun wisatawan mancanegara yang sering kita temui di Pantai Tanjung Bira ketika musim liburan tiba. (Wawancara dengan D. RTanggal 31 Maret 2015) Dari hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba dalam menetukan kualitas SDM sangat penting demi terwujudnya Tata Kelola Pariwisata Pantai Tanjung Bira yang baik dan berkualitas sehingga mampu meningkatkan jumlah pengunjung.

Pengembangan Kualitas SDM dalam Tata Kelola Pariwisata Pantai Tanjung Bira sangat di perlukan karena potensi yang ada di Pantai Tanjung Bira yang begitu indah serta namanya yang mendunia seharus pula di dukung oleh SDM yang berkualitas dan skill yang mumpuni demi tercapainya tujuan yang di inginkan. Meskipun kualitas SDM sudah maksimal tetapi masih ada saja kekurangan-kekurangan dalam Tata Kelola Pariwisata Pantai Tanjung Bira sehingga kualitas panatai tanjung bira belum sesuai dengan yang di harapkan karena berbagai kendala yang di alami dalam pengelolaan tersebut.

Sebagaimana yang di katakan oleh petugas obyek wisata Pantai Tanjung Bira bahwa

„‟…. Dalam mengelola Pariwisata Pantai Tanjung Bira kualitas SDM sangat mempengaruhi keberhasilan dalam pengelolaan tersebut karena selain sebagai proses pembutan kebijakan berdasarkan reguasi Tata Kelola Kepariwisataan juga sebagai pelayan terhadap pengunjung yang datang sehing Kualitas SDM yang di tugaskan d Pantai Tanjung Bira ini harus memahami karakter masyakat di sekitar obyek wisata maupun wawasan kepariwisataanya Akan tetapi dari Kualitas SDM yang ada saat ini masih ada saja beberapa faktor yang menghambat misalnya saja penguasaan Bahasa oleh petugas obyek wisata.

Dalam dokumen PANTAI TANJUNG BIRA DI KABUPATEN BULUKUMBA (Halaman 47-78)

Dokumen terkait