• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN

3. Keadaan ekonomi

Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2020 bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Desa Setanggor sebesar 25,5 % dan Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar 831. Mata pencaharian penduduk di Desa Setanggor

Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah didominasi oleh buruh tani dan pemilik usaha tani.

Tabel 2.3 Data Mata Pencaharian Penduduk di Desa Setanggor Struktur Mata Pencaharian Menurut Sektor Sektor Pertanian

Petani 0 orang

Buruh Tani 2064 orang

Pemilik Usaha Tani 982 orang

Sektor Peternakan

Peternakan Perorangan 4 orang

Buruh Usaha Peternakan 10 orang

Pemilik Usaha Peterakan 341 orang

Sektor Industri Menengah dan Besar

Karyawan Perusahaan Swasta 15 orang

Sektor Jasa

Pemilik Usaha Jasa Hiburan dan Pariwisata 1 orang Pemilik Usaha Hotel dan Penginapan Lainnya 3 orang Pemilik Usaha Warung, Rumah Makan dan Restourant 9 orang

Perawat Swasta 11 orang

Sumber : Data Desa Setanggor

Melalui data yang dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa tingkat kemampuan penduduk Desa Setanggor untuk menunjang perekonomian Desa melalui kegiatan-kegiatan pariwisata sudah baik. Karena tingkat pendidikan penduduk dan tingkat kemampuan penduduk untuk jasa layanan wisata sudah mencukupi.

Desa Setanggor pada saat ini merupakan salah satu Desa di Kabupaten Lombok Tengah yang menjadi tempat rekreasi dan edukasi bagi masyarakat semua kalangan karena suasananya yang sejuk, tersedia

layanan pembuatan pupuk kompos dan tradisi-tradisi lokal yang masih dikembangkan.

4. Keadaan Pariwisata di Desa Setanggor

Obyek wisata dan fasilitas pendukung di Desa Setanggor tersebar di lima Dusun dengan potensi dan kearifan masyarakat lokal. Sejauh ini, Desa Setanggor merupakan salah satu Desa yang terkenal dengan kelestarian alam dan budaya melalui keterlibatannya di dunia pariwisata.

Terdapat tiga jenis wisata yang ditawarkan kepada wsiatawan:

a. Seni dan Budaya

Wisata Kesenian berada di Dusun Mertaq Seni dan Setanggor Timur. Adapun wisata kesenian ini dapat ditemukan beberapa kesenian dan kebudayaan menjadi daya tarik bagi pengunjung, yaitu: Seni tari tradisional, gamelan dan pembacaan lontar.

Galeri Tenun merupakan salah satu tempat wisata unggulan di Desa Setanggor yang berada di Dusun Setanggor Timur, Galeri Tenun adalah tempat para pengrajin tenun tradisional yang diberikan pemberdayaan dan difassilitasi oleh pengelola pariwisata Desa Setanggor.

b. Pertanian

Wisata pertanian merupakan obyek tujuan wisata yang berada di Dusun Setanggor Timur 1. Program yang ditawaran di program wisata pertanian ini adalah kegiatan bertani atau bercocok tanam

bagi wisatawan dan tersedianya spot foto yang menjadi penunjangnya.

c. Peternakan

Wisata perternakan berada di Dusun Pondok Rejeng, dengan adanya wisata peternakan ini wisatawan yang datang berkunjung disuguhkan dengan program tata cara pembuatan pupuk organic.

Bisa dikatakan bahwa wisata peternakan ini termasuk sebagai wisata edukasi (tourism educate).

Adapun fasilitas-fasilitas yang dapat ditemukan di Desa Wisata Setanggor adalah Toilet Umum, Home Stay dengan jumlah 28 kamar yang bertempat di Dusun Setanggor Timur 3, dan Guide Lokal.

B. Bentuk Manajemen Community Based Tourism (CBT) di Desa Wisata Setanggor

1. Keterlibatan masyarakat dalam mengontrol, memanejemen dan pembangunan pariwisata

Gagasan pertama mengenai pengelolaan Desa Wisata melalui manajemen CBT adalah bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan pada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembangunan pariwisata.

Adanya organisasi atau kelompok yang mengatur jalannnya roda kepariwisataan diharapkan mampu menunjang dan memenuhi kebutuhan Desa wisata tersebut. Mengenai pengelolaan berbasis masyarakat (community based tourism / CBT) di Desa wisata Setanggor secara umum

dikelola oleh pemerintah desa dan secara khusus dikelola oleh masyarakat yang tergabung di dalam Pokdarwis Sekarteje.

Tabel 2.4 Susunan Pengurus Pokdarwis Sekarteje Desa Setanggor

Sumber : Data Pokdarwis Sekarteje Desa Setanggor

Desa wisata Setanggor dikelola penuh oleh masyarakat lokal yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Sekarteje.

Seperti yang disampaikan oleh bapak Mahrup selaku ketua Pokdarwis Sekarteje dalam wawancara, sebagai berikut:

“Kalau mengenai pariwisata di Desa Setanggor ini secara keseluruhan kami yang kelola artinya Pokdarwis yang memiliki peran, karena dalam sejarahnya kami dibentuk untuk mencari potensi

PENASIHAT Kepala Desa

PEMBINA Ida Wahyuni

KETUA Mahrup

Bendahara Salehudin Sekretaris

Sukarni Putri WAKIL

Muriadi

Seksi Kebersihan Joni Iskandar Seksi Humas

dan SDM Sumartha Seksi Daya

Tarik Wisata Sukarman Seksi

Keamanan Sadli

Seksi Usaha Siti Nurkaedah

ANGGOTA

desa dan mengemasnya dalam bentuk pariwisata. Kemudian yang terlibat sebagai pengurus dan anggota-anggota di Pokdarwis ini hanya tokoh-tokoh masyarakat dan bukan kalangan pemuda”.43

Bentuk kegiatan Desa Wisata yang disediakan oleh pengelola Desa Wisata Setanggor adalah:

“Kami ada beberapa obyek sebenarnya yang kemudian kami tawarkan, kesenian misalnya itukan memberikan ruang kepada pennggiat seni yang ada di desa Setanggor dalam upaya kelestarian budaya, dan itu ada harga jualnya. Ada wisata perkebunan, tamu yang datang berkunjung kami upayakan supaya ada kesan yang beda dari tempat wisata lainnya karena itu pada wisata perekebunan ini tamu biasanya kami temani berkeliling di area perkebunan, ya walaupun ini sebenarnya musiman.

Selanjutnya ada juga peternakan, salah satu obyek yang oleh tamu dijadikan sebagai edukasi yaitu pembuatan pupuk kompos.

Masing-masing dari obyek tersebut terdapat spot foto. Untuk produk kami ada pengrajin songket lokal tradisional, itu ditempatkan di Galeri.”44

Keterangan di atas memberikan penjelasan bahwa pengelola desa wisata Setanggor memiliki tiga jenis program wisata yang berbasis pada masyarakat lokal, yaitu Seni dan budaya, Perkebunan dan Peternakan.

Adapun keterangan dari bapak Gilang sebagai pengunjung, adalah sebagai berikut:

“ini adalah kunjungan pertama saya, Alhamdulillah suasana yang terdapat disini sangat sejuk. Masyarakatnya juga ramah-ramah.

Pengalaman pertama yang saya dapatkan adalah suasana pedesaan yang masih kental akan kebudayaan-kebudayaanya, lingkungan bersih dan itu saja mungkin. Harapan saya nanti untuk kedepannya, bisa diadakan event-event besar iya di sini. Supaya bisa lebih terkenal dari desa yang lain”.45

Mengenai pembangunan pariwisata di Desa Wisata Setanggor dapat kita temukan keterangannya melalui hasil wawancara sebagai berikut:

43 Mahrup, Wawancara, Setanggor, 23 Februari 2021.

44 Sukarman, Wawancara, Setanggor 23 Februari 2021.

45 Gilang Raukal, Wawancara, 24 Februari 2021.

“Pada awalnya dibentuk di dalam wadah pokdarwis ini, kami meminta iuran kepada seluruh anggota dan pengurus yang pada saat itu berjumlah 30 orang, kami iuran dengan jumlah uang Rp. 100.000 per-orang. Dana-dana yang sudah terkumpul itu kami gunakan untuk membangun segala kebutuhan dan fasilitas untuk kebutuhan tamu, mulai dari pelang dan lain sebagainya. Lambat laun, datang bantuan untuk Sanggar dengan total Rp. 350.000.000 dan wisata-wisata lainnya. Kami juga dapat bantuan untuk pembanguan wisata dari Dispar Lombok Tengah dan Menteri Desa”.46

Pembangunan pariwisata tidak terlepas dari pengeluaran jumlah dana yang besar untuk pembangunan fasilitas-fasilitas penunjang dan kelengkapan dari obyek wisata tersebut yang kemudian akan dijadikan sebagai aset. Maka keaktifan pengelola untuk mencari relasi dengan pemerintah sangat diperlukan guna untuk mendukung program wisata melalui anggaran atau aturan (regulasi).

2. Keterlibatan masyarakat dalam usaha-usaha dan mendapat keuntungan Gagasan kedua dari manajemen CBT adalah peran masyarakat dalam program Desa Wisata. Peran masyarakat Desa Setanggor di sini adalah keterlibatan di dalam usaha-usaha baik itu usaha jasa atau usaha yang lainnya. Dengan terbentuknya desa wisata Setanggor memberikan dampak positif bagi pengusaha-pengusaha kecil. Berikut keterangan dari salah satu pelaku usaha dibidang peternakan di Desa Setanggor:

“Alhamdulillah, semenjak dibentuknya program olahan kompos ini kami bersyukur dapat berbaur dengan berbagai macam orang, sehingga omset atau pendapatan kami bertambah. Pedagang- pedagang kecil pun bisa merasakan manfaat dari pariwisata di desa kami.

Namun, disisi lain juga pedagang kain tenun tradisional yang ada di sini sangat berharap supaya setiap tamu yang datang itu bisa membawa kain tenun karena itu pendapatan bagi mereka”.47

46 Mahrup, Wawancara, Setanggor 23 Februari 2021.

47 Dimiyati, Wawancara, Setanggor 24 Februari 2021.

Selanjutnya, menurut keterangan dari Bapak Mahrup selaku ketua Kelompok Sadar Wisata Sekarteje Desa Setanggor:

“Sangat berdampak, bukan hanya industri pariwisata saja seperti homestay, pengerajin songket kain tradisional, temen-temen pemuda yang sebagai travel atau sebagainya. Namun, pedagang- pedagang kecil juga dapat manfaatnya. Karena tidak jarang pula tamu-tamu lokal dan nasional pergi ke warung-warung untuk berbelanja”.48

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk dari kesiapan Desa Setanggor untuk mengemas produk wisatanya kemudian dipasarkan kepada wisatawan dan pengunjung yang datang. Beberapa bidang usaha produk yang mendapat keuntungan dari wisatawan yang berkunjung di desa Setanggor antara lain; pedagang kecil, usaha pupuk kompos, penenun kain songket, dan produk perkebunan. Adapun usaha jasa yang mendapat keuntungan dari wisatawan yang berkunjung di desa Setanggor antara lain; jasa Guiding, penginapan (homestay), sanggar seni, dan jasa Travel.

3. Pemberdayaan sumber daya manusia dan distribusi keuntungan

Gagasan ketiga dari konsep Community Based Tourism (CBT) adalah menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratis dan distribusi keuntungan kepada komunitas yang kurang beruntung di pedesaan.

Artinya pengelola desa wisata Setanggor dalam menjalankan roda ekonomi melalui pariwisata juga mampu terlibat dibidang sosial politik guna memperjuangkan siasat mengembangkan pariwisata di desa Setanggor.

48 Mahrup, Wawancara, Setanggor 23 Februari 2021.

Menurut keterangan dari ketua pokdarwis melalui wawancara yang telah dilakukan:

“Kaitannya dengan pemerintah, kami dapat bantuan dan dukungan dari pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi hingga pusat bahkan beberapa kementerian juga ada dukungannya.

Mengenai pemberdayaan, kami pokdarwis sering ikut hadir dalam rangka pelatihan-pelatihan kepariwisataan oleh Dinas Pariwisata dan instansi-instansi lainnya.

Mengenai keuntungan, hasil yang kami peroleh dari tamu- tamu di sini, kami tabung untuk pembangunan fasilitas-fasilitas umum seperti toilet, kami kekurangan toilet umum sehingga beberapa warga desa rela untuk toiletnya dipakai oleh tamu atau pengunjung.

Kemudian dana yang terkumpul itu kami gunakan untuk pembangunan fasilitas-fasilitas umum”.49

Tanggapan dari bapak Dimiyati selaku pengelola obyek wisata peternakan adalah:

“Semua yang terlibat dalam pengembangan wisata ini saya kira merupakan sebuah pemberdayaan. Temen-temen anggota pokdarwis misalnya sering ikut di pelatihan-pelatihan. Banyak juga anak-anak muda yang lulusan sekolah pariwisata itu kami pakai juga untuk mengembangkan desa ini, seperti guide, hospitality dan travel”.50

Keterangan yang disampaikan oleh informan di atas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan berkaitan dengan sumber daya manusia. Peran masyarakat potensial untuk mengembangkan pariwisata di sektor jasa memberikan dampak yang baik. Pemberdayaan sumber daya manusia melalui kelompok sadar wisata merupakan sistem manajemen CBT dengan pembekalan untuk menunjang kemampuan masyarakat dalam rangka mengembangkan desa wisata.

49 Ibid..,

50 Dimiyati, Wawancara, Setanggor, 24 Februari 2021.

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Manajemen Community Based Tourism (CBT)

Dalam menjalankan kegiatan wisata di desa Setanggor, pengelola desa wisata ini memanfaatkan kearifan lokal dan keadaan alam sebagai daya tarik di Desa Setanggor. Mendapatkan rasa aman dan nyaman dari pengunjung merupakan harapan dari pengelola desa wisata ini.

1. Faktor pendukung

Beberapa faktor pendukung dari manajemen CBT di desa wisata Setanggor adalah sebagai berikut:

a. Keaktifan kelompok sadar wisata

Untuk memajukan dan mengmembangkan potensi yang dimiliki oleh desa Setanggor, keaktifan kelompok sadar wisata (pokdarwis) sangat diperlukan. Menurut keterangan dari Ketua pokdarwis Sekarteje desa Setanggor:

“Peran pokdarwis sangat menentukan kemajuan dari desa wisata itu, akan tetapi aktifnya kelompok tersebut merupakan hal yang terpenting. Setelah kami banyak berdialog dan berdiskusi dengan banyak kalangan terutama bersama Mbak Ida selaku Pembina dan sekarang beliau sebagai Ketua BPPD NTB, sehingga sampailah kepada kondisi Setanggor yang sekarang”.51

Dalam sebuah kelompok yang terdapat banyak orang aktif, dapat memberikan solusi-solusi dari permasalahan yang ada.

Sehingga, eksistensi dari desa wisata di desa Setanggor ini tetap berjalan. Setiap orang yang tergabung di kelompok sadar wisata ini

51 Mahrup, Wawancara, Setanggor 23 Februari 2021.

punya inisiasi dan inovasi masing-masing guna membangun desa wisata yang memiliki daya saing.

b. Pembagian tugas sesuai dengan keahlian

Produktifitas anggota kelompok sadar wisata terbentuk melalui penempatan keahlian sesuai dengan bidangnya masing- masing. Kreatifitas diperoleh atas dasar potensi yang dimiliki masing-masing anggota karena itu penempatan posisi sangat perlu diperhatikan atau dalam bahasa manajemen sering disebut dengan the right man in the right place. Melalui keterangan yang diperoleh dari ketua pokdarwis desa wisata Setanggor:

“Jadi, temen-temen ini terlibat di pokdarwis atas dasar kemampuan mereka. Beberapa dari temen-temen juga tidak termasuk dalam kelompok namun secara sistem pariwisata mereka masuk. Contohnya beberapa temen-temen kan ada yang profesinya di bidang travel atau pengerajin songket mereka kan tidak terlibat di kelompok. Namun, mereka ini diperlukan dalam rangka menjalankan perputaran roda desa wisata”.52

Keterangan di atas menggambarkan bahwa potensi yang terdapat di desa tersebut tidak hanya dijalankan oleh satu kelompok saja, akan tetapi komunitas-komunitas yang lain dan memimiliki keahlian di bidang pariwisata dapat manfaat dari keberadaan desa wisata Setanggor.

c. Relasi dengan pemerintah

Di desa wisata Setanggor, terdapat hubungan yang baik antara pengelola desa wisata tersebut dengan instansi-instansi pemerintah.

52 Mahrup, Wawancara, Setanggor, 23 Februari 2021.

Sehingga dengan hubungan tersebut kebutuhan fisik dan non-fisik mendapat dukungan anggaran dan lain sebagainya. Dalam wawancara, bapak Mahrup memaparkan:

“Lambat laun, datang bantuan untuk Sanggar dengan total Rp. 350.000.000 dan wisata-wisata lainnya. Kami juga dapat bantuan untuk pembanguan wisata dari Dispar Lombok Tengah dan Menteri Desa, dari Dispar Lombok Tengah beberapa waktu lalu membawakan kami 3 buah tong sampah, itulah kira-kira dukungan dari instansi pemerintah”.53

Pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa support dari pemerintah untuk wisata di desa Setanggor sangat banyak, walaupun beberapa kebutuhan wisatawan belum lengkap.

2. Faktor penghambat

Adapun faktor-faktor penghambat dari manajemen CBT di desa wisata Setanggor adalah:

a. Terdapat status sosial dalam pokdarwis

Faktor penghambat dari manajemen CBT di desa wisata Setanggor terlihat dari polarisasi anggota kelompok sadar wisata yang sebagian besar sebagai pejabat desa. Kurangnya demokrasi ini memberikan dampak buruk bagi sistem manajemen. Oleh karena itu, pentingnya keterlibatan masyarakat dan pemuda secara umum agar supaya peningkatan kinerja lembaga semakin demokratis.

b. Sistem birokrasi yang tidak efesien

Sebagai pengelola yang anggaran dan aspirasi bergantung kepada instansi-instansi pemerintah dan swassta yang memiliki

53 Mahrup, Wawancara, Setanggor, 23 Februari 2021.

sistem birokrasi tentunya sering menghambat dari pembangunan obyek wisata di desa wisata Setanggor.

Selain itu, kurangnya tingkat pelayanan sistem birokrasi juga memberikan dampak buruk dari pembangunan, karena beberapa bangunan di desa wisata Setanggor tertunda.

c. Kurangnya kesadaran anggota pokdarwis untuk kerja kolektif

Kerjasama tim merupakan faktor terpenting dari perkembangan dari sebuah organisasi, organisasi besar manapun berawal dari kerja kolektif seluruh anggota. Kendala tersebut mempengaruhi program dari kelompok sadar wisata desa Setanggor.

Semangat gotong royong harus tetap eksis, keterlibatan seluruh elemen masyarakat merupakan pilar utama untuk menunjang perputaran rotasi desa wisata Setanggor. Selain itu, keterlibatan masyarakat juga bisa mengisi kekurangan kerja kolektif dari pokdarwis di desa Setanggor.

51 BAB III PEMBAHASAN

A. Analisis Bentuk Manajemen Community Based Tourism (CBT) di Desa Wisata Setanggor

Pada dasarnya manajemen merupakan suatu proses penentuan dan pencapaian tujuan melalui pelaksaan empat fungsi dasar; perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan evaluasi (evaluating).54 Pertumbuhan ekonomi melalui sektor pariwisata sangat menjajikan, sehingga kerap kali pariwisata dijadikan sebagai leading sector oleh pemerintah pusat maupun daerah. Banyaknya turis asing yang datang ke daerah pariwisata menyebabkan adanya masalah sosial dan budaya.

Maka dari itu, konsep community based tourism (CBT) merupakan konsep pengelolaan kepariwisataan dengan mengedepankan partisipasi aktif masyarakat dengan tujuan untuk memberikan kesejahteraan bagi mereka dengan tetap menjaga kualitas lingkungan serta melindungi kehidupan sosial dan budayanya.55

Selain itu, pariwisata yang berbasis masyarakat lokal / community based tourism merupakan konsep pengelolaan yang memegang prinsip pada:

pertama, keterlibatan masyarakat dalam memanajemen, mengelola dan

54 Abdul Halim Usman, “Manajemen Strategis Syariah”, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2015), hlm. 19.

55 Dimas Kurnia Purmada, Wilopo dan Luchman Hakim Pengelolaan Desa Wisata Dalam Perspektif Community Based Tourism (Sudi Kasus Desa Wisata Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang)”, Jurnal Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya Malang, Vol. 32, Nomor 2, Maret 2016, hlm 16.

pembangunan pariwisata. Kedua, keterlibatan masyarakat dalam usaha-usaha dan mendapat keuntungan dan, ketiga pemberdayaan sumber daya manusia dan distribusi keuntungan.56

Mengacu pada keterangan di atas, maka penelitian ini akan memaparkan bahwa pengelola Desa wisata Setanggor Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah secara langsung dan tidak langsung membrikan dampak terhadap pendapatan ekonomi masyarakat dan melestarikan budaya lokal.

Adapaun beberapa bentuk dari manajemen CBT di desa wisata Setanggor, sebagai berikut:

1. Keterlibatan masyarakat dalam memanajemen, mengelola dan pembangunan pariwisata.

Masyarakat sebagai salah satu pemangku kepentingan memiliki kedudukan dan peran penting dalam keberlangsungan dari pembangunan pariwisata. Posisi masyarakat harus terlibat mulai dari tahap perencanaan hingga pembangunan pariwisata, supaya setiap program dapat terlaksana dengan baik. Dari hasil wawancara dengan pengelola desa wisata Setanggor, bahwa pengelolaan desa wisata dilakukan oleh masyarakat melalui kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Sekarteje Mertakmi.

Terdapat 3 jenis obyek wisata yaitu, wisata seni budaya, perkebunan, dan peternakan yang tersebar di masing-masing dusun. Masing-masing destinasi wisata tersebut dikelola oleh anggota pokdarwis dengan biaya kunjungan yang tidak terlalu mahal.

56 Sri Endah Nurhidayati, “Penerapan Prinsip Community Based Tourism (CBT) Dalam Pengembangan Agro Wisata di Kota Batu, Jawa Timur”, Jurnal Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada, Vol. 4, Nomor 1, 2012.

2. Keterlibatan usaha-usaha masyarakat dan mendapat keuntungan

Community Based Tourism / CBT esensinya suatu konsep dengan pembangunan pariwisata dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat (bottom-up) sehingga menjadi pariwisata yang berkelanjutan (top-down).

Masyarakat (community) yang dimaksud adalah masyarakat yang secara general tergabung dalam desa tersebut, artinya bukan dari suatu kelompok saja atau masyarakat yang memiliki usaha di bidang kepariwisataan saja. Usaha-usaha secara umum yang dimiliki oleh masyarakat lokal juga mendapat keuntungan dan manfaat oleh wisatawan.

Dalam wawancara dengan informan, maka hasil yang didapatkan peneliti adalah pertama, pihak yang paling diuntungkan adalah masyarakat yang memiliki produk atau jasa di bidang pariwisata.

Permintaan tamu paling utama adalah kebutuhan mereka untuk melakukan perjalanan wisata dengan aman dan nyaman, dalam hal ini produk jasa layanan homestay, travel, penampilan sanggar seni dan jasa edukasi pupuk kompos merupakan menu utama di desa wisata Setanggor.

Selanjutnya produk barang yang mendapat keuntungan dari keberadaan desa wisata Setanggor adalah kain songket. Pihak selanjutnya yang mendapat manfaat dari desa wisata Setangoor adalah usaha-usaha kecil, karena beberapa wisatawan (back packer) juga ketika datang berkunjung dengan tidak menggunakan jasa guide atau paket berbelanja di kios-kios yang ada di dekat obyek-obyek wisata.

3. Pemberdayaan SDM dan distribusi keuntungan

Desa wisata Setanggor yang sistem kepariwisataanya dikelola oleh kelompok sadar wisata tentunya pemberdayaan sumberdaya manusia sangat diperlukan untuk menunjang kualitas. Adapun kaitannya dengan pemberdayaan SDM di desa wisata Setanggor, pengelola desa wisata tersbeut memberdayakan dengan beberapa cara sesuai dengan kapasitas dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing individu.

Pertama, pemberdayaan melalui seni dan budaya, tujuannya adalah untuk melestarikan adat istiadat leluhur yang dimiliki oleh masyarakat desa. Seperti, seni msuik gamelan (gendang belek), pengerajin tenun (nyensek), drama tradisional (rudat), dan pembacaan lontar. Kedua, pemberdayaan masyarakat melalui pembuatan kompos yang tujuannya untuk pelestarian lingkungan dan pendapatan keuntungan. Ketiga, pemberdayaan yang berbasis pada peningkatan kapasitas lembaga yang dimana anggota tergabung dalam kelompok sadar wisata melakukan pelatihan-pelatihan kepariwisataan.

Adapun pendapatan atau penghasilan dari kelompok sadar wisata sementara dialokasikan untuk pembangunan fasilitas-fasilitas umum di sekitar obyek wisata desa Setanggor supaya wisatawan yang berkunjung dapat merasakan kenyamanan. Walaupun anggaran pembangunan bisa ditetapkan melalui pemerintah, akan tetapi untuk mempercepat pembangunan maka penghasilan pokdarwis merupakan solusi dari pembangunan tersebut.

B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Manajemen Community Based Tourism (CBT) di Desa Wisata Setanggor

Dalam menjalankan manajemen atau mengelola suatu tempat selalu dihadapkan dengan dua faktor yang saling berlawanan satu sama lain, yaitu faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung menjadi landasan bergerak seorang pengelola untuk meraih tujuannya, sedangkan faktor penghambat dijadikan landasan oleh pengelola sebagai tantangan dalam pengelolaanya. Adapun pengelola desa wisata Setanggor dalam keterangannya, dapat diperoleh sebagai berikut:

1. Faktor pendukung

a. Keaktifan anggota kelompok sadar wisata

Pengelola desa wisata Setanggor dalam hal ini ketua pokdarwis memberikan keterangan bahwa anggota pokdarwis sangat aktif dalam memajukan pariwisata di desanya. Inovasi dan kreatifitas yang dimiliki oleh masing-masing anggota merupakan hal yang utama dalam upaya pembangunan desa wisata Setanggor. Setiap anggota pokdarwis yang menjadi koordinator dari obyek wisata yang tersebar di masing-masing dusun tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar dalam kaitannya dengan kebutuhan pekerja dan fasilitas yang harus ada di obyek wisata tersebut.

b. Pembagian tugas sesuai dengan keahlian

Peran seorang pengelola desa wisata, selain dari memahami potensi alam dan budaya yang dimiliki oleh desa tersebut adalah

Dokumen terkait