• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAPATAN MASSA (GRAM/CM3)

Dalam dokumen pengaruh model discovery learning untuk (Halaman 52-61)

SAMPEL

b. Laju pembakaran

Laju pembakaran adalah kecepatan pembakaran briket sampai menjadi abu dengan berat tertentu. Untuk menguji laju pembakaran pada briket, briket dibakar diatas nyala api, lama waktu pembakaran dihitung dari awal briket mulai terbakar sampai bara api briket mati.

Grafik 4.2 Nilai uji laju pembakaran

Pada grafik 4.2 dapat dilihat bahwa briket lebih cepat terbakar pada sampel K2 dan K3 yang masing-masing perbandingan 50:50 dan 70:30 dikarenakan massa lebih sedikit dibandingkan dengan sampel K1 dari pada sampel yang lain yakni 0,9797 dan 0,9954 gram. Laju pembakaran briket arang ditentukan oleh massa briketnya dan lama pembakaran dari awal sampai briket habis menjadi abu, dan ditentukan juga oleh kerapatan massa briket arang tersebut.Semakin rapat massa briket maka massa briket akan semakin besar dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk habis dalam proses pembakarannya, sehingga laju pembakarannya pun juga akan lebih lama.34

34Bagus Setyawan and Rosiana Ulfa, “Analisis Mutu Briket Arang Dari Limbah Biomassa Campuran Kulit Kopi Dan Tempurung Kelapa Dengan Perekat Tepung Tapioka,” Edubiotik : Jurnal Pendidikan, Biologi Dan Terapan 4, no. 02 (2019): 11020, https://doi.org/10.33503/ebio.v4i02.508.

0.0517

0.0498 0.0497

0.0485 0.049 0.0495 0.05 0.0505 0.051 0.0515 0.052

K1 K2 K3

Laju Pembakaran

sampel

Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh sri suryaningsih et al pada tahun 2018 mengenai pengaruh ukuran butir briket campuran sekam padi dengan serbuk kayu jati yang menyatakan bahwa padasaat proses pembriketan untuk ukuran partikel yang lebih besar akan menghasilkan briket dengan rongga udara yang lebih besar. Hal ini akan membuat udara lebih mudah masuk ke dalam rongga briket sehingga reaksi oksidasi dapat terjadi lebih cepat bila dibandingkan dengan briket yang memiliki rongga udara lebih kecil. Konsentrasi udara yang meningkat dalam gas akan menyebabkan laju pembakaran lebih tinggi. Suhu pembakaran yang lebih tinggi dapat menaikkan laju reaksi dan menyebabkan waktu pembakaran yang semakin cepat.

c. Uji kadar air

Kadar air merupakan sejumlah air yang terkandung didalam briket yang telah di panaskan. Pengujian kadar air ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kandungan air yang terdapat pada beriket.

Pada pemanasan furnace suhu 100- 105 oC kadar air dalam beriket akan menguap. Nilai kadar air dapat ditunjukkan pada grafik 4.3

Grafik 4.3 nilai kadar air

Pada grafik 4.3 menunjukkan kadar air sampel kulit singkong dan kulit kawista dengan perbandingan 30 : 70, 50 : 50, dan 70 : 30 didapatkan hasil secara berturut-turut 6,86 %, 7,76%, dan 7,84%.

Kadar air terendah terdapat pada perbandingan 30:70 yaitu sebesar

6.86%

7.76% 7.84%

6.20%

6.40%

6.60%

6.80%

7.00%

7.20%

7.40%

7.60%

7.80%

8.00%

K1 K2 K3

kadar air

Sampel

6,86% sedangkan kadar air tertinggi terdapat pada perbandingan 70 : 30.Kadar air pada ketiga sampel ini telah memenuhi standar SNI yaitu ≤ 8%. Hal ini dikarenakan kulit singkong dan kulit kawista merupakan biobriket yang memiliki kadar air yang rendah.

Berdasarkan hasil penelitian Rumiyanti (2018) mengenai analisis proksimat pada beriket arang limbah pertanian yang menyatakan kadar air total yang paling rendah diperoleh pada briket arang sekam padi. Sedangkan pada biobriket yang memiliki kadar air tinggi hal ini disebabkan oleh biobriket yang memiliki tekstur paling halus yang menyebabkan pori-pori arang semakin luas sehingga arang tersebut akan lebih mudah menyerap air dari udara dan dapat menambah jumlah kadar air didalam briket. Kadar air lembab terendah diperoleh pada briket arang kulit singkong. Pada umumnya, kadar air lembab yang tinggi akan menurunkan nilai kalor dan laju pembakaran. Briket yang mengandung kadar air yang tinggi akan mudah hancur serta mudah ditumbuhi jamur. Kadar air total dan kadar air lembab mempengaruhi kualitas briket yang dihasilkan.

Tinggi rendahnya kadar air pada briket disebabkan oleh kesempurnaan proses karbonisasi dan juga di pengaruhi oleh waktu dan suhu pada proses pengarangan. Semakin besar suhu dan waktu pengarangan maka semakin banyak zat menguap terbuang sehingga pada saat pengujian kadar zat menguap akan diperoleh kadar zat menguap yang rendah35

d. Uji nilai kalor

Nilai kalor merupakan energi panas yang dihasilkan dari suatu briket pada proses pembakaran. Nilai kalor sangat penting dalam menentukan kualitas briket. Semakin tinggi nilai kalor briket, maka semakin baik pula kualitas briket. Nilai rata-rata nilai kalor ditunjukkan pada grafik 4.4

35Yayah Yuliah, Sri Suryaningsih, and Khoirima Ulfi, “Penentuan Kadar Air Hilang Dan Volatile Matter Pada Bio-Briket Dari Campuran Arang Sekam Padi Dan Batok Kelapa,” Jurnal Ilmu Dan Inovasi Fisika 1, no. 1 (2017): 5157, https://doi.org/10.24198/jiif.v1n1.7.

Grafik 4.4 Nilai kalor

Pada grafik 4.4 menunjukkan nilai kalor yang paling tinggi yaitu pada sampel K1 sebesar 4098 cal/gram dan disusul kedua tertinggi kedua terdapat pada sampel K2 sebesar 3810 cal/gram sedangkan nilai kalor terendah terdapat pada sampel K3 sebesar 3741 cal/gram. Hal ini dikarenakan kadar air yang meningkat pada briket ditandai dengan briket yang ditumbuhi jamur disebabkan oleh tekanan pembriketan yang kurang tinggi sehingga menciptakan rongga-rongga yang besar yang dapat memudahkan udara yang masuk kedalam briket.

Apabila nilai dari kadar air tinggi maka nilai kalornya akan rendah, tetapi apabila briket tersebut memiliki kadar karbon yang tinggi maka nilai kalornya akan tinggi. Nilai kalor briket sangat berpengaruh pada efisiensipembakaran briket. Makin tinggi nilai kalori briket makin bagus kualitas briket tersebut karena efisiensi pembakarannya tinggi.36

Semakin tinggi suhu karbonisasi briket maka nilai kalor yang dihasilkan akan semakin tinggi juga. Hal ini dikarenakan semakin

36Budhi Indrawijaya, “Briket Bahan Bakar Dari Ampas Teh Dengan Perekat Lem Kanji,”Jurnal Ilmiah Teknik Kimia 3, no. 1 (2019), https://doi.org/10.32493/jitk.v3i1.2597.

4098

3810

3741

3500 3600 3700 3800 3900 4000 4100 4200

K1 K2 K3

Nilai kalor

Sampel

tinggi suhu karbonisasi maka karbonisasi bahan bakunya akan semakin sempurna.37

2. Hasil penelitian Pendidikan

a. Hasil tes pemahaman konsep siswa

Penelitian yang dilakukan dapat membuktikan bahwa model pembelajaran penemuan (discovery learning) mempengaruhi pemahaman konsep siswa pada materi suhu dan kalor. Ini karena model pembelajaran penemuan (discovery learning) menekankan pembelajaran siswa yang aktif dengan memperhatikan pemahaman konsep siswa.

Penelitian ini dilakukan di Sesela Gunung Sari Lombok Barat SMP Al-Ashriyah, dan tiga pertemuan berlangsung dalam total 20 orang menggunakan model pembelajaran penemuan pada materi suhu dan kalor. Sugiono mengatakan diketahui bahwa hasil lebih tepat karena dapat dibandingkan dengan situasi sebelum diberi perlakuan. Dimana O₁ adalah pre-test dan O₂ adalah post-Test. Jika ada perbedaan, maka memiliki pengaruh.38 Selama pertemuan pertama, para siswa diberikan untuk mengkonfirmasi tingkat pemahaman siswa, didapatkan nilai rata-rata pretest adalah 42,75.

Setelah pretest diberikan, peneliti mulai menilai dampak pemahaman siswa terkait penerapan model pembelajaran penemuan, setelah model pembelajaran penemuan (discovery learning) diterapkan, diperoleh nilai rata-rata posttest adalah 78,25 dan diperoleh nilai rata-rata N-gain adalah 0,62. Untuk melihat perbandingan hasil tes rata-rata sebelum dan sesudah tes, dapat dilihat pada grafik 4.5

37Setiawan, Agus, And Andrio, Okvi, “Pengaruh Komposisi Pembuatan Biobriket Dari Campuran Kulit Kacang Dan Serbuk Gergaji Terhadap Nilai Pembakaran” Jurnal Teknik Kimia, no 2 vol 18 (2012)

38Sugiyono, Metode Penelitian…, hlm. 110

Grafik 4.5 hasil rata-rata pretest, postest dan N-gain

Pada grafik 4.5 secara keseluruhan, memperoleh pemahaman konsep siswa setelah menggunakan model pembelajaran penemuan lebih baik daripada sebelum menggunakan model pembelajaran penemuan atau discovery learning. Conny juga mengungkapkan, anak-anak dapat mengembangkan fakta dan konsep mereka sendiri, menumbuhkan sikap dan nilai yang diperlukan.39

Uji t digunakan untuk menentukan apakah hipotesis memiliki efek atau pengaruh yang signifikan. Hasil perhitungan didapatkan nilai adalah 3,17 hasil tes melebihi df = 18 = 2,100, dan memiliki dampak yang signifikan pada model pembelajaran discovery learning dalam pemahaman konsep siswa pada materi suhu dan kalor dikelas VIIB SMP Al-Ashriyah Sesela Gunung Sari Lombok Barat. Berdasarkan data hasil karakteristik nilai kalor briket campuran kulit singkong dan kulit kawista yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada kegiatan pembelajaran materi suhu dan kalor dengan menggunakan model discovery learning memiliki efektivitas yang baik dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa yang dicapai siswa kelas VIIB SMP Al-Ashriyah. Adapun analisis dan tes hipotesis yang

39Conny Semiawan, dkk., PendekatanKeterampilan Proses, (Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), hlm. 18

0 10 20 30 40 50 60 70 80

pretest postest N-gain 42.75

78.25

0.62

skor nilai

diimplementasikan seperti yang dijelaskan menunjukkan bahwa variabel independen (model pembelajaran penemuan) mempengaruhi variabel dependen (pemahaman konsep siswa).

Berdasarkan hasil pengamatan pada pemahaman konsep siswa selama penelitian, model pembelajaran discovery learning menunjukan siswa secara aktif berpartisipasi dalam menemukan fakta dan konsep mereka sendiri. Dalam kegiatan pengamatan yang diadakan selama tiga pertemuan diketahui memiliki pemahaman konsep yang sangat dinamis yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran. Putri menyatakan bahwa model pembelajaran penemuan akan membuat siswa lebih memahami mata pelajaran melalui pengamatan ,bertanya, mencoba, mengaitkan dan komunikasi dalam proses pembelajaran.40 Ini sesuai dengan karakteristik nilai kalor briket campuran kulit singkong dan kulit kawista yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning dimana karakteristik sains ini ditemukan bagaimana mengetahui tidak hanya fakta, konsep, prinsip, tetapi juga sesuatu yang menekankan penemuan. Menurut zulfiani dan yang lainnya, mengatakan bahwa kemampuan untuk menemukan konsep, siswa harus melakukan aktivitas dengan pembelajaran yang berorientasi pada proses41

b. Hasil respon siswa

Respon siswa di peroleh dari pengisian angket atau kuesioner. Angket diberikan setelah mengerjakan tes akhir atau postest. Tujuan diberikan angket adalah untuk mengukur jawaban atau respons siswa terhadap pengaruh dari model pembelajaran penemuan pada pemahaman konsep siswa materi suhu dan kalor.

Data dikumpulkan Ketika 20 responden menerima kuesioner.

Berdasarkan data kuesioner, siswa diketahui tertarik menggunakan model pembelajaran penemuan pada materi suhu dan kalor. Ini

40 I. S. Putri, R. Juliani, dan I. N. Lestari, ―Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa dan Aktivitas Siswa‖. Jurnal Pendidikan Fisika, Vol.6, No.2, Desember 2017, hlm. 91-94.

41Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UINJakarta,2009), hlm.52.

lebih menyenangkan, membuat siswa lebih aktif, dan meningkatkan pemahaman konsep siswa, sehingga siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan cepat. Hasil jawaban siswa yang diperoleh dari kuesioner sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosdiana yang menyatakan bahwa proses pembelajaran mendapatkan respon positif dari siswa dengan menggunakan model pembelajaran penemuan, umumnya menarik dan mudah bagi siswa untuk mengarahkan siswa.42 Berdasarkan nilai kuesioner yang diperoleh, persentase respon siswa adalah persentase model pembelajaran discovery learning yang mempengaruhi pemahaman konsep siswa dalam materi suhu dan kalor dikelas VIIB SMP Al- Ashriyah. Dapat dikatakan kategori respon siswa yang didapat kuat atau sangat setuju. Dengan kata lain pemahaman konsep siswa dengan menggunakan model pembelajaran penemuan pada materi suhu dan kalor dikelas VIIB SMP Al-Ashriyah menjadi lebih baik.

Adapun hasil peningkatan positif yang diperoleh menurut penelitian yang dilakukann oleh Hadiono adalah bahwa lebih dari setengah siswa dikelas telah menjawab ya pada kuesioner disetiap pertanyaan yang diberikan. Nilai persentase jika dimasukan dalam kriteria, maka model pembelajaran penemuan ini layak dilakukan.43

Hasil positif dari respon atau tanggapan siswa diperoleh karena selama ini proses pembelajaran disekolah jarang menggunakan model, sehingga pada saat pembelajaraan yang menggunakan model discovery learning siswa sangat antusias dan membuat siswa lebih aktif saat proses pembelajaran pada materi suhu dan kalor. Siswa tertarik untuk mematuhi proses pembelajaran karena dikaitkan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa

42Rosdiana, Didimus Tanah Boleng, Susilo, ―Pengaruh Penggunaan Model DiscoveryLearning Terhadap Efektivitas Dan Hasil Belajar Siswa‖, Jurnal Pendidikan, Vol. 2, No. 8,Agustus 2017, hlm. 10601064.

43Hadiono dan Nuor Ainiy Hidayati,‖ Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-D SMPN 2 KamalMateri Cahaya‖, Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016, hlm. 77-84.

BAB V

Dalam dokumen pengaruh model discovery learning untuk (Halaman 52-61)

Dokumen terkait