• Tidak ada hasil yang ditemukan

لذٌ

D. Kerangka Konseptual

dibentuk oleh hubungan kita dengan orang lain. Walaupun, makna itu dapat kita telusuri dengan sebuah tindakan, karya dan aktivitas, tetapi tetap saja ada peran orang lain didalamnya.

Inti dari pemikiran Alfred Schutz ialah bagaimana memahami tindakan sosial melalui sebuah penafsiran. Yang mana, tindakan sosial tersebut merupakan sebuah tindakan yang berorientasi pada perilaku seseorang atau orang lain pada masa lalu, sekarang dan bahkan yang akan datang. Disini Alfred Schutz mengelompokkan dalam dua fase yang mana guna untuk menggambarkan tindakan seseorang:

a. Because motives (Weil Motiv) sebuah tindakan yang merujuk pada masa lalu. Dimana, tindakan seseorang pasti memiliki alasan dari masa lalu ketika mereka ingin melakukannya,

b. In Order to motive (Um-zu motiv) yaitu motif yang merujuk kepada tindakan dimasa yang akan datang. Dimana, seseorang melakukan tindakan itu pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai atau telah ditetapkan.

Berikut akan diuraikan tentang konsepsi hijab : 1. Konsep Jilbab dalam Kajian Agama (Islam)

Secara terminologi, jilbab bermakna sebagai kerudung yang lebar digunakan oleh perempuan muslimah untuk menutupi kepala, leher hingga menjulur ke dada.84 Dalam hal ini istilah kerudung pun juga kerap kali diartikan sebagai pengganti istilah jilbab, walaupun diantara keduanya ada perbedaan dalam cara pemakaiannya. Kerudung pada umumnya dipakai untuk menutup kepala tetapi masih menampakkan sebagian dari rambut dan leher perempuan yang memakainya, sedangkan jilbab digunakan untuk menutup bagian kepala dan leher dengan rapat. Namun, saat ini jilbab juga banyak diartikan sebagai baju panjang yang berupa pakaian terusan (gamis). Baju yang terdiri dari blus dengan lengan panjang dan rok panjang hingga menutupi mata kaki.

Sedangkan kerudung yang digunakan dapat berupa kain lebar yang dibentuk dengan berbagai cara untuk menutupi kepala (rambut).

Jika dilihat dari keberadaannya di Indonesia, jilbab semula lebih dikenal sebagai kerudung, tetapi pada awal tahun 1980-an lebih dikenal dengan jilbab.85 Dilihat dari asal katanya, jilbab berakar pada istilah yang terdapat di dalam al-Qur‟an yaitu jalaba yang memiliki arti menghimpun dan membawa. Dalam kamus

84 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Jilbab.

85 Nong Darol Mahmadah dalam buku Muhammad Said al-Asymawi, kritik atas Jilbab, 2003, vii.

DRAFT

besar Arab-Indonesia (al-Munawir), jilbab dikemukakan dari kata al-Jalabiyyah yang berarti baju kurung panjang sejenis dengan jubah. Namun, disisi lain jilbab juga diartikan sebagai pakaian luar yang menutupi segenap anggota badan dari kepala hingga sampai menutupi kaki perempuan.

Di Indonesia, jilbab lebih dikenal sebagai kain penutup kepala, yang kemudian muncul beragam bentuk dan warna. Saat ini, jilbab kerap diistilahkan dengan hijab (penutup), sehingga jilbab yang dikenal oleh masyarakat Indonesia memiliki istilah yang beragam dan mengalami perubahan dari istilah aslinya.

Yang melatarbelakangi perubahan istilah ini ialah adanya peradaban atau perbedaan budaya berpakaian dalam sebuah komunitas masyarakat yang berbeda pula.

Dalam beberapa literatur, disebutkan beberapa istilah yang dipakai untuk jilbab diantaranya :

a. Khimar (kerudung) yang memiliki arti segala bentuk penutup kepala wanita baik itu yang panjang maupun yang pendek, menutup kepala, dada dan badan wanita atau hanya rambut dan leher saja.

b. Niqab atau Burqa’ (cadar), yaitu kain penutup wajah untuk kaum wanita dan ini sudah ada dan dikenal dari zaman sebelum kedatangan Islam.

DRAFT

c. Hijab (tutup) yaitu semua yang dimaksudkan untuk mengurangi dan mencegah terjadinya fitnah jinsiyah (godaan seksual) baik dengan menahan pandangan, tidak mengubah intonasi suara bicara wanita agar terdengar lebih menarik dan menggugah, menutup aurat, dan lain sebagaianya.

Beberapa istilah yang telah disebutkan di atas sebenarnya bukan hanya berasal dari bahasa Indonesia, melainkan merupakan istilah yang berasal dari beberapa negara di Arab maupun Timur Tengah. Ada beragam istilah yang dipakai di negara lain terkait dengan pakaian sejenis dengan jilbab ini diantaranya seperti chador (Iran), pardeh (India dan Pakistan), milayat (Libya), abaya (Irak), charshaf (Turki), hijba (Mesir, Sudan, Yaman).86 Kemudian istilah hijab mengalami pergeseran, yang semula memiliki arti tabir menjadi pakaian penutup aurat perempuan.

Menurut Fadwa el-Guindi, jilbab diistilahkan dalam bahasa Inggris bukan hanya sekedar seperti scraf (semacam selendang atau syall), melainkan juga dapat diistilahkan dengan veil (atau voile dalam bahasa Perancis), yang biasa dipakai untuk merujuk pada penutup kepala tradisional, wajah atau tubuh wanita di Timur Tengah dan Asia Selatan.87 Sedangkan di Indonesia, jilbab kerap disamakan pengertiannya dengan hijab, yang dimaknai dengan pakaian longgar atau kerudung (simple

86 Nong Darol Mahmadah dalam bukunya Muhammad Said al-Asymawi, Kritik atas Jilbab, 2003.

87 Fadwa el-Guindi, Jilbab antara Kesalehan, Kesopanan dan Perlawanan, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2005), 29.

DRAFT

headscraf). Bagi el-Guindi jilbab di Indonesia dapat merujuk kepada corak pakaian Islam tetapi seringkali juga maknanya tidak konsisten. Dalam hal ini jilbab bukan hanya sebagai penutup kepala saja, melainkan menjadi kesatuan dnegan pakaian yang digunakan seorang perempuan muslimah.

Dalam kajian agama Islam, landasan tentang penggunaan jilbab merujuk kepada ketentuan yang terdapat di dalam kitab suci al-Qur‟an. dan berdasarkan tafsir al-Qur‟an. jilbab dimaknai sebagai khimar atau kerudung (terdapat di dalam QS an-Nur : 31).

Sedangkan untuk penyebutan istilah jilbab terdapat di dalam QS al-Ahzab:59, yang disini memiliki makna sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada. namun, istilah untuk jilbab dalam perkembangannya dapat menjadi arena kontestasi di kalangan para ahli hukum Islam dan ulama, terutama dalam persoalan penerapannya yang wajib ataupun yang bukan wajib. Sebagai sebuah fenomena, jilbab membawa pesan yang beragam, tidak hanya pada upaya pendefinisian istilahnya saja, melainkan juga pada pemberian makna dalam penerapannya di masyarakat yang mengusung simbol keagamaan dan identitas sosial. Hal ini senada dengan hakikat makna dari jilbab yang selama ini dikenal di Indonesia memiliki perbedaan dengan makna jilbab yang terdapat dalam kultur maupun struktur masyarakat Arab ataupun Timur Tengah.

DRAFT

Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini ialah sebagai berikut :

Interpretasi Ayat-ayat Hijab (Studi tentang Pandangan Mahasiswi dan Penerapannya di

UIN KH Achmad Siddiq Jember

Pandangan mahasiswi

Penerapan

1. Interpretasi Paul Recoeur.

2. Fenomenologi Alfred Schutz.

DRAFT

85 BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis. Adapun alasan pemilihan fenomenologi adalah karena peneliti ingin mengungkap penafsiran, pemahaman, pandangan dan persepsi mahasiswi UIN KH. Achmad Siddiq Jember terhadap ayat-ayat hijab dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Jenis dari penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif.

Karena jenis penelitian seperti ini dapat memberikan data yang akurat dan spesifik terhadap objek penelitian. Adapun jenis penelitian ini dipilih karena penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang data-data yang dikumpulkan selama penelitian bukan data yang berupa angka, melainkan data dalam bentuk kata atau kalimat maupun gambar. Dan semua data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah berupa dokumen, wawancara, catatan lapangan, foto yang keseluruhan data tersebut merupakan ciri dari penelitian kualitatif.