a. Pengertian Kemandirian dalam Activity Daily Living (ADL) Kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk menentukan keputusan dan mampu melaksanakan tugas hidup dengan penuh tanggung jawab tanpa tergantung orang lain.
Dalam kamus psikologi kemandirian berasal dari kata
“independen” yang diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang tidak tergantung pada orang lain dalam menentukan keputusan dan adanya sikap percaya diri (Chaplin, 2002).
Activity Daily Living menurut Sugiarto (2005) dalam Suparyanto (2012) merupakan ketrampilan dasar dari tugas okupasional yang harus dimiliki setiap orang untuk merawat dirinya secara mandiri yang dikerjakan sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat.
Menurut Sugiarto dalam Suparyanto (2012) istilah ADL mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan dan minum,
mandi, toileting, berhias, menyiapkan makanan, memakai telepon, menulis, dan sebagainya) dan mobilitas (seperti berguling di tempat tidur, bangun dan duduk, bergeser, berpindah tempat dari tempat tidur ke kursi, atau dari satu tempat ke tempat lain.
Beberapa macam ADL menurut Sugiarto (2005) dalam Suparyanto (2012) yaitu :
1) ADL dasar yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan dan minum, toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukan kontinensia buang air kecil dan buang air besar, serta kemampuan mobilitas masuk kategori ADL dasar.
2) ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang kehidupan sehari- hari seperti menyiapkan makanan (penggunaan alat-alat makan), menggunakan telepon, menulis, mengetik, mengelola uang kertas.
3) ADL vokasional yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.
4) ADL non vokasional yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu luang.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Activity Daily Living
Menurut Hardywinoto (2007) dalam Karunia (2016) faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan dan kemampuan untuk melakukan activity daily living adalah :
1) Umur dan Status Perkembangan
Umur dan status perkembangan seorang menunjukan tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana seseorang tersebut beraksi terhadap ketidakmampuan melaksanakan activity daily living. Pada lansia biasanya akan mengalami penurunan dalam berbagai hal termasuk tingkat kemandirian dalam melakukan aktifitas sehari-hari, hal ini disebabkan karena berkurangnya ukuran, massa tonus otot dan kekuatan otot (Hardywinoto dan Setiabudhi, 2007).
Secara sistem neurologis, jumlah neuron pada sistem nervus mulai berkurang pada pertengahan dekade kedua.
Neuron tidak bergenerasi, penurunan atau kerusakan dapat menyebabkan perubahan fungsi baik keseimbangan indra atau respon motoric. Usia lanjut akan mempengaruhi muskuluskeletal dan persarafan yang mempengaruhi pergerakan dan reflek tubuh seseorang (Potter dan Perry, 2005).
2) Kesehatan Fisiologis
Menurut Untari (2018) kesehatan fisiologis berkaitan dengan usia. Bertambahnya usia maka mengalami beberapa perubahan, baik fisik, emosional dan psikososial. Perubahan fisik yang berperan adalah sistem muskuloskeletal.
Gangguan muskuloskeletal pada lansia menyebabkan gangguan gaya berjalan dan hal ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis, misalnya: kekakuan jaringan penyambung, berkurangnya massa otot, perlambatan konduksi saraf, penurunan visus/lapang pandang. Semua perubahan tersebut menyebabkan :
(a) Penurunan range of motion (ROM) sendi (b) Penurunan kekuatan otot terutama ekstremitas (c) Perpanjangan waktu reaksi
(d) Goyangan badan/keseimbangan
Perubahan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan dalam activity daily living, seperti sistem musculoskeletal yang dikoordinasikan dengan sistem saraf sehingga dapat merespon sensori yang masuk dengan cara melakukan gerakan atau motorik. Selain karena proses menua, gangguan pada sistem ini bisa disebabkan karena penyakit, atau trauma yang dapat mengganggu pemenuhan
seseorang dalam activity daily living (Hardywinoto &
Setiabudhi, 2007).
3) Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif berkaitan dengan fungsi memori seseorang. Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari yang lalu dan mencakup beberapa perubahan.
Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk yang bisa mengarah ke dimensia Dimensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian beratnya sehingga mengganggu aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas sosial (Untari, 2018)
Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan activity daily living. Fungsi kognitif menunjukan proses seseorang dalam menerima mengorganisasikan dan menginterprestasikan sensor stimulus untuk berpikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental yang buruk dapat memberikan kontribusi pada fungsi kognitif dapat mengganggu dalam berpikir logis dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan ADL (Hardywinoto dan Setiabudhi, 2007)
4) Fungsi Psikososial
Fungsi psikososial menunjukan kemampuan seseorang dalam mengingat sesuatu hal yang lalu dan
menampilkan informasi pada suatu cara yang realistik.
Proses ini meliputi interaksi yang kompleks antara perilaku intrapersonal dan interpersonal. Misalnya ketidakstabilan emosi dapat mengganggu dalam tanggung jawab terhadap keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal seperti masalah komunikasi, gangguan interaksi sosial atau disfungsi dalam penampilan peran juga dapat mempengaruhi dalam pemenuhan activity daily living (Hardywinoto dan Setiabudhi, 2007).
Perubahan psikososial akan dikaitkan dengan nilai seseorang, yang diukur dari produktivitas dan identitasnya, yang dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Seseorang yang mengalami pensiun maka akan mengalami kehilangan, yaitu :finansial, status, teman, relasi, dan kegiatan/pekerjaan.
Akibat hilangnya pekerjaan dapat berdampak kekuatan dan ketegapan fisik, gangguan panca indra, timbul penyakit kronis dan ketidakmampuan (Untari, 2018)
5) Tingkat Stres
Stres merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai macam kebutuhan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres (stressor), dapat timbul dari dalam tubuh dan lingkungan yang mengakibatkan dapat terganggunya keseimbangan tubuh dan kualitas hidup
seseorang. Stressor tersebut dapat berupa fisiologis seperti trauma atau psikologi seperti kehilangan.
6) Ritme Biologi
Ritme atau irama biologi membantu hemostasis internal (keseimbangan dalam tubuh dan lingkungan) dan membantu mahkluk hidup dalam mengatur fisik disekitarnya.
Salah satu irama biologi yaitu irama sirkardian, berjalan pada siklus 24 jam. Perbedaan irama sirkardian dalam membantu pengaturan aktivitas meliputi tidur, temperatur tubuh dan hormon.
7) Status Mental
Status mental menunjukan keadaan intelektual seseorang. Keadaan status mental akan memberi implikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar individu. Seperti halnya pada lansia yang memorinya mulai menurun atau mengalami gangguan, lansia yang mengalami apraksia tentunya akan mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya.
8) Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat salah satunya adalah posyandu. Jenis pelayanan kesehatan dalam posyandu salah satunya adalah pemeliharaan activity daily living (Ningtiyas,2017).
c. Cara Mengukur Kemandirian dalam Activity Daily Living dengan Barthel Indeks
Kemampuan dan ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari atau untuk mengukur tingkat kemandirian dapat diukur dengan menggunakan Barthel Indeks, menjabarkan untuk melihat tingkat kemandirian dalam aktifitas.
Suatu alat yang cukup sederhana untuk menilai perawatan diri dan mengukur aktifitas harian seseorang yang berfungsi secara khusus dalam penerapan aktifitas sehari-hari dan mobilitas (Suparyanto, 2012) Menurut Sugiarto dalam Suparyanto (2012) yang dilakukan Mao,dkk mengungkapkan bahwa Barthel indeks dapat digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan, terutama pasien pasca stroke.
Barthel Indeks terdiri dari 10 item yaitu :transfer (tidur ke duduk, bergerak dari kursi roda ke tempat tidur dan kembali), mobilisasi (berjalan), penggunaan toilet (pergi atau dari toilet), membersihkan diri, kemampuan buang air besar atau buang air kecil, mandi, berpakaian, makan, naik dan turun tangga.
Penilaian ini dapat digunakan untuk menentukan tingkat dasar dari fungsi dan dapat digunakan untuk memonitor
perbaikan dalam aktifitas sehari-hari dari waktu ke waktu.
Penilaian Barthel Indeks berdasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam meningkatkan aktifitas sehari-hari meliputi sepuluh aktifitas di atas.
Tabel 2. Penilaian Barthel Indeks
No Item Yang Dinilai Dibantu Mandiri
1 Transfer dari kursi roda ke tempat tidur dan kembali (termasuk duduk di bed)
5-10 15
2 Berjalan dipermukaan datar
atau dapat mengayuh kursi roda sendiri
10 0
15 5 3 Hygieni personal (cuci muka, menyisisir
rambut , mencukur jenggot, gosok gigi)
0 5
4 Naik turun kloset/wc (melepas/memakai pakaian, cawik, menyiram wc)
5 10
5 Mandi 0 5
6 Makan(bila makanan harus dipotong- potong dulu= dibantu
5 10
7 Naik dan turun tangga 5 10
8 Berpakaian (termasuk memakai tali sepatu, menutup resliting)
5 10
9 Mengontrol anus (BAB) 5 10
10 Mengontrol kandung kemih (BAK) 5 10
Sumber : Suparyanto, 2012
Kemudian nilai dari setiap item akan dijumlahkan untuk mendapatkan skor berkisar 0- 100, dengan kelipatan 5, skor yang lebih besar menunjukan lebih mandiri. Namun nilai 5,10,15 bisa juga diganti dengan 1,2, dan 3 dengan skor maksimum 20.