BAB III METODE PENELITIAN
G. Keabsahan Data
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan sebagian dari salah satu konfigurasi yang utuh. Kesimpulan kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna makna yang muncul dalam data baik dalam reduksi data maupun penyajian data harus diuji kebenarannya yakni merupakan validitasnya.68
Artinya dengan penarikan kesimpulan kita dapat melaksanakan tindakan kita selanjutnya, dan menguji seberapa efektif apa yang telah kita lakukan. Verifikasi semua hasil penyajian data apakah sesuai dengan teori yang ada atau merupakan teori baru yang diciptakan oleh guru sehingga bermanfaat bagi kita semua.
Setelah kita melaksanakan tindakan yang diperlukan, maka kita juga dapat mengamati sejauh mana tindakan yang kita lakukan kepada siswa apakah sesuai dengan ketentuan yang ada atau tidak. Serta melihat efektifitas dari tindakan yang kita berikan. Pada tindakan ini tidak serta merta dapat berhasil secara menyeluruh dan apabila ketidak berhasilan itu dirasa tidak dapat merubah kondisi siswa maka kita dapat memberikan tindakan selanjutnya.
memperoleh keabsahan atau validitasi dan kredibilitasi data temuannya dalam penelitian di lapangan. Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, peneliti menggunakan Trianggulasi Teknik dan Trianggulasi Sumber.
Trianggulasi Teknik adalah peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan obserfasi partisipasif, wawancara mendalam, dokumentasi.70 Trianggulasi Sumber adalah mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. 71
Kedua Trianggulasi di atas dapat berjalan bersama karena dalam memperoleh keabsahan data atau validitas data temuan tidak boleh ada kesalahan karena berakibat fatal nantinya. Baik kepada peneliti maupun kepada lembaga yang diteliti
Pada keabsahan data peneliti menggunakan teknik dan sumber ini artinya peneliti tidak hanya brpegang teguh pada hasil observasi, wawancara dan dokumentasi saja namun juga keselarasan dalam sumber yang diambil juga di perhitungkan apakah sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan atau tidak.
Peneliti berusaha menampilkan kondisi lapangan yang di dapat dari informan dan menyampaikannya kedalam informasi yang dimilikinya dan tidak hanya itu peneliti juga meneliti kecocokan jawaban dari informan lain sebagai salah satu uji keabsahan data yang peneliti terima.
70 Moleong, Metodelogi Penelitian, 330.
71 Ibid, 330.
H. Tahap tahap penelitian
Bagian ini menguraikan rencana melaksanakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan desaign, penelitian sebenarnya, dan sampai pada penullisan laporan.
Tahap-tahap penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Tahap pra lapangan atau persiapan
Tahapan ini peneliti menyusun kegiatan yang dilakukan saat melakukan penelitian. Selanjutnya peneliti mentukan lokasi penelitian yang sesuai dengan focus penelitian tidak lupa juga peneliti mempersiapkan surat perizinan baik dari lembaga yang saat ini di tempati atau lembaga yang akan diteliti. Pada saat penelitian akan berlangsung peneliti harus mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan ketika penelitian berlangsung sehingga tidak terjadi kendala pada tahapan selanjutnya.
b. Tahap pelaksanaan lapangan
Tahapan ini peneliti terlebih dahulu menyesuaikan kondisi di lapangan sehingga informasi informasi yang didapat sesuai dengan fokus penelitian dan dapat mengetahui karakteristik dari setiap bagian dari lembaga penelitian tersebut atau lapangan penelitian.
Setelah peneliti dirasa dapat menyesuaikan dengan kondisi lapangan maka peneliti dapat mengambil data data yang diperlukan.
c. Tahap analisis data
Tahapan ini, peneliti menggunakan penghalusan data yang diperoleh dari subjek, informan, maupun dokumen dengan memperbaiki bahasa dan sisitematikanya agar dalam pelaporan hasil penelitian tidak terjadi kesalahpahaman maupun salah penafsiran. Setelah data-data dianalisis dengan cara yang telah ditentukan sebelumnya.
BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Objek penelitian
1. Sejarah Berdirinya SMPN 4 Jember
SMP Negeri 4 Jember, dulunya adalah Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) Negeri Jember yang berdiri pada tanggal 1 September 1950, berdasarkan Keputusan Menteri P dan K tanggal 20 September 1950 Nomor: 8094/P/1950. Dalam rangka persiapan Integrasi SMEP menjadi SMP, maka mulai tahun ajaran 1977 SMEP Negeri Jember diperintahkan oleh Kanwil DEPDIKBUD. Prov. Jawa Timur untuk menerima siswa kelas 1 baru bagi SMP dan berlaku kurikulum SMP dibawah Pembinaan Bidang Pendidikan Menengah Umum (DIKMENUM) sedangkan yang kelas 2 dan 3 masih menggunakan SMEP dibawah Pembinaan DIKMENJUR.72
Kemudian pada tahun ajaran 1979 SMEP Negeri Jember resmi di Integrasikan menjadi SMP Negeri 4 Jember dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 17 Pebruari 1979 Nomer: 030/U/1979.73
Dalam perkembangan selanjutnya, sejak tahun pelajaran 2001/2002 SMPN 4 Jember ditunjuk oleh Dirjen Dikdasmen Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia menjadi sekolah rintisan
72 Dokumentasi Tata Usaha, 18 Maret 2018.
73 Ibid, 18 Maret 2018.
MPMBS sampai tahun pelajaran 2003/2004. Kemudian pada tahun pelajaran 2005/2006 berdasarkan SK Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas Republik Indonesia No. 867a/C3/Kep/2006 tertanggal 13 Juni 2006 SMP Negeri 4 Jember ditetapkan menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN).74
Selama menjadi Sekolah Standar Nasional, SMP Negeri 4 Jember senantiasa berupaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas sekolah sesuai dengan visi, misi, tujuan, nilai, dan strategi yang telah ditetapkan, yakni sebagai berikut: Visi: Terwujudnya insan cerdas, mandiri, berbudaya dan berakhlak mulia serta berdaya saing tinggi. Misi:
Mengoptimalkan sumber daya pendidikan, tenaga pendidik, sarana/prasarana dan manajemen mutu untuk mempersiapkan peserta didik dan lulusan berdaya bersaing dan berprestasi. Tujuan: Akhlak mulia, peningkatan prestasi dan daya saing peserta didik. Nilai: Berakhlakul karimah, mandiri, dan berdaya saing. Strategi: Kepercayaan, pemberdayaan, dan perubahan.75
Pada 1 Oktober 2016 SMPN 4 Jember mengalami pergantian Kepala Sekolah dari ibu Dra. Yayuk Kurniyani, M.Si kepada bapak Heru Wahyudi, S.Pd, M.Pd yang sebelumnya sebagai guru Matematika di SMPN 4 Jember.
74 Dokumentasi Tata Usaha, 18 Maret 2018.
75 Ibid, 18 Maret 2018.
Kepemimpinan Heru Wahyudi, SPd, MPd. Yang mantan guru SMP Negeri 4 Jember dan sudah tahu karakter kepemimpinan Kepala sekolah yang lama yang menekankam pada pendidikan akhlak, Maka Heru Wahyudi, SPd,MPd sebagai kepala sekolah yang baru tinggal menambah penekanan ketertiban terhadap seluruh warga SMP Negeri 4 Jember dan itu disambut baik oleh segenap guru , karyawan serta siswa- siswi. Untuk meraih suatu prestasi memang tidak semudah orang membalik tangan tetapi sangat diperlukan sumber daya pendukung seperti sarana, fasilitas dan dana yang memadai serta pelaksanaan yang sungguh – sungguh. Sehingga sekolah ini mempunyai satu komitmen untuk mengangkat prestasi baik bidang Akademik maupun Non Akademik.76 2. Gambaran Guru Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan hasil observasi peneliti jumlah guru Bimbingan dan Konseling di SMPN 4 Jember terdapat 4 guru yang dimana telah termaksud dengan Wakil Kepala Sekolah dan juga Koordinator Bimbingan dan Konseling sendiri. Setiap guru memegang lima kelas dan enam kelas sesuai dengan pembagian yang telah dibagi pada sebelumnya.
Namun bukan tidak mungkin bahwa guru Bimbingan dan Konseling membimbing atau mengasuh kelas yang bukan anak asuhnya. Karena tugas Bimbingan dan Konseling adalah milik bersama dan diselesaikan secara bersama.
76 Dokumentasi Tata Usaha, 18 Maret 2018.
B. Penyajian data dan Analisis Data
Sebagaimana dijelaskan bahwa dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi sebagai alat untuk memperoleh data yang berkaitan dan mendukung dalam penelitian ini. Segala upaya untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, memberikan intensifikasi pada metode observasi dan wawancara. Untuk mendapatkan data yang kualitatif yang berimbang, maka dilakukan juga dengan menggunakan metode dokumentasi.
Sebelum siswa dibimbing untuk mengatur perilaku mereka, sebagaimana guru bimbingan dan konseling sebelumnya harus memberikan contoh perilaku yang diharapkan oleh sekolah dan mengajarkan kepada siswa perilaku yang baik dan buruk dalam pertemuan mata pelajaran bimbingan dan konseling atau dalam mencontohkan di kehidupan sehari hari karena bukan tidak mungkin seorang siswa mencontoh sikap dari perilaku kita di lingkungan sekolah.
Bukan hanya itu bahkan demi mengajarkan kepada siswa tentang pentingnya sikap setiap pagi, guru piket harus bersiap lebih awal untuk melakukan rutinasnya yaitu salam pagi dimana murid yang datang ke sekolah diwajibkan salam kepada guru dan apabila ada siswa yang terlambat maka dikenakan rompi keteladanan. Hal ini menunjukkan bahwasanya sopan santun di sekolah haruslah dijunjung tinggi sehingga nilai – nilai yang terkandung di dalamnya dapat diamalkan dalam kehidupan sehari – hari.
Tidak hanya berhenti disitu demi mengenang jasa pahlawan yang ada, pada saat jam pertama dimulai setiap kelas wajib menyanyikan lagu Indonesia raya dengan semangat. Mengapa demikian, hal ini demi meningkatkan rasa hormat siswa kepada para pahlawan baik yang sudah tiada maupun yang masih ada. Sehingga hormat kepada orang yang lebih tua dapat di realisasikan tanpa ada pendekatan secara mendalam.
Adapun dengan upaya upaya yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling kepada siswa SMPN 4 Jember untuk meningkatkan behavioral control siswa di harapkan mampu memenuhi kebutuhan sekolah. Adapun upaya yang telah dilakukan adalah sebagaimana berikut ini :
1. Upaya Preventif Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan Behavioral control Siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Jember Tahun Ajaran 2018/2019
Sebelum kita mengetahui upaya preventif guru bimbingan dan konseling alangkah baiknya kita mengetahui apa itu upaya preventif.
Upaya preventif adalah yakni usaha yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam mencegah timbulnya kenakalan kenakalan siswa.
Adapun upaya yang dilakukan oleh guru dapat dituangkan dalam semua mata pelajaran dan dikhususkan kepada mata pelajaran bimbingan dan konseling untuk lebih memperhatikan secara mendetail sikap dan sifat siswa. Namun karena guru bimbingan dan konseling tidak dapat mengamati keadaan siswa pada jam mata pelajarannya lain, maka diperlukanlah komunikasi yang baik dengan guru guru lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan ibu Dra suhartini selaku Koordinator Bimbingan dan Konseling mengenai mengenali permasalahan siswa sebagai berikut.
Pengamatan guru Bimbingan dan Konseling itu terbatas. Karena apa? kami guru Bimbingan dan Konseling hanya memiliki waktu dengan siswa yaitu dalam satu minggu hanya satu jam mata pelajaran saja sehingga sulit bagi kami untuk menentukan sikap siswa yang akan bermasalah atau yang sedang mengalami masalah.77
Adapun informasi yang didapat oleh guru Bimbingan dan Konseling dapat dari segala hal yang terjadi di sekolah entah dalam waktu kegiatan belajar mengajar, pada jam istirahat, kegiatan Ektrakulikuler siswa dan ketika siswa meninggalkan sekolah.
Semua informasi informasi yang diterima tidak serta merta diproses langsung karena guru bimbingan dan konseling juga harus menerima informasi lain yang terkait dengan informasi yang diterimanya apakah sesuai apa tidak dan setelah guru bimbingan konseling mengetahui permasalahan siswa tidak serta merta ditindak lanjuti karena menunggu apakah siswa, guru mata pelajaran pada saat itu, dan wali kelas dapat mengatasi permasalahan tersebut apa tidak apabila tidak maka ditindak lanjuti oleh guru bimbingan dan konseling.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan ibu Dra Wardani selaku guru Bimbingan dan Konseling mengenai tanggung jawab dalam mengatasi permasalahan siswa sebagai berikut.
77 Hasil wawancara dengan ibu Dra Suhartini selaku coordinator guru bimbingan dan konseling SMPN 4 Jember pada tanggal 10 Oktober 2018
Tanggung jawab membimbing siswa bukan hanya dimiliki oleh guru bimbingan dan konseling saja melainkan apabila pada saat jam mata pelajaran maka guru mata pelajaran itulah yang harus membimbing anak tersebut apabila tidak berhasil maka akan dibantu dengan wali kelas tersebut apabila keduanya masih dirasa kurang cukup dalam mengatasi permasalahan siswa barulah disini guru bimbingan dan konseling turun tangan dalam mengatasi permasalahan yang ada.78
Ditambah oleh Drs suhartini selaku Koordinator Bimbingan dan Konseling mengenai tanggung jawab dalam mengatasi permasalahan siswa sebagai berikut.
Hal ini juga sejalan dengan diyakini Ibu Suhartini bahwasanaya wali kelas siswa harusnya dapat bekerja sama dengan guru bimbingan dan konseling untuk meminimalisirkan permasalahan siswa dengan membaca gerak gerik siswa yang sedang mengalami permasalahan dan menangani permasalahan tersebut sebelum semakin membesar.79
Selain dari pada itu keterbukaan antara siswa, wali kelas dan guru bimbingan dan konseling harus tetap terjaga agar informasi yang diterima dapat secara menyeluruh dan juga siswa dapat menyelesaikan masalahnya dengan cepat. Namun hal yang terjadi tidaklah demikian, karena guru bimbingan dan konseling jarang menerima keluhan dari siswa tentang permasalahan yang dihadapi.
Peneliti menemukan bahwasanya siswa sebenarnya sedang mencoba menyelesaikan masalah yang dihadapinya namun siswa seakan akan bingung bagaimana menyikapinya permasalahan tersebut. Sehingga secara tidak sadar apa yang dia lakukan merupakan kesalahan yang merugikan dirinya dan orang lain.
78 Hasil wawancara dengan ibu Wardani 10 Oktober 2018
79 Hasil wawancara dengan ibu Dra Suhartini 10 Oktober 2018
Namun kenyataannya adalah permasalahan yang dimilikinya tidak dapat teratasi dengan baik, bahkan berakibat pada pelanggaran pelanggaran di kelas yang merugikannya. Menurut peneliti apa yang dilakukan oleh siswa tadi sudah benar namun dalam proses penyelesaian masalah mungkin belum tepat sehingga permasalahannya menjadi semakin besar.
Seakan akan siswa merasa dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya pada saat itu namun yang terjadi justru sebaliknya dikarenakan ada seseuatu yang menghalang keterbukaan siswa kepada guru bimbingan dan konseling sehingga informasi yang didapat oleh guru bimbingan dan konseling menjadi minim.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan ibu Dra Wardani selaku guru Bimbingan dan Konseling mengenai keterbukaan dalam mengatasi permasalahan siswa sebagai berikut.
Siswa cenderung takut mengungkapkan masalah yang sedang dialaminya kepada guru bimbingan dan konseling karena guru bimbingan dan konseling dianggap sebagai polisi sekolah, pelayanannya selalu dengan marah, padahal kami tidak seperti itu.
Apabila mereka telah mengenal kami secara baik maka mereka sadar bahwa apa yang kami lakukan baik untuk mereka.80
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan Ananda Safitri selaku siswa kalas VII mengenai menceritakan permasalahan yang ada pada dirinya sebagai berikut.
Dirinya takut menceritakan permasalahanya dan juga takut diberi sanksi karena permasalahannya.81
80 Hasil wawancara dengan ibu Wardani 10 Oktober 2018
81 Hasil wawancara dengan Ananda Safitri siswa kelas VII F SMPN 4 Jember pada tanggal 4Oktober 2018
Ditambah dengan hasil wawancara peneliti dengan Sandra Putra selaku siswa kalas VII mengenai menceritakan permasalahan yang ada pada dirinya sebagai berikut.
Merasa permasalahannya banyak, sering melakukan permasalahan sehingga takut dikeluarkan dari sekolah apabila memiliki permasalahan lagi.82
Ditambah dengan hasil wawancara peneliti dengan Fahlim Irmansyah selaku siswa kalas VIII mengenai menceritakan permasalahan yang ada pada dirinya sebagai berikut.
Dirinya malu untuk menceritakan permasalahannya dan lebih mencoba menyelesaikan sendiri permasalahan tersebut.83
Pada dunia pendidikan mungkin kita mengenal dengan Program Pembelajaran yang harus dilakukan oleh setiap guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dari awal pembelajaan sampai akhir. Namun tidak semua dapat berjalan sesuai dengan sebagaimana mestinya. Karena kondisi setiap kelas berbeda sehingga penangannya juga yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling pun berbeda.
Namun bukan tidak mungkin semua dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, karena ada saja siswa yang dengan sengaja atau tidak sengaja melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh sekolah tersebut.
Sehingga program pembelajaran yang telah tersusun matang pada tingkat
82 Hasil wawancara dengan Sandra Putra siswa kelas VII G SMPN 4 Jember pada tanggal 4Oktober 2018
83 Hasil wawancara dengan Fahlim Irmansyah siswa kelas VIII E SMPN 4 Jember pada tanggal 4Oktober 2018
pelaksanaan dapat bertambah dan berkurang. Namun juga dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi permasalahan yang ada.
berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Dra Wardani selaku guru Bimbingan dan Konseling mengenai upaya mengatasi permasalahan siswa di kelas sebagai berikut.
Mengajarkan materi sesuai dengan apa yang dibutuhkan anak di kelas. Dengan kata lain bahwa penyesuaian dengan kondisi kelas atau menyelesaikan permasalahan yang ada dalam suatu kelas itu lebih didahulukan dan setelah selesai baru akan kembali kepada materi yang akan diajarkan kepada kelas tersebut sesuai dengan rencana pembelajaran lapangan.84
Ditambah dengan hasil wawancara peneliti dengan Dra Suhartini selaku Koordinator Bimbingan dan Konseling mengenai upaya mengatasi permasalahan siswa di kelas sebagai berikut.
Program pembelajaran harus sesuai dengan apa yang di canangkan oleh sekolah karena itu merupakan dari program sekolah yang harus dijalankan terkait dengan permasalahan siswa maka seorang guru bimbingan dan konseling harus pintar pintar dalam mengkaitkan permasalahan siswa yang ada dengan materi yang telah di ajarkan.85
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti terhadap beberapa para informan diatas dapat disimpulkan bahwasanya upaya preventif yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam upaya meningkatkan behavioral control siswa di sekolah adalah sebagai berikut.
84 Hasil wawancara dengan ibu Dra Wardani selaku guru bimbingan dan konseling SMPN 4 Jember pada tanggal 10 Oktober 2018
85 Hasil wawancara dengan ibu Dra Suhartini 10 Oktober 2018
a. Memberikan materi mata pelajaran Bimbingan dan Konseling.
b. Menasehati siswa apabila terjadi permasalahan yang tidak dapat diatasi oleh dirinya sendiri.
c. Menyuruh kepada siswa agar tidak melanggar tata tertib disekolah.
d. Mengingatkan kepada siswa mana yang salah dan mana yang benar.
e. Memahami kekurangan dan kelebihan siswa.
f. Mengamati tingkah laku siswa yang dulu mengalami permasalahan.
2. Upaya Kuratif Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan Behavioral control Siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Jember Tahun Ajaran 2018/2019
Sebelum kita mengetahui upaya kuratif guru bimbingan dan konseling alangkah baiknya kita mengetahui apa itu upaya kuratif. Upaya kuratif adalah yakni usaha yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam menindak lanjuti dan merevisi permasalahan siswa agar tidak semakin parah dan tidak terjadi lagi dikemudian hari.
Selain dari pada itu keterbukaan antara siswa, wali kelas dan guru bimbingan dan konseling harus tetap terjaga agar informasi yang diterima dapat secara menyeluruh dan juga siswa dapat menyelesaikan masalahnya dengan cepat. Namun hal yang terjadi tidaklah demikian, karena guru bimbingan dan konseling jarang menerima keluhan dari siswa tentang permasalahan yang dihadapi.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan Fahris Maulana selaku siswa kelas VIII mengenai menceritakan permasalahan yang ada pada dirinya sebagai berikut.
Ingin mencoba menyelesaikan masalahnya sendiri dan apabila dirasa tidak mampu maka dia akan bercerita tentang permasalahannya yang ada.86
Namun yang terjadi tidaklah sesuai dengan apa yang diinginkan oleh siswa tersebut, karena permasalahannya tidak dapat teratasi justru semakin sulit untuk di atasi. Sehingga menimbulkan perubahan perilaku yang terjadi pada dirinya.
Dalam menghadapi permasalahan siswa yang bermacam – macam seorang guru bimbingan dan konseling dapatlah menggunakan bimbingan yang ada secara baik dengan demikian permasalahan siswa yang beragam dapat diatasi dalam waktu yang singkat.
Pada saat pemberian materi pembelajaran guru bimbingan konseling juga dapat memberikan solusi kepada siswa apa bila terdapat permasalahan di kelas tersebut dengan berbagai macam cara sesuai dengan kebutuhan yang berlaku. Atau juga guru bimbingan dapat menjadikannya sebagai materi untuk siswa agar dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh siswa lain.
berdasarkan hasil Observasi peneliti dengan Heru Wahyudi S.Pd M.Pd selaku kepala sekolah SMPN 4 Jember mengenai upaya mengatasi permasalahan siswa di kelas sebagai berikut.
86 Hasil wawancara dengan Faris Maulana Firdaus siswa kelas VIII E SMPN 4 Jember pada tanggal 4Oktober 2018
Siswa harus dapat mengatasi permasalahan yang sedang dimiliki olehnya ataupun menyelesaikan permasalahan orang lain, agar ketika siswa memiliki permasalahan yang hampir sama dengan permasalahan tersebut siswa dapat menyelesaikan masalahnya.
Dengan demikian siswa dapat berfikir aktif dan guru bimbingan dan konseling hanya cukup mengawasi tingkah laku siswa dari kejauhan saja.87
Pada tingkatan seperti ini bahwasanya guru bimbingan dan konseling dapat menerapkan bimbingan secara kelompok dimana setiap kelompok di hadapkan dalam berbagai masalah yang dihadapi siswa dan siswa berkerja sama mencari solusi dari permasalahannya.
Pada kesempatan ini guru dapat meluangkan pada saat jam pelajarannya sehingga hal ini dapat diajarkan kepada seluruh siswa bukan hanya kepada siswa yang bermasalah saja. Dengan demikian tanggung jawab mengajarkan materi yang ada dan membimbing siswa yang bermasalah dapat diatasi dengan cepat.
Apabila tidak, dapat pula memberikan tugas tambahan kepada siswa yang sedang mengalami permasalahan agar siswa dapat mengejar ketertinggalannya dengan siswa lain dan juga sebagai hukuman dari siswa tersebut agar tidak mengulang kembali permasalahan yang di hadapinya.
Dengan begini kemampuan kita sebagai guru juga tidak khawatir terhadap materi yang didapatkan oleh siswa.
berdasarkan hasil observasi peneliti dengan Nasihin S.Ag selaku guru Pendidikan Agama Islam mengenai upaya mengatasi permasalahan siswa di kelas sebagai berikut.
87 Hasil Observasi dengan Bapak Heru Wahyudi S.pd M.pd selaku Kepala Sekolah SMPN 4 Jember pada tanggal 10 Oktober 2018
Siswa yang melanggar peraturan peraturan sekolah kerapnya dikaitkan dengan hukuman yang bernuansa agama, seperti yang dia lakukan pada kelas bimbingannya bahwa siswa yang melanggar peraturan selain mendapat sanksi dari pihak guru bimbingan dan konseling juga mendapatkan sanksi menulis ayat Alquran yang telah di ajarkan pada pelajaran Agama .88
Berdasarkan pernyataan diatas bahwasanya hukuman yang baik adalah hukuman yang mendidik siswa untuk tidak mengulainya kembali dikemudian hari dan juga hukuman itu sendiri haruslah memiliki makna yang jelas di dalamnya. Seperti halnya diatas dengan adanya hukuman seperti itu maka secara tidak langsung kemampuan kognitif peserta didik dapat meningkat.
Ini menunjukkan bahwasanya setiap keputusan perilaku yang di lakukakan oleh siswa haruslah difikirkan matang matang agar penyelewengan atau penyalahgunaan perilaku yang tidak benar dapat dihindari dan juga dengan demikian pengetahuan dan keterampilan siswa menjadi semakin berkembang.
Dalam surat perjanjian juga siswa sebenarnya dapat mengetahui permasalahan dan cara mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi namun dalam pengaplikasiannya siswa kerap mengalami permasalahan sehingga permasalahan siswa tidak dapat teratasi dengan baik. Sehingga surat perjanjian ini lebih berperan sebagai tanda bagi guru bimbingan dan konseling sebagai informasi awal yang didapat dan melihat perkembangan yang terjadi pada siswa tersebut.
88 Hasil Observasi dengan Bapak Nasihin selaku Guru Pendidikan Agama Islam SMPN 4 Jember pada tanggal 10 Oktober 2018