BAB III METODE PENELITIAN
E. Keabsahan Data
Pada tahap ini sering di tekankan pada uji kevalidan suatu data yang di peroleh. Keabsahan atau kevalidan datai merupakan ketepatani antara datai yang terjadii pada objeki penelitian dengani data yangi di laporkan oleh ipeneliti.
Dalam pengujian keabsahan data penulis menggunakan triagulasi isumber.
Yaitu mengujii kredebilitas data dilakukani dengan carai mengecek datai yang telahi diperolehi melalui beberapai sumber.
30
BAB IV
HIJAB DALAM AL-QUR‟AN
(ANALSIS KOMPARASI PENAFSIRAN MAKNA HIJAB: STUDI TERHADAP PEMIKIRAN MUHAMMAD SYAHRUR DAN HUSEIN
MUHAMMAD)
A. Muhammad Syahrur
1. Biografi Muhammad Syahrur
Muhammad Syahrur ialah seorang tokoh intelektual yang pernah mengguncangkan dunia, dan juga seorang pemikir arab yang mempunyai nama lengkap Muhammad Syahrur bin Daid. Beliau lahir di Shailiyyah Damaskus, Syiria pada tanggal 11 April 1938. Ayahnya bernama Daib bin Daib, sedanhkan ibunya bernama Shadiqah binti Shalih Falyun.1
Pendidikan singkat ibtida‟ dan i‟dadnya di mulai darii Madrasah
iDamaskus. Sementara pendidikani tingkat Tsanawiyahi diperoleh dari Madrasahi Abdurrahman al-Kawakibii Damaskus, yaitu sebuahi madrasah yangi di ambil dari seorangi penulis arabi terkenal yangi hidup padai 1849- 1903 dani gigih menyerukani perlawanan bangsai arab atasi bangsa Turkii yang ikorup. Syahrur lulusi dari madrasahi pada tahun 1957.2 Peristiwa pentingi yang akhirnyai mengubah kehiduapn Syahruri terjadi padai Maret
i1958, tepat usianyai ke 19 tahun. Padai saat iitu, Syahrur berangkati ke Universitas Sovieti untuk belajari di facultyi of iEngineering, Moscow
1Irai M. iLapindus, Sejarah Umati Islam III (Jakarta:i Raja iGrafindo, 1999), i142.
2Delai F. Eickelman, “Muhammad Syahrur and the Printer Word”, http://www.isim.nl/news;etter/7features/2.html (22 April 2016 ).
31
engineeringi institute. Dan saati itu beliau tinggal di Saratowi dekat
iMoskow.3
Enam tahun kemudiani tepatnya pada tahun 1964, beliau mendapatkani gelar Diplomai di bidangi Teknik Sipili dari Fakultasi tersebut, setelahi lulus Diplomai Syahrur kembalii ke Syiriai untuk mempersiapkani karirnya di Damaskusi pada tahuni 1965. Beliau di terima sebagaii dosen di Universitas Damaskusi dengan bekal ijazahi Diploma yang beliau dapat dari facultyi of iEngineering, Moskow engineering Institutei di tahun 1967. Syahrur ingin melakukan research ke Imperal collage London, tetapi bersamaan dengan itu terjadi perangi Juni antarai Syiria dan Israeli yang menyebabkani putusnya diplomatiki antara Inggrisi dan Syiria, makai di tahun berikutnya Syahrur di pindahkan oleh pihak Universitas untuk melanjutkan ke Nationali University Of iIrland, University collagei Dublin di Republiki Irlandia untuki mengambil programi Magister dani Doktor di bidangi yang telahi di geluti oleh Syahrur sebelumnya, yaitu Teknik Sipili dengan Spesialisasii Mekanika Tanahi dan Tekniki Bangunan (Soili mechanics andi foundation).4
Syahrur mendapat gelari M. Sc dalami bidang mekanikai tanah dani teknik bangunani pada tahuni 1969 di Universitasi tersebut. Sedangkan gelar Doktor yang beliau dapat di tahun i1972, juga darii Universitas yangi sama setelahi menyelesaikan studinyai di iIrlandia, maka Syahrur
3Muhyari Fanani, Fiqhi Madani: konstuksii Hukum Islami di Dunia Moderni (Yogyakarta:
PT Lkis Printingi Cemerlang, i2010), 32-36.
4Nur Shofa Ulfiyati, “Pemikiran Muhammad Syahrur”(Pembacaan Syahrur Terhadap Teks-Teks Keagamaan), STAI Al- Yasini, Pasuruan, jurnal Volume 5, Nomor 1 2018, Et-Tijarie, 60.
32
memutuskan untuk kembali ke fakultas sipil Universitas Damaskus.5 Pada awal masa karir Syahrur adalahi sebagai dosen bersamaani dengan pencariani jati dirii masyarakat Syiria setelahi sekian lamai sudah berada dalami genggaman penjajahi Prancis. Bahkani dalam pencarian jati diri tersebut jugai dilakukan oleh masyarakati lain yakni di Timuri Tengah.
Karirnya sebagai ilmuwan dimulai sejak beliau mengajar mata kuliah Mekanika Tanah di Fakultas Teknik, Universiats Damaskus pada tahun 1964 sampai dengan 1968.
Setelah beliau menyelesaikan studi pascasarjana nya di Irlandiai (1968-1972), Syahrur di angkat menjadii Profesor Mekanikai Tanah dani Teknik Bangunani sejak tahun 1972 sampai i2000, ia tercatati sebagai konsultani senior padai asosiasi insiyur di iDamaskus. Selain dari iitu, Syahrur adalahi seorang yangi profesional yang sukses di sepanjangi karirnya, beliau juga telah melakukan investigasii Mekanika Tanahi untuk lebihi dari 4000i proyek dii Syiria. Selain kegiatan beliau mengajar di Universitasi Damaskus, syahrur jugai bekerja sebagaii konsultan bidangi teknik di lembagai konsultan yangi didirikan oleh dirinya sendirii yang bernamaiDar al-Isyarati al-Handasiyyah di iDamaskus.6
Sedangkan dalami bidang ikeislaman, Syahrur belajari secara
iotodidak, yakni beliau tidak memilki pengalamani resmi ataui mendapatkan sertifikat dalami ilmu ikeislaman. Dan inilah yangi
5Rohmatul Izad, “Pemikiran Hermeneutika Muhammad Syahrur Tentang Konsep Kesetaraan Gender Dalam Islam”, Pascasarjana Ilmu Filsafat UGM Yogyakarta, 168.
6Abduli Mustaqim, “Pemikiran Fikih Kontemporer Muhammad Syahrur tentang Poligami dan Jilbab”. Jurnali Kajian Hukumi Islam. Vol. V iNo. 1 (Yogyakarta: iAl-Manahij, 2011), hlm 69.
33
menyebabkan Syahrur di anggap sebagai orangi asing dalami wilayah
iilmu-ilmu keislamani dan juga menjadi menjadi cela untuk para musuh- musuhnya menyerang dengan menjatuhkan nama baik beliau. Akibat dari kecaman tersebut, akhirnya Syahrur menuliskan sebuah buku dengan tujuan untuk menyosialisasikan gagasan-gagasan untuk membelai diri darii para musuhnya. Dan iakhir-akhir iniimenggunakan keping compact disc yang mana beliau jadikan itu sebagai media baru untuk menyebarkan gagasannya.7
Terlepas darii pro dani kontra tentangi ide serta gagasani Syahrur yangi kontroversial, beliau telah menjadii tokoh yang ifenomenal.
Pemikirannya yangi liberal, ikritis, dan inovatifi telah mengantarkani dirinya sebagaii seorang tokohi yang pantasi di perhitungkan di duniai muslim ikontemporer. Selain itui beliau juga memilikii konsep yang realitasi dalam persoalani Akidah, iPolitik, dani Tata Sosiali terhadap masyarakat Islami modern.
2. Karya-karya Muhammad Syahrur
a. iAl Kitabi wa Al Qur‟ani Qira‟ahi Mu‟ashirahi (Prinsipi dani Dasar Hermeneutikai Al Qur‟aniiKontemporer), 1992.
Dalami bukui inii Syahrur membahas tentangi konsep-konsepi dasar iagama, seperti perbedaani antara Al Kitabi Al Qur‟an daniAdz dzikir, perbedaaniNubuwah daniRisalah, perbedaani antaraial iInzal, at
iTanzil, Mu‟jizati Al Qur‟anidaniiTa‟wil. Dalami kitabi ini jugai di bahas
7Hardai Armayant, “Mengenal Syahrur dan Teori Batasnya”,iwww.
Kajiantimurtengah.WordsPress.com., di akses 28 Januari i2020.
34
konsep-konsep baru tentang Umm Al Kitab, sunnah, fiqh serta di lengkapi dengan persoalan perempuan dalam islam. Dalam proses penyusunan bukui pertamanya inii Syahrur telah melalui tigai fase:
Fasei pertama ketikai beliau melakukan reviewi (1970-1980), yaitu belaiu masihi belajar di Universitasi Kebangsaan iIrlandia, Dublin untuki memperoleh gelari Magister dani Doktor dalami biadang Teknik dan iSipil. Pada fasei ini Syahruri mengalami kesulitan untuki melepaskan dirii dari paradigma keilmuan Islam. Akibatnya, pada fase tersebut tidak menghasilkan sesuatu yang berarti.8
Fase keduai (1980-1986) ialah fase ini merupakani masa yangi penting dalami pembetulan “kesadarani linguistik” nyai dalami pembacaan kitabi sucii yangi diawali dengani berjumpai temani se almamaternyai yakni Ja‟fari Deik al-Babi yangi menekunii bidang linguistik di UniversitasiiMoskow. Melaluii Ja‟far iinilah, Syahruri banyak diperkenalkani dengani pemikirani ulama tatai bahasai Arabi seperti al-Farra‟, AbuiiAli al-Farisi, IbniiJinni, sertai al-Jurjani. Setelahi mendalamii pemikirani tokoh-tokohiitersebut, Syahruri sampai kepadai satui kesimpulani bahwa tidaki adai sinonim („alam al-Taraduf) i dalami bahasai Arab. Sejaki tahunii1984, Syahrur menulisi pemikiran- pemikirani penting yangi diambili darii ayat-ayati yangi tertuangi dalam kitabiisuci. Melaluii diskusi bersamaiiJa‟far, Syahruri berhasil mengumpulkani hasili pemikirannya yangi masihiiterpisah-pisah.
8Alimi Khoiri, “ Rekonstruksi Konsep Aurat Analisis Pemikiran Syahrur”. Jurnail Universum. Vol. 9 No. 2 ( Kediri:i Universum. i2015), hlm. 152-153.
35
Fase ketigai (1986-1990), Syahruri mulaii mengumpulkani hasili pemikirannyai yangi masihi berserakan. Hinggai tahunii1987, Syahrur telahi berhasili mengumpulkan bagiani pertama yangi berisiiigagasan-gagasan idasarnya. segerai setelahi itu, bersamaiiJa'far‟
beliau berhasili menyusun “hukumi dialektika iumum” yangi dibahas di bagianiikedua.
Menuruti Peter iClark, bahwa karyai Syahrur inii telah mengguncangi dunia Arabi dan sangati kontroversial, sehinggai mengundang banyaki kecaman. Namuni tidak dapati dinafikan bahwai karya inii mengusung gagasan-gagasani yang cerdasi dan liberali mengenai ikonsep-konsepi al-iQur‟an, baiki yangi berkaitan dengani diskursusiiteologi, hukum, imoral, maupuni sosiali kemasyarakatan.
Karyai ini untuki pertama kalii diterbitkani di Mesiri oleh percetakani al-Ahalii yangi bermarkas di iDamaskus. Karyai inii sukses mendapati sambutani yangi luar biasai bahkani dinilaii sebagai salahi satui bukui terlaris (bestiiseller) di iTimur iTengah. Dan iterbukti, karya inii telahi terjuali kurang lebihi 20.000i ekslempari pada terbitani perdanannya dani telahi empat kalii cetaki ulangi dalam kuruni waktui setengahi tahun. Di iIndonesia, kajian tentangi pemikiran Syahruri sudah menjadii diskursus pentingi di berbagaii perguruan tinggii Islam.
Sejumlahi karya tulisi dalam bentuki skripsi dani artikel telahi dilakukan dengani sangat iserius. Hal inii berkat upayai Sahiron Syamsuddini (Permbina Forstudia dani dosen iTafsir-Hadist UIN
36
Sunani Kalijaga) yangi telah mengintrodusiri dan menerjemahkani buku Muhammadi Syahrur, Nahwai Ushul Jadidahi lii al-Fiqhiial- Islami: Fiqhi al-Mar‟ah (Metodologii Fiqihi Tafsir iKontemporer) dan bukunyaiPrinsipi dani Hermeneutika al-Qur‟an Kontemporer (al- Kitab wa al-Qur‟an Qira‟ah al-Mu‟ashirah).
b. Dirasat Islamiyah Mu‟ashirah fi al Daulah wa al Mujama‟ (Studi Islam Kontemporer tentang Negara dan Masyarakt).
Padaitahun i1994, percetakan al-Ahalii kembali menerbitkani karya keduai Syahrur. Bukui ini terdirii dari 375i halaman yangi dibagi dalami sembilan babi pembahasan. Dengani sangat tajami buku ini menguraikanitema-temai sosial politiki yang terkaiti dengan persoalani warga negarai maupun inegara. Secara ikonsisten, Syahrur menguraikani tema-temai sentral sepertiial-„Usrh, ial-Ummah, ial- Sya‟ab. Al-Dimuqratiyyahiiwa al-Syura, ial-Daulah, dani al-Jihad dengani senantiasai terkait rumusani teoritisi yangi telahi beliau gariskani di dalami bukuiipertamanya.
Syahruri berkesimpulani bahwai urusan negarai dani warganyai tidak diaturi dengani rindi di dalam ial-Qur‟an, olehi karenai itu parai sahabati berijtihadi dalam menafsirkani firmani Allahi SWT, dengani melihati kepada praktiki yangi pernahi dicontohkan Nabii Muhammadi SAW. Olehi karenaiiitu, menurut Syahruri sangati pentingi bagi umati Islami untuki senantiasa melakukani pembaharuani oemikiran utnuk kemaslahatan umati Islami Itui sendiri.
37
c. Al Iman wa Al Islam Manzumati Al iQiyam (1996)
Selanjutnyai padai tahuni 1996, Syahruri kembalii menulis karyai dengani tema “al-Islam wa ial-Iman: Mnazumat al-Qiyam”
dengani penerbit yangi sama. Bukui ini terdirii dari 401i halaman yangi dibagi dalami dua ibagian. Bagian pertamai menjelaskan pengertianial-
„ibad danial-„Abid dani perbedaan keduanyai di dalam al-Qur‟ani sertai diakhiri dengani pendapatnyai secarai lugas dani tegasi tentangi hubungan Islami daniiPolitik. Buku inii mencobai mendekonstruksikan konsepi klasiki mengenaii pengertian daniipilar-pilari Islam daniiIman.
iTentunya, kajian-kaijannya diarahkani pada penelaahani terhadap
iayat-ayat yangi termaktub dalamikitab sucii dengan senantiasa konsisten padai rumusan teoritisi yang beliau ibangun.
d. Nahwa Ushuli Jadidah Lil Fiqh Al Islamii(Metodologi Islam Kontemporer), 2000.
Bukui ini jugai diterbitkan olehi percetakani al-Ahalii di
iDamaskus. Bukui inii terdiri darii 383 halamani yangi dibagii dalam enami babi yangi menjelaskan ipemikirannya secarai rincii seputar
iwasiat, iwarisan, ikepemimpinan, poligami, daniipakaian. Dalami bukunya inii Syahruri ingini menjelaskan metodologii dani pendekatani baru dalami memahamii fiqihi yaitu teorii limiti(hududi Allah). Bukui inii cenderungi mendobrak pendapati ulamai klasiki yang masihi mengakari dalami tradisi keilmuani umatiiIslam. Metodologi fiqihi barunyai inii muncul didasari atasi kesadarani bahwai risalah MuhammadiiSAW,
38
merupakani risalah yangi sesuaii setiapi masa daniitempat, tidaki hanya risalahi bagii masyarakati abad ke-7iihijriyah.
Syahruri melihat bahwai perlu adanyai pemahaman barui dalam
iibadah, mu‟amalahi dan akhlaqi dani tidak lagii bertaqlidi secara butai terhadapi mazhabi fiqih yangi adai sepertii Hanafi, iMaliki, iSyafi‟i, Hambali. Kegelisahani inilah yangi mendororng Syahruri untuki mengkaji ulangi al-Qur‟ani dani Sunnah dalami menggagasi fiqihi barunya.
e. Ta‟liq „ala al-Kutubi wa al-Maqalati wa al-Rudud allati iShudirat haula
“al-Kitabi wa al-Qur‟ani Qira‟ah iMu‟ashirah”. Tulisani ini yangi disebuti terakhir adalahi jawabani Syahruri terhadap parai pengkritiknyaiyangi disiapkani dalami bentuk pengantari dalami bukui keduanya yaitu Dirasati Islamiyyahi Mu‟ashirahi fi al-Daulahi wa ial- Mujtama.
3. Metode Penafsiran Muhammad Syahrur
Pada pembahasan kali ini akan menjelaskan tentang Hermeneutika yang di lakukan oleh Muhammad Syahrur, yang mana melatar belakangi pemikiran Muhammadi Syahrur dalami menafsirkan
iayat-ayat Al-iQur‟an,termasuk ayat tentang Hijabi ini. Di sini Syahrur menggunakani 2 teorii metode penafsiran, iyaitu:9
9Alimi Khoiri,” Fikihi Busana” (Yogyakarta:i Kalimedia, i2016), hlm 109-115.
39
a. Teorii Linguistik
Adapaun pendekatani yang di gunakan oleh Syahruri dalam mengkontruksii pemikiran keislamannyai menggunakan pendekatani Hermeneutika dengan menekankanpada aspeki filologi i(kebahasaan).
Syahrur menyebutkani sebagai al-Manhaji al-Tarih al-„Ilm fi dirasat al- Lugawiyyahi (metode historis ilmiahi studi ibahasa), sebagaimana di kemukakan olehi Ja‟far Dakki al-Bab, dalami bukunya ial-Kitab Wa al-Qur‟an. Pendekatani ini sebenarnyai merupakan kesimpulani teori linguistiki Ibnu Jinnii dan ial-Jurjani. Dari teorii itulah Syahruri membuat ibatasan-batasan metodei linguistiknya yangi memiliki prinsipi antara lain:
1) Bahwai bahasa merupakani sebuah sistemi
2) Bahasai merupakan fenomenai sosiologi dani konstruksi bahasanyai sangat terkaiti dengan konteksi dimana bahasai itu di sampaikan
3) Adai keterkaitan antarai bahasa dani pemikiran 4) Menolaki adanya sinonimi dalam bahasai
b. Teori Batas (Nazariah Hudud)
Teorii batas secarai garis besari dapat di gambarkan antarai lain, perintahi Tuhan yangi di ekspresikan dalam al-Qur‟ani dan Sunnahi yang mengaturi atau memberikani batasan bawah dani batasan atas bagii seluruh perbuatani manusia, batasi yang leih rendahi mewakili ketetapani hukun minimum dalami kasus itertentu,
40
sedangkan batasi atas merupakani batas maksimalnya. Ketika batas- batas itu dilampaui makai hukum harusi dijatuhkan sesuai proporsii pelanggaran yangi dilakukan. 10
1) Batasi Minimum
Batasi Minimum itu tidak bolehi dilampaui agar menjadii lebih minimali lagi. Batasi minimal merupakani batas terendahi yang di berikan olehi Allah tentangi suatu perbuatani yang bolehi dilakukan.
2) Batasi Maksimum
Yaitui batas palingi atas yangi telah di tetapkan dani tidak mungkini dilampaui, namuni memungkinkan untuki meringankan.
Metodei penafsirani Al-Qur‟ani Syahruri dinamakani pembacaani kontemporeri (qira‟ahiimu‟ashirah), yaitu sebuah model pembacaani hermeneutika yang dimaksudkan untuki memberikan pemaknaan baru, bahkan mendekontruksi produk-produk tafsir konvensional. Hermeneutikai dalam pandangani Syahrur dipersamakani dengan katai takwil, bukani tafsir di karenakan Syahruri sering menggunakani istilah yangi petama kali (takwil) i daripada yangi terakhir untuki menungkapkan teori-teorinyai seputar hermeneutika.
Hali ini, sejalani dengan teks Alii Harb yangi didasarkan padai sebuah
ifakta, bahwa manusiai dianggapi ada, karenai ia berfikiri daniiberbicara,
10Muhammadi Syahrur, “Prinsip dan Dasar Hermeneutika Hukum Islam Kontemporer”, terj. Sahironi Syamsuddin ( Yogyakarta:i el-Saq iPress, 2012), hlmi 31.
41
menunjuk daniimenyimbolkan, mengungkapi dan imembuktikan. Inii berartii manusia tidaki dapati berfikiri dan merenungi kecualii melaluii bahasa. Sementaraiiitu, takwili adalah berfikiri denganiibahasa, dalami bahasa, dan utnuk ibahasa, maka setiapi pemikiran menyandangi watak ihermeneutis. Syahruri menetapkan ikaidah-kaidah ataui prinsisp-prinsip yangi harus dilakukani seseorang, jikai ingin melakukani penakwilan terhadapi ayat-ayatiiAl-Qur‟an:
iPertama, berpegangi teguhi pada bahasai Arabi berdasarkani landasan iberikut: (a) bahasai Arabi tidak mengandungi karakteriisinonim, bahkan sebuahi katai mungkini memiliki lebihi darii satui makna: (b) ikata-kata berfungsii sebagai pelayani makna-makna, artinyai saranai yang membantui untuk memperolehi makna: (c) pijakani kebahasaan bangsai Arab adalahi makna, jikai makna dibatasii akan mudahi dalam ipengungkapannya: (d) teks kebahasaani apapun tidaki dapat dipahamii kecuali dengani media yangi dapat dipahamii oleh akali dan ikesesuaiannya.
iKedua, para pengkajii diharuskan memahamii hubungan wujudi objketif dalami konsepial-Tanzil dani kesadarani manusiai maupun terhadap wujudi tersebuti yangi berada dalami konsepiial- Inzal.11
iKetiga, klasifikasi tematiki yang diistilahkani dengan al-tanzil, yangi berarti menghimpuni ayat-ayati terkait dengani satu tema
11Muhammad Syahrur, “Prinsip dan Dasar Hermeneutika Hukum Islam Kontemporer”, terj Sahironi Syamsuddin (Yogyakarta:i el-Saq Press, i2012), hlm 266.
42
kemudia merangkainyia satu samai lain secarai berurutan dengan iutuh.
Upaya penerjemah terhadapi ayatial-Kitabi secara berurutani sepertii susunani mushaf dapati dianggapi sebagaiipemborosan iwaktu, karenai hanyai akan mengaburkaniipengertian.
iKeempat, tidak terjebaki dalam pemilahani atau pemisahan ayati dengan asumsii bahwa setiapi ayat menurut sebuahi pemikiran utuhi yang salingi melengkapi i(integral).
iKelima, pemahaman terhadapi rahasia mawaqii al-Nujum fi kitabi (lokasi-lokasii pemisah antari ayat). Prinsipi ini merupakani kunci utamai dalam metodei penakwilan al-Qur‟ani dan pemahamani ayat-ayati secara keseluruhan.
Prinsip keenam, yaitu perujukani silang terhadapi berbagai informasii yang didapat. Prinsipi ini perlui dilakukan sebagaii sarana menghindarii pertentangan diantarai ayat-ayati yang terdapati dalam ial-Qur‟an.
Pendekatani linguistik Syahruri dengan hermenutika takwili adalah menjadikaniayat menemuii akhir ipemaknaannya, baik berupai hukum teoritisi logis maupuni realitas objektifi secara langsungi yang dapati diindera. Ketikai mendapati ayati al-Qur‟ani yangi tersusun dalami redaksiiiteoritis. Model takwilnyai adalahi mendapatkani hukum yangi sesuaii dengani akal daniirealitas. Takwili dalam pandangan
iSyahrur, sekali lagii merupakan upayai yang dilakukani untuk mengetahuii teori-teorii dan realitasi ilmiah yangi digali darii ayat ial-
43
Qur‟an. Dengan berdasarkan padai asumsi di iiatas, maka Syahrur menyimpulkani bahwa semuai yang di wahyukan kepadai Nabi Muhammadi itu berasali dari alami realitas (alami al-haqiqah) dani alam (alami al-ma‟qulut) sehinggai sebenarnya tidaki ada wujudi materil yang tidaki rasional. Jikai kandungan iayat-ayat tersebuti nampak tidaki rasional makai hal itui karena akali manusia belumi mampu imencapainya. Menururt iSyahrur, ayat-ayat imutasyabihait terdirii dari al-Qur‟ani wa as-sab‟ ial-matsani.
iAyat-ayati ini berisiiimasalah-masalahiiakidah, quwanini al- wujud, ikisah-kisah, daniihukum-hukum sejarah. Di dalamnya tidak ada perintah dan larangan, melainkanan hanya informasi dalam firan Allah Qs. Hud ayat 49, dan Shad ayat 67-68. Keberadaan ayat-ayat mutasyabihat ini adalah untuk membedakan antara yang haq dan bathil. Ayat-ayat ini harus dikaji dengan metode takwil sesuai dengan sifat pengetahuan yang nisbi dan relatif.
B. KH. Husein Muhammad
1. Biografi KH. Husein Muhammad
Huseini Muhammad lahiri pada tanggali 9 Mei i1953, tepatnya di Arjawirangun, Cirebon. Huseini Muhammad merupakani putra dari keluarga besari dari Pondoki Pesantren Dar at Tauhidi Arjawirangun.
Ayahnyai bernama Muhammadi Asyrofuddin darii keluarga biasai yang memiliki latar belakangi pendidikan ipesantren, sedangkan ibunyai bernama Ummui Salma Syathorii beliau merupakan putri darii keluarga
44
pendiri pondoki pesantren Dar ati Tauhid yang sekarang dipimpin oleh putranya yakni Husein Muhammad.12
Sejak kecil Husein Muhammad sudah belajar ilmu Agama, seperti yang beliau katakan dalami buku “Kiai Husein Membela Perempuan”
ikarangan M. Nuruzzaman. Husein Muhammad menyelesaikan pendidikan dasari dan pendidikan diniyahi pada tahuni 1966 di lingkungani pesantren Dar at-Tauhidi Arjawirangun, kemudian beliau melanjutkani SMPN 1 Arjawirangun dani beliau selesai padai tahun i1969. Di SMPi inilah Husein tumbuh remajai dan mulai mengikutii organisasi bersamai teman-temannya.
Masuknya Huseini ke sekolahi umum sudah mencerminkani sikap moderati dari pesantreni Dar at Tauhidi yang mengizinkan anaki Kyai untuki sekolah di luari pesantren, Seperti yang pernah dikatakan oleh Husein Muhammad bahwa di Banding dengan pesantren lain. Setelah menyelesaikan sekolah menengah pertama, Husein melanjutkan belajarnya di pondok pesantren Lirboyo di daerah Kediri Jawa Timur selama 3 tahun. Setelah Husein menyelesaikan belajarnya di Lirboyo, kemudian Husein melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Al- Qur‟an (PTIQ) di Jakarta.13
Disinilah Husein beserta teman-temannya diwajibkan untuk menghafal Al-Qur‟an serta mengkhususkn kajian pendidikannya tentang Al-Qur‟an. Selama 5 tahun Husein di PTIQ, beliau aktif dalam mengikuti
12Adin iHusaini, “ Mendiskusikan Jilbab di Pusat Studi al-Qur‟an”, www.wordpress.com., diaksesi 28 Januarii 2020.
13Totok Jumanto, “Kamus Ilmu Ushul Fikih” (Jakarta:i Amzah, i2009), hlm. i333-339.
45
beberapa kegiatan ekstra maupun intra kampus. Husein Muhammad bersama teman-temannya mendirikan PMII Rayon Kebayoran dan melopori adanya majalah dinding dalam bentuk reportase di kampus.
Selain mengikuti kegiatan kampus dan mendirikan PMII, beliau pernah mengikutii kegiatan jurnalistik dengani sahabatnya bernama Mustafa Hilmyi yang mana padai saat itui menjadi redakturi tempo.14
Pada tahun 1979, Husein berangkati ke Mesiri untuk melanjutkani pendidikan di Al Azhari karena menurut beliau keputusannya untuk melanjutkani ke Universitas Al Azhar adalahi saran darii gurunya darii PTIQ yaitu Prof. Ibrahimi Husein untuki mempelajari Ilmui Tafsir iAl Qur‟an, karena menuruti sara dari gurunya Mesiri merupakan bidang pengetahuannya dibanding dengan negara Timur Tengah lainnya.15 Dan tepat padai tahun i1983, akhirnya Husein Muhammadi lulus darii Universitasi Al Azhari dani memutuskani kembali ke Indonesiai untuki melanjutkani kepengurusan pondoki pesantreni keluarganyai yakni di iDar at iTauhid, Arjawirangun. Bersamaan dengan itu Huseini Muhammad mendapat tawaran untuki mengajar di PTIQ, tetapi beliau menolak tawaran tersebut dengan alasan pondok pesantren yang sekarang dipimpinnya sedang membutuhkan pengembangan.16 Huseini Muhammad lalu menikahi dengan Liliki Nihayah Fuadi Amin, kemudiani mereka
14Satriai Effendi, “Ushul Fikih” (Jakarta: Kencanai Prenada iMedia, 2005), hlm. i154- 155.
15Muhammad Syahrur, “Nahw Usul Jadidah Li al-Fiqh al-Islami “ (Damaskus: al- Ahaliy, 2000), hlm. 332.
16M. Nuruzzaman, “Kiai Husein Memebela Perempuan” (Jakarta: Pusaka Pesantren, 2005), hlm. 110.