• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Bentuk Pemberdayaan

4. Keamanan

H.Deskripsi Fokus Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian ini tentang pelaksanaan koordinasi pemerintah kecamatan Baraka dan kelurahan Baraka dengan Dinas Koperasi dan UKM kabupaten Enrekang dalam pemberdayaan pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di jalan poros Baraka serta faktor-faktor yang dapat menghabat pelaksanaan koordinasi tersebut, maka dapat dekumukakan deskripsi fokus penelitian ini, yaitu:

1. Koordinasi pemerintah adalah koordinasi (pemerintah kecamatan dan kelurahan Baraka dengan Dinas Koperasi dan UKM kabupaten enrekang dalam pemberdayaan pedagang kaki lima di jalan poros Baraka kecamatan Baraka kebupaten Enrekang) dalam hal komunikasi, kesadaran, kompetensi partisipan, Kesepakatan, dan Komitment antara bidang kerja masing-masing yang telah disepakati bersama dalam hal mengatur tingkah laku dengan penyatuan sifat untuk mencapai tujuan bersama.

2. Pemerintah kabupaten adalah gabungan dari beberapa kecamatan yang dipimpin oleh seorang bupati. Mengatur dan mengurus pemerintahannya sendiri yang dibekali dengan hak dan kewajiban.

3. Pemerintah kecamatan adalah pemerintah daerah yang berhadapan langsung dengan masyarakat dan mempunyai tugas membina desa/kelurahan.

4. Pemerintah kelurahan adalah unit pemerintahan terkecil setingkat dengan desa.

Berbeda dengan desa, kelurahan memiliki hak mengatur wilayahnya lebih terbatas.

5. Komunikasi dalam memberdayakan pedagang kaki lima dapat diukur dengan menggunakan indikator ada tidaknya informasi dan ada tidaknya tegnologi informasi dalam hal pelaksanaan koordinasi pemberdayaan pedagang kaki lima di jalan poros Baraka kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

6. Kesadaran dalam memberdayakan pedagang kaki lima dapat diukur dengan menggunakan indikator tingkat pengetahuan pelaksana terhadap koordinasi dan tingkat ketaatan terhadap hasil koordinasi dalam hal pelaksanaan koordinasi pemberdayaan pedagang kaki lima di jalan poros Baraka kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

7. Kompetensi partisipan dalam memberdayakan pedagang kaki lima dapat diukur dengan menggunakan indikator ada tidaknya pejabat yang berwenang terlibat dan ada tidaknya ahli dibidang pembangunan yang terlibat dalam hal mengkoordinasikan pemberdayaan pedagang kaki lima di jalan poros Baraka Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

8. Kesepakatan dan Komitment dalam memberdayakan pedagang kaki lima dapat diukur dengan menggunakan indikator ada tidaknya bentuk kesepakatan, pelaksana kegiatan, dan tidaknya sanksi bagi pelanggar kesepakatan instansi terkait (seperti Pemerintah Kecamaan Baraka, Kabupaten Enrekang, Kepala Kelurahan/Desa Baraka, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, Dinas koperasi, UKM dan Masyarakat) dalam hal mengkoordinasikan pemberdayaan pedagang kaki lima di Jalan poros Baraka Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

9. Tempat usaha adalah melakukan usaha yang memperhatikan pemilik usaha dan calon-calon pelanggannya sehingga pengunjung banyak mendatangi dan usaha meningkat dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

10.Modal usaha adalah dana yang diperlukan untuk menjalankan usaha demi mencapai tujuan dalam mendirikan sebuah usaha.

11.Kebersihan adalah upaya untuk memelihara lingkungan dalam rangka mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman. Baik itu kebersihan tempat tinggal, tempat kerja, maupun berbagai sarana umum yang ada di Kelurahan Baraka, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang.

12.Keamanan adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana aman, baik itu berupa materil maupun non materil seperti keamanan dari kecelakaan yang ada di Kelurahan Baraka, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang.

13.Tujuan pelaksanaan koordinasi adalah mencipatakan dan memelihara penyerasian, kebersamaan, dan kesinambungan antara semua pihak yang bersangkutan dalam hal mengkoordinasikan pemberdayaan pedagang kaki lima di jalan poros Baraka Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

METODE PENELITIAN A.Waktu Dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu dua bulan. Penelitian dilaksanakan di kecamatan Baraka kabupaten Enrekang. Pemilihan lokasi penelitian ini dikarenakan jumlah pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jalan poros Baraka sudah mencapai kurang lebih 275 orang. Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2009 tentang rencana pembangunan jangka menengah daerah kabupaten Enrekang tahun 2009-2013 mengenai prosedur penyelenggaraan dan pembinaan di bidang pengelolaan perindustrian dan perdagangan serta penyelenggaraan dan pembinaan di bidang Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Namun pada kenyataannya di kecamatan Baraka kabupaten Enrekang ini koordinasi pemerintah dalam hal pemberdayaan pedagang kaki lima masih kurang. Dalam hal ini pemerintah kabupaten telah memberikan wewengan kepada Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan untuk membina atau memberdayakan pedagang kaki lima akan tetapi tetap berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan dan kelurahan untuk bisa melaksanakannya karena sampai saat ini pedagang kaki lima yang berjualan di jalan poros Baraka kecamatan Baraka kabupaten Enrekang masih tidak sesuai dengan kenyataannya. Hal inilah yang menjadi alasan peneliti mengambil lokasi ini sebagai lokasi penelitian.

B.Jenis Dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini berusaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya, sehingga bersifat mengungkapkan fakta yang diperoleh di lapangan dan memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini menggunakan tipe studi kasus (case studies) yaitu penelitian yang mendalam tentang individu, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh deskripsi yang utuh dan mendalam dari suatu entitas. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori.

C.Sumber Data

Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data primer yaitu data hasil yang diperoleh melalui wawancara dan secara

langsung turun ke lapangan melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, referensi- referensi, peraturan perundang-undangan, dokumen, observasi, yang diperoleh dari lokasi penelitian.

D.Informan Penelitian

Informan penelitian ini terdiri dari pemerintah, pedagang kaki lima, instansi yang terkait dan masyarakat,

No Nama Informan Inisial Jabatan/Status Jumlah 1 Drs.H.A Hamza, M.Si HMA Kepala Dinas Koperasi,

UKM, perindustrian dan perdagangan.

1 orang

2 Harifa, S.Pd HRA Seksi pembinaan usaha 1 orang 3 Jasmin, SE JSN Seksi permodalan dan Jasa

keuangan

1 orang 4 M. Zulkarnain Kara,

Ap, M.Si

MZK Kepala kantor kecamatan Baraka

1 orang

5 Hasani HSI Kepala Seksi

Pembangunan Kecamatan Baraka

1 orang

6 Muh. Suria Nur MSN Kepala kelurahan Baraka 1 orang

7 Pak Amir PAR Pedagang kaki lima (

pedagang Gerobak)

1 orang

8 Pak Ibnu PIU Pedagang kaki lima

(warung Makan/semi permanen)

1 orang

9 Pak H. Supra PSA Pedagang kaki lima (Jual Campuran/kios/Permanen)

1 orang 10 Ibu Baya IBA Pedagang kaki lima (rokok

dan makanan ringan/Semi Permanen)

1 orang

11 Pak Banteng BTG Tokoh masyarakat 1 orang

JUMLAH 11 orang

E. Teknik Pengumpulan Data

data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi

Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui hasil pengamatan secara langsung pada objek penelitian mengenai koordinasi pemerintah dalam meningkatkan produktivitas Pedagang kaki di jalan poros Baraka Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

2. Wawancara

Kegiatan wawancara terhadap informasi, peneliti menggunakan pedoman wawancara dan program observasi. Pedoman wawancara menjadi pemandu dalam perolehan data. Namun wawancara tidaklah terfokus pada pedoman tersebut, tetapi akan dikembangkan sesuai kondisi lapangan pada saat wawancara berlangsung.

3. Dokumen

Kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan menelusuri dan mempelajari dokumen-dokumen yang sudah ada. Hal ini dimaksud untuk mendapatkan data dan informasi yang berhubungan dengan materi penelitian. Studi dokumentasi dilakukan dengan mempelajari buku-buku dan hasil laporan lain yang ada kaitannya dengan penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data ialah langkah selanjutnya untuk mengelola data dimana data yang diperoleh, dikerjakan dan dimamfaatkan sedemikian rupa untuk menyimpulkan persoalan yang diajukan dan menyusun hasil penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif yang diartikan sebagai usaha analisis berdasarkan kata-kata yang disusun kedalam

bentuk teks yang diperluas. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk deskripsi secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari fenomena yang diselidiki (Miles dan Huberman, 1992:20). Adapun tahapan/langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Reduksi Data yaitu peneliti memilih data yang dianggap penting dan mendukung dalam pemecahan masalah penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan dan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Verifikasi/ menarik kesimpulan mengenai masalah penelitian berdasarkan penyajian data penelitian.

Makna-makna yang muncul dari data harus diamati, diuji kebenarannya kekokohannya dan kecocokannya yang merupakan validitasnya. Ketiga komponen berinteraksi sampai didapat suatu kesimpulan yang benar. Maka diperoleh data yang akurat dalam bentuk proposisi sebagai temuan dalam penelitian ini.

G.Keabsahan Data

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik seperti ini juga

menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada sumber lain keabsahan data yang telah diperoleh sebelumnya

2. Triangulasi metode

Triangulasi metode bermakna data yang diperoleh dari satu sumber dengan menggunakan metode atau teknik tertentu, diuji keakuratan atau ketidak akuratannya.

3. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu berkenaan dengan waktu pengambilan data.

Sejak abad XIV, daerah ini disebut massenrempulu yang artinya meminggir gunung atau menyusur gunung, sedang sebutan Enrekang dari endeg yang artinya naik dari atau panjat dari sinilah asal mulanya sebutan endekan. Masih ada arti versi lain yang dalam pengertian umum sampai saat ini bahkan dalam administrasi pemerintahan telah dikenal dengan nama “Enrekang” versi bugis sehingga dikatakan bahwa daerah kabupaten enrekang adalah daerah pegunungan, sudah mendekati kepastian sebab jelas bahwa kabupaten enrekang terdiri dari gunung- gunung dan bukit-bukit sambung menyambung mengambil ± 85 % dari seluruh luas wilayah yang luasnya ± 1. 786.01 Km2.

Kecamatan Baraka terbagi atas tiga kelurahan yaitu Kelurahan Baraka, Kelurahan Tomenawa dan Kelurahan Balla dan dua belas desa yaitu Desa Kadingeh, Desa Janggurara, Desa Banti, Desa Peraingan, Desa Parinding, Desa Bontongan, Desa Pepandungan, Desa Kendenan, Desa Salukanan, Desa Tirowali, Desa Pandung Batu, dan Desa Bone-Bone. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Baraka bermatapencaharian pada bidang pertanian, perkebunan, industri, perdagangan, pertambangan dan lain-lain.

Pada bidang perdagangan, kecamatan baraka merupakan salah satu kecamatan di kabupaten enrekang yang memiliki potensi yang cukup pesat, dimana kecamatan ini memiliki sarana atau fasilitas berupa perlengkapan seperti

54

bangunan, kios, los atau peralatan yang biasanya ditempati pedagang dalam melakukan kegiatannya.

Kecamatan Baraka memiliki potensi yang cukup besar bisa dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1 Jenis dan jumlah tempat usaha disepanjang jalan poros baraka Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

No Jenis Tempat Usaha Jumlah

1 Tempat Permanen 33

2 Semi Permanen 61

3 Darurat 181

Total 275

Sumber : Hasil olahan data sekunder kecamatan Baraka, 2015

Dari tabel 1 di atas memperlihatkan tentang jenis dan jumlah tempat usaha yang ada disepanjang jalan poros baraka kecamatan baraka kabupaten enrekang pada tahun(2015). Bila dilihat dari persentase jenis tempat usaha yang lebih didominasi oleh jenis tempat usaha yang masih dalam keadaan darurat, sementara jenis tempat usaha yang permanen sangat sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan jenis tempat usaha di kecamatan baraka sudah memadai akan tetapi masih dalam keadaan kurang baik dikarenakan masih didominasi oleh tempat- tempat berjualan secara darurat.

Tabel 2 Jenis dan Jumlah tempat usaha perizinan di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

No Jenis Tempat Usaha Perizinan

Dapat izin Belum dapat izin

1 Tempat permanen 21 12

2 Semi permanen 23 38

3 Darurat 41 140

Total 85 190

Sumber : Hasil olahan data sekunder kecamatan Baraka, 2015

Dilihat dari tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa tempat usaha yang sudah memiliki izin masih kurang, kebanyakan dari mereka yang mendirikan bangunan disepanjang jalan poros baraka terutama yang berjualan di sekitar rumah mereka masing-masing ternyata belum dapat izin secara tertulis, hal tersebut dikarenakan karena menurut mereka tanah yang ditempati adalah tanah mereka sendiri.

Tabel 3 Jenis dan Jumlah tempat usaha perparkiran di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

No Jenis tempat usaha Perparkiran

Memiliki tempat parkir

Tidak memiliki tempat parkir

1 Tempat permanen - 33

2 Semi permanen - 61

3 Darurat - 181

Total - 275

Sumber : Hasil olahan data sekunder kecamatan Baraka, 2015

Dari tabel 3 di atas memperlihatkan bahwa pengadaan sarana perparkiran yang disediakan oleh pemilik tempat usaha belum ada yang menyediakan tempat parkir khusus, tempat parkir masih disediakan secara umum. Hal ini dapat dilihat dari hasil olahan data kecamatan baraka tersebut diatas.

Tabel 4 Jenis dan Jumlah fasilitas yang ada di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

No Jenis Fasilitas Jumlah Fasilitas

1 Kios 51

2 Los 211

3 Gardu 66

4 Peralatan 40-60

Sumber : Hasil olahan data sekunder kecamatan Baraka, 2015

Sehubungan hal ini fasilitas yang dimiliki pedagang kaki lima tersebut sudah memadai, dimana sarana atau fasilitas yang ada berupa bagunan, kios, los, gardu, dan peralatan merupakan fasilitas yang biasanya ditempati pedagang dalam

melakukan kegiatan sehari-harinya. Fasilitas yang paling dominan ditempati adalah jenis fasilitas los dan gardu dimana terlihat dari penjelasan tabel 2 hasil olahan data observasi di kecamatan diatas los sudah berkisar 211 dan gardu berkisar 66 bangunan.

Sedangkan untuk tarif pemungutan yaitu :

Tabel 5 Jenis Fasilitas dan Tarif Retribusi Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

No Jenis Fasilitas Tarif Retribusi/ Pungutan

Perhari Perbulan

1 Kios 1000 15.000-20.000

2 Los 1000 5.000-10.000

3 Gardu 1000 5000

4 Peralatan 1000 5000

Sumber : Hasil olahan data sekunder kecamatan Baraka, 2015

Dengan melihat tabel di atas nampak bahwa kios mempunyai tarif yang paling tinggi dan pengguna fasilitas tersebut diperuntukan kepada pedagang- pedagang yang mempunyai omset besar contohnya penjual emas, elektronik, penjual barang-barang pecah dan lain-lain sebagainya sedangkan tarif yang paling kecil yaitu gardu dan peralatan yang diperuntukkan untuk penjual-penjual kecil contohnya penjual sayur-sayuran, makanan ringan dan lain-lain. Hal ini dapat dilihat dari tabel tersebut diatas.

Tabel 6 Luas Jarak dan Ketinggian dari Permukaan Laut Desa/Kelurahan di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

Desa/Kelurahan

Luas (Km2)

Jarak (Km) Ketinggian dari Permukaan

Laut (m) Dari Ibu Kota

Kecamatan

Dari Ibu Kota Kabupaten

Kadingeh 12,13 13,0 49 500-1000

Janggurara 11,37 11,0 47 500-1000

Banti 7,36 7,0 45 500-1000

Perangian 3,71 11,0 41 ≥ 1000

Parinding 6,39 6,0 43 500-1000

Tomenawa 7,52 0,4 37 500-1000

Baraka 2,82 0,2 36 500-1000

Bontongan 22,74 6,0 42 500-1000

Pepandungan 19,15 15,0 52 ≥ 1000

Kendenan 18,82 12,0 48 500-1000

Salukanan 17,16 7,0 43 500-1000

Tiro wali 5,60 5,0 41 500-1000

Pandung batu 2,75 15,0 50 ≥ 1000

Balla 2,44 3,0 33 500-1000

Bone-Bone 19,16 18,0 54 ≥ 1000

Jumlah 159,14

Sumber : Kantor Kecamatan Baraka,2015

Dengan melihat tabel di atas dapat dilihat luas wilayahnya Kecamatan Baraka secara keseluruhan adalah 159,14 km2 yang terdiri dari 12 desa dan 3 kelurahan. Desa/Kelurahan yang memiliki wilayah paling luas adalah Desa Bontongan dengan luas wilayah 22,74 km2, disusul Desa Bone-bone dengan luas wilayah 19,16 km2 sedangkan Desa/Kelurahan yang luas wilayahnya paling rendah adalah kelurahan Balla dengan luas wilayahnya 2,44 km2. Perbedaan luas wilayah di setiap desa/kelurahan memberikan gambaran potensi dan pendukung dalam pengembangan wilayah tersebut.

B.Koordinasi Pemerintah Dalam Pemberdayaan Pedagagang Kaki Lima (PKL) Di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang (Studi Kasus PKL Berjualan Di Jalan Poros Baraka)

Pedagang kaki lima adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga “kaki” gerobak (yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki). Saat ini istilah PKL juga digunakan untuk pedagang dijalanan pada umumnya.

Pemberdayaan lebih merujuk pada pengertian perluasan kebebasan memilih dan bertindak. Bagi masyarakat miskin, kebebasan ini sangat terbatas karena ketidak mampuan bersuara dan ketidak berdayaan dalam hubungannya dengan Negara dan pasar. Karena kemiskinan adalah multi dimensi, masyarakat miskin membutuhkan kemampuan pada tingkat individu (seperti kesehatan, pendidikan, dan perumahan) dan pada tingkat kolektif (seperti bertindak bersama untuk mengatasi masalah). Memberdayakan masyarakat miskin dan terbelakang menuntut upaya menghilangkan penyebab ketidak mampuan mereka meningkatkan kualitas hidupnya. Dengan kata lain, kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal:

1. Bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat berubah, pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.

2. Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.

Berdasarkan hasil tinjauan dokumen dan studi lapangan, dalam melakukan pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Jalan Poros Baraka Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ini, memang tidak bisa dilakukan oleh satu instansi saja.

Butuh koordinasi antara Pemerintah Kecamatan Baraka dengan Stakeholdernya harus bersinergi secara maksimal dalam menjalankan tugasnya, sehingga pemberdayaan Pedagang Kaki Lima bisa berjalan dengan baik dan teratur. Dalam melaksanakan koordinasi pemberdayaan Pedagang Kaki Lima ada beberapa indikator yang perlu diperhatikan diantaranya: Komunikasi, kesadaran, kompetensi, Kesepakatan dan Komitmen. Untuk mengetahui penerapan Indikator- indikator dalam koordinasi aparat pemerintah sebagai berikut.

1. Komunikasi

Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari koordinasi, karena komunikasi sejumlah unit dalam organisasi akan dapat dikoordinasikan berdasarkan rentang dimana sebagian besar ditentukan oleh adanya komunikasi. Informasi yang didapatkan dari hasil komunikasi memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Komunikasi dalam memberdayakan pedagang kaki lima di jalan poros Baraka Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yaitu komunikasi antara Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan dengan Pemerintah Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang dapat diukur dengan menggunakan indikator ada tidaknya informasi dan ada tidaknya teknologi informasi dalam pelaksanaan koordinasi Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.

a. Ada tidaknya informasi (Penyampaian Informasi)

Penyampaian informasi merupakan proses yang sangat penting dalam sebuah koordinasi dimana penyampaian informasi bertujuan untuk mengetahui kegiatan dan hasilnya kendala-kendala yang dihadapi masing-masing instansi yaitu Pemerintah Kecamatan Baraka dengan stakholdernya dengan Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Enrekang dalam rangka pencapaian tujuan bersama dalam pemberdayaan pedagang kaki lima di jalan poros Baraka Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Untuk mengetahui keberadaan adanya tukar informasi atau penyampaian informasi mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam menyelesaikan atau mencari solusi dari kendala-kendala tersebut yang dilakukan oleh instansi tersebut, maka dilakukan serangkaian wawancara.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan Kepala Kantor Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang :

“...yah jelas tentu dalam menjalankan tugas harus ada informasi, supaya tugas masing-masing instansi dapat serasi, sebelumnya kita memang menyampaikan informasi tersebut kepada para PKL melalui rapat bersama dengan para PKL yang biasa diadakan di gedung Aula kantor kecamatan Baraka, melalui pertemuan tersebut kita menyampaikan informasi-informasi terkait dengan pemberdayaan yang akan kita lakukan (Hasil Wawancara MZK,02 Juni 2015).”

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa dalam menjalankan tugas perlu adanya informasi. Adapun dalam penyampaian informasi dilakukan secara lisan, yaitu dengan mengadakan rapat antara pemerintah kecamatan dengan instansi terkait (Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan) serta dengan para pedagang yang ada di sekitar jalan poros baraka tersebut. Melalui

pertemuan tersebut pemerintah dapat menyampaikan informasi terkait dengan pemberdayaan pedagang kaki lima.

Hasil wawancara tersebut didukung dengan jawaban Informan Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Enrekang :

“...mengenai pemberdayaan PKL di jalan poros Baraka Kecamatan Baraka, kami menyepakati dalam rapat bersama atau rapat koordinasi sebelumnya.

Kita menyepakati menjalankan fungsi dan tugas sesuai dengan tugas masing-masing dimana tugas kecamatan adalah memberikan informasi atau penyambung informasi kepada kami selaku petugas kabupaten yang menangani masalah tersebut (Hasil wawancara HMA, 03 Juni 2015).”

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa dalam melakukan koordinasi pemberdayaan pedagang kaki lima di jalan poros Baraka Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang maka pemerintah kecamatan dengan instansi dalam kesepakatan rapat bersama maka telah disepakati bahwa tugas kecamatan adalah sebagai penyambung informasi kepada kabupaten.

Hasil wawancara tersebut didukung dengan jawaban Informan Kepala Seksi Pembangunan Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang:

“...kami selalu saling menyampaikan informasi atau saling berkomunikasi satu sama lain terutama dengan instansi terkait, kita menyampaikan informasi mengenai kendala-kendala yang sering kita hadapi, misalnya dalam penataan tempat dan sbagainya (Hasil Wawancara HSI, 02 Juni 2015).”

Dari hasil wawancara tersebut di atas sudah sangat jelas memberikan sebuah pengertian bahwa dalam menjalankan tugas dan fungsinya pemerintah atau instansi terkait sebelumnya sudah melakukan rapat koordinasi. Dalam rapat tersebut mereka sepakat untuk menjalankan tugas sesuai dengan tugas masing- masing, dimana tugas pemerintah kecamatan adalah sebagai penyambung

informasi ke dinas terkait selaku petugas kabupaten yang menangani masalah tersebut.

b. Ada tidaknya teknologi informasi (Pemamfaatan teknologi informasi)

Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam peningkatan koordinasi merupakan area perubahan yang dipilih dalam penyusunan proyek baru. Untuk mengatasi persoalan rendahnya kualitas koordinasi yang mungkin terjadi dalam koordinasi antara pemerintah Kecamatan Baraka dengan Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Enrekang salah satu cara yang dilakukan adalah dengan meningkatkan efektivitas koordinasi dengan menggunakan teknologi informasi komunikasi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan Kepala Kantor Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang :

“...selama ini kita tidak menggunakan teknologi dalam menyampaikan informasi terkait dengan pelaksanaan pemberdayaan PKL tetapi kita melakukan komunikasi secara langsung dengan mengadakan pertemuan dengan para Pedagang, kita mendatangi secara langsung dan memberitahukan tentang akan diadakannya rapat mengenai Pemberdayaan sekaligus pembinaan terhadap PKL yang berjualan di sekitar Jalan Poros Baraka. Disini petugas dari kecamatan belum menggunakan teknologi informasi dalam menyampaikan kepada masyarakat, selain karena sarana dan prasarana komunikasi yang belum memadai para Pedagang lebih cepat memahami jika disampaikan secara langsung(Hasil wawancara MZK, 02 Juni 2015).”

Berdasarkan hasil wawancara antara pihak kecamatan dengan Dinas Koperasi, UKM, perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Enrekang dapat diketahui bahwa dalam pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Jalan Poros Baraka Kecamatan Baraka, perlu bertukar informasi mengenai hal-hal yang menghambat atau kendala-kendala yang dihadapi masing-masing instansi yang dibahas dalam

Dalam dokumen koordinasi pemerintah dalam pemberdayaan (Halaman 57-107)

Dokumen terkait