• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keuangan

Dalam dokumen RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2013 (Halaman 89-93)

5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan adalah meningkatkan pembangunan daerah;

4.1 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN .1 Perekonomian

4.1.5 Keuangan

Negara Realisasi sampai dengan 2013

Kebijakan fiskal dalam jangka menengah sebagaimana yang dituangkan dalam RPJMN 2010-2014 diarahkan untuk tetap menjaga kesinambungan fiskal melalui peningkatan pendapatan negara dan efisiensi belanja negara. Dengan begitu maka defisit anggaran dapat terjaga dan terkelola sehingga rasio utang pemerintah terhadap PDB dapat terus

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 |

KERANGKA EKONOMI MAKRO TAHUN 2015 4-13 diturunkan. Namun, Pemerintah juga menyadari perlunya kebijakan fiskal yang ekspansif dengan pengelolaan secara hati-hati dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Pada pelaksanaan RPJMN 2010-2014, realisasi pendapatan negara pada APBN 2010—2013 terus mengalami peningkatan. Dalam periode tersebut, secara nominal ralisasi pendapatan negara pada APBN 2010–2013 meningkat rata-rata sebesar 12,8 persen per tahun, dari Rp995,3 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp1.429,4 triliun pada tahun 2013. Peningkatan pendapatan negara tersebut utamanya didorong oleh peningkatan penerimaan perpajakan yang meningkat rata-rata sebesar 14,0 persen atau naik dari Rp723,3 triliun di tahun 2010 menjadi Rp1.072,1 triliun pada tahun 2013. Penerimaan perpajakan ini menyumbang sebesar lebih dari 73,6 persen dari total penerimaan dalam negeri.

Di sisi belanja negara, realisasi APBN 2010 – 2013 dan yang direncanakan pada APBN 2014 juga terus mengalami peningkatan. Pada APBN 2010-2013 realisasi belanja negara naik rata-rata sebesar 16,3 persen tiap tahun tahun atau meningkat dari Rp1.042,1 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp1.638,9 triliun pada tahun 2013. Peningkatan belanja negara tersebut didorong oleh peningkatan belanja pemerintah pusat rata-rata sebesar 17,3 persen per tahun dan belanja ke daerah rata-rata sebesar 14,2 persen per tahun. Peningkatan realisasi belanja pemerintah pusat tersebut utamanya didorong oleh peningkatan belanja barang dan belanja modal yang masing-masing meningkat rata-rata sebesar 19,8 persen dan 28,9 persen per tahun.

Kenaikan belanja barang dan modal ini seiring dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kepada publik dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan infrastruktur yang mempunyai daya dorong kuat terhadap pertumbuhan ekonomi seperti listrik, jalan, pelabuhan serta pengembangan infrastruktur pada 6 (enam) koriodr ekonomi. Selanjutnya, peningkatan belanja pemerintah pusat juga didorong oleh kenaikan belanja subsidi, utamanya subsidi BBM dan listrik yang meningkat rata-rata sebesar 26,5 persen per tahun. Meningkatknya belanja subsidi BBM dan listrik ini berkaitan dengan komitmen pemerintah untuk tetap menjaga stabilitas harga

4-14 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 KERANGKA EKONOMI MAKRO TAHUN 2015

dan mempertahankan kesejahteraan rakyat meskipun tekanan terhadap harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah terus dialami sepanjang periode pelaksanaan RPJMN 2010-2014.

Realisasi dana transfer ke daerah juga mengalami peningkatan pada APBN 2010-2013 dan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 14,2 persen per tahun, yaitu dari Rp344,7 trilium pada tahun 2010 menjadi Rp513,3 triliun pada tahun 2013. Peningkatan transfer ke daerah tersebut didorong oleh peningkatan dana perimbangan yang meningkat rata-rata sebesar 10,8 persen per tahun yaitu dari Rp316,7 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp430,4 triliun pada tahun 2013. Kenaikan dana perimbangan, utamanya Dana Alokasi Khusus (DAK) diarahkan untuk kegiatan dalam bidang pendidikan, kesehatan, keluarga berencana (KB), infrastruktur jalan dan jembatan, irigasi, air minum dan sanitasi, pertanian, kelautan dan perikanan, prasarana pemerintahan daerah, lingkungan hidup, kehutanan, sarana dan prasarana pedesaan, serta perdagangan. Sementara itu, sesuai dengan amanat UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi Papua dan UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, realisasi dana otonomi khusus dan penyeimbang meningkat rata-rata sebesar 43,6 persen per tahun atau meningkat dari Rp28,1 triliun pada tahun 2010 menjadi Rp82,9 triliun pada tahun 2013.

Sementara untuk realisasi defisit anggaran dalam periode 2010-2013 selalu lebih rendah dari defisit yang ditetapkan dalam APBN. Dalam periode tersebut, beberapa faktor yang menjadi penyebab dari kondisi tersebut antara lain, realisasi pendapatan negara lebih besar dari target yang ditetapkan, sedangkan realisasi belanja negara lebih rendah bila dibandingkan dengan alokasi anggaran; atau realisasi pendapatan negara dan realisasi belanja negara lebih rendah dari target/alokasi yang ditetapkan, namun persentase realisasi pendapatan negara lebih tinggi dibandingkan dengan persentase realisasi belanja negara. Stok utang pemerintah berhasil diturunkan dari 26,2 persen PDB pada tahun 2010 menjadi diperkirakan menjadi 26,1 persen pada tahun 2013.

Perkiran capaian 2014

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 |

KERANGKA EKONOMI MAKRO TAHUN 2015 4-15 Pada APBN 2014, Pemerintah menetapkan arah kebijakan fiskal yaitu memperkuat pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkualitas, dan berkelanjutan melalui kebijakan fiskal yang sehat dan efektif. Strategi yang akan dijalankan adalah mendorong APBN lebih produktif dan ekspansif untuk meningkatkan kapasitas perekonomian namun tetap dikelola secara berhati-hati dalam rangka menjaga kesinambungan fiskal. Strategi yang lebih rinci dari kebijakan tersebut antara lain: (1) mengendalikan defisit anggaran yang terdiri atas optimalisasi pendapatan negara dan peningkatan kualitas belanja negara; (2) mengendalikan keseimbangan primer dengan tetap mengoptimalkan pendapatan negara dan memperbaiki dan mengefisienkan struktur belanja negara; dan (3) menurunkan rasio utang terhadap PDB melalui pengendalian pembiayaan melalui pinjaman, terus menjaga negative net flow untuk pinjaman luar negeri, dan mengarahkan pinjaman untuk kegiatan produktif.

Dengan arah kebijakan fiskal tersebut, pendapatan negara dan hibah pada APBN tahun 2014 direncanakan mencapai Rp1.667,1 triliun atau meningkat 16,6 persen dibandingkan realisasi APBN tahun 2013. Peningkatan pendapatan negara negara tersebut utamanya didorong oleh penerimaan perpajakan sebesar Rp1.280,4 triliun atau meningkat sebesar 19,4 persen dibandingkan realisasi APBN 2013.

Untuk memberikan dorongan pada perekonomian, belanja negara direncanakan sebesar Rp1.842,5 triliun atau meningkat sebesar 12,4 persen dibanding realisasi tahun 2013. Alokasi belanja negara tersebut terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp1.249,9 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp592,6 triliun. Sementara itu, alokasi belanja untuk subsidi diperkirakan sebesar Rp333,7 triliun atau turun sebesar 6,0 persen dibandingkan realisasi subsidi tahun 2013. Dari alokasi belanja subsidi tersebut 63,2 persen dialokasi untuk subsidi BBM, LPG, dan BBN yang diperkirakan sebesar Rp210,7 triliun.

Defisit pada APBN 2014 ditetapkan sebesar 1,70 persen dari PDB atau sebesar Rp174,4 triliun sebagai salah satu upaya dalam menjaga kesinambungan fiskal. Defisit APBN tersebut direncanakan akan dibiayai dari sumber pembiayaan dalam negeri sebesar Rp196,3 triliun, dan pembiayaan luar negeri (neto) sebesar negatif Rp20,9 triliun. Ketahanan fiskal yang

4-16 | RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2015 KERANGKA EKONOMI MAKRO TAHUN 2015

terjaga akan tercermin dari posisi utang pemerintah yang jika dapat memenuhi target akan terus menurun menjadi 23,7 persen PDB pada akhir tahun 2014.

Tantangan 2015

Tantangan utama di bidang pengelolaan fiskal pada tahun 2015 antara lain adalah: (1) optimalisasi penerimaan pajak agar rasionya terhadap PDB dapat meningkat dan setara dengan negara-negara sekawasan; (2) perluasan ruang fiskal (fiscal space) agar Pemerintah lebih leluasa mengalokasikan belanjanya; (3) peningkatan kualitas belanja untuk program/kegiatan yang lebih mempunyai daya ungkit (leverage) atau pengaruh ganda (multiplier effect); dan (4) pembiayaan defisit secara hati-hati dengan pemanfaatannya yang selektif.

Dalam dokumen RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2013 (Halaman 89-93)