BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN
B. Kajian Teori
2. Kontrol Diri
a. Pengertian Kontrol Diri
Kontrol diri merupakan kemampuan untuk mengkontrol dan mengelola faktor faktor Perilaku agar sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi, keinginan mengubah Perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu konform dengan orang lain, dan menutupi perasaannya.34 Kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi perilaku perilaku atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan kondisi yang ada.
Konsep mengenai kontrol diri secara langsung sangat relevan untuk melihat hubungan antar pribadi dengan lingkungan masyarakat dalam mengatur kesan masyarakat yang sesuai dengan isyarat situasional dalam bersikap dan pendirian yang efektif.35
Seseorang yang memiliki kontrol diri yang tinggi akan mampu menyelaraskan perilakunya dengan standart nilai yang dianut lingkungannya, tetapi jika nilai nilai tersebut telah terinternalisasi dengan baik dan sudah menjadi nilai dirinya, individu tersebut akan mampu mempertahankan nilai tersebut meski tanpa ada dukungan lingkungannya.
34 Gufron, Teori Psikologi, 22.
35 ibid, 22.
Mischel berpendapat bahwa kontrol diri memampukan manusia membuat rencana, berimisiatif dan mempertahankan perilaku meski dukungan lingkungan lemah bahkan mungkin tidak ada.36
Callhoun dan Accocella mengemukakan 2 alasan yang mengharuskan individu mengontrol diri secara kontinyu.
Pertama, sebagai makhluk sosial harus mengontrol perilakunya agar tidak mengganggu kenyamanan orang lain.
Kedua, masyarakat mendorong individu untuk secara konstan menyusun standart yang lebih baik bagi dirinya.37 Dalam pengertian di atas bahwa dengan mengontrol diri bukan hanya saja sebagai keharusan demi tidak mengganggu kenyamanan orang lain yang ada disekitarnya, namun juga dapat membuat orang lain berusaha mengontrol dirinya lebih baik dari sebelumnya.
Pengendalian emosi berbeda dengan penekanan, karna pengendalian tidak berarti hanya mengendalikan ekspresi yang tampak, tetapi juga mengalihkan energi yang ditimbulkan oleh tubuh menjadi persiapan untuk bertindak kearah pola perilaku yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial.38
Hurlock menyebutkan 3 kriteria emosi. Dibawah ini 3 kriteria emosi tersebut:
1. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial 2. Dapat memahami seberapa banyak kontrol diri dibutuhkan
untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat.
3. Dapat menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya dan memutuskan cara beraksi terhadap situasi tertentu.39
36 Jess Feist dan Greogory J. Feist, Theories of personality (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 456.
37 Gufran, Teori Psikologi, 23.
38 Elizabeth B Hurlock, Perkembangan Anak, Jilid2 (Jakarta: Penerbit Erlangga,TT), 231.
39 Gufran, Teori Psikologi, 24.
Setiap individu memiliki dorongan untuk berperilaku yang menimbulkan efek menyenangkan pada orang lain dan menimbulkan kesan baik terhadap dirinya. Shaw dan costanzo menjelaskan bahwa dalam mengatur kesan ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan, yaitu konsep diri dan identitas sosial.40
Asumsi dalam sebuah teori dalam membentuk kesan bahwa seseorang termotivasi untuk membuat dan memelihara harga diri setinggi mungkin sehingga harus menampilkan identitas sosial yang positif.41
Berdasarkan penjelasan diatas, pengendalian tingkah laku berarti mengendalikan tingkah laku berdasarkan pertimbangan pertimbangan tertentu sebelum memutuskan untuk melakukannya.
Hal ini mengasumsikan bahwa semakin tinggi kontrol diri semakin tinggi pengendalian terhadap tingkah laku.
b. Jenis Dan Aspek Kontrol Diri
Averill menyebutkan kontrol diri dengan kontrol personal yaitu kontrol perilaku (Behavioral control), kontrol kognitif (Cognitive Control), dan mengontrol keputusan (Decisional Control).
1. Kontrol Perilaku ( Behavioral control )
Kontrol perilaku merupakan kesiapan tersedianya suatu respon yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodivikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan.
Kontrol Perilaku diperinci menjadi 2 komponen yaitu, mengatur pelaksanaan (Regualitit Administration) dan
40 Gufran, Teori Psikologi, 25.
41 Ibid, 26.
kemampuan memodifikasi stimulus (Stimulus Modivialiti).42
Kemampuan mengontrol pelaksanaan merupakan kemampuan individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan, apakah dirinya atau aturan perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan menggunakan sumber eksternal.
Bandura percaya bahwa kemampuan penafsiran atas kemampuan diri memiliki pengaruh terhdapa keputusan kita apakah kita akan berusahan keras untuk menyelesaikan sendiri atau dengan cepat menyerah jika menemui kesulitan dalam penyelesaiannya.43
Mischal mengungkapkan bahwa kemampuan ini merupakan ekspestasi umum yang didasarkan kepada keyakinan bisa tidaknya mereka mengontrol hidup mereka.44
Setiap individu akan mengevaluasi diri, situai dan stimulus. Kemudian menentukan apakah mereka sanggup dengan nilai yang berasal dari diri mereka sendiri atau meraka akan meminjam kekuatan eksternal. Kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk mengetahui dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi.
42 Gufran, Teori Psikologi, 30.
43 Wiliam Crain, Teori perkembangan: Konsep dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 316.
44 Jess Feist, Personality, 463.
Beberapa cara dapat dilakukan dalam mengatur stimulus tersebut, yaitu mengambil tegang waktu antara stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum berakhir, dan membatasi intensitasnya.45
2. Kontrol Kognitif ( Cognitive Control )
Kontrol Kognitif merupakan kemampuan individu dalam mengelola informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterprestasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologi untuk mengurangi tekanan.46
Kontrol kognitif digunakan sebagai upaya diri untuk membentengi diri dari kejadian yang tidak diinginkan dengan melakukan analisis terhadap kejadian yang telah berlangsung untuk diambil sisi positifnya dan sebagai upaya untuk mengantisipasi jika kejadian serupa akan terjadi lagi.
Kontrol kognitif dirinci dalam 2 kompeten, yaitu memperoleh informasi (Informational Gain) dan melakukan penilaian (Appvarsal). Dengan informasi yang dimiliki mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan.47
3. Kontrol Keputusan ( Decisional Control )
Kontrol keputusan Merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya.48 Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya satu
45 Gufran, Teori Psikologi, 30.
46 Ibid, 30.
47 Ibid, 30.
48 Ibid, 31.
kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan.
Mischel mempunyai keyakinan bahwa setiap individu dapat menetapkan tujuan bagi diri sendiri dan kemudian menghargai atau mengkritik diri sendiri apakah perilakunya sudah menggerakkan dirinya kepada tujuan tersebut.49
Hal senada juga diyakini oleh Bandura, bahwa jika individu memiliki kepercayaan terhadap dirinya dia akan mampu mempengaruhi hasil yang diharapkan.50
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya setiap individu memiliki potensi untuk memilih jalan mana yang akan dilaluinya, sehingga individu tersebut dapat memilih salah satu jalan tersebut tinggal sesuai dengan dirinya apakah jalan yang sesuai dengan apa yang diharapkannya ataupun tidak.
Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas, maka untuk mengukur kontrol diri biasanya digunakan aspek aspek seperti dibawah ini
1. Kemampuan mengontrol Perilaku 2. Kemampuan mengontrol stimulus
3. Kemampuan mengantisipasi suatu peristiwa atau kejadian 4. Kemampuan menafsirkan peristiwa atau kejadian
5. Kemampuan mengambil keputusan51
49 Jess Feist, Personality, 456.
50 Ibid, 414.
51 Gufran, Teori Psikologi, 32.
c. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kontrol Diri 1. Faktor internal
Faktor internal yang mendorong individu untuk melakukan kontrol diri adalah terpenuhnya kebutuhan untuk dihargai, kompensasi, dan pengetahuan bahwa orang lain memandang mereka dengan perasan menghargai.52
Dengan terpenuhinya kebutuhan tersebut maka seseorang akan termotivasi memenuhi kebutuhan tertinggi, yaitu aktualisasi diri, yaitu individu yang telah mampu merumuskan tujuan dan nilai hidupnya sendiri dan mengatur tingkah lakunya. Menurut tujuan dan nilai tersebut tanpa terpengaruh oleh pandangan dan penghakiman lingkungannya.53
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini diantaranya adalah lingkungan, khususnya orang tua. Orang tua sebagai pendidik pertama yang meletakkan landasan nilai bagi kehidupan anak selanjutnya akan menentukan apakah kelak individu tersebut mampu memiliki kontrol diri yang baik sesuai dengan tingkat perkembangannya.
52 Gufran, Teori Psikologi, 248
53 Craine, Perkembangan, 553.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN A. Metode penelitian
Metode pendekatan dimaksudkan untuk mengantarkan pelaksanaan peneltian ke arah yang sistematis, terarah dan mendalam untuk mencapai kesimpulan. Dengan demikan penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif desktriptif.
Untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan permasalahan yang dirumuskan dan mempermudah pelaksanaan peneliti serta mencapai tujuan yang ditentukan, peneliti menggunakan metode metode sebagai berikut B. Jenis penelitian
Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.54
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan Perilaku yang dapat diamati.55
Jadi segala hal yang terjadi pada saat penelitian ini berlangsung di sampaikan dengan kata – kata sehingga siapapun yang membaca penelitian ini dapat menggambarkan keadaan sebenarnya yang terjadi di tempat penelitian tersebut.
54 Anslem Strauss Dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif Tata Langkah Dan Tekinik-Teknik Data, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 4.
55 Lexy J, Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996), 232.
Berkaitan dengan judul yakni upaya guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan behavioral control siswa di sekolah maka yang lebih ditekankan adalah peneliti dapat menggambarkan segala upaya yang dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling kepada siswa dengan secara mendetail sesuai dengan kondisi lapangan yang ada.
C. Lokasi penelitian
Adapun yang menjadi lokasi penelitian atau tempat dilakukan penelitian ini adalah di SMP Negeri 4 Jember penentuan lokasi ini dilandasi oleh beberapa hal yakni:
a. Guru bimbingan dan konseling di sekolah menengah pertama ini merupakan guru yang professional dalam bidangnya.
b. Adanya tindak lanjut yang dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling kepada siswa. Hal ini dapat dilihat dari berbagai upaya yang dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling terhadap siswa.
c. Adanya kesediaan dari lembaga sekolah dalam menyikapi upaya yang dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling.
D. Subjek penelitian
Pada bagian ini dilaporkan jenis data dan sumber data. Uraian tersebut meliputi apa saja yang dikumpulkan, bagaimana karakteristiknya, siapa yang dijadikan informan atau subyek tersebut dan dengan cara bagaimana data itu dijaring sehingga validitasnya dapat terjamin.
Penelitian subjek yang digunakan adalah purposive adalah teknik pengambilan informan sebagai sumber data dengan pertimbangan
pertimbangan tertentu.56 Pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sehingga memudahkan peneliti dalam pengambilan informasi informasi yang dibutuhkan.
Dalam penelitian ini subjek penelitian atau informan yang terlibat mengatasi permasalahan yang dikaji antaranya.
1. Kepala Sekolah(Heru Wahyudi S.Pd, M.Pd)
Alasannya adalah karena beliau merupakan kunci informan pertama yang didapatkan peneliti dan dari beliaulah peneliti mendapatkan informasi terhadap informan yang berpengaruh terhadap apa yang akan saya teliti
2. Guru BK (2 Guru)
Alasanya adalah karena guru tersebut adalah guru senior dalam bidang bimbingan dan konseling dan juga salah satunya adalah koordinator bimbingan dan konseling sehingga data data yang diperlukan oleh peneliti terkait hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan
3. Guru PAI (Nasihin S.Ag)
Alasanya adalah karena guru tersebut adalah guru yang telah lama mengabdi di sekolah tersebut dan juga menurut informasi guru tersebut biasa mendidik siswa yang sedang mengalami permasalahan dengan upaya yang agamis.
56 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, 85
4. Siswa (5 siswa)
Alasannya karena siswa tersebut sedang mengalami permasalahan yang bermacam – macam tingkatannya sehingga peneliti dapat meneliti siswa dari upaya prefentif awal hingga upaya kuratif akhir.
E. Teknik pengumpulan data
Data merupakan hal yang sangat substantif dalam suatu peneltian, maka dalam pengumpulan data tentu tidak hanya mempertimbangkan tingkat efisiensinya. Namun lebih dari itu juga harus dipertimbangkan mengenai kesesuaian teknik yang digunakan dalam menggali dan mengumpulkan data tersebut. Hal ini berkaitan dengan tingkat validitas dan relevansinya dengan obyek penelitian.
Adapun teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitianyang akan dilakukan ini sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi berarti peneliti melihat dan mendengarkan apa yang dilakukan, dikatakan atau diperbincangkan oleh informan dalam aktivitas kehidupan sehari – hari baik sebelum, menjelang, ketika dan sesudahnya. Aktivitas yang diamati terutama yang berkaitan dengan topik penelitian, tanpa melakukan intervensi atau memberi stimulus pada aktivitas subjek penelitian.
Semua yang didengar dan dilihat oleh peneliti sebagai aktivitas observasi ketika para informan melakukan kegiatan ini, diceritakan kembali atau dicatat sehingga merupakan data atau informasi penelitian
yang dapat mendukung, melengkapi atau menambah informasi yang berasal dari hasil wawancara.57
Dalam hal ini, peneliti menggunakan observasi partisipasi pasif dimana peneliti hanya mengamati obyek penelitian tanpa ikut terlibat dalam kegiatan.58 Data yang akan diperoleh diantara lain adalah:
a. Memahami kebutuhan siswa pada saat siswa di sekolah.
b. Mencari informasi tehadap siswa yang sedang mengalami permasalahan kepada informan yang dapat dipercaya.
c. Perilaku siswa pada saat pembelajaran dan di luar pembelajaran.
d. Upaya guru bimbingan dan konseling dalam menyelesaikan permasalahan siswa.
e. Tindak lanjut yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling kepada siswa yang bermasalah.
Pada kegiatan ini peneliti mengamati tindakan atau langkah langkah yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling kepada siswa yang sedang mengalami masalah atau yang akan menghadapi masalah yang dimilikinya.dan mencari informasi kepada wali kelas dan guru mata pelajaran lainya untuk memperoleh informasi yang menyeluruh.
Dirasa segala informasi sudah dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya barulah guru memberikan upaya dan tindak lanjut kepada
57 Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal Dan Laporan penelitian (Malang:UMMPress, 2005),74.
58 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, 290.
siswa tersebut sehingga kedepannya lagi siswa tersebut dapat berubah menjadi lebih baik.
2. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh pewawancara kepada narasumber untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.59 Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan ini adalah:
a. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti secara intensif dan berulang - ulang.60
Peneliti memilih teknik wawancara ini untuk memperoleh informasi secara mendalam dari informan dalam penelitian yang dilakukan. Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam menjadi alat utama yang dikombinasikan dengan observasi partisipatif.
59 Moleong, Metodologi Penelitian, 186.
60 BurhanBungin,Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),Hal 157-158.,
b. Wawancara bebas terpimpin
Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok - pokok yang dirumuskan tanpa ditanyakan secara berurutan.61
Selain wawancara mendalam, peneliti juga menggunakan teknik wawancara bebas terpimpin dengan tujuan agar pokok - pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup. Dalam teknik ini kami menggunakan wawancara mendalam karena sangat cocok dengan topik yang diteliti. Adapun data yang diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara ini adalah mengenai Upaya guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan behavioral control siswa.
Pada wawancara dengan informan atau narasumber peneliti menanyakan keadaan siswa di kelas seperti apa dan permasalahan permasalahan apa saja yang muncul pada siswa serta bagaiamana upaya yang dilakukan oleh guru bimbingan saat itu.
Pertanyaan tersebut peneliti ulang – ulang kepada informan lain untuk memastikan kebenaran dari hasil wawancara peneliti dan tidak lupa juga di sesuaikan dengan kondisi sekolah, apakah sesuai dengan penyataan yang disampaikan oleh informan.
61 Moleong, Metodologi Penelitian, 187.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.62
Digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang berupa buku induk, catatan, arsip, atau gambar sehingga dapat diperoleh data tentang gambaran umum sekolah dan keadaan siswa.
Dokumentasi yang dimiliki berupa upaya guru bimbingan dan konseling kepada siswa untuk melihat permasalahan siswa dan mengatasi permasalahan yang ada. Guru bimbingan dan konseling dan juga dapat dengan bertukar fikiran antara sesama guru bimbingan dan konseling. mencari informasi dengan wali kelas terkait siswa yang sedang mengalami masalah. Ataupun kerja sama antar guru untuk meningkatkan kinerja siswa menjadi lebih baik.
F. Analisis data
Menurut Moleong analisis data adalah “proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan suatu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh data”.63
Data yang sudah terhimpun melalui metode metode tersebut diatas, diklarifikasi secara sistematis tersebut disaring dan disusun dalam kategori
62 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 231.
63 Moleong, MetodologiPenelitian103
kategori untuk saling dihubungkan dan melalui proses inilah penyimpulan tersebut.64
Dalam rangka menganalisis data – data yang diperoleh dari hasil penelitian, maka selanjutnya peneliti menentukan analisi data yang sesuai dengan data yang ada. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data yang dilakukan secara interaktif dan terus menerus sampai tuntas.
Aktifitas dalam analisis data tersebut adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Adapun skema yang tersaji sebagai berikut.
Gambar III.1
Skema Analisis Data Miles and Huberman 65
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan - kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.66
64 Mathew B. Miles dan A. Michael huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: UI Press, 1992), 15.
65 Ibid, 16
66 Ibid, 16.
Koleksi Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Kesimpulan
Verifikasi
Dapat diartikan pula reduksi data adalah merangkum, memilih hal hal yang penting dan mencari tema dan polanya permasalahan yang ada sehingga tujuan yang diinginkan dalam penelitian dapat tercapai secara tepat.
Dalam penelitian ini peneliti merangkum semua kejadian kejadian yang ada pada saat di lapangan dan memilih hal hal yang berkaitan dengan apa yang diteliti terutama kegiatan pada saat kegitan belajar mengajar siswa. Dengan demikian peneliti dapat mencocokkan permasalahan yang ada apakah muncul disetiap kelas atau pada waktu waktu tertentu.
2. Penyajian data
Penyajian data merupakan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.67 Menyajikan seluruh hasil reduksi data yang telah ada, sehingga kita khususnya peneliti dapat memahami apa yang sedang terjadi dan mampu menanggulangi permasalahan tersebut.
Penyajian data data tersebut disajikan dalam bentuk teks naratif.
Setelah peneliti melihat kondisi lapangan yang ada maka semua informasi informasi tersebut dijadikan satu secara tersusun baik dengan kelas yang berbeda maupun dari waktu yang berbeda, maka pada saat itu dapat ditarik kesimpulan dan menentukan tindakan tindakan yang sesuai dengan apa yang telah terjadi.
67 Miles dan Huberman, Analisi Data, 17.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan sebagian dari salah satu konfigurasi yang utuh. Kesimpulan kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna makna yang muncul dalam data baik dalam reduksi data maupun penyajian data harus diuji kebenarannya yakni merupakan validitasnya.68
Artinya dengan penarikan kesimpulan kita dapat melaksanakan tindakan kita selanjutnya, dan menguji seberapa efektif apa yang telah kita lakukan. Verifikasi semua hasil penyajian data apakah sesuai dengan teori yang ada atau merupakan teori baru yang diciptakan oleh guru sehingga bermanfaat bagi kita semua.
Setelah kita melaksanakan tindakan yang diperlukan, maka kita juga dapat mengamati sejauh mana tindakan yang kita lakukan kepada siswa apakah sesuai dengan ketentuan yang ada atau tidak. Serta melihat efektifitas dari tindakan yang kita berikan. Pada tindakan ini tidak serta merta dapat berhasil secara menyeluruh dan apabila ketidak berhasilan itu dirasa tidak dapat merubah kondisi siswa maka kita dapat memberikan tindakan selanjutnya.
G. Keabsahan data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang menunjukkan kesahihan dan keandalan data dalam suatu penelitian.69 Dengan kata lain keabsahan data merupakan usaha – usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk
68 Miles dan Huberman, Analisi Data, 18.
69 Moleong, Metodelogi Penelitian, 321.
memperoleh keabsahan atau validitasi dan kredibilitasi data temuannya dalam penelitian di lapangan. Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, peneliti menggunakan Trianggulasi Teknik dan Trianggulasi Sumber.
Trianggulasi Teknik adalah peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan obserfasi partisipasif, wawancara mendalam, dokumentasi.70 Trianggulasi Sumber adalah mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. 71
Kedua Trianggulasi di atas dapat berjalan bersama karena dalam memperoleh keabsahan data atau validitas data temuan tidak boleh ada kesalahan karena berakibat fatal nantinya. Baik kepada peneliti maupun kepada lembaga yang diteliti
Pada keabsahan data peneliti menggunakan teknik dan sumber ini artinya peneliti tidak hanya brpegang teguh pada hasil observasi, wawancara dan dokumentasi saja namun juga keselarasan dalam sumber yang diambil juga di perhitungkan apakah sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan atau tidak.
Peneliti berusaha menampilkan kondisi lapangan yang di dapat dari informan dan menyampaikannya kedalam informasi yang dimilikinya dan tidak hanya itu peneliti juga meneliti kecocokan jawaban dari informan lain sebagai salah satu uji keabsahan data yang peneliti terima.
70 Moleong, Metodelogi Penelitian, 330.
71 Ibid, 330.