• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Teori

Dalam dokumen LALU AKOR - etheses UIN Mataram (Halaman 34-51)

4. Selanjutnya dari penelitian Akhiru Nurul Umah Tesis yang berjudul upaya peningkatan profesionalisme guru melalui kegiatan kelompok kerja guru Pendidikan Agama Islam di kecamatan Samigaluh kabupaten Kulon Progo, Tesis, (Yogyakarta : UII Yogyakarta, 2013). Hasil penelitian menunjukkan: upaya peningkatan profesionalisme guru melalui kegiatan KKG di wilayah kecamatan samigaluh terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat. 18

5. Penelitian Sriyatun, “Meningkatkan Kemampuan Guru Agama Islam dalam penggunaan metode pembelajaran KBK di SD N Temanggung”. 2005.19 Dengan hasil penelitiannya, sebagian guru Agama Islam di temanggung belum mampu memilih metode pembelajarn KBK. Kerangka Teoritik

Dalam kerangka ini peneliti ingin merumuskan beberapa istilah kunci yang menjadi acuan utama. Perumusan ini penting selain untuk membaca teori apa yang hendak peneliti gunakan, juga diharapkan mampu memberi batasan kajian.

Manajemen sering dimaknai sebagai ilmu, upaya dan profesional. Manajemen diartikan sebagai sebuah ilmu karena ia adalah suatu bidang pengetahuan yang secara sistematis berupaya memahami mengapa ( why ) dan bagaimana (how) orang bekerjasama ( colaboratif). Manajemen diartikan sebagai kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain untuk menjalankan tugas. Manajemen tidak bisa dilepaskan dari ilmu, dari segi ilmu atau pengembangan manajemen ilmu itu sendiri.

Adapun manajemen diartikan sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntut oleh suatu kode etik.21 Untuk memahami istilah manajemen, pendekatan yang digunakan adalah berdasarkan pengalaman manajer. Manajemen sebagai suatu sistem yang setiap komponennya menampilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan. Dengan demikian maka manajemen merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Pencapaian tujuan-tujuan organisasi dilaksanakan dengan pengelolaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling).

Dengan demikian, yang dimaksud dengan manajemen ialah proses pencapaian tujuan organisasi melalui pengaturan orang- orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan. Praktik dan kebijakan manajemen KKG merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi keefektifan KKG. Sebab praktik dan kebijakan manajemen KKG memiliki cakupan yang lebih luas daripada faktor-faktor lain yang mempengaruhi keefektifan KKG. Dalam hal praktik dan kebijakan manajemen, Robbins menyatakan bahwa semua manajer menjalankan empat fungsi manajemen, yaitu

21 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, cet.2, 1999), 1.

perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian.22

Fungsi perencanaan mancakup kegiatan penetapan tujuan, penetapan strategi untuk mencapai tujuan, dan pengembangan rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan- kegiatan. Fungsi pemgorganisasian mencakup kegiatan menetapkan tugas-tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus malakukan, bagaimana tugas itu dikelompokan, siapa melapor kepada siapa, dan bagaimana keputusan itu diambil. Fungsi kepemimpinan mencakup aktivitas memotivasi bawahan, mengarahkan kegiatan orang lain, menentukan saluran-saluran komunikasi yang paling efektif dan memecahkan konflik antar anggota. Fungsi pengendalian mancakup aktivitas memantau kinerja organisasi untuk memastikan bahwa semua urusan berjalan seperti seharusnya, membandingkan kinerja yang sebenarnya dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dan mengembalikan organisasi pada jalurnya jika terjadi penyimpangan.

Dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen tersebut diatas dalam pengelolaan Kelompok Kerja Guru Agama Islam di Praya Barat penulis meyakini bahwa tujuan dan cita-cita kita akan terbentuknya Kelompok Kerja Guru yang menghasilakan peningkatan dalam sumberdaya guru sehingga mampu meningkatkan mutu pembelajaran dimasing-masing lembaga pendidikan akan tercapai.

2. Kelompok Kerja Guru

Menurut Hasibuan Botung dikutip oleh Ginting, Kelompok Kerja Guru (KKG) adalah sebuah wadah pembinaan kemampuan profesional guru, pelatihan dan sharing informasi mata pelajaran tertentu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi23

Kelompok Kerja Guru yang beranggotakan para guru di gugus yang bersangkutan. Kelompok kerja guru ini adalah wadah pembinaan profesional bagi para guru dalam meningkatkan

22 Robbins, Perilaku Organisasi (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2001), 3.

23 A. Ginting, Proposal Pengajuan Dana Pembinaan KKG Padang Barat (Padang:

SD CA Padang, 2008), 1

kemampuan profesional guru khususnya dalam melaksanakan dan mengelola pembelajaran di sekolah dasar. Secara segmennya Kelompok Kerja Guru dapat dibagi menjadi kelompok yang lebih kecil menurut jenjang kelas atau permata pelajaran. Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam disingkat KKG PAI adalah wadah kegiatan professional guru untuk meningkatkan profesionalismenya serta untuk membina hubungan kerjasama antar sesama Guru Pendidikan Agama Islam yang bertugas pada Sekolah Dasar dan tergabung dalam organisasi gugus sekolah.24

Pada setiap Kecamatan dimungkinkan terdapat beberapa KKG PAI disesuaikan dengan jumlah GPAI yang bertugas mengajar pada sekolah dasar. Anggota KKG PAI menetapkan susunan pengurus yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara. Penilik pendidikan agama Islam yang ada di wilayah KKG PAI yang bersangkutan bertindak sebagai nara sumber.

KKG merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang pengembangan sumber daya manusia. Keefektifan organisasi KKG ini dapat dikaji dari indikator-indikator keefektifan organisasi, artinya keefektifan KKG sebagai organisasi bisa dipengaruhi oleh faktor struktur organisasi, kemampuan dan karakteristik pengurus, lingkungan, serta praktik dan kebijakan manajemen.

Praktik dan kebijakan manajemen KKG merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi keefektifan KKG.

Sebab praktik dan kebijakan manajemen KKG memiliki cakupan yang lebih luas daripada faktor-faktor lain yang mempengaruhi keefektifan KKG. Dalam hal praktik dan kebijakan manajemen, Robbins menyatakan bahwa semua manajer menjalankan empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian.25

Fungsi perencanaan mancakup kegiatan penetapan tujuan, penetapan strategi untuk mencapai tujuan, dan pengembangan

24Tim Penyusun Pedoman Pelaksanaan Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) Pada Sekolah Dasar (Surabaya: Departemen Agama Jawa Timur.

1996/1997), 5.

25 Robbins, Perilaku Organisasi (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2001), 3.

rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan- kegiatan. Fungsi pemgorganisasian mencakup kegiatan menetapkan tugas-tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus malakukan, bagaimana tugas itu dikelompokan, siapa melapor kepada siapa, dan bagaimana keputusan itu diambil. Fungsi kepemimpinan mencakup aktivitas memotivasi bawahan, mengarahkan kegiatan orang lain, menentukan saluran-saluran komunikasi yang paling efektif dan memecahkan konflik antar anggota. Fungsi pengendalian mancakup aktivitas memantau kinerja organisasi untuk memastikan bahwa semua urusan berjalan seperti seharusnya, membandingkan kinerja yang sebenarnya dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dan mengembalikan organisasi pada jalurnya jika terjadi penyimpangan.

Fungsi KKG dapat pula dikaji dari pelaksanaan fungsi- fungsi manajemen KKG. Terry26 mengemukakan bahwa

“management is distinct process concisting of flanning, organizing, actuating, and controling, performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and other resources.” Pengertian manajemen tersebut mengindikasikan pentingnya pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam organisasi yang mencakup fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pemantauan.

Parjudi Admosudirjo mendefinisikan planing, organizing, actuating, dan controling. Planning atau perencanaan adalah perhitungan dan penentuan dari apa yang akan dijalankan dalam rangka mencapai suatu prapta (objectif) tertentu, di mana, bilamana, oleh siapa, dan bagaimana tata caranya. Organizing adalah tindak tanduk untuk menyambut pelaksanaan rencana yang telah diputuskan untuk dilaksanakan. Actuating adalah aktivitas-aktivitas utama sehari-hari yang berupa kegiatan- kegiatan beraneka ragam. Actuating diajalankan setelah adanya perencanaan dan pengorganisasian. Controlling atau pengawasan adalah keseluruhan dari kegiatan-kegiatan yang membandingkan

26Terry, Principles of management, (United State of America: Richard D.Irwin, Inc, 1977), 4.

atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria-kriteria, norma-norma, standard, atau rencana-rencana yang telah ditetapkan.

3. Pemberdayaan a. Pengertian

Pemberdayaan menurut kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “daya, berdaya” yang artinya kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak atau kekuatan dan tenaga yang menyebabkan sesuatu bergerak, sedangkan untuk kata pemberdayaan sendiri berarti suatu proses, cara dan perbuatan yang menjadikan sesuatu berkekuatan, berkemampuan, dan bertenaga. Dengan kata lain pemberdayaan merupakan pemanfaatan secara maksimal segala sumber daya yang ada.27

Wibowo mendefenisikan pemberdayaan sebagai suatu proses untuk menjadikan orang menjadi lebih berdaya atau lebih berkemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, dengan cara memberikan kepercayaan dan kewenangan sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawabnya.2 Jadi apabila suatu organisasi menajalankan pemberdayaan dikalangan anggota organisasi akan tumbuh perasaan menjadi bagian dari kelompok, tumbuh perasaan puas dalam mengambil tanggung jawab untuk menjalankan tugasnya. Terdapat perasaan bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang berharga dan memperoleh kesenangan dalam melakukan komukasi dan kerjasama dengan orang lain.

Senada dengan pengertian tersebut Sedarmayanti juga menyebutkan bahwa pemberdayaan merupakan suatu usaha/upaya untuk lebih memberdayakan daya yang dimiliki oleh anggota organisasi berupa kompetensi (competency), wewenang (authority) dan tanggung jawab (responsibility)

27 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ed.3, Cet.1;

Jakarta: Balai Pustaka, 2001), 242.

dalam rangka meningkatkan kinerja (performance) organisasi.28

Sedangkan Clutterbuck dalam M. Kadarisman mengemukakan bahwa:

empowerment in term of encouraging and allowing individuals to take personal responsibility for improving theay they do their jobs and contribute to the organization’s goals29

Atau pemberdayaan merupakan suatu pemberian semangat dan mengizinkan individu untuk mengambil tanggung jawab dalam rangka memperbaiki kontribusi terhadap pencapaian tujuan organisasi.Proses pemberdayaan adalah suatu siklus atau proses yang melibatkan masyarakat atau manusia untuk bekerjasama dalam kelompok formal maupun nonformal untuk melakukan kajian masalah, merencanakan, melaksanakan, dan melakukan evaluasi terhadap program yang telah direncanakan bersama. Proses pemberdayaan diukur melalui (a) kualitas dan kuantitas keterlibatan masyarakat mulai dari kegiatan kajian atau analisis masalah, (b) perencanaan program, (c) pelaksanakan program, serta (d) keterlibatan dalam evaluasi secara berkelanjutan.5

4. Peningkatan Sumber Daya Guru a. Pengertian sumber daya

pemberdayaan merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh sebuah organisasi dalam meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu sebelum membahas lebih jauh mengenai pengertian pengembangan sumber daya

28 Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Bandung: Refika Aditama, 2016), 310

29M. Kadarisman, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (Ed.1, Cet.1; Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 224.

manusia pendidik ada baiknya terlebih dahulu kita memahami apa yang dimaksud dengan pengembangan.

Malayu S.P. Hasibuan mendefinisikan bahwa pengembangan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan meningkatkan keahlian teoritis, konseptual dan moral karyawan sedangkan latihan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis pelaksanaan pekerjaan karyawan.30 Sementara itu, Moekijat mengemukakan bahwa pengertian pengembangan adalah Setiap usaha untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang dengan memberikan informasi, mempengaruhi sikap atau menambah kecakapan.

Dengan kata lain, pengembangan adalah setiap kegiatan yang dimaksudkan untuk mengubah perilaku, perilaku yang terdiri dari pengetahuan, kecakapan dan sikap.31 Sumber daya manusia adalah perpaduan dari kemampuan berfikir dan kemampuan fisik yang dimiliki oleh setiap orang atau individu. Sifat dan perilakunya ditentukan secara genetik dan lingkungan sekitarnya, sedangkan prestasi kerja yang dihasilkan dipengaruhi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.32

Dapat di simpulkan bahwa, sumber daya manusia adalah dimana manusia sebagai faktor penentu dalam suatu organisasi/ lembaga yang dapat melakukan suatu pekerjaan berdasarkan visi, misi dan tujuan dari suatu organisasi dan lembaga.

Pengembangan SDM adalah peningkatan kualitas SDM dengan pemberian pelatihan, pendidikan dan

30 Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011) , 69.

31 Moekijat,Latihan dan Pengembangan SDM, Edisi ke- 4,( Bandung: PT Mandar Maju, 1991), hlm. 8

32 Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi,(

Jakarta:Bumi Aksara,2016), 244.

pengembangan. Selain itu pengembangan SDM upaya aplikatif program pelatihan dan pendidikan di dalam organisasi dengan menerapkan perinsip- perinsip pembelajaran yang ada.33

b. Tujuan Pengembangan Sumber Daya Manusia Umumnya tujuan peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia adalah untuk memastikan bahwa lembaga pendidikan mempunyai orang-orang yang berkualitas untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan untuk meningkatkan kinerja dan pertumbuhan.34

Tujuan di atas dapat tercapai apabila setiap orang dalam lembaga pendidikan mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam mencapai tingkat kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif. Selain itu perlu pula diperhatikan bahwa dalam upaya pengembangan sumber daya manusia ini, kinerja individual dan kelompok adalah subjek untuk peningkatan yang berkelanjutan dan bahwa orang-orang dalam organisasi dikembangkan dalam cara yang sesuai untuk memaksimalkan potensi serta promosi.

c. Model-model pemberdayaan Guru

Terkait dengan urgensi pemberdayaan guru guna meningkatkan kinerja guru yang kemudian bermuara pada meningkatnya kualitas hasil belajar siswa, menurut Murray paling tidak ada enam model atau langkah yang dapat dilakukan oleh guru untuk pengembangan dirinya, yaitu: “a) Menulis jurnal mengajar, b) Diskusi jurnal

33 Jusuf Irianto, Tema- Tema Pokok Manajemen Sumber Daya Manusia,( Jakarta:

PT SIC Group, 2001), 80-81

34 Michael Armstrong, The Art Of HRD, Strategic Human Resource Management, A Guide To Action, Manajemen Sumber Daya Manusia Stratejik, Panduan Praktis Untuk Bertindak,( Jakarta: PT Gramedia, 2003), 507

mengajar, c) Menganalisis kejadian penting saat mengajar, d) Kolaborasi teman sejawat, e) Membentuk kelompok belajar/kerja guru, dan f) Mengikuti lokakarya dan konfrensi”.35

Berikut uraian keenam langkah praktis yang dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan pemberdayaan diri guru tersebut:

1. Menulis Jurnal Mengajar

Menuliskan observasi dan pemikiran tentang pengajaran guru adalah salah satu cara untuk memperoleh gambaran jelas tentang bagaimana seorang guru mengajar di dalam kelas.

Kegiatan ini juga bermanfaat untuk melihat apa yang terjadi di dalam kelas selama guru mengajar.

Dengan menulis jurnal mengajar, guru mampu memeriksa dengan rinci kenapa sebuah pembelajaran dengan materi tertentu di kelas ada yang sukses dan ada yang tidak.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menulis jurnal mengajar. Beberapa guru memilih untuk menulis jurnal mengajar secara informal sehingga berbentuk semacam diari mengajar. Di dalam diari mengajar tersebut, guru menulis tentang kegiatan yang berlangsung di dalam kelas, interaksi yang terjadi antara siswa dan guru, dan perasaan guru itu sendiri tentang materi ajar tertentu seberapa sukses pengajaran materi pada hari itu, dan faktor apa yang menyebabkan materi ajar tersebut sukses diajarkan kepada peserta didik, atau sebaliknya, materi ajar apa yang sulit dicerna oleh siswa, dan apa yang menyebabkan siswa sulit

35 Yusparizal, Enam Langkah Praktis Dalam Upaya Pemberdayaan Guru, Jurnal.

Online: (http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/11-Yusparizal.pdf) diakses pada tanggal 22 Januari 2021.

memahami materi ajar tersebut sehingga ke depannya di pertemuan berikutnya guru akan menggunakan pendekatan atau teknik mengajar yang berbeda dari sebelumnya.

Untuk terbiasa menulis jurnal mengajar akan membutuhkan sedikit waktu. Pada awalnya akan sulit bagi guru tapi kalau guru terus menerus menulis jurnal mengajar, pada akhirnya akan terbiasa juga. Melalui jurnal mengajar ini nantinya, guru akan menemukan pola yang tidak hanya di jurnal mengajar tapi juga pola mengajar yang mereka laksanakan di dalam kelas. Menuliskan pertanyaan- pertanyaan dan ide-ide yang perlu dipikirkan ke depannya akan mengarahkan fokus guru untuk tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Misalnya guru mengalami kesulitan manajemen kelas. Hal ini akan mengarahkan guru pada pencarian solusi bagaimana melakukan manajemen kelas yang baik.

Di sisi lain, jurnal mengajar juga akan membantu guru untuk memikirkan lagi seperti apa seharusnya interaksi yang terjadi di dalam kelas yang kemudian mengarahkan guru mengganti teknik mengajar sebelumnya yang telah dilaksanakan. Melalui penulisan jurnal guru akan menjadi lebih menyadari gaya mengajar yang mereka laksanakan dan akan mampu menginterpretasikan tindakan yang diambil sehingga pembelajaran di kelas akan lebih terarah dan bermakna untuk mencapai keberhasilan belajar siswa.

2. Diskusi Jurnal Mengajar

Manfaat menulis jurnal mengajar akan lebih meningkat ketika guru melakukan diskusi mengenai jurnal mengajar mereka dengan guru lainnya. Melalui diskusi antar guru, guru akan

memiliki kesempatan untuk berbagi keahlian mereka masing-masing, mengembangkan teknik mengajar, dan menilai bagaimana teknik mengajar mereka bisa meningkatkan pembelajaran siswa.

Selain itu, kegiatan ini juga akan memberi kesempatan pada guru untuk mengambil solusi yang telah dilakukan oleh guru lain untuk diterapkan di kelasnya nanti. Terkait hal ini pula, guru juga berkesempatan untuk saling bertanya dan saling memberi saran mengenai permasalahan yang mereka hadapi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

Diskusi jurnal mengajar ini juga akan sangat membantu para guru muda yang masih sangat kurang akan pengalaman mengajar. Dengan diskusi jurnal bersama guru yang sudah lebih dulu berpengalaman, ini akan membantu guru baru memperoleh wawasan tentang cara mengajar sehingga akan mampu meningkatkan kualitas mereka dalam mengajar. Dalam diskusi jurnal mengajar ini, guru boleh mengomentari jurnal mengajar guru lainnya dengan syarat komentar yang diberikan haruslah komentar yang mendukung, bukan komentar menjatuhkan.

3. Menganalisis Kejadian Penting Saat Mengajar Kejadian yang tidak diharapkan dan terjadi di dalam kelas perlu dianalisis. Guru perlu menuliskan bagaimana kejadian itu bisa terjadi, kenapa bisa terjadi, dan bagaimana kejadian tersebut akan mempengaruhi pembelajaran dan interaksi belajar mengajar ke depannya. Kejadian yang penting di dalam kelas bisa bersifat positif dan bisa pula bersifat negatif. Tapi, apa yang membuatnya penting adalah karena kejadian tertentu tersebut membuat guru memikirkan sejenak, lalu melakukan refleksi terhadap cara

mereka mengajar. Kejadian yang negatif misalnya siswa meninggalkan kelas permisi ke toilet tapi tidak kembali lagi ke dalam kelas sampai pelajaran usai atau siswa tiba-tiba mengamuk di dalam kelas kemudian pergi meninggalkan kelas di tengah- tengah pelajaran sedang berlangsung. Kejadian positif misalnya siswa dengan lancar dan tuntas menjawab soal-soal latihan yang diberikan oleh guru.

Dengan menganalisis kejadian penting seperti ini mampu membantu guru untuk memutuskan bagaimana memodifikasi sikap dan cara mereka mengajar, yang berarti mampu meningkatkan kemampuan mengajar guru yang bersangkutan jika kembali menemukan kejadian yang sama di masa mendatang. Kejadian siswa yang permisi ke toilet lalu tidak kembali lagi ke kelas sampai pelajaran usai, jika guru tidak menganahlisa dan kemudian berusaha menemukan cara mengatasi persoalan tersebut, maka ke depannya jika hal tersebut terjadi lagi, tidak akan ada perubahan yang signifikan.

Guru akan membiarkan dan siswa tidak mengikuti proses pembelajaran yang berakibat pada menurunnya atau bahkan rendahnya hasil belajar siswa. Namun jika guru melakukan analisa, dan mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi, maka saat menemukan kejadian yang sama di masa mendatang guru mampu mengambil tindakan positf yang dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa.

4. Kolaborasi Teman Sejawat

Kegiatan ini bisa dilakukan dengan peer- mentoring (mengajari sesama guru) dan peer- coaching (melatih sesama guru). Kedua kegiatan ini mampu meningkatkan aspek pengajaran yang

dilakukan guru. Untuk peer-mentoring, guru baru dipasangkan dengan guru yang sudah berpengalaman. Tujuan dari peer-mentoring ini adalah untuk memperkuat kemampuan mengajar guru baru. Walaupun ada guru yang lebih berkemampuan dan lebih berpengetahuan dari guru yang lainnya, mentoring tidak bermaksud digunakan untuk mengkritik atau mengevaluasi, tapi lebih kepada berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana mengajar. Guru baru dipasangkan dengan guru yang sudah berpengalaman. Lalu, guru baru masuk ke kelas guru yang sudah berpengalaman untuk melihat bagaimana guru yang sudah berpengalaman tersebut mengajar. Setelah itu, kedua guru tersebut dapat melakukan diskusi atau tanya jawab. Peer- coaching hanya sedikit berbeda dengan peer- mentoring. Peer-coaching lebih kepada pelatihan sesama guru yang setingkat. Bisa antara guru baru dengan guru baru, bisa juga antara guru yang sudah berpengalaman dengan guru yang sudah berpengalaman. Guru-guru yang memutuskan untuk melakukan peer-coaching dapat melakukan peran menjadi coach (pelatih) secara bergantian.

Guru yang bertindak sebagai coach melakuan observasi terhadap cara mengajar guru lainnya kemudian bersama-sama mendiskusikan materi dan bagaimana merevisi materi dan cara mengajar sehingga keefektifan proses belajar mengajar di dalam kelas meningkat.

5. Membentuk Kelompok Belajar/Kerja Guru

Kelompok belajar guru hampir mirip dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).

Hanya saja kelompok belajar guru bersifat lebih informal dengan cakupan lebih kecil dibandingkan dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran

(MGMP). Kelompok belajar guru adalah sebuah kelompok dimana guru bertemu secara teratur untuk mendiskusikan persoalan-persoalan terkait pembelajaran dan cara mereka mengajar. Selain itu, melalui kolaborasi guru ini dengan cara belajar kelompok akan mampu membongkar persoalan- perosoalan dan kebutuhan- kebutuhan yang diperlukan di sekolah.

Jumlah anggota kelompok belajar guru bisa berjumlah tiga sampai lima belas orang atau lebih.

Pertemuannya terstruktur dan selalu ada materi tertentu yang ditetapkan untuk dibahas. Setiap anggota kelompok belajar memiliki giliran menjadi fasilitator materi. Tidak ada guru yang

“ahli” dalam kelompok belajar ini. Semuanya berstatus sama.

Tujuan dari kelompok belajar guru ini adalah untuk mempelajari bersama- sama aspek-aspek spesifik tentang strategi mengajar dan prakteknya di dalam kelas. Antara pertemuan yang satu dengan pertemuan selanjutnya, guru memperoleh materi untuk dibaca yang kemudian di diskusikan di pertemuan yang telah ditentukan. Selain itu, guru juga bisa mendiskusikan tentang bagaimana menulis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan strategi belajar yang menjadi minat siswa. Kebanyakan guru yang mengikuti kelompok belajar guru merasakan kegiatan ini sebagai kegiatan yang berdampak positif. Guru pada dasarnya suka belajar dengan cara berinteraksi antara guru yang satu dengan guru yang lainnya.

6. Mengikuti Lokakarya dan Konferensi

Lokakarya adalah kegiatan yang kebanyakan guru pernah mengikutinya. Tujuan dari lokakarya adalah untuk menyediakan kesempatan bagi guru

Dalam dokumen LALU AKOR - etheses UIN Mataram (Halaman 34-51)