• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan berpikir kreatif yang merupakan salah satu kemampuan dari aspek kognitif siswa. Aspek kognitif merupakan aspek yang menekankan pada kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, pada ranah perkembangan berpikir taksonomi Bloom (Krathwohl, 2002). Dalam pembelajaran, siswa sangat memerlukan kemampuan ini untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

Kreatif dan kreativitas memiliki hubungan yang erat, karena kreativitas merupakan hasil dari pemikiran seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir kreatif. Pernyataan ini sesuai dengan ungkapan Novalia (2015) yaitu kreativitas diciptakan oleh individu yang kreatif. Kreatif melibatkan kemampuan untuk mengembangkan sesuatu yang baru, bervariasi, dan ide yang unik (Forrester, 2008). Sementara kreativitas adalah produk atau hasil pemikiran manusia dalam proses memikirkan gagasan ketika menghadapi persoalan atau masalah (Noer, 2009). Demikian, seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir kreatif selalu berusaha memperoleh suatu ide/gagasan yang baru untuk menyelesaikan ketika dihadapkan dengan permasalahan.

Kemampuan berpikir kreatif siswa adalah suatu keberdayaan siswa dalam menggunakan ide pemikiran yang baru ketika diberikan suatu permasalahan.

15 Martin (2009) berpendapat bahwa mampu menghasilkan ide dan cara baru untuk menghasilkan suatu produk adalah mampu berpikir kreatif. Pernyataan yang sama diungkapan oleh Mcgregor (2007) yaitu berpikir kreatif adalah berpikir yang arahnya untuk memperoleh suatu wawasan, pendekatan, perspektif, dan cara baru ketika menghadapi sesuatu. Pada umumnya, kemampuan berpikir kreatif siswa merupakan suatu potensi siswa dalam proses menggunakan ide atau gagasan yang baru ketika berimajinasi untuk menghadapi berbagai persoalan.

Kemampuan berpikir kreatif siswa penting untuk dikembangkan, terutama dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan untuk mata pelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah, yaitu bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, serta kemampuan bekerja sama (depdiknas, 2006). Mengikuti aturan ini, penulis mengartikan bahwa dalam pembelajaran matematika harus dirancang sedemikian rupa agar berpotensi menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Sebelum merancang suatu pembelajaran matematika yang mampu mengem- bangkan kemampuan berpikir kreatif siswa, ada indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif yang perlu diketahui. Menurut Holland (Mann, 2005) aspek-aspek pada kemampuan berpikir kreatif adalah yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian, elaborasi, dan sensitivitas. Hal ini sedikit berbeda dengan yang diungkapkan oleh Isaksen (1998) yang mengatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif merupakan suatu konstruksi ide yang menekankan pada aspek kelancaran, keluwesan, kebaruan, serta ke kerincian. Sementara Torrance dan Guiford (Munandar,

16 2009:64) berpendapat kemampuan berpikir kreatif itu meliputi kemampuan seperti kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi atau keterincian.

Sehingga, penulis menyimpulkan bahwa kriteria-kriteria berpikir kreatif ada empat yaitu, keaslian, keluwesan, kebaruan, serta keterincian.

Selanjutnya penulis menjelaskan tentang aspek-aspek dalam mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa yang akan digunakan pada penelitian ini menurut Munandar, yaitu sebagai berikut.

1. Kelancaran

Aspek ini diukur dengan kriteria-kriteria seperti mencetuskan banyak gagasan dalam pemecahan masalah, memberikan banyak jawaban dalam menjawab suatu pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak lain.

2. Keluwesan

Aspek ini diukur dengan kriteria-kriteria seperti menghasilkan gagasan penyelesaian masalah atau jawaban suatu pertanyaan bervariasi, dapat melihat suatu msalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, menyajikan suatu konsep dengan cara yang berbeda-beda.

3. Keaslian

Aspek ini diukur dengan kriteria-kriteria seperti memberikan gagasan yang baru dalam menyelesaikan masalah atau jawaban yang lain dari yang sudah biasa dalam menjawab suatu pertanyaan dan membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

17 4. Kerincian

Aspek ini diukur dengan kriteria-kriteria seperti mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain serta menambahkan atau memperinci suatu gagasan sehingga tambah meningkatkan kualitas gagasan tersebut.

5. Kepekaan

Aspek ini diukur dengan kriteria-kriteria seperti kepekaan terhadap masalah- memiliki kepekaan terhadap langkah-langkah jawaban yang mengarah kepada tujuan/hasil akhir.

Setelah mengetahui karakteristik kemampuan berpikir kreatif, ada banyak alat atau instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa. Torrance (Munandar, 2009:58) menyusun tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif berbentuk verbal dan figural, tes ini dinamakan dengan Torrance Test of creativity Thinking (TTCT). Kemudian bentuk tes Torrance ini pertama kali diadaptasi di Indonesia oleh Munandar (2009:58). Tes yang dilakukan Torrance atau Munandar ini merupakan tes yang mengukur keluwesan, keaslian, dan kelancaran dalam berpikir.

Tes lainnya yang sering digunakan oleh para peneliti terdahulu adalah dengan pemberian soal open-ended. Seperti Pehkonen (1997) yang mengukur kemampuan berpikir kreatif dengan memberikan soal open-ended. Getzles dan Jackson (Silver, 1997) juga mengukur kemampuan berpikir kreatif dengan memberikan soal terbuka open endeed. Soal-soal open-ended yang diberikan dianggap memberikan jawaban-jawaban yang beragam pada masing-masing siswa.

18

Dari penelitian yang dilakukan oleh Noer (2007), diketahui bahwa untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif, siswa dapat diberikan soal uraian berbentuk open-ended (Noer, 2007). Berdasarkan penelitian itu disimpulkan bahwa pembelajaran open-ended dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Sejalan pula dengan Sharp (2004) yang menyarankan kepada pendidik untuk membuat perilaku siswa berani berperilaku kreatif melalui tugas yang tidak hanya memiliki satu jawaban tertentu yang benar (banyak/semua jawaban benar).

Dengan demikian, soal berbentuk open-ended bisa digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif yang selanjutnya akan digunakan oleh penulis sebagai instrumen tes penelitian ini.

Dalam mengukur aspek kemampuan berpikir kreatif harus disesuaikan dengan aspek yang akan diukur. Ide penelitian ini diadaptasi dari Noer (2007), sehingga penulis merumuskan tingkatan dalam indikator kemampuan berpikir kreatif untuk instrumen tes yang akan digunakan terdiri dari 4 tingkat yang dimulai dari terendah yaitu skor 0 dan tertinggi dengan skor 4. Rumusan tersebut adalah kelancaran, keluwesan, keaslian, dan kerincian.

Dokumen terkait