• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Konsep Penelitian

Dalam dokumen PDF Unismuh (Halaman 37-40)

Tingkat pengetahuan dan pengaplikasian Basic Life Support pada pegawai BASARNAS Makassar sangat penting untuk mengaplikasikan keterampilan Basic Life Support. Dalam pengaplikasian Basic Life Support tidak hanya membutuhkan tingkat pengetahuan yang baik tetapi juga membutuhkan tingkat keterampilan yang baik pula. Salah satu komponen pendukung penyelengaraan operasi BASARNAS yaitu pengananan medis yang mencakup pertolongan pertama terhadap korban. Salah satu pertolongan pertama dalam penanganan medis yaitu Basic Life Support yang terdiri atas Circulation, Airway, dan Breathing.

Variable Independen Variabel Dependen

B. Defenisi Operasional Dan Kriteria Obyektif

1. Tingkat pengetahuan merupakan pernyataan responden tentang pengetahuan Basic Life Support.

Penilaian terhadap tingkat pengetahuan Basic Life Support menggunakan skala Gutman, dengan kriteria sebagai berikut:

Tingkat Pengetahuan

BLS

Tingkat Pengaplikasian

BLS

22

 Parameter :

 Defenisi basic life support

 Tujuan basic life support

 Langkah basic life support

 Kriteria Objektif :

Baik : jika skor dari pertanyaan yang dijawab “Benar” > 10 Cukup :jika skor dari pertanyaan yang dijawab “Benar” ≤ 10

 Skala ukur : Ordinal

 Alat ukur : Kuesioner

2. Tingkat pengaplikasian merupakan tindakan yang dilakukan pegawai BASARNAS Makassar dalam menangani kasus kegawatdaruratan.

Penilaian terhadap terhadap tingkat pengaplikasian yaitu menggunakan skala Likert, dengan kriteria sebagai berikut :

 Parameter :

 Selalu dilakukan oleh pegawai BASARNAS

 Kadang-kadang dilakukan oleh pegawai BASARNAS

 Tidak pernah dilakukan oleh pegawai BASARNAS

 Kriteria objektif :

Baik : jika skor dari pertanyaan yang dijawab “Selalu” > 23 Cukup: jika skor dari pertanyaan yang dijawab “Selalu” ≤ 23

 Skala ukur : Ordinal

23

 Alat ukur : Kuesioner C. Hipotesis Penelitian

1. H0 (Hipotesis Null) : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap pengaplikasian Basic Life Support pegawai BASARNAS Makassar dalam menangani kasus kegawatdaruratan

2. Ha (Hipotesis Alternatif) : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap pengaplikasian Basic Life Support pegawai BASARNAS Makassar dalam menangani kasus kegawatdaruratan.

24 BAB IV

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Jenis desain penelitian yang digunakan berupa observasional dengan rancangan cross sectional (potong lintang). Studi cross sectional mempelajari korelasi antara variable bebas terhadap efeknya dengan cara observasi atau pengumpulan data sekaligus dalam satu waktu. Studi cross sectional peneliti hanya melakukan observasi dan pengukuran terhadap variable bebas (Tingkat pengetahuan BLS) dan variable terkait (Tingkat pengaplikasian BLS) pada subjek penelitian sebanyak satu kali pengukuran dan dalam waktu yang sama.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Kantor BASARNAS Makassar 2. Waktu Penelitian

Agustus 2019- Februari 2020 C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai BASARNAS Makassar 2. Sampel

a. Kriteria inklusi

25 1) Pegawai BASARNAS Makassar yang bersedia menjadi responden 2) Berusia 25-45 tahun

b. Kriteria eksklusi

1) Pegawai BASARNAS Makassar yang tidak hadir saat penelitian berlangsung

3. Besar sampel ( )

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

e = Tingkat kesalahan 5% = 0,05 Maka,

- ( )

- ( ) - ( )

- ( )

= 55,17 = 55 sampel

26 D. Metode Pengambilan Data

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik observasional yang dilakukan dengan pendekatan cross-sectional. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Basic Life Support (BLS) pegawai BASARNAS Makassar dalam menangani kasus kegawatdaruratan.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan teknik simple random sampling, dimana sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi atau pertimbangan. Data tersebut didapatkan dari pembagian kuesioner yang di berikan kepada pegawai BASARNAS Makassar.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui pembagian kuesioner yang diberikan kepada pegawai BASARNAS Makassar.

2. Sumber data

Sumber data primer adalah materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti saat penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini sumber daya yang diambil berasal dari pegawai BASARNAS Makassar sebanyak 55 orang yang bersedia menjadi responden.

27 3. Instrumen pengumpulan data

Kuesioner tentang Tingkat Pengetahuan Basic Life Support (BLS) Pegawai BASARNAS Makassar Dalam Menangani Kasus Kegawatdaruratan.

4. Prosedur pengumpulan data

Penelitian ini dilakukan dengan cara membagikan kuesioner penelitian kepada responden yang telah dipilih, kemudian setelah di jawab akan dilakukan pengumpulan langsung kuesioner yang telah diberikan kepada pegawai BASARNAS Makassar yang mencakup kuesioner Tingkat Pengetahuan dan Pengaplikasian Basic Life Support (BLS) Pegawai BASARNAS Makassar Dalam Menangani Kasus Kegawatdaruratan.

28 G. Alur Penelitian

Gambar IV.1 Pegambilan data (Cross Sectional)

Pegawai BASARNAS Makassar

Penjelasan penelitian kepada responden

Setuju Tidak setuju

Membagi kuesioner

Penjelasan kuesioner

Pengumpulan kuesioner

Analisi data

29 H. Pengolahan Dan Penyajian Data

Data yang terkumpul dicatat dan diolah dengan menggunakan computer program SPSS. Data univariat dianalisa secara deskriptif dan data bivariat dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan diagram batang.

I. Etika Penelitian

1. Menyerahkan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak BASARNAS Makassar sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.

2. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia untuk diteliti, maka mereka akan mengisi kuisioner. Jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

3. Responden tidak dikenakan biaya apapun.

4. Kerahasiaan informasi dijamin peneliti. Hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan dan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

30 BAB V

HASIL A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Bandara Baru Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, Baji Mangngai, Kec. Mandai, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan 90552.

Telepon: (0411) 550024. Provinsi: Sulawesi Selatan. Sesuai Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2016 tentang Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan memiliki tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pencarian dan pertolongan .

B. Gambaran Umum Populasi dan Sampel.

Telah dilakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Basic Life Support (BLS) Pegawai BASARNAS Makassar Dalam Menangani Kasus Kegawatdaruratan. Responden yang dipilih menjadi sampel adalah semua pegawai di Kantor BASARNAS Makassar. Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan kuesioner.

Setelah data terkumpul, selanjutnya data tersebut disusun dalam tabel induk (Master Table) dengan menggunakan program computer yaitu Microsoft Excel.

Dari tabel induk tersebutlah kemudian data dipindahkan dan siolah menggunakan SPSS dan kemuadian disajikan dalam bentuk tabel frekuensi maupun tabel silang (cross table).

31 C. Hasil Analisis Univariat

1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi

Tabel V.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik responden.

No. Variabel Subgrup Jumlah

n Persentase (%)

1. Umur 25-30

31-35 36-40

>40

30 22 8 5

46,2 33,8 12,3 7,7 2. Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan

60 5

92,3 7,7 Sumber : Data Primer 2020

Usia yang menjadi responden pada penelitian ini yaitu 25-30 tahun (46,2%), 31-35 tahun (33,8%), 36-40 tahun (12,3%) dan >40 tahun (7,7%).

Berdasarkan jenis kelamin, responden yang berjenis kelamin laki-laki yang didapat yaitu sebanyak 60 (92,3%) responden, sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 5 (7,7%) responden.

2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Variabel Yang di Teliti Tabel V.2. Distribusi frekuensi dan persentase variable pengetahuan.

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 58 89,2

Cukup 7 10,8

Sumber : Data Primer 2020

Data mengenai gambaran distribusi frekuensi variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel V.2 yang menunjukkan bahwa sebagian besar dari

32 responden yang diteliti memiliki tingkat pengetahuan baik 58 orang (89,2%) dan pengetahuan cukup 7 orang (10,8%).

3. Distribusi Tingkat Pengaplikasian Berdasarkan Variabel Yang Diteliti Tabel V.3. Distribusi frekuensi dan persentase variable pengaplikasian.

Pengaplikasian Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 54 83,1

Cukup 11 16,9

Sumber : Data Primer 2020

Data mengenai gambaran distribusi frekuensi variable pengaplikasian dapat dilihat pada tabel V.3 yang menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden yang diteliti memiliki tingkat pengaplikasian baik 54 orang (83,1%) dan pengaplikasian cukup 11 orang (16,9%).

D. Hasil Analisis Bivariat

Tabel V.4. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Terhadap Pengaplikasian Basic Life Support (BLS) Pegawai BASARNAS Makassar Dalam Menangani Kasus Kegawatdaruratan

Pengetahuan

Pengaplikasian

Total P Value Baik Cukup

Baik

52 (80,0%)

6 (9,2%)

58 (89,2%)

0,001

Cukup

2 (3,1%)

5 (7,7%)

7 (10,8%)

Total 54

(83,1%)

11 (16,9%)

65 (100%)

33 Sumber : Data Primer 2020

Hasil yang diperoleh dari tabel V.4., dapat dilihat bahwa responden terbanyak adalah responden dengan pengetahuan baik dan pengaplikasian baik sebanyak 52 (80,0%) responden dan responden dengan pengetahuan baik dan pengaplikasian cukup yaitu 6 (9,2%) responden selanjutanya pengetahuan cukup dan pengaplikasian cukup sebanyak 5 (7,7%) selanjutnya disusul dengan responden dengan pengetahuan cukup dan pengaplikasian baik sebanyak 2 (3,1%) responden.

Hasil analisa menggunakan uji Chi-Square Test didapatkan nilai p = 0,001 yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap pengaplikasian Basic Life Support (BLS) pegawai BASARNAS Makassar dalam menangani kasus kegawatdaruratan.

34 BAB VI

PEMBAHASAN

A. Tingkat Pengetahuan Basic Life Support (BLS) Pegawai BASARNAS Makassar

Berdasarkan Pasal 25 PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL

NOMOR : PK. 05 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN

PENYELENGGARAAN OPERASI SAR salah satu komponen pendukung dalam penyelenggaraan operasi SAR yaitu penanganan medis. Pengetahuan dinilai berdasarkan jumlah pertanyaan dalam kuisioner dan dibandingkan dengan jumlah nilai pengaplikasian yang terdapat pada kuisioner pada pegawai BASARNAS Makassar.12

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Basic Life Support pegawai BASARNAS dilihat dari total nilai pertanyaan yang dijawab dengan variasi pertanyaan dikotomi (jawaban Benar atau Salah), yang mana responden disediakan beberapa pertanyaan dalam bentuk multiple choice dan dipilih sesuai dengan apa yang diketahui oleh responden.

Pada pegawai BASARNAS Makassar didapatkan hasil dengan jumlah responden 65 responden. Sebanyak 59 (90,8%) responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik dan sebanyak 6 (9,2%) responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan Basic Life Support pegawai BASARNAS Makassar baik.

35 Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa ada sebanyak 6 orang yang memiliki pengetahuan cukup tentang Basic Life Support. Hal tersebut diakibatkan karena kurangnya update pengetahuan tentang Basic Life Support pada pegawai yang tidak langsung terjun ke lapangan. Selian itu, karena tidak diadakan pergantian divisi setiap pegawai BASARNAS sehingga pengetahuan yang dimiliki hanya pada saat dilakukan pelatihan sebelum menjadi pegawai BASARNAS sehingga kurangnya pengetahuan tentang ilmu terbaru.

B. Tingkat Pengaplikasian Pegawai BASARNAS Makassar Dalam Menangani Kasus Kegawatdaruratan

Berdasarkan American Red Cross Basic Life Support for Healthcare Providers Handbook tahun 2015, langkah-langkah Basic Life Support secara garis besar terdiri dari penilaian pada saat tiba dilokasi, penilaian awal padakorban tidak sadarkan diri, dan hasil pemeriksaan awal.

Untuk mengetahui tingkat pengaplikasian pegawai BASARNAS Makassar dalam menangani kasus kegawatdaruratan dinilai dari total nilai pertanyaan yang terdapat dikuisioner dengan variasi dikotomi (jawaban Sering atau Jarang) yang mana responden disediakan beberapa pertanyaan dalam bentuk pilihan sering, kadang- kadang, dan jarang dan dipilih sesuai dengan pengaplikasian pegawai BASARNAS Makassar ketika mendapatkan kasus kegawatdaruratan.

Pada pegawai BASARNAS Makassar didapatkan hasil dengan jumlah responden 65 responden. Sebanyak 57 (87,7%) responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik dan sebanyak 8 (12,3%) responden yang memiliki tingkat

36 pengetahuan cukup. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata tingkat pengaplikasian Basic Life Support pegawai BASARNAS Makassar baik.

Dari hasil tersebut dapat diketahui ada sebanyak 8 orang yang kurang memiliki keterampilan dalam melakukan Basic Life Support. Hal tersebut diakibatkan karena kurangnya update pelatihan tentang keterampilan melakukan Basic Life Support pada pegawai yang hanya tidak langsung terjun ke lapangan. Selian itu, yang mendapatkan ilmu keterampilan terbaru tentang Basic Life Support hanya pegawai yang terjun langsung dilapangan sehingga ada beberapa pegawai yang tidak mengetahui keterampilan terbaru walaupun mereka memperoleh pelatihan sebelum menjadi pegawai BASARNAS.

C. Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Pengaplikasian Basic Life Support (BLS) Pegawai BASARNAS Makassar Dalam Menangani Kasus Kegawatdaruratan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat hubungan tingkat pengetahuan terhadap pengaplikasian Basic Life Support (BLS) pegawai BASARNAS dalam menangani kasus kegawatdaruratan dinyatakan terdapatnya hubungan diantara kedua variable tersebut. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil uji statistik dalam penelitian dengan menggunakan uji Chi-Square, dimana didapatkan nilai p-value = 0.000 (p < 0.05 ). Hal ini menyatakan bahwa hipotesis null (Ho) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima, yaitu terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap pengaplikasian Basic Life Support (BLS) pegawai BASARNAS dalam menangani kasus kegawatdaruratan.

37 Hasil penelitian ini sesuai dengan Pasal 25 PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 05 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN OPERASI SAR salah satu komponen pendukung dalam penyelenggaraan operasi SAR yaitu penanganan medis. Dimana salah satu penanganan medis yang dapat diberikan salah satunya yaitu pertolongan pertama (primary survey) yang terdiri dari Airway-Breathing-Circulation-Disability- Exposure atau Circulation-Airway-Breathing-Disability-Exposure.12

Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pegawai BASARNAS Makassar yang memiliki pengetahuan dan pengaplikasian Basic Life Support (BLS) lebih banyak yaitu 84,6% dibandingkan yang memiliki tingkat pengetahuan dan pengaplikasian yang cukup. Dari hasil penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa hasilnya sangat signifikan sehingga diharapkan tingkat pengetahuan dan pengaplikasian Basic Life Support (BLS) pegawai BASARNAS dapat dipertahankan dan terus ditingkatkan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di BASARNAS DIY tentang Gambaran Tingkat Pengetahuan Tim Search And Rescue Tentang Basic Life Support menunjukkan bahwa gambaran tingkat pengetahuan Tim Search and Rescue berada pada kategori baik berdasarkan tingkat pengetahuan dan pengaplikasian16. Menurut Bloom dalam Potter & Perry (2005), paham atau memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan suatu materi secara benar.

38 Orang yang sudah memahami harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menguraikan, dan menyimpulkan17. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap BLS mengenai defenisi, tujuan, dan langkah- langkah BLS.

Selain itu, Bloom dalam Potter & Perry (2005) juga menyatakan bahwa aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya17. Dalam hal ini mengenai pengaplikasian responden dalam menangani kasus kegawatdaruratan dalam mengaplikasikan BLS.

Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang erat dengan pengaplikasian, sebab pengaplikasian merupakan suatu bentuk aksi yang dilakukan setelah mendapatkan suatu materi atau berdasarkan materi yang telah dipelajari dalam hal ini Basic Life Support (BLS).

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, diperoleh pegawai dengan pengetahuan dan pengaplikasian baik sebanyak 52 orang, pengetahuan baik tapi pengaplikasian cukup 6 orang, pengetahuan cukup tapi pengaplikasian baik sebanyak 2 orang, dan pengetahuan dan pengaplikasian cukup sebanyak 5 orang.

Dari hasil tersebut menunjukkan adanya pegawai yang memliki pengetahuan baik tapi pengaplikasian cukup hal tersebut bias diakibatkan karena jarangnya pengaplikasian lapangan pada pegawai tersebut karena bukan pegawai yang langsung terjun ke lapangan. Dalam hal ini, mereka hanya memperoleh pelatihan sebelum menjadi pegawai BASARNAS. Sebaiknya dilakukan perputaran atau

39 pergantian divisi sehingga setiap pegawai bias mengaplikasikan ilmu yang mereka dapatkan.

Selain itu, terdapat pula pegawai dengan pengetahuan cukup tapi pengaplikasian baik. Hal tersebut bias terjadi karena kurang pahamnya responden terhadap pertanyaan yang ada pada kuisioner peneliti tentang pengetahuan.

Contohnya, ada beberapa orang yang tidak tau apa itu BLS dan juga tidak tau apa itu abdominal trust serta keraguan mereka akan kedalaman kompresi dada pada resusitasi jantung paru.

D. TINJAUAN KEISLAMAN

Berikut beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits yang berkaitan dengan penelitian :

1. Qur’an Surah Muhammad : 7

yā ayyuhallażīna āmanū yanṣurkum wa yuṡabbit aqdāmakum in tanṣurullāha

Terjemahan : “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”18

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa kita sebagai manusia memiliki kewajiban untuk saling tolong menolong sesame umat manusia seperti yang telah

40 Allah firmankan dalam ayat tersebut. Karena ketika kita menolong sesame manusia maka Allah juga akan menolong kita.

2. Qur’an Surah Al-Maidah : 2

wa ta'āwanụ 'alal-birri wat-taqwā wa lā ta'āwanụ 'alal-iṡmi wal-'udwāni wattaqullāh, innallāha syadīdul-'iqāb

Terjemahan : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.

Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.”18

Dari ayat tersebut telah dijelaskan bahwa kita sebagai umat Muslim diperintahkan untuk saling tolong menolong dalam hal kebaikan. Contohnya ketika kita membantu saudara kita untuk meringankan bebannya ketika mendapatkan musibah berupa bencana alam.

3. Qur’an Surah Al-Imran : 160

41 iy yanṣurkumullāhu fa lā gāliba lakum, wa iy yakhżulkum fa man żallażī yanṣurukum mim ba'dih, wa 'alallāhi falyatawakkalil-mu`minụn

Terjemahan : “Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.”18

Dari ketiga surah di atas dapat dikatakan bahwa kita sebagai umat Muslim diperintahkan untuk saling tolong menolong sesama manusia dalam kebaikan terutama dalam keadaan susah. Salah satu contohnya yaitu membantu meringakankan beban saudara-saudara kita yang terkena bencana. Sama seperti yang dilakukan oleh pegawai BASARNAS yaitu salah satu instansi yang bergerak dibidang kegawatdaruratan. Salah satu tugas mereka yaitu membantu mengevakuasi saudara- saudara kita yang sedang terkena bencana.

4. HR. Bukhari

Abdullah bin Umar r.a. mengabarkan, bahwa Rasulullah saw. bersabda: ” Muslim yang satu adalah saudara muslim yang lain; oleh karena itu ia tidak boleh

42 menganiaya dan mendiamkannya. Barang siapa memperhatikan kepentingan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kepentingannya. Barang siapa membantu kesulitan seorang muslim, maka Allah akan membantu kesulitannya dari beberapa kesulitannya nanti pada hari kiamat. Dan barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutupi (aib)nya pada hari kiamat ” . (HR.

Bukhari )19

Rasulullah Saw. mengajarkan kepada kita agar saling tolong-menolong.

Tolong menolong atau ta’awun merupakan kebutuhan hidup manusia yang tidak dapat dipungkiri. Kenyataan telah membuktikan, bahwa suatu pekerjaan atau apa saja yang membutuhkan pihak lain, pasti tidak akan dapat dilakukan secara sendirian meskipun dia seorang yang memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang hal itu.

Sama halnya ketika terjadi bencana alam maka dibutuhkan keahlian khusus atau tenaga untuk membantu saudara-saudara kita yang terkena musibah. Salah satu instansi yang berperan yaitu BASARNAS.

5. HR Bukhari dan Muslim

“Barangsiapa melapangkan seorang mukmin dari salah satu kesusahan dunia, maka Allah akan melapangkannya dari salah satu kesusahan di hari kiamat. Dan

43 barangsiapa meringankan penderitan orang lain, maka Allah akan meringankan penderitaannya di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa menutupi (cacat) seorang Muslim, maka Allah akan menutupi (cacatnya) di dunia dan akhirat. Dan Allah akan selalu memberi pertolongan kepada seseorang selama orang tersebut suka membantu kawannya.” (Hr. Bukhari dan Muslim)19

Allah SWT memperlakukan orang Mukmin sebagaimana seorang Mukmin memperlakukan kawannya. Jika ia berlaku lemah lembut, maka Allah memperlakukannya dengan lemah lembut pula. Jika tidak, maka Allah tidak akan memperlakukan dia dengan lemah lembut.

Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW menerangkan, bahwa orang yang membantu kawannya dalam mengatasi kesulitan hidupnya, maka Allah akan meringankan beban penderitaannya kelak di hari kiamat. Siapa yang mengikhlaskan hutang kawannya, baik dengan cara dihibahkan, disedekahkan, atau ditangguhkan sampai dia bisa membayar, maka Allah akan memudahkan urusannya di dunia ini dengan diberinya kekayaan sehingga dia sendiri tidak berhutang, atau dengan diringankan penderitaannya.

Siapa yang mengetahui cacat saudaranya, baik kehormatan dirinya atau hartanya, lalu ia rahasiakan, maka Allah akan menutupi cacatnya itu di dunia dan akhirat. Selama seorang mukmin siap membantu kawannya, maka Allah akan memberinya pertolongan untuk mengatasi kebutuhannya dan mewujudkan keinginan hatinya.

44 6. HR Bukhari dan Muslim

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik ra, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan ” (HR Bukhari dan Muslim).20

Hadits ini menegaskan salah satu ciri orang beriman adalah ketika kita saling mencintai saudara kita sebagaimana kita mencintai diri sendiri. Hal ini membuktikan bahwa kita diperintahkan untuk saling tolong menolong dalam kebaikan sebagai bukti cinta terhadap sesama mukmin.

Kita diperintahkan untuk saling tolong menolong terutama dalam keadaan susah seperti ketika terjadi musibah berupa bencana alam, maka kita sebagai Muslim seharusnya menolong sesama manusia. Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu instansi yang berperan dalam bidang tersebut yaitu BASARNAS.

45 Gambar VI.1

46 Gambar VI.2

47 BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan tingkat pengetahuan terhadap pengaplikasian Basic Life Support (BLS) pegawai BASARNAS Makassar dalam menangani kasus kegawatdaruratan dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Adanya hubungan tingkat pengetahuan terhadap pengaplikasian Basic Life Support (BLS) pegawai BASARNAS Makassar dalam menangani kasus kegawatdaruratan.

2. Dari 65 responden terdapat 60 (92,3%) responden berjenis kelamin laki- laki dan 5 (7,7%) responden berjenis kelamin perempuan.

3. Dari hasil penelitian, responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 58 (89,2%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 7 (10,8%).

4. Dari hasil penelitian, responden dengan perilaku baik sebanyak 54 (83,1%) dan responden dengan perilaku cukup sebanyak 11 (16,9%).

B. SARAN

48 1. Disarankan untuk hasil penelitian ini dijadikan bahan identifikasi dan bahan acuan pegawai BASARNAS Makassar dalam meningkatkan mutu pelayanan terhadap korban bencana. Selain itu, bisa dilakukan update skill tentang Basic Life Support kepada semua pegawai bukan hanya pegawai yang terjun langsung ke lapangan.

2. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya variabel untuk penelitian selanjutnya bisa dibandingkan dengan latar belakang pendidikan dan lama bekerja sebagai pegawai BASARNAS Makassar.

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Peneliti menyadari bahwa adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini. Keterbatasan penelitian tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan jumlah sampel karena jumlah pegawai BASARNAS Makassar yang sedikit.

2. Pada penelitian yang dilakukan, kuisioner diberikan pada seluruh pegawai baik yang turun ke lapangan maupun yang staf dikantor sehingga hasilnya didapatkan ada yang mempunyai pengetahuan cukup maupun pengaplikasian cukup.

Dalam dokumen PDF Unismuh (Halaman 37-40)

Dokumen terkait