Seorang ahli Pendidikan Agama Kristen pernah berkata: "Bahan kurikulum yang sempurna belum terbit." Artinya, tidak pernah ada kurikulum yang sempurna.
Kurikulum direncanakan untuk menolong, bukan untuk dijadikan wewenang tertinggi.
Alkitablah yang harus dipandang sebagai wewenang tertinggi, bukan buku pedoman.
Meskipun demikian, perlu dipahami beberapa ciri khas penting yang merupakan kekuatan sebuah kurikulum:
1. Kurikulum harus - Pandangan yang benar mengenai Alkitab 2. Kurikulum harus - Meliputi sebanyak mungkin isi Alkitab
3. Kurikulum harus - Sedekat mungkin dengan pengertian/umur anak 4. Kurikulum harus - Memberi kesukaan belajar dgn variasi metode Pandangan yang benar mengenai Alkitab
Pandangan benar mengenai Alkitab ialah, bahwa seluruh isi Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru diinspirasikan oleh Roh Allah sendiri. "Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh
ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah." (2Petrus 1:20-21)
Firman Tuhan dalam Alkitab diberi untuk mengajar dan membawa manusia pada keselamatan di dalam Tuhan Yesus, sebagaimana yang dijelaskan Rasul kepada Timotius: "Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2Timotius 3:15-16)
Meliputi sebanyak mungkin isi Alkitab
Alkitab adalah Firman Tuhan yang merupakan sumber dari segala sumber pengajaran Kristen. Memang ada bagian-bagian dari Firman Tuhan yang tidak dapat diceritakan begitu saja, sehingga khususnya untuk anak, terlebih dahulu diajarkan kitab-kitab sejarah, kitab-kitab Injil dan Kisah Para Rasul.
Sebagai contoh, kurikulum Suara Sekolah Minggu (SSM), disusun dari sekitar 500 cerita Alkitab. Dalam SSM ada beberapa perikop yang telah dipelajari di kelas Anak Kecil, dipelajari kembali pada kelas lain, tetapi dengan metode dan alat peraga yang berbeda. Misalnya, cerita tentang Penciptaan. Cerita diajarkan kepada Anak Kecil, Tengah dan Besar. Juga cerita yang berhubungan dengan Tahun Gereja, seperti Natal,
e-BinaAnak 2002
143
Paskah, Kenaikan Tuhan Yesus ke surga dan Pentakosta, pasti disajikan tiap tahun dengan alat peraga dan penerapan yang berbeda.
Hal ini dapat dipertanggungjawabkan karena pengertian rohani seorang anak terus bertumbuh. Cerita tentang orang Samaria yang baik hati yang didengar pada umur empat tahun dapat dimengerti jauh lebih dalam bila didengar pada umur sebelas tahun.
Kecuali tema-tema tertentu yang diajarkan beberapa kali, kebanyakan bahan Alkitab diajarkan pada satu tingkat umur saja, sehingga kurikulum sungguh-sungguh meliputi sebanyak dari isi Alkitab.
Dalam perencanaan kurikulum Suara Sekolah Minggu, anak-anak biasanya dikelompokkan sebagai berikut:
Anak Batita - anak masuk ketika berumur 3 tahun Anak Kecil Tahun I anak masuk ketika berumur 4 tahun Tahun II anak masuk ketika berumur 5 tahun Anak Tengah Tahun I anak masuk ketika berumur 6 tahun Tahun II anak masuk ketika berumur 7 tahun Tahun III anak masuk ketika berumur 8 tahun Anak Besar Tahun I anak masuk ketika berumur 9 tahun Tahun II anak masuk ketika berumur 10 tahun Tahun III anak masuk ketika berumur 11 tahun Tunas Remaja Tahun I anak masuk ketika berumur 12 tahun Tahun II anak masuk ketika berumur 13 tahun Sedekat mungkin dengan pengertian/umur anak
Meskipun Alkitab dikarang menurut pengertian orang dewasa, kebanyakan dari isinya dapat diajarkan kepada anak-anak sebagai "susu yang murni". Artinya, bahan dapat disederhanakan dan disajikan dalam bentuk cerita sesuai dengan pengertian dan tingkat perkembangan anak.
Bahan pelajaran Alkitab untuk Anak Batita dan Anak Kecil disusun dengan pengertian, bahwa mereka sama sekali belum sadar akan perkembangan sejarah. Mereka tidak tahu bahwa Abraham hidup sebelum Zakheus; bahwa peristiwa Perjanjian Lama mendahului peristiwa yang diceritakan dalam Perjanjian Baru. Karena itu, kurikulum untuk mereka sebaiknya diisi dengan cerita-cerita yang disajikan di bawah satu tema bulanan yang berpusat pada pengalaman mereka, seperti hidup dalam keluarga, penciptaan dan pemeliharaan Allah. Cerita-cerita di bawah tema itu dapat diambil dari Perjanjian Lama atau dari Perjanjian Baru, selama mendukung pokok yang dipilih sebagai tema.
e-BinaAnak 2002
144
Bahan pelajaran Alkitab untuk Anak Tengah disusun dengan pengertian bahwa perikop Alkitab untuk umur itu boleh lebih panjang dan lebih lengkap. Cerita Alkitab sewaktu- waktu masih berfokus kepada tema bulanan, umpamanya: "Memberi dengan sukacita".
Empat cerita untuk tema itu dipilih dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Tetapi juga ada cerita seri, misalnya, enam cerita mengenai Daniel, empat cerita tentang Filipus.
Pada umur ini anak-anak mulai mengerti hubungan dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya.
Bahan pelajaran untuk Anak Besar disusun dengan pertimbangan bahwa peristiwa Alkitab dilihat secara keseluruhan dari segi sejarah, baik sejarah dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Dalam kurikulum SSM, Anak Besar selama beberapa minggu menyelidiki tentang "Pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir dan perjalanan mereka di padang belantara". Mereka menyelidiki secara teratur mengenai masa hakim- hakim, raja-raja dan kerajaan Israel yang terpecah menjadi dua. Kemudian selama lima minggu mereka belajar tentang pembangunan tembok Yerusalem di bawah pimpinan Nehemia. Pada minggu-minggu selanjutnya mereka "berjalan" bersama rasul Paulus yang memberikan Injil sampai ke ujung bumi. Pada umur ini juga, anak mengagumi tokoh-tokoh dan meneladaninya, karena itu diajarkan tentang pahlawan-pahlawan iman.
Setelah selesai dengan kurikulum Anak Besar, bahan pelajaran selanjutnya disiapkan untuk Tunas Remaja. Anak-anak yang kini berada pada ambang masa remaja dapat diajar jauh lebih luas. Metode bercerita sudah jarang digunakan. Mereka menyelidiki Alkitab sendiri, dipimpin oleh guru yang berfungsi sebagai pendamping. Sewaktu-waktu mereka diajar di luar ruangan untuk menyelidiki pokok tertentu secara nyata.
Langkah-langkah seperti inilah yang dibutuhkan untuk mengadakan "kurikulum yang dekat dengan pengertian anak."
Memberi kesukaan belajar melalui variasi metode
Kurikulum yang memberi kesukaan belajar kepada anak, mengusulkan berbagai metode dalam menyampaikan dan menerapkan Firman Tuhan. Anak-anak dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif.
Variasi menggunakan alat peraga sebagai media mengajar juga diperhatikan, sehingga tidak hanya satu jenis alat peraga yang dipakai secara terus menerus (misalnya gambar atau gambar flanel).
Bahan dikutip dari sumber:
Judul Buku: Pedoman Pelayanan Anak Pengarang : Ruth Laufer
Penerbit : Grafika Dinoyo, Surabaya Halaman : 202 - 205
e-BinaAnak 2002
145
Tips: Bagaimana Mengevaluasi Kurikulum?
Berikut ini adalah beberapa contoh pertanyaan yang dapat dipakai untuk menilai apakah Kurikulum yang dipakai di Sekolah Minggu anda telah memenuhi syarat sebagai Kurikulum yang baik.
A. ISI: Materi apa yang diajarkan dalam kurikulum?
1. Apakah bahan-bahan pelajarannya didasarkan pada Alkitab, sebagai sumber pengajaran pendidikan Kristen di SM anda?
2. Apakah bahan-bahan pelajarannya memberikan lebih banyak fakta- fakta Alkitab dari pada interpretasi atau tafsiran yang kurang tepat?
3. Apakah bahan pelajarannya mengajarkan kebenaran Firman Tuhan secara konsisten?
4. Apakah bahan pelajarannya mengajarkan kebenaran Alkitab secara lengkap, jelas dan apa adanya, termasuk mujizat dan keajaiban yang Tuhan Yesus lakukan?
5. Apakah bahan pelajarannya mengajak murid untuk memiliki hubungan dengan Tuhan semakin dekat dan pribadi?
6. Apakah bahan pelajarannya mengajar murid untuk memiliki komitmen yang jelas dengan Tuhan?
7. Apakah bahan pelajarannya mengajar murid untuk memiliki iman percaya yang kuat kepada-Nya?
B. FALSAFAH: Bagaimana kurikulum didesign?
1. Apakah bahan pelajarannya memiliki tujuan pengajaran yang jelas dan dapat dijalankan/dicapai?
2. Apakah bahan pelajarannya memiliki kunci pengajaran yang jelas sesuai dengan tujuan pengajaran?
3. Apakah bahan pelajarannya memiliki keseimbangan pengajaran yang baik antara iman (pengetahuan) dan perbuatan (aplikasi)?
4. Apakah bahan pelajarannya sesuai dengan tingkat kemampuan murid- murid dan juga interest dan kebutuhannya?
5. Apakah bahan pelajarannya memungkinkan murid untuk mereview pelajaran sebelumnya sehingga murid dapat terus mengingat pelajaran yang telah diberikan?
6. Apakah bahan pelajaran memiliki tingkat kesulitan yang merata dan meningkat sesuai dengan bertambahnya usia anak?
7. Apakah bahan pelajarannya memberikan ruangan bagi guru untuk berkreasi dengan leluasa?
8. Apakah bahan pelajarannya cukup fleksibel sehingga guru dapat menambah dengan materi-materinya sendiri yang sesuai dengan kebutuhan anak didiknya?
C. METODOLOGI: Bagaimana kurikulum menolong menyajikan pelajaran?
1. Apakah bahan pelajarannya menawarkan teknik mengajar yang kreatif?
e-BinaAnak 2002
146
2. Apakah bahan pelajarannya memakai alat-alat mengajar yang sederhana dan cocok untuk digunakan dalam segala keadaan?
3. Apakah bahan pelajarannya menyediakan alat-alat belajar yang mendorong murid untuk belajar lebih mudah dan menyenangkan?
4. Apakah bahan pelajarannya cukup fleksibel digunakan di berbagai konteks belajar mengajar?
5. Apakah bahan pelajarannya juga menyediakan tambahan materi pelengkap agar guru dapat belajar lebih luas?
6. Apakah bahan pelajarannya dapat digunakan baik oleh guru yang berpengalaman atau yang belum berpengalaman?
7. Apakah bahan pelajarannya mendorong guru untuk bereksperimen dan memberi keleluasaan untuk mengembangkan gaya mengajarnya sendiri?
Bahan dirangkum dari sumber:
1. Judul Buku: Childhood Education in the Church Pengarang : Robert E. Clark
Penerbit : Moody Press Chicago Halaman : 267 - 268
2. Judul Buku: Christian Education: Foundations for the Future Pengarang : Robert E. Clark
Penerbit : Moody Press Chicago Halaman : 499 - 501
Sharing
Apa arti penting kurikulum bagi para GSM?
Berikut ini beberapa sharing pendapat mengenai kurikulum dari para GSM yang kami ambil dari milis diskusi e-BinaGuru. Kiranya memberi manfaat untuk masukan bagi pelayanan Sekolah Minggu kita masing- masing. e-BinaGuru < subscribe-i-kan- [email protected] >
Dari: Fiertra Cahya <fiertra@>
>Kurikulum itu sebagai "garis pedoman" atau "batang utama pohon"...
>Saat kita hanya mengikuti aliran batang tsb. akan segera cepat
> habis & akan sangat monoton ....
>Sebalik-nya, dengan sedikit effort/ usaha tambahan kita dapat
>mengembangkan-nya ke kanan ke kiri sehingga muncul banyak cabang,
>banyak daun, dan pada waktu-nya akan berbuah...!!
>Jadi, harap di ingat, tanpa 'root' (batang utama-red) pasti tidak
>ada ranting & daun (apalagi "buah"), tetapi jika hanya ada 'root'
>saja tanpa dahan-daun pun tidak akan ada "buah"...!
>Lebih baik ada sedikit dari pada :
> - punya terlalu banyak, bingung menggunakan yang mana
> - atau tidak ada sama sekali (karena bingung u/ memilih)
e-BinaAnak 2002
147
>Ibarat pesilat yang terlalu banyak belajar jurus malah lupa & tidak
>"mendalam" di semua jurus, dibanding pendekar yang mendalami satu
>jurus mendasar lalu dikembangkan sesuai keadaan...
Dari: Daniel Wiratma <dewe@>
>Menurut saya sangat perlu untuk menyusun kurikulum, karena hal ini
>akan memberikan gambaran yang terarah mengenai pembinaan anak.
>Sangat baik apabila masing-masing Gereja memikirkan dan menciptakan
>kurikulumnya sendiri (sesuai dengan visi dan misi Gereja dan juga
>sesuai dengan kebutuhan Gereja tersebut).
>
>Tetapi yang saya tidak menutup mata bahwa yang namanya memikirkan
>dan membuat kurikulum untuk pembinaan anak bukan sekedar membuat
>telur mata sapi yang tinggal pecahkan telur lalu dimasak. Yang saya
>tahu untuk menyusun kurikulum perlu pemikir-pemikir yang benar-
>benar mengerti perkembangan anak dan juga memiliki pengertian
>teologis yang luas, karena kedua hal tersebut sangat penting. Jadi
>mungkin yang ideal yang memikirkan adalah tiem yang terdiri dari
>beberapa orang minimal sarjana teologi yang juga punya gelar
>sarjana psikologi, lebih bagus lagi adalah apabila dia adalah
>pengerja yang mengkhususkan diri untuk pelayanan anak.
Dari: Topson Siagian <topson@>
>Menyusun kurikulum itu susah-susah gampang. Bisa mulai dari yang
>sembarangan sampai ke yang perlu memikirkan aspek-aspek yang
>jelimet. Untuk kita GSM, saya kira kita harus memperhatikan aspek
>psikologis dan aspek teologis dari bahan yang akan dilontarkan ke
>ASM. Hal ini sangat penting untuk mengenal perkembangan anak itu
>sendiri. Ada baiknya setiap GSM membaca buku tentang Pendidikan
>Agama Kristen. Dengan demikian kita GSM mampu melihat kebutuhan di
>dalam pendidikan. Buku-buku ini sangat membantu di dalam menentukan
>kurikulum apa yang akan dibuat.
Dari: matius <matius@>
>Menurut saya dalam kurikulum yang baik perlu adalah yang
>penyusunannya dengan mempertimbangkan kebutuhan sekolah minggu itu
>sendiri seperti apa. Tentunya setiap tahun akan lebih baik jika
>ditentukan target seperti apa yang mau dicapai dari pengajaran yang
>diberikan sepanjang tahun.
e-BinaAnak 2002
148
Dari Anda Untuk Anda
Dari: Kristin <kristin@>
>Saya mengucapkan banyak terima kasih untuk semua artikel yg boleh
>saya terima. Khususnya mengenai alat peraga. Itu sangat membantu
>saya dalam mengajar sekolah minggu. Tuhan Yesus memberkati
>pelayanan kita semua.
Redaksi: Terima kasih banyak untuk surat anda yang sangat mendorong semangat kami untuk terus melayani Tuhan dengan penuh sukacita. Kami juga bersyukur jika e- BinaAnak dapat menjadi berkat bagi pelayanan anda. Maju terus melayani dalam Tuhan Yesus!!
Sebentar lagi sebuah Situs yang ditujukan khusus untuk guru-guru Sekolah Minggu, yang dinamakan PEPAK (Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen), akan diluncurkan.
Dalam Situs ini anda akan dapat menemukan lebih banyak bahan mengenai alat peraga. Nah,... tunggu tanggal peluncurannya, ya! Mohon bantuan doanya. :)
e-BinaAnak 2002
149
e-BinaAnak 071/April/2002: Buku Pedoman Sekolah Minggu
Salam dari Redaksi
Salam Sejahtera dalam Kristus,
Setelah membicarakan tentang Kurikulum pada edisi minggu lalu maka pada edisi kali ini kita akan membahas tentang "Buku Pedoman Guru". Kurikulum adalah keseluruhan rencana/struktur program pengajaran. Sedangkan buku pedoman adalah kumpulan bahan pengajaran yang menjadi implementasi dari Kurikulum. Untuk sekedar
menggambarkan, Kurikulum adalah seperti buku daftar menu makanan yang disusun untuk suatu program makanan sehat. Sedangkan buku pedoman adalah resep/cara memasak masing-masing menu makanan yang sudah direncanakan untuk disajikan dalam menu tersebut. Untuk memasak makanan tersebut guru tentu tidak harus 100%
hanya mengikuti saran-saran yang diusulkan dalam buku resep, karena dalam memasak guru memiliki kebebasan untuk kreatif mengembangkan sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan lain yang sudah pernah didapatkannya. Jadi
Kurikulumlah yang memberikan arah dan petunjuk dalam proses pelajaran, sedangkan metode dan instruksinya diberikan melalui buku pedoman.
Dalam edisi ini kami juga menyajikan bahan pelajaran yang dapat dipakai oleh guru SM untuk menunjukkan kepada anak-anak pentingnya Alkitab untuk menjadi penuntun hidup iman percaya kita.
Selamat melayani.
Tim Redaksi
"Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan,
dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus."
(2 Korintus 4:5)
< http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=2Kor+4:5 >
e-BinaAnak 2002
150
Artikel: Buku Pedoman Sekolah Minggu
Buku Pedoman Guru
Gereja Dewasa ini memerlukan guru-guru yang terlatih, yang mencurahkan seluruh perhatiannya kepada persiapan, seluruh hatinya kepada penyajiannya, serta seluruh hidupnya pada pelajaran. Guru harus memiliki satu pedoman yang dapat digunakan untuk mempersiapkan seluruh pelajaran. Dengan adanya buku pedoman, guru dapat mengadakan persiapan yang matang sehingga dapat bersikap tenang di depan kelas, menguasai bahan pelajaran dan memiliki pengetahuan tambahan tentang kebenaran Alkitab.
Dalam mempelajari pelajarannya, seorang guru akan membaca Alkitab. Mula-mula untuk mengetahui ceritanya, kemudian untuk mengetahui kejadian-kejadiannya, berikutnya untuk orang-orang yang disebutkan di dalam cerita itu, lalu memahami doktrin dan ajarannya yang praktis; dan akhirnya untuk mengetahui inti cerita itu.
Setelah penyelidikan yang dilakukan sendiri, guru harus mencari keterangan tambahan dari buku pedoman guru dan lain sumber. Dengan mengikuti urutan ini, dia secara pribadi menemukan banyak fakta yang disebutkan di dalam sumber-sumber lain itu dan merasa puas telah meletakkan dasar bagi pengajarannya.
Buku pedoman guru harus melengkapi pengetahuan untuk guru sendiri. Buku itu harus dipakai bersamaan dengan Alkitab, jangan sebagai penggantinya. Setiap guru yang memakai buku pedoman guru tanpa menelaah ayat-ayat Alkitab itu terlebih dahulu tidak mungkin akan menyajikan pikiran-pikiran atau pengajaran yang ditemukannya sendiri.
Buku-buku pelengkap (supplement) lain adalah misalnya buku-buku yang menjelaskan ayat-ayat yang sukar, memberikan contoh dan lukisan yang cocok, dan memberikan keterangan yang diperlukan tentang tata cara dan kebiasaan kuno. Guru hendaknya memakai buku-buku yang berpusat pada Alkitab serta menghormati Kristus sehingga dia bisa memperoleh pengertian, penafsiran, dan penerapan yang benar dari nats Alkitab.
Buku pedoman guru adalah modal yang berharga karena menyediakan bahan pelajaran Alkitab dan keterangan untuk bisa mengerti hubungan bahan ini dengan kelompok usia yang akan diajar.
1. Bahan Pelajaran Alkitab
Buku pedoman guru dapat merupakan sumber penelaahan Alkitab yang bermanfaat, yang berkaitan secara langsung dengan pelajaran. Meskipun pedoman guru itu harus dipelajari, tidaklah perlu membatasi pengajaran dengan isinya. Bacaan Injili bagi program pendidikan di gereja biasanya berisi bahan keterangan alkitabiah yang baik untuk memberikan kepada guru suatu dasar yang luas untuk mengerti isi pelajaran.
2. Memperhatikan Kelompok Usia
Melayani murid-murid berarti memenuhi kebutuhan mereka yang mendalam.
e-BinaAnak 2002
151
Buku pedoman guru dapat menolong guru mengerti murid- muridnya dan kelompok usianya serta melihat bagaimana pengetahuan Alkitab dapat memenuhi masalah kehidupan masa kini. Seringkali dalam buku pedoman diketengahkan masalah-masalah yang sama dengan masalah yang terdapat dalam suatu kelas tertentu, karenaya pelajaran dapat disesuaikan dengan suatu kebutuhan yang telah diketahui.
Seorang guru yang sudah siap tidak perlu melihat buku pedoman selama jam pelajaran. Dengan mengajar dari Alkitab, dia mengingatkan murid-muridnya bahwa pengajaran Kristen berasal dari Firman Allah yang diilhami. Sikapnya terhadap Alkitab menyatakan dengan jelas betapa tinggi mutunya.
Buku Pedoman Murid
Selain buku pedoman guru, dalam pelayanan Sekolah Minggu ada pula buku pedoman untuk murid. Buku Pedoman Murid adalah alat pengungkapan yang penting. Buku itu menggambarkan dan menetapkan tanggapan murid terhadap pengajaran. Buku pedoman itu hanyalah sebuah alat untuk mencapai tujuan dan bukannya tujuannya sendiri Guru yang sangat mementingkan kebersihan dan kerapian buku-buku pedoman murid-muridnya itu akan menggagalkan tujuan utamanya.
Dengan anak-anak yang lebih tua, sebaiknya buku pedoman murid itu dipelajari dan dikerjakan di rumah. Atas dasar pekerjaan mereka ini, guru dapat membangun struktur pendidikan yang unggul. Seorang guru yang baik akan meminta kerjasama keluarga si pelajar, karena tanpa kerjasama itu, pelajar hanya membuat sedikit persiapan saja atau tidak sama sekali.
Dalam keadaan-keadaan tertentu, sebagian dari jam pelajaran dapat dipergunakan untuk pelajaran yang diawasi. Pekerjaan tertulis yang ada dalam buku pedoman dapat dikerjakan pada saat ini. Banyak guru yang telah memakai metode ini dengan hasil yang baik. Mereka mematuhi prinsip pendidikan, yaitu mengajar adalah mendapatkan tanggapan.
Untuk anak-anak di atas usia taman kanak-kanak, setiap buku pedoman murid harus meliputi:
1. Pekerjaan Menulis
Mungkin ada tempat kosong yang harus diisi, kalimat yang harus
disempurnakan. Tambahan tugas penulisan yang kreatif akan menolong murid untuk menuliskan pengetahuannya dan menyediakan tanggapan pribadi
terhadap pengajaran.
2. Pekerjaan Mencari
Murid yang diminta untuk mencari suatu jawaban di dalam Alkitab mungkin sekali akan mengingat keterangan itu. Aktivitasnya akan memberi kesan pada
pribadinya dan memperkembangkan inisiatifnya untuk menemukan kebenaran.
e-BinaAnak 2002
152 3. Pekerjaan Menggambar
Pelajaran itu akan lebih tertanam apabila murid menggambar sebuah peta, tabel, grafik atau gambar. Gambaran ini tidak perlu betul atau sempurna sekali. Peta Palestina mungkin menunjukkan perbatasan, yaitu Laut Tengah, Danau Galilea, Sungai Yordan, dan Laut Mati. Pelajar itu dapat menunjukkan serta menuliskan nama beberapa kota penting. Inilah faktor-faktor ilmu bumi yang pokok bagi pelajaran tentang kehidupan Kristus. Lain-lain hal dapat ditambahkan sementara cerita itu berlangsung.
4. Pekerjaan Menerapkan
Pencarian akan pengetahuan dan pengertian telah mencapai sasarannya ketika murid sanggup mengalihkan ide-ide baru menjadi pengalaman dalam
kehidupannya sendiri.
Bahan diambil dan diedit dari sumber:
Judul Buku: Teknik Mengajar Pengarang : Clarence H. Benson Penerbit : Gandum Mas, Malang, 1986 Halaman : 49 - 57
e-BinaAnak 2002
153
Bahan Mengajar: Buku Penuntun Kita
Persiapan
Sediakan poster: "BUKU PENUNTUN KITA KE SORGA" dengan menggunakan contoh di bawah ini.
______________________________________________
| BUKU PENUNTUN KITA | | | | Bacalah KE Selidikilah dan | | tiap hari S U R G A hafalkan isinya | | ____ ____ | | / / | | Pelajarilah | Alkitab | Taatlah | | pengajarannya | | | kepadanya | | | | | | | \____/ \____/ | |______________________________________________|
KETERANGAN:
Poster dibuat agak besar agar seluruh kelas bisa melihat dengan jelas dan dibuat di atas karton manila.
Gambar "Alkitab" bisa digambar sendiri atau dengan menempelkan potongan gambar Alkitab.
Nyanyian Bersama
Ajarkan murid Anda menyanyikan lagu di bawah ini:
ALKITAB
Cipt. Paulus Wiratno Do=A 4/4
______ _______
.
1 3 5 1 7 6 / 5 . . 0/
A L K I T A B
_______ ______ ______ ______
2 2 2 2 2 2 1 2 / 3 . . 0/
Fir - man Al - lah yang ber - ku - a - sa ______ _______
.
1 3 5 1 7 6 / 5 . . 0/
A L K I T A B
_______ ______ _______ ______
2 2 2 2 3 2 1 7 / 1 . .0/
Se - tiap ha - ri pas - ti ku ba - ca ___ ______ ______
. . . .
. 7 1 1 1 7 6 7 / 1 . .0/