• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Kerangka Konseptual

Adapun syarat maslahah mursalah sebagai dasar legislasi hukum Islam sangat banyak pandangan ulama, diantaranya adalah:

1. Menurut Al-Syatibi Maslahah mursalah dapat dijadikan sebagai landasan hukum bila:

a) Kemaslahatan sesuai dengan prinsip-prinsip apa yang ada dalam ketentuan syari‟ yang secara ushul dan furu‟nya tidak bertentangan dengan nash.

b) Kemaslahatan hanya dapat dikhususkan dan diaplikasikan dalam bidang- bidang sosial (mu‟amalah) di mana dalam bidang ini menerima terhadap rasionalitas dibandingkan dengan bidang ibadah. Karena dalam mu‟amalah tidak diatur secara rinci dalam nash.

c) Hasil maslahah merupakan pemeliharaan terhadap aspek-aspek Daruriyyah, Hajjiyah, dan Tahsiniyyah. Metode maslahah adalah sebagai langkah untuk menghilangkan kesulitan dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam masalah-masalah sosial kemasyarakatan.32

1. Betimung

Setiap orang yang memiliki darah keturunan Suku Banjar pasti mengetahui bahwa dalam budaya yang diwarisidari para nenek moyang ada tradisi yang masih melekat dalam kehidupan sebagai orang yang tidak mudah dilupakan dan ditinggalkan.

Terutama dalam melaksanakan acara perkawinan yang melibatkan mempelay laki- laki maupun perempuan yang ingin melaksanakan pernikahan. Salah satu budaya yang menjadi tradisi tersebut yang sepertinya trus dilakoni itu diberi nama bahasa banjar disebut dengan nama batimung.

Batimung yaitu membersihkan diri dengan cara berkurung di dalam gulungan tikardan dihadapkan dengan air rebusan yang telah dicampur rempah-rempah wangi.

Tujuan batimung ini untuk membuat tubuh pengantin menjadi segar dan wangi.33 Betimung merupakan salah satu bentuk praktik pengobatan tradisional, yang ditujukan untuk mengeluarkan dan menghimpun keringat orang yang di-timung, baik batimung kesehatan maupun batimung pengobatan.

2. Hukum Islam

Secara terminologis (istilah, maknawi) dapat dikatakan Islam adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusi, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Wahyu yang diturunkan oleh Allah saw kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada segenap umat manusia sepanjang masa dan setiap persada. Suatu sistem keyakinan dan tata ketentuan yang mengatur segala perikehidupan dan

33Rahmah Riska, Tradisi Bausung Pengantin Pada Banjar Kandangan Di Kecamatan Tambilahan Indragiri Hilir,6: 2019, Hal 4

penghidupan asasi manusia dalam berbagai hubungan: dengan tuhan, sesama manusia, dan alam lainnya.34

Hukum Syariah secara garis besar mengenal dua macam sumber hukum, pertama sumber hukum yang bersifat “naqliy”. Sumber hukum naqliy ialah Al-Qur‟an dan As- sunnah sedangkan sumber hukum aqliy ialah hasil usaha menemukan hukum dengan mengutamakan oleh pikir dengan beragam metodenya. kandungan hukum dalam Al- Qur‟an dan hadis kadang kala bersifat prisipiil yang general (zanni) sehingga perlu interpretasi untuk penetapannya. Al-Qur‟an dan As-sunnah sebagai sumber ilmu syariah, dengan bantuan ulum Al-Qur‟an dan ulum Al-Hadis, meliputi tiga hukum:

Pertama, hukum yang menyangkutkeyakinan orang dewasa (mukalaf). Kedua, hukum etika (akhlak) yang mengatur bagaimana seseorang berbuat kebaikan dan meninggalkan kejelekan. Ketiga, hukum-hukum praktis („amaliyah) yang mengatur perbuatan, ucapan, perikatan, dan berbagai tindakan hukum seseorang. Hukum yang mengatur hubungan antara manusia sebagai individu dengan individu lainnya dalam hubungannya dalam perikatan, pertukaran, dan kepemilikan harta dan hubungan lain melahirkan hukum perdata (Al-Ahkam Al-Madaniyyah).35

Kata hukum Islam tidak ditemukan sama sekali dalam di dalam Al-Qur‟an dan literatur hukum Islam. Yang ada dalam Al-Qur‟an adalah kata syariah, fikih, hukum Allah, dan seakar dengannya.Kata-kata Hukum Islam merupakan terjemahan dari trem “Islamic Law” dari literature barat. Dalam penjelasan Hukum Islam dari literature Barat di temukan definisi hukum Islam, yaitu: keseluruhan kitab Allah yang mengatur kehidupan setiap Muslim dalam segala aspeknya.36

34Munir Salim, „Adat Sebagai Budaya Kearifan Lokal Untuk Memperkuat Eksistensi Adat Ke Depan‟, Daulani, 5.2 (2016)

35 Nursiah, 45 tahun, Sidrap, 21 maret 2021

36Musbahuddin Jamal, „Konsep Islam Dalam Al-Qur‟an‟, Jurnal Al-Ulum, 11.2 (2011)

3. Pernikahan

a. Pengertian Pernikahan

Pernikahan adalah suatu peristiwa ketika dua sepasang mempelai dipertemukan secara formal dihadapan penghulu atau kepala agama, para saksi, dan juga sejumlah hadirin untuk kemudian disahkan secara resmi sebagai suami istri melalui ijab Kabul.

Menurut Duvall dan Miller, menikah merupakan hubungan yang bersifat suci/sacral antara pasangan dari seorang pria dan seorang wanita yang telah menginjak atau dianggap telah memiliki umur cukup dewasa dan hubungan tersebut telah diakui secara sah dalam hukum dan secara agama.

Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pernikahan adalah ikatan lahir batin antara pria dan wanita dengan tujuan membentuk keluarga yang telah diakui secara sah dalam hukum dan agama.

Pernikahan merupakan sunnah tullah yang umum dan berlaku pada semua makhluknya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbu-tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah swt; sebagai jalan bagi makhluknya untuk berkembang biak dan melestarikan hidupnya.

Dalam UU No. Tahun 1974 bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa:

“pernikahan adalah ikata lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujaan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha Esa”. 37

Menurut ajaran Islam melangsungkan pernikahan berarti melaksanakan ibadah.

Melakukan perbuatan ibadah berarti melaksanakan ajaran agama. Dalam sunnah qauliyah (sunnah dalam bentuk perkataan) Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang menikah berarti ia telah melaksanakan separuh (ajaran) agamanya, yang separuh lagi hendaknya ia bertaqwa kepada Allah”. Rasulullah memerintahkan orang-orang yang

37Repubik Indonesia, Undang Undang RI No.1 Tahun 1974, Bab 1 Pasal 1

telah mempunyai kesanggupan, supaya menikah, hidup berumah tangga karena pernikahan akan memelihara dari (melakukan) perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah.

Pernikahan dilihat dari segi hukum merupakan suatu perjanjian. Dalam Q.S An- Nisa ayat 21 dinyatakan:

Terjemahannya:

“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-istri. Dan mereka (isteri- isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”(Q.S An-Nisa ayat 21).

Pernikahan dilihat dari segi sosial adalah bahwa orang yang berkeluarga mempunyai kedudukan yang lebih dihargai dari pada mereka yang belum menikah.

Sedangkan pernikahan jika dilihat dari segi agama adalah suatu segi yang sangat penting. Dalam agama, pernikahan dianggap suatu lembaga yang suci. Upacara pernikahan adalah upacara yang suci, kedua mempelai dijadikan sebagai suami istri atau saling meminta pasangan hidupnya dengan menggunakan nama Allah.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pernikahan adalah ikatan suci antara laki-laki dan perempuan yang menjadikannya halal untuk hidup bersama menjadi suatu keluarga baru yang sah di mata agama dan hukum. Pernikahan adat Banjar merupakan pernikahan yang dilaksanakan menggunakan serangkaian dari tradisi masyarakat adat Banjar, mulai dari proses sebelum pernikahan, akad/ acara pernikahan sampai setelah pernikahan.

4. Hukum Nikah

Hukum nikah (perkawinan), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara manusiadengan sesamanya yang menyangkun penyaluran kebutuhan biologis antar jenis, dan hak serta kewajiban yang berhubungan dengan akibat perkawinan tersebut.

Firman Allah swt:

َِّوِ ًة َّدَي َّمِ ْم ُ كَنْيَبِ َ

ل َػ َج َوِا َىْي َ ل ِاِآ ْيُن ُ

ك ْس ت َ َّ

ِلِا ًجا َو ْزَاِْمُك ِسُفْن َ اِ ْن َِّمِ ْم ُ

ك َ لِ َق َ

ل َخِ َ ْ َ آِ هِتٰي ٰ

اِ ْن ِم َو

ِ َّ

َ ِاِۗ ًًَمْح َر

ِ َ

َ ْو ُر َّ

ك َ فَتَّيٍِم ْي َ

ل َّ

ِلِ ٍتٰي ٰ َ

َِ َكِل ٰذِ ْيِف

ِ

Terjemahnya :

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan- pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. “. (Q.s. Ar-Ruum 30;ayar:21).”38 Manusia mengetahui bahwa mereka mempunyai perasaan-perasaan tertentu terhadap jenis yang lain. Perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran itu ditimbulkan oleh daya tarik yang pada masing-masing mereka, yang menjadikan yang satu tertarik kepada yang lain, sehingga antara kedua jenis laki-laki dan perempuan itu terjalin hubungan yang wajar.Mereka melangkah maju dan bergiat agar perasaan-perasan dan kecendrungan- kecendrungan antara laki-laki dan perempuan itu tercapai.Puncak dari semua itu ialah terjadinya perkawinan antara laki-laki dan perempuan itu.Dalam keadaan demikian bagi laki-laki hanya istri nya itu lah perempuan yang paling cantik dan baik, sedangkan bagi perempuan itu, hanya suami nya lah laki-laki yang menarik hatinya.masing-masing mereka merasa tentram hatinya dengan ada pihak yang jain.semuanya ini merupakan modal yang paling berharga dalam membina rumah tangga bahagia. Kemudian dengan adanya rumah tangga yang ber bahagia jiwa dan pikiran menjadi tentram,tubuh dan hati mereka menjadi tenangserta kehidupanmenjadi mantap,kegairahan hidup akan timbul, dan ketentraman bagi laki-

38Kementrian Agama RI, Al-Qur-an Dan Terjemahaan (Surabaya: Fajar Mulya, 2009), H. 404

dan perempuan secara menyeluruh akan tercapae.khususmengenai kata- kata”mawaddah” (rasa kasih) “ Rahmah” (sayang) mujahid dan ikrimah berpendapat bahwah yang pertama adalah sebagai ganti dari kata “Nikah” (Bersetubuh, Bersenggamah) dan yang kedua sebagai kata ganti “Anak”. Jadi menurut Mujahid dan ikrimah, Maksud perkataan Tuhan: “Bahwa dia menjadikan antara suami dan istri rasa kasih sayang ialah adanya perkawinan sebagai yang disyariatkan tuhan antara seseotang laki-laki dan seorang perempuan dari jenisnya sendiri, yaitu jenis manusia akan terjadilah persenggamaan yang menyebabkan adanya anak-anak dan keturunan.

Sebagaiman adanya anak-anak adalah merupakan suatu keharusan yang umum pula.

Ada yang berpendapat bahwa :“Mawaddah” bagi anak muda, dan “Rahmah” bagi orang tua. Hubungan dengan mawaddah itu Allah mengutuk kaum lut yang melampiaskan nafsunya dengan melakukan homosex, dan meninggalkan istri-istri mereka yang seharusnya kepada istri-istri itu lah mereka melampiaskan rasa kasih sayang dan dengan merekalah seharusnya bersenggamah.

Asal usul pernikahan itu mubah, namun dapat berubah menurut ahkamul khamsah (Hukum yang lima) menurut perubahan keadaan:

1) Nikah wajib, nikah diwajibkan bagi orang yang telah mampu yang akan membawa taqwa, nikah yang wajib bagi orang yang telah mampu, yang akan menjaga jiwa dan menyelamatkannya dari pernbuatan haram. Kewajiban tidak akan dapat terlaksana kecuali dengan nikah.

2) Nikah Haram, nikah diharamkan bagi orang yang tau bahwa dirinya tidak mampu melaksanakan hidup berumah tangga melaksanakan kewajiban lahir seperti memberi nafkah, pakaian, tempat tinggal, dan kewajiban batin seperti mencampuri istri.

3) Nikah Sunnah, nikah disunnahkan bagi orang-orang yang sudah mampu tetapi ia masih sanggup mengendalikan dirinya dari perbuatan haram, dalam hal seperti ini maka nikah lebih baik daripada membujang karna membujang tidak dianjurkan oleh Islam.

4) Nikah Mubah yaitu bagi orang yang tidak berhalangan untuk nikah dan dorongan untuk nikah belum membahayakan dirinya, ia belum wajib nikah dan tidak hatam bila tidak nikah.39

Berdasarkan beberapa pengertian yang dimaksud oleh penulis dalam judul ini yaitu persepsi masyarakat tentang tradisi batimung dalam pernikahan adat banjar di Kebupaten Tanah Bumbu. Tradisi batimung merupakan tradisi masyarakat di mana seorang apabila ingin melakukan suatu cara atau hajatan seperti acara dalam pernikahan adat Banjar, Maka yang mempunyai acara tersebut menyediakan tempat dan bahan-bahan yang ingin di jadikan bahan-bahan batimung.

Dalam masyarakat tersebut tradisi batimung ini merupakan keniscayaan harmonisasi manusia dengan alam, sebab alam memiliki hukum tersendiri dan merupakan kemampuan untuk memahami dan berdialog langsung dengan alam akan memberikan keselamatan dan kesejahtraan bagi manusia itu sendiri.

39 HAS.AL-Hamdani,Risalah Nikah TErj.agusSalim (Jakarta:Pustaka Amani, 2002),h. 8

Dokumen terkait