faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.
Kreteria penilaian menurut Suwandi (2010:137) adalah (1) keaktifan siswa selama apersepsi, (2) keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi, dan (3) minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran.
Ditambahkan oleh Sudjana (2012: 60-62) , kreteria yang dapat digunkan dalam penilaian proses pembelajaran adalah: (1) konsisten kegiatan pembelajaran dengan kurikulum, (2) keterlaksanaan oleh guru, (3) keterlaksanaan siswa, (4) motivasi belajar siswa, (5) keaktifan para siswa dalam kegiatan pembelajaran, (6) interaksi guru dan siswa, (7) keterampilan atau keterampilan gutu mengajar, dan (8) kualitas hasil belajar yang dicapai siswa.
Dari teori yang dikemukan oleh para ahli di atas dapat disintesiskan sebagai penilaian dan perhatian siswa selama kegiatan pembelajaran pembelajaran dalam penelitian ini yaitu : (1) keterlaksanaan kegiatan pembelajaran oleh siswa dan (2) keaktifan dan perhatian siswa selama kegiatan pembelajaran.
menggunakan metode pembelajaran yang tepat yang ditunjukkan dengan pada saat pemeblajaran lebih banyak menggunakan metode ceramah sehingga siswa cenderung pasif dan media pembelajaran juga belum dimanfaatkan guru. Hal ini yang menyebabkan nilai siswa dalam menulis proposal kegiatan masih kurang dan perlu ditingkatkan.
Berdasarkan hasil survei awal, pretes serta wawancara pada guru dan siswa diperoleh gambaran kondisi awal sebelum pelaksanaan tindakan, yakni siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran dan kemampuan menulis proposal kegiatan siswa kelas XII TPHP 1 SMK Negeri 3 Kudus masih rendah apabila dibandingkan dengan nilai keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia lainya.
Dalam prose pembelajaran hal ini disebabkan: (1) guru masih menggunakan metode konvensional dalam mengajar, (2) guru belum memanfaatkan media dalam pembelajaran, (3) guru kesulitan membuat siswa aktif di kelas, (4) guru tidak mengacu pada RPP, (5) dan guru hanya menggunakan LKS sebagi sumber dan bahan dalam mengajar, (6) siswa cenderung kurang memperhatikan dan bahkan ada beberapa siswa yang belum siap mengikuti pelajaran, (7) masih terlihat siswa yang asyik mengobrol dengan temannya dan mengantuk pada saat guru sudah masuk pada materi, (8) siswa tidak fokus dalam mengikuti pembelajaran, (9) siswa tidak sungguh-sungguh pada saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dan (10) lingkungan kelas kurang kondusif karena terganggu suara dari kelas disebelahnya dan suara tukang yang baru merenovasi ruangan serta fasilitas yang tidak mendukung untuk pembelajaran inovatif.
Kendala dalam hasil pembelajaran disebabkan: (1) siswa belum mampu mengenal sistematika menulis proposal kegiatan dengan baik, (2) belum mampu menyusun kerangka proposal, (3) kekurangmampuan menyusun proposal kegiatan (4) kurangnya pengetahuan siswa tentang penggunaan kaidah tata bahasa yang baik dan benar, (5) kurangnya kesempatan untuk latihan, (6) kurangnya motivasi, kurang menarik, membosankan sehingga membuat kurang antusias dan kurang efektif pada proses pembelajaran.
Oleh karena itu, peneliti berusaha mencari solusi yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis proposal kegiatan di sekolah agar siswa lebih aktif dan dapat mengurangi kesulitan yang dialami dalam pembelajaran menulsi proposal kegiatan, seta sisw atidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran.
Hal tersebut dilakukan penelitian melalui kerja sama dengan guru kelas untuk mencari model pembelajaran yang tepat digunkan dalam mengajarkan materi menulis proposal kegiatan di kelas tersebut.
Model pembelajaran ini dipilih dengan pertimbangan bahwa dalam pembalajaran menulis proposal kegiatan dengan menerapkan cooperative learning two stay two stray di mana model pembelajaran ini melibatkan semua siswa aktif dalam proses pembelajaran. Alasan lain memilih menggunakan cooperative learning two stay two stray, karena model pembelajaran ini menawarkan pembelajaran yang menekan pada proses dan hasil pembelajaran sehingga cocok digunakan untuk pembelajaran menulis proposal kegiatan
Dengan melaksanakan cooperative learning two stay two stray dalam proses pembelajaran, akan melatih siswa untuk berani mengungkapkan pendapat,
(diskusi). Dengan demikian, melalui penerapan cooperative learning two stay two stray dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan menulis proposal kegiatan. Adapun gambar alur kerangka berpikir dapat dilihat gambar 1 sebagai berikut.
Gambar 2. Alur Kerangka Berpikir
Hasil
1. Siswa belum mampu menyusun proposal kegaitan dengan baik
2. Siswa belum mampu mengenal sistematika menulis proposal kegiatan dengan baik 3. Siswa belum mampu menyusun kerangka
proposal
4. Siswa kekurangmampuan menyusun proposal kegiatan
5. Siswa kurangnya pengetahuan siswa tentang penggunaan kaidah tata bahasa yang baik dan benar
6. Siswa kurangnya kesempatan untuk latihan 7. Siswa kurangnya motivasi, kurang menarik,
membosankan sehingga membuat kurang antusias dan kurang efektif pada proses pembelajaran.
Proses
1. Guru masih menggunakan metode konvesional dalam mengajar
2. Guru belum memanfaatkan media pembelajaran
3. Guru kesulitan membuat siswa aktif di kelas 4. Guru tidak mengacu pada RPP
5. Guru hanya menggunakan LKS sebagai sumber dan bahan dalam mengajar
6. Siswa cenderung kurang memperhatikan dan bahkan ada beberapa siswa yang belum siap mengikuti pembelajaran.
7. Masih terlihat siswa yang asyik mengobrol dengan teman sebangkunya dan mengantuk pada saat guru memberi materi
8. Siswa tidak fokus dalam mengikuti dalam pembelajaran
9. Siswa tidak sungguh-sungguh pada saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru 10. Lingkungan kurang kondusif karena dari kelas
sebelahnya, dan suara renovasi sekolah 11. Fasilitas tidak mendukung untuk pembelajaran
inovatif.
TINDAKAN
Penerapan cooperative learning two stay two stray dalam pembelajaran menulis proposal kegiatan
KONDISI AKHIR
Proses
1. Guru sudah menggunakan cooperative learning two stay two stray dalam mengajar.
2. Guru sudah memanfaatkan media dalam pembelajaran
3. Guru tidak mengalami kesulitan membuat siswa aktif di kelas
4. Guru sudah mengcu pada RPP
5. Guru sudah menggunakan sumber dan bahan mengajar
6. Siswa siap mengikuti pembelajaran dan memperhatikan dengan baik
7. Siswa focus dalam mengikuti pembelajaran 8. Siswa mengerjakan sungguh-sungguh apa yang
diberikan oleh guru
1. Siswa mampu menyusun proposal kegaitan dengan baik
2. Siswa sudah mengenal sistematika menulis proposal kegiatan dengan baik
3. Siswa mampu menyusun kerangka proposal 4. Siswa sudah mampuan menyusun proposal
kegiatan
5. Kesalahan penggunaan kaidah tata bahasa sudah berkurang
6. Kesempatan untuk latihan sudah banyak 7. Motivasi, antusias dalam mengikuti
pembelajaran meningkat.