• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sarana dan prasarana

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN GAMBARAN

B. Gambaran Khusus Lokasi Penelitian

5. Sarana dan prasarana

No. Jenis Ruang Jumlah Luas (m2)

(1) (2) (3) (4)

1. Ruang Teori/Kelas 29 2.088

3. Laboratorium Kimia 1 170

4. Laboratorium Fisika 1 170

5. Laboratorium Biologi 1 170

6. Laboratorium Bahasa 1 170

8. Laboratorium Komputer 1 120

10. Ruang Perpustakaan Konvensional 1 120

14. Ruang UKS 1 32

20. Koperasi/Toko 1 32

21. Ruang BP/BK 1 72

22. Ruang Kepala Sekolah 1 50

23. Ruang Guru 1 120

24. Ruang TU 1 50

25. Ruang OSIS 1 32

26. Kamar Mandi/WC Guru Laki-laki 2 8

27. Kamar Mandi/WC Guru Perempuan 2 8

28. Kamar Mandi/WC Siswa Laki-laki 12 48 29. Kamar Mandi/WC Siswa Perempuan 12 48

30. Gudang 1 32

31. Ruang Ibadah 1 169

36. Ruang PIK-R 1 64

62 A. Hasil Penelitian

1. Implementasi Pendidikan Karakter Religius dalam Pembelajaran Sosiologi di SMAN 4 Luwu Utara

a. Kesiapan Sekolah

Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain, kerja keras, dan sebagainya.

Aristoteles berpendapat bahwa karakter itu erat kaitannya dengan kebiasaan yang kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku.

Pendidikan karakter religius merupakan usaha aktif untuk membentuk suatu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain (Rosiyd, 2013: 158). Seseorang dapat dikatakan memiliki karakter religius ketika telah mentaati ajaran agama yang dianutnya dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan pemeluk agama lain.

Kepala sekolah SMAN 4 Luwu Utara, Bapak YM (56 tahun) mengatakan bahwa :

“Pendidikan karakter itu sikap, adab, akhlak dan perilaku seseorang, mengubah sikap siswa yang kurang baik menjadi lebih baik sesuai dengan

norma yang berlaku dilingkungan masyarakat. Pendidikan karakter juga merupakan pendidikan moral yang membangun karakter siswa dimana kami di sekolah SMAN 4 Luwu Utara ini sudah menerapkan pendidikan karakter tersebut mulai sejak awal masuk siswa disekolah ini sampai nanti berada dalam pembinaan di sekolah ini” (Hasil wawancara, 16 November 2020) Lain halnya yang diungkapkan oleh guru sosiologi Ibu UR (44 tahun) saat diwawancarai beliau mengungkapkan bahwa:

“Pendidikan karakter itu harus ada dan ditanamkan di setiap diri atau kepribadian seseorang, karna hal itu merupakan hal yang mendasar yang akan mereka terapkan nantinya di lingkungan sekolah maupun lingkungan di luar sekolah” (Hasil wawancara, 25 November 2020)

Hal serupa diungkapkan oleh salah SW (18 tahun) bahwa :

“Sekolah maupun guru selalu memberikan arahan kepada kami tentang pendidikan karakter religius” (Hasil Wawancara, 20 November 2020)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwan pendidikan karakter merupakan pendidikan yang diberikan melalui proses pembelajaran maupun diluar jam pembelajaran. Yang bertujuan untuk membentuk kepribadian pada setiap siswa yang nantinya akan diterapkan dilingkungan sekolah maupun dilingkungan lainnya.

Pendidikan karakter religius bertujuan untuk membentuk generasi bangsa yang tangguh, bermoral, sopan, bertoleran, berakhlak mulia, serta berilmu pengetahuan yang dijiwai oleh iman dan takwa kepada tuhan yang Maha Esa.

Seperti yang dikatakan oleh Kepala sekolah bapak YM (56 tahun) saat diwawancarai bahwa :

“Kita mendidik siswa disekolah ini dengan karakter religius itu agar nantinya meraka keluar dari sekolah ini bisa menjadi contoh dari masyarakat dan lingkungan mereka nantinya. Bukan hanya akademisnya tetapi karakter juga harus dikembangkan dimana meraka sudah

menanamkan dalam dirinya karakter religius. Meraka sudah tidak lagi berprilaku yang tidak sesuai dengan norma yang ada di masyarakat”.

(Hasil wawancara, 16 November 2020)

Pendapat lain juga dikatakan oleh ibu UR (43 tahun) selaku guru Sosiologi mengatakam bahwa:

“Di Indonesia ini kita memiliki beragama agama, budaya, suku, ras dan sebagainya, kita ketahui juga dengan adanya perbedaan itu rentan terjadinya konflik yang ada dimasyarakat, sehingga pendidikan karakter itu sebenarnya bertujuan agar nantinya mereka bisa toleran terhadap perbedaan yang mereka temui diluaran sana bisa bekerja sama dalam kelompok ataupun orang-orang baru yang mereka temui diluara sana maupun dilingkungan sekolah ini. Dan bagi umat muslim mereka bisa mencotoi sikap dari Rasulullah yang memiliki kasih sayang yang sangat besar terhadap sesama ataupun dalam perbedaan” (Hasil wawancara, 25 November 2020)

Lain halnya yang dikatakan oleh SW (17 tahun) saat diwawancarai bahwa :

“Sekolah dan guru meberikan kita ilmu mengenai pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran contohnya mata pelajaran sosiologi dan di sela-sela pembelajaran guru selalu memberikan kita contoh-contoh pendidian karakter religius dan menjelaskan tujuan karakter religius tersebut sehingga secara tidak langsung kita sebagai siswa menerapkan ajaran tersebut baik itu kita diluar sekolah, lingkungan masyarakat, kelurga terlebih di lingkungan sekolah” (Hasil Wawancara, 20 November 2020)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan diterapkannya pendidikan karakter disekolah itu untuk memahami perbedaan yang ada di lingkungan mereka, menanamkan moral dan sifat toleran terhadap sesama di antara banyaknya perbedaan, serta dapat bekerja sama baik itu dilingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah menumbuhkan sifat kemanusiaan dan siswa telah menerapkan pendidikan karakter religius itu karna sudah tertanam dalam diri siswa baik secara teori maupun dengan perilaku siswa.

Berdasarkan Hasil dari observasi peneliti di SMAN 4 Luwu Utara bahwa:

“SMAN Luwu Utara telah memahami dan menerapkan Pendidikan karakter religius, menjadikan siswa yang mengenyam Pendidikan di sekolah memiliki karakter yang baik dan membantu siswa dalam membentuk karakternya. Sekolah memiliki tujuan untuk membentuk karakter siswa salah satunya karakter religius, guna mencapai visi dan misi yang telah menjadi dasar dari sekolah. Siswa di SMAN 4 Luwu Utara telah menerapkan Pendidikan karakter religius mereka selalu menedengarkan setiap arahan dari kepala sekolah maupun guru yang ada disekolah. Siswa juga hidup dengan penuh toleran didalam lingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah dan bertanggung jawa serta patuh dengan arahan guru yang mengajar ataupun di luar jam pelajaran contohnya saat proses pembelajaran guru sosiologi melakukan tiga tahap pembelajaran yaitu persiapan, pelaksaaan, serta evaluasi kelas” (Hasil observasi, 26 November 2020)

Gambar 5.1

Nilai karakter religius dalam Visi dan Misi SMAN 4 Luwu Utara

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi peneliti melakukan interpretasi bahwa di SMAN 4 Luwu Utara telah menerapkan Pendidikan karakter religius, dilihat berdasarkan dari visi misi dari sekolah dimana visinya mengandung makna karakter religius yaitu “Unggul Dalam Prestasi berdasarkan Iman dan Taqwa” tentunya mereka sudah menjadikan

karakter religius sebagai dasar dari Pendidikan. Serta dilihat dari misi pada poin pertama dimana siswa diberikan pendidikan agar mampu menghayati Agama yang masing-masing siswa anut dan percayai dengan menjunjung tinggi budaya bangsa Indonesia dari maknanya siswa bersikap toleran terhadap perbedaan yang ada baik itu dalam hal agama, ras, suku, serta budaya yang ada disekitar mereka.

Siswa SMAN 4 Luwu Utara telah berprilaku dan menerapkan Pendidikan karkter religius baik disekolah maupun lingkungan luar sekolah

b. Perangkat Pembelajaran

Implementasi pendidikan karakter religius di SMAN 4 Luwu Utara dalam pembelajaran Sosiologi dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu: persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

Implementasi pendidikan karakter religius oleh guru Sosiologi di SMAN 4 Luwu Utara dalam tahap persiapan pembelajaran adalah dengan menyusun perangkat pembelajaran dan melakukan analisis karakteristik kelas. Penyusunan perangkat pembelajaran dilakukan dengan membuat perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus serta materi pembelajaran.

Kemudian, tahap analisis karakteristik kelas dilakukan dengan cara mengkelompokkan kelas berdasarkan karakter siswa masing-masing kelas meliputi: antusias siswa, keaktifan siswa dalam menerima pembelajaran, dan kondisi psikologis siswa. Pada tahap ini nilai karakter religius yang termasuk dalam perangkat pembelajaran yaitu silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) ditampilkan pada kolom tersendiri yang wajib tercapai dalam pelaksanaan pembelajaran nantinya.

Seperti halnya yang dingkapkan oleh Ibu UR (43 tahun) bahwa :

“sebelum saya melakukan proses pembelajaran terlebih dahulu saya sudah menyusun perangkat pembelajaran untuk nanti menjadi bahan acuan untuk mengajar sehingga proses belajar mengajar itu terstruktur sesuai dengan silabus contohnya kelas X semester 1 kompetensi dasar Mensyukuri keberagaman agama dalam kehidupan sosial dan kebu dayaan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa”. (Hasil wawancara 25 November 2020)

Sama halnya yang dikatakan oleh Kepala sekolah Bapak YM (56 tahun) bahwa:

“Tentang kesiapan Guru dalam proses pembelajaran dan penerapan pendidikan karakter itu tentunya sudah sangat baik karna sejak awal regulasi yang di sampaikan pemerintah tentang penetapan sekolah harus menerapkan pendidikan karakter kita sudah melaksanakannya jadi semuanya sudah dirancang baik dalam bentuk pembelajaran maupun dalam bentuk kegiatan lainnya” (Hasil wawancara, 16 November 2020) Pendapat lain yang diungkapkan dari SW (16 tahun) bahwa:

“Guru sosiologi mengajar didalam kelas itu selalu sesuai dengan yang ada di silabus dan RPPnya, dan metode pengajaran yang diterapkan menurut kami itu terkadang menggunakan metode ceramah, diskusi, dan yang lainnya dan memiliki media yang berbeda-beda mungkin alasannya agar siswa tidak bosan berada didalam kelas karna didalam kelaskan kadang kita merasa jenuh ketika pembelajarannya monoton” (Hasil wawancara, 20 November 2020)

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kesiapan guru dan sekolah dalam persiapan pembelajaran sudah sangat baik dan terstruktur, karna sudah dirancang dengan baik oleh pemerintah maupun sekolah. Guru juga menggunakan metode-metode yang membuat siswa nyaman menerima pembelajaran, dan mengajak dan membangun siswa yang kurang menjadi lebih efektif dalam menerima pembelajaran.

implementasi pendidikan karakter religius dalam tahap persiapan pembelajaran yang disusun oleh guru Sosiologi masih bersifat umum tidak merujuk pada nilai karakter religius saja. Oleh karena itu, untuk mempermudah dalam analisis nilai karakter religius, pada tahap persiapan pembelajaran Sosiologi dapat diklasifikasikan berdasarkan aspek karakter nilai religius (Fathurrohman, 2013: 106) yaitu :

a. Mensyukuri keunggulan manusia sebagai pencipta dan penguasa

dibandingkan dengan makhluk lainnya. Aspek ini dapat diamati dari siswa kelas X, XI, XII SMAN 4 Luwu Utara ketika berdoa sebelum dan sesudah

pembelajaran.

b. Mensyukuri kepada Tuhan karena telah menjadi warga bangsa Indonesia.

aspek milai karakter ini dapat dilihat dari siswa yang melaksanakan ibadah di sekolah dengan ajaran agama masing-masing.

c. Merasakan kekuatan Tuhan yang menciptakan berbagai tatanan di alam semesta. indikator karakter religius pada aspek ini dapat dilihat dengan siswa menjaga kebersihan kelas dan menjaga lingkungan sekolah.

d. Merasakan kebesaran Tuhan dengan keberagaman agama yang ada di dunia, aspek ini ditujukan dengan siswa menunjukkan rasa toleransi terhadap umat beragama lain dalam lingkungan sekolah.

e. Mengagumi kebesaran Tuhan melalui berbagai pokok bahasan dalam berbagai mata pelajaran, aspek nilai karakter religius ini dapat diamati dengan

melihat guru Sosiologi yang mengajarkan materi Sosiologi dengan mengkaitkan dengan nilai-nilai religius.

Seperti yang dikatakan oleh Guru sosiologi Ibu UR (43 tahun) pada saat diwawancarai bahwa:

“sebenarnya kami menyusun RPP itu tidak hanya mencantumkan satu nilai karakter saja tetapi kita mencantukkan beberapa karakter lainnya yang ada pada 18 nilai-nilai karakter seperti contohnya sopan, jujur, displin, dan lain-lain karna tujuan sekolah bukan hanya tentang pendidikan karakter religius saja akan tetapi karakter-karakter lainnya bisa kami capai dalam proses pembelajaran ataupun kegiatan lainnya tentunya” (Hasil wawancara, 25 November 2020)

yang dikatakan juga oleh Bapak YM (56 tahun) saat diwawancarai bahwa:

“disekolah ini kita menerapkan 18 nilai karakter jadi tidak hanya karakter religius saja, akan tetapi karakter lainnya juga kami terapkan” (Hasil wawancara, 16 November 2020)

Lain juga di ungkapkan SW (17 tahun) bahwa :

“guru-guru yang ada disekolah ini selalu menerapkan pendidikan karakter tidak hanya tentang religius saja tetapi pendididkan karakter lain juga kita diajarkan, seperti kita harus sopan terhapat orang lain, memiliki isfat jujur terlebih sekolah ini meiliki kantin kejujuran tentunya dari situ kita diajarkan untuk bersifat jujur” (Hasil wawancara, 20 November 2020) Jadi kesimpulan dari wawancara diatas guru sosiologi dan sekolah tidak hanya menerapkan pendidikan karakter religius saja, akan tetapi menerapkan beberapa karakter lainnya agar penenaman karakter anak itu menjadi sempurna.

Tahap berikutnya adalah pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter religius dalam pembelajaran Sosiologi. di mana nilai-nilai karakter religius di

masukkan atau disisipkan ke dalam materi pembelajaran Sosiologi yang sedang berlangsung.

Analisis implementasi pendidikan karakter religius pada tahap ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori kelas yaitu kelas yang kurang kondusif dan kelas kondusif. Dasar klasifikasi ini adalah pengaruh dari analisis karakteristik kelas yang dilakukan pada tahap persiapan pembelajaran Kategori kelas yang dikatakan kondusif merupakan kelas yang karakteristik psikologi siswa yang ditandai dengan aktif di dalam kelas, gemar membaca, mendengarkan guru saat menjelaskan, dan mengerjakan tugas dengan baik. Kelas kurang kondusif ditandai dengan psikologi siswa yang cenderung gaduh, tidak mendengarkan guru saat didalam kelas dan menunjukkan sikap yang belum siap untuk menerima pelajaran.

Seperti yang dikatakan oleh Guru sosiologi Ibu UR (43 tahun) bahwa :

“ketika didalam kelas itu sebenarnya kita menghadapi beberapa jenis karakter anak yang berbeda-beda tentunya daya tangkap yang berbeda baik itu dalam kelas maupun antar kelas, ada kelas yang daya tangkapnya cepat dan ada kelas yang daya tangkapnya butuh beberapa kali untuk diterangkang begitu juga dengan siswa ada yang cepat dan ada yang lambat, kita harus menguasai karakter pada siswa” (Hasil wawancara, 26 November 2020)

Lain halnya yang diungkapkan Kepala sekolah Bapak YM (56 tahun) bahwa:

“anak-anak disekolah ini tidak semuanya meiliki psikologis yang bagus atau baik dan kecerdasan yang sama. Akan tetapi kita berusaha keras bagaimna anak-anak atau siswa disekolah kita ini bisa maksimal dalam meinmba ilmu” (Hasil wawancara, 16 November 2020)

Berdasarkan hasil obsevasi peneliti di SMAN 4 Luwu Utara bahwa :

“Dimana dalam tahap persiapan itu guru sosiologi mengarahkan ketua kelas menyiapka kelasnya, dan memimpin untuk berdoa sebelum memulai

pembelajaran dan guru sosiologi juga memberikan sedikit arahan atau motivasi untuk membangun semangat siswa dalam menerima pembelajaran.

Perangkat pembelajaran dalam tahap pelaksanaan pembelajaran guru menyampaikan apa yang menjadi pokok pembelajaran yang sudah dibuat dalam bentuk silabus dan RPP, dan juga memberikan arahan tentang Pendidikan karakter disela-sela pembelajaran. Hingga tahap akhirnya evaluasi kelas untuk meningkatkan kembali apa-apa yang belum siswa capai dengan memberikan pendekatan yang lebih kepada siswa kurang dalam memahami pembelajaran mengevaluasi Kembali apa yang kurang dalam proses pembelajaran, tak hanya itu guru juga menyiapkan media-media agara siswa tidak jenuh dengan proses pembelajaran. Siswa SMAN 4 Luwu Utara memiliki antusian semanagat belajar yang baik bertanggung jawab dengan tugas-tugas yang guru berikan.

Siswa juga aktif dalam kegiatan religius seperti perayaan-perayaan agama yang mereka laksanakan mengikuti kegiatan kerohanian setiap agama yang dianutnya contohnya agama islam memiliki kegiatan seperti pengajian disetiap hari sabtu setelah jam sekolah selesai, dan agama lainnya juga melakukan kegiatannya sesuai dengan jadwal yang diberikan oleh guru pembinanya. Seluruh siswa dan guru juga pada saat hari jum‟at melakukan kegiatan agama yang menunjang karakter religius siswa, jadi pada saat hari jum‟at semua siswa melakukan ibadah sesuai dengan agamanya siswa agama islam yang laki-laki melakukan sholat jum‟at, sedangkan yang perempuan melakukan tadarrus Al- Qur‟an di taman tengah. Dan untuk agama lain juga melakukan kegiatannya di tempat-tempat yang telah disediakan oleh pengurus organisasi agamanya. Siswa di SMAN Luwu Utara memiliki jiwa toleransi yang tinggi terhadap perbedaan yang ada.

Di SMAN 4 Luwu Utara melihat dari perilaku siswa yang ada disekolah maupun diluar lingkungan sekolah, siswa tidak menerapkan Pendidikan karakter religius saja. Akan tetapi mereka menerapkan Pendidikan karakter lainnya seperti contohnya kreatif siswa SMAN 4 Luwu Utara selalu memiliki cara untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih mereka menggunakan perpustakaan yang ada disekolah untuk menambah ilmu mereka, mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler yang ada disekolah mengembangkan bakat mereka.

Mereka juga memiliki sifat kerja keras dimana saat memasuki lingkungan sekolah siswa tidak hanya tinggal berdiam diri mereka melakukan pembersian wilayah sekolah dan kelas-kelasnya mereka juga sangat patuh terhadap aturan yang berlaku disekolah. Dan siswa juga menerapkan nilai karakter lainnya, akan tetapi peneliti tidak berfokus dengan karakter lainnya melainkan hanya berfokus pada Pendidikan karakter religius” (Hasil observasi. 26 November 2020)

Table 5.1

Indikator karakter religius

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, Indikator karakter religius 2010

No Nilai Diskripsi Indikator Sekolah

1 Religius Sikap dan periku yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang di anutnya, toleran terhadap ibadah agama lain serta hidup rukun dengan pemeluk agama Lain

1. Berdoa sebelum dan sesudah belajar.

2. Merayakan hari besar keagaman, memiliki fasilitas untuk kegiatan keagamaan.

3. Memberikan kesempatan kepada semua peseta didik unruk melaksanakan ibadah sesui dengan ajaran agama masing-masing.

Gambar 5.2

Silabus SMAN 4 Luwu Utara

Gambar 5.3

Rancangan Perangkat Pembelajaran SMAN 4 Luwu Utara

Gambar 5.4

Kegiatan belajar mengajar diluar lingkungan kelas oleh siswa dan guru sosiologi

Dari hasil interpretasi peneliti di SMAN 4 Luwu Utara telah mengimplementasikan Pendidikan karakter religius diantaranya kepala sekolah selalu menghimbau tentang Pendidikan karakter, guru juga mengimplemetasikan Pendidikan karakter religius melalui proses pembelajaran dan merancang melalui silabus dan RPP yang berkaitan dengan nilai karakter religius. Seperti pada standar kompetensi yang dituliskan di silabus menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut sehingga karakter religius yang harus lebih utama ditanamkan pada siswa, guru juga memberikan contoh kepada siswa sehingga siswa dapat menirunya serta menjadi panutan bagi siswa.

Di dalam rancangan perangkat pembelajaran guru juga Menyusun kegiatan pembelajaran yang menjadi acuan dalam proses pembelajaran, mulai dari pendahuluan, kegiatan inti, sampai dengan penutup. Guru sering melakukan pembelajaran diluar kelas agar siswa tidak merasa jenuh dalam pembelajaran, di sela-sela pembelajaran guru selalu memberikan siswa contoh-contoh pendidikan karakter salah satunya karakter religius dan menjelaskan tujuan Pendidikan karakter religius tersebut sehingga secara tidak langsung siswa menerapkan ajaran tersebut baik itu diluar sekolah, lingkungan masyarakat, keluarga terlebih di lingkungan sekolah. Pendidikan karakter religius juga telah menjadi dasar karakter pada siswa sehingga menjadikan siswa SMAN 4 Luwu Utara menjadi siswa yang toleran terhadap perbedaan yang ada. Mematuhi norma-norma yang ada di lingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah.

c. Evaluasi pembelajaran

Implementasi pendidikan karakter religius dalam pembelajaran Sosiologi di SMAN 4 Luwu Utara dapat dianalisis pada tahap terakhir yaitu tahap evaluasi pembelajaran. pelaksanaan pendidikan karakter religius yang berkaitan dengan Evaluasi pembelajaran Sosiologi yang sesuai dengan penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam penilaian aspek afektif yaitu berkaitan dengan perilaku dan sikap siswa dalam menjalankan karakter religius. Cara guru Sosiologi melakukan penilaian karakter religius meliputi kedisiplinan, sopan santun, tanggung jawab, dan lain lain yang berhubungan dengan sikap siswa, kemudian diakumulasikan ke dalam nilai afektif. Nilai afektif ini pada akhir semester akan dimasukkan ke dalam laporan hasil siswa.

Sama halnya yang diungkapkan Ibu UR (43 tahun) bahwa:

“nilai nanti kami akumulasikan dengan penilai sikap dan di tuliskan dalam raportnya sebagai nilai akhir. Evaluasi juga kita lakukan untuk melakukan pembenahan dalam metode ajar kami kepada siswa sistem dan rancangan- rancangan sebelumnya sudah kami buat untuk lebihh ditingkatkan lagi penerapannya” (Hasil wawancara, 26 November 2020)

Bapak YM (56 tahun) saat diwawancarai juga mengatakan bahwa :

“disetiap akhir atau pertengahan semeter itu kita melakukan evaluasi dari hasil pembelajaran siswa sebelumnya agar nantinya kita bisa mengetahui mana yang harus ditingkatkan dan yang mana harus di ubah, karna distu kita sudah mengetahui nilai akhirnya setelah diakumulasikan dengan nilai- nilai yang lainnya” (Hasil wawancara 16 November 2020)

SW (17 tahun) juga mengatakan bahwa :

“diakhir semester atau ditengah semester kita selalu melaksanakan ujian.

Seperti ulangan harian ataupun ujian akhir semester.”

Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMAN 4 Luwu Utara bahwa :

“Dari semua rangkaian pembelajaran dan Pendidikan karakter semua dilakukan tahap akhirnya evaluasi kelas untuk meningkatkan kembali apa- apa yang belum siswa capai, dengan memberikan pendekatan yang lebih kepada siswa kurang dalam memahami pembelajaran mengevaluasi Kembali apa yang kurang dalam proses pembelajaran dan mengkomunikasikan dengan orang tua atau wali siswa agar dapat membantu dalam peningkatan bagi siswa yang kurang dan bagi siswa yang sudah baik agar diperatahankan prestasinya. Guru melakukan penilaian menggunakan acuan berupa rancangan perangkat pembelajaran yang telah disusun sebelumnya” (hasil observasi, 26 November 2020)

Gambar 5.5

Tahap Penilaian Dalam Rencana Perangkat Pembalajaran SMAN 4 Luwu Utara

Hasil interpretasi yaitu dari semua tahap pembelajaran dilakukan tahap akhir dengan menggunakan penilaian dari RPP mulai dari tahap penilaian hasil belajar siswa dengan menggunakan tes tulis maupun non tes berupa kerja kelompok dan lainnya, selanjutnya dengan penilaian sikap siswa dimana penliain utamanya yaitu mengenai Pendidikan religius dan lingkungan sosialnya, instrument penilaian pengetahuan, dan instrument penilaian keterampilan. Melalui semua tahap penilaian guru akan mendapatkan hasil akhirnya sehingga dapat mengetahui apa yang guru harus tingkatkan.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter Religius

1. Faktor Pendukung dalam Sarana dan Prasarana

Faktor yang paling didukung dalam implementasi pendidikan karakter salah satunya karakter religius pada pembelajaran sosiologi di sman 4 luwu utara adalah sistem atau program yang dibuat di SMAN 4 Luwu Utara merupakan induk dari semua strategi yang dilaksanakan. Oleh karena itu, pengoperasian strategi bergantung pada sistem yang menjadi dasarnya. Qomar (2014:94) manajemen menjadi kunci pemecahan karena pada manajemen terdapat kaidah- kaidah maupun strategi-strategi penataan secara rapi, teratur, dan terprogram.

Semua guru harus melakukan kerja sama untuk mendukung dalam proses penanaman nilai karakter religius sehingga dalam kegiatan pembelajaran dan penanaman nilai, guru merupakan ujung tombak penting keberhasilan. Tanpa dukungan guru yang profesional, semua komponen pendidikan akan sia-sia untuk

Dokumen terkait